T1 162009080 BAB II

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Minat Anak Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
2.1.1. Pengertian Minat
Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa hasil tidaknya mencapai tujuan
pendidikan bergantung pada kegiatan perkuliahan yang terjadi dan minat siswa
didalam belajar. Minat merupakan suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendukung keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keadaan didalam diri pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan
“Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat”. 1
Seseorang yang mempunyai minat pada suatu obyek, dia akan tertarik
dengan obyek tersebut. Biasanya orang tersebut akan selalu mengikuti
perkembangan informasi tentang obyek tersebut. Minat pada suatu obyek akan
mendorong seseorang untuk mencari tahu dan mempelajari obyek tersebut dan dia
akan mengikuti aktivitas yeng berhubungan dengan obyek tersebut.


1

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya , Jakarta, Rineka
Cipta, hal. 180.
.

13

“Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang
untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas
memilih”.2
“Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap,
untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan
tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”.3
“Minat adalah seseorang yang minat terhadap suatu objek yang
timbul dari dirinya sendiri. Minat bisa dinyatakan karena
menyukai suatu hal dalam bentuk aktivitas yang diminatinya.
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang besar
terhadap sesuatu”.4

Berdasakan

pendapat yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan

bahwa minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik pada
sesuatu obyek atau

menyenangi sesuatu obyek, semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Minat biasanya ditunjukkan
melalui pernyataan yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat
dinyatakan juga dalam bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Jadi,
dapat dikatakan bahwa indikator dari minat antara lain adanya perasaan senang,
adanya keinginan, adanya perhatian, adanya ketertarikan, adanya kebutuhan,
adanya harapan, adanya dorongan dan kemauan.
2.1.2. Faktor faktor Yang
Perguruan Tinggi

Mempengaruhi Minat Melanjutkan Studi ke


Melanjutkan studi ke perguruan tinggi merupakan melanjutkan studi dari
pendidikan menengah ke pendidikan tinggi. aktivitas yang dilakukan di perguruan
tinggi adalah belajar untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html, Diakses 23 Maret
2013, pukul 10.00.
3
W. S, Winkel, 2004, Psikologi Pengajaran , Yogyakarta, Media Abadi, hal, 197.
4
Baharudin, 2007, Loc.Cit, hal.24.

14

Dalam hal ini aktivitasnya adalah belajar maka faktor-faktor yang mempengaruhi
minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi dalam penelitian ini disamakan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Slameto faktor yang
dapat mempengaruhi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.

1. “Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu :
a. Faktor jasmaniah, seperti : faktor kesehatan,cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, seperti : intelegensi, perhatian, minat, bakat motif,
kematangan kesiapan.
c. Faktor kelelahan.
2. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ini
meliputi tiga aspek, yaitu :
a. Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasai siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar,tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat”.5

Syaiful Bahri mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai
berikut :

1. “Faktor Intern (faktor dari dalam siswa), meliputi :
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti : rendanya kapasitas
intelektual/intelegensi anak didik.
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti : labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti: terganggunya alatalat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor Ekstern (faktor dari luar siswa), meliputi :
a. Lingkungan keluarga, seperti : ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan
perkampungan/masyarakat,
seperti
:
wilayah
perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

5

Slameto, 2003, Op. cit, hal. 54-71.

15


c. Lingkungan sekolah, meliputi : kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti : dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah”.6

Menurut Oemar Hamalik, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai
berikut:
1. “Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan siswa yang belajar
melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat,
mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya
maupun kegiatan-kegiatan lainya yang diperlukan untuk memperoleh
pengetahuan,, sikap, kebiasaan, dan minat.
2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa
berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan
dalam suasana yang menyenangkan.
4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong

belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
5. Faktor assosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua
pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara
berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian yang telah
dimiliki oleh siswa, besar peranan dalam proses belajar. Pengalaman dan
pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman
baru dan pengertian-pengertian baru.
7. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat
melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor
kesiapan ini erat berhubungan dengan masalah kematangan, minat,
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
8. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan niat akan mendorong siswa
belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila
murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhanya atau
merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi
dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka
belajar juga sulit untuk berhasil.
9. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh
dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan

perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna.
Karena faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid
yang belajar.
10. Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan
6

Syaiful Bahri, 2011, Psikologi Belajar , Rineka Cipta, Jakarta, hal. 235-236.

16

lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah
berpikir kreatif”.7

2.1.3. Minat Anak Melanjutksn Studi ke Perguruan Tinggi
Minat adalah kecenderungan dari dalam individu untuk tertarik paada
sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut maka semakin besar minatnya. Minat ditunjukkan melalui pernyataan
yang menunjukkan lebih menyukai suatu hal dan dapat dinyatakan juga dalam
bentuk partisipasi dalam aktivitas yang diminatinya. Pendidikan tinggi adalah

jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang
pendidikan tertinggi di Indonesia.8

Perguruan tinggi adalah satuan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi
dan dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik dan akademi.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Minat Siswa Melanjutkan
Studi ke Perguruan Tinggi adalah kecenderungan yang mengandung unsur
perasaan senang, keinginan, perhatian, ketertarikan, kebutuhan, harapan, dorongan
dan kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah
lulus sekolah menengah yaitu Perguruan Tinggi.

7

Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar , Jakarta, Bumi Aksara, hal.32.

8

Arif Rohman, 2011, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan , Aswaja Pressindo,
Yogyakarta, hal. 224.


17

2.2. Konsep Pendidikan
2.2.1. Pengetian Pendidikan
Secara etimologis atau kebahasaan, kata ‘pendidikan’ beasal dari kata dasar
„didik‟ yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Berubah menjadi kata
kerja „mendidik‟ yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan
masyarakatnya. Istilah ini pertama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu
„paedagogiek‟ yang berarti ilmu menuntun anak, dan „paedagogia‟ adalah
pergaulan dengan anak-anak, sedangkan orangnya yang menuntun/mendidik anak
adalah ‘paedagog’. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan ,menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa
waktu dilahirkan di dunia. Dalam bahasa Inggris dikenal education (kata benda)
dan educate (kata kerja yang berarti mendidik).
“Dalam terminologi
Jawa
dikenal
dengan

istilah
„panggulawentah‟ yang berarti pengolahan, penjagaan, dan
pengasuhan baik fisik dan maupun kejiwaan anak. Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses
pengajaran dan pelatihan. Kata mendidik dan pendidikan
adalah dua hal yang saling berhubungan yaitu kegiatan
mendidik dan peserta didik”.9
Semua orang pasti mengenal pendidikan dan melaksanakan pendidikan.
Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah
dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di

9

Arif, Rohman, 2011, Ibid, hal. 6.

18

sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan
dosen.
Pendidikan

merupakan kegiatan menusia memperoleh pengetahuan dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dalam keadaan sadar.
Pengertian pendidikan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ”.10
2.2.2. Tujuan Pendidikan
“Tujuan pendidikan ialah seperangkat sasaran ke mana
pendidikan itu diarahkan. Sasaran yang ingin dicapai melalui
pendidikan memiliki ruang lingkup sama dengan fungsi
pendidikan”. 11
Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan bisa dimaknakan sebagai suatu sistem nilai
yang disepakati kebenaran dan

kepentinganya yang ingin dicapai melalui

berbagai kegiatan, baik di jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Tujuan
pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

10
11

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, pasal3.
Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal, 101.

19

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. 12
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Di Sekolah

W.S. Winkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran mengatakan bahwa ada
lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor yang ikut
berperan terhadap proses belajar-mengajar didalam kelas yaitu:
a. “Pribadi siswa, yang mencakup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya
kreativitas, kemampuan berbahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi
belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan
dalam belajar, kondisi mental dan fisik.
b. Pribadi guru, yang mencakup hal-hak seperti aneka sifat kepribadian,
penghayatan nilai-nilaikehidupan, daya kreativitas, motivasi kerja,
keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan berbagai prosedur
didaktis, gaya memimpin, kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga
kependidikan yang lain.
c. Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, yang mencakup hal-hal
seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas, pembagian
tugas di antara para guru. Penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan
kurikulum pengajaran dan pengawasan terhadap pelaksanaannya,
hubungan dengan orangtua.
d. Faktor-faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial
ekonomis, keadaan sosio-politik, keadaan musim dan iklim, ketentuanketentuan dari beberapa instansu negara yang berwenang terhadap
pengeloalaan pendidikan sekolah”.13

Bahwa ada lima aspek yang masing-masing mencakup sejumlah hal atau faktor
keadaan awal di pihak siswa yang ikut berperan suatu kondisi dalam diri siswa
dalam belajar yaitu:14
1. Karakter-Hasrat-Berkehendak
Semua ini berkaitan dengan arah dan tujuan dari belajar. Karakter atau
watak menunjuk pada suatu aspek dalam kepribadian.

12

Undang-undang No. 2003 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Naisonal, BAB II

pasal 3.
13
14

W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 151-152.
W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 167-217.

20

2. Motivasi Belajar
Keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar belajar, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
3. Perasaan, Sikap, Dan Minat
Aktivitas psikis kecenderungan subyek menerima atau menolak untuk
merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu.
4. Lingkungan Hidup
Keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa dengan kehadirannya
memberikan pengaruh pada perkembangan siswa. Lingkungan hidup di
sini dibatasi pada lingkungan hidup keluarga siswa, ditinjau dari keadaan
sosio-ekonomis dan sosio-kultural. Keadaan sosio ekonomis menunjuk
pada kemampuan finansial siswa dan perlengkapan material yang dimiliki
siswa keadaan ini dapat bertaraf baik-cukup-kurang. Keadaan sosio kultur
menunjuk pada lingkungan budaya yang di dalamnya siswa bergerak
setiap hari.
5. Perkembangan Kepribadian
Keadaan fisik menunjuk pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani,

keadaan

alat-alat

indera.

Keadaan

staabilitas/labilitas mental.

21

psikis

menunjuk

pada

2.3. Pendidikan Orang Tua
2.3.1. Pengertian Pendidikan
Menurut Arif Rohman, pendidikan dapat diartikan sebagai berikut :
1. “Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana.
2. Dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai
fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainya sebagai subyek yang
berupaya mengembangkan diri.
3. Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses
pembelajaran.
4. Terdapat nilai yang diyakini kebenaranya sebagai dasar aktivitas.
5. Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi
internal individu anak.
6. Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik,
psikologik, sosial, emosional, ekonomi, moral dan spiritual pada
peserta didik”. 15

Menurut Undnag-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud pendidikan adalah :
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ”.16
2.3.2. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan orang tua menyangkut pendidikan bapak dan ibu. Kedua orang
tua sama-sama berperan dalam mendorong kelanjutan studi anak-anaknya, karena
mereka yang terdidik tau apa manfaat pendidikan. Kenyataanya tidak semua orang
tua (bapak dan ibu) mempunyai tingkat pendidikan sama dan oleh karena itu
pengaruhnya terhadap kelanjutan studi anak akan berbeda pula.

15
16

Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 10.
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 pasal 1.

22

“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan pendidikan yang akan dicapai, dan kemampuan peserta
didk yang akan dikembangkan”.17
Jenjang

pendidikan

adalah

tahapan

pendidikan

yang

ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan
pendidikan nonformal dan informal tidak mengenal jenjang. Jenjang pendidikan
sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang paling dasar
yang mendasari jenjang pendidikan berikutnya. Menurut Undang-Undang No. 20
tahun 2003 pasal 17 ayat (1) dan (2) bahwa :
“(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat “.18

“Pendidikan menengah adalah merupakan kelanjutan dari
pendidikan sebelumnya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan
menengah kejuruan berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan
17

Arif, Rohman, 2011, Op.cit, hal. 223.
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 17 ayat 1
dan ayat 2.
18

23

formal setelah pendidikan menengah dan merupakan jenjang
pendidikan tertinggi di Indonesia. Pendidikan tinggi mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan
tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi.
institut, atau universitas”. 19

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah
tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui
pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai
tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
2.4. Pendapatan Orang Tua
2.4.1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan orang tua mempunyai peran penting dalam pembiayan anak
melanjutkan ke perguruan tinggi. Dari tahun ke tahun biaya melanjutkan ke
perguruan tinggi semakin mahal. Dengan pendapatan orang tua yang tinggi anak
pasti dapat merasakan melanjutkan ke perguruan tinggi, apabila pendapatan orang
tua rendah pasti anak tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi.“Pendapatan
adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,

kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan”.20
“pendapatan (revenue) diartikan sebagai aliran masuk kas atau setara
kasnya yang terjadi akibat adanya penjualan barang atau penyerahan

jasa yang dihasilkan”.21

19

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 18 dan

19.
20

http://rezadaniss.blogspot.com/2012/05/pendapatan.html, Diakses 7 Maret 2014, pukul

11.09.
21

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2062044-defenisi-pendapatanmenurut-para-ahli/, Diakses 7 Maret 2014, pukul 10.05.

24

“pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan
yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga,

dividen,royalti dan sewa”.22
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah uang
yang diterima yang timbul akibat adanya penjualan atau penyerahan jasa yang
dihasilkan.
2.4.2. Pendapatan Orang Tua
Yang

dimaksud pendapatan orang tua dalam penelitian ini adalah

sejumlah uang atau imbalan ditentukan dalam rupiah yang diterima selama orang
tua bekerja selama satu bulan. Jika kita memperhatikan lingkungan disekitar kita,
maka akan terlihat betapa sibuknya orang-orang bekerja. Setiap pagi para petani
pergi ke sawah untuk mengerjakan saawahnya, para pegawai pergi kekantor untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh imbalan.
Penuhi kelangsungan hidup suatu rumah tangga, maka keluarga tersebut harus
berusaha agar memperoleh pemasukan sebagai sumber keuangan guna memenuhi
kebutuhanya. Kebutuhan semakin meningkat seiring kemajuan zaman. Untuk itu
setiap orang akan bekerja keras untuk memperoleh pendapatan guna mencukupi
maacam-macam kebutuhan rumah tangga. Sebagian dari pendapatan keluarga atau
uang masuk dibelanjakan guna membeli segala hal yang diperlukan untuk hidup
(bisa disebut konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja akan
tetapi mencakup seluruh pemahaman barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

22

http://koeeko.wordpress.com/2012/03/27/pendapatan/, Diakses 7 Maret 2014, pukul
11.00.

25

hidup. Sedangkan kebutuhan hidup bukan menyangkut barang-barang materi saja.
Contohnya pengeluaran untuk biaya pendidikan putra putrinya.
“keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajarselain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga
membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis-menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar
itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika
anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang
terpenuhi, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain
anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder
dengan temannya, hal ini pasti akan menganggu belajar anak”.23
Ada keluarga yang miskin, adapula yang kaya. Ada keluarga yang selalu
diliputi oleh suasana tentram dan damai tetapi adapula yang sebaliknya, ada
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang
pengetahuannya. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anakanaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang
bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai
dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak. Anak-anak dari lapisan bawah
banyak yang terpaksa putus sekolah dan kemudian bekerja karena orang tua
mereka tidak mampu lagi menyekolahkan mereka dan sewaktu masih dapat
bersekolah pun anak-anak tersebut banyak yang harus mencari uang untuk
membantu ekonomi orang tua.
“Taraf

kemampuan

ekonomi

keluarga

yang

tinggi

akan

menguntungkan bagi belajar anak, karena kebutuhan anak dalam

23

Slameto, 2003, Op.cit. hal. 63.

26

menjaga kesehatan jasmani dan perlengkapan alat-alat belajar

dapat terpenuhi”.24
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua
adalah mencakup rata-rata pendapatan ayah dan ibu berupa uang setiap bulan pada
satu atau lebih sektor mata pencaharian. Pendapatan dapat diukur berdasarkan
kepunyaan dan ketidakpunyaan serta kekayaan atau aset yang dimilikinya.
Semakin banyak kekayaan atau aset yang memiliki pendapatan yang tinggi dan
semakin sedikit kekayaan yang dimiliki berarti pendapatanya semakin rendah.
Tinggi rendahnya pendapatan orang tua akan mempengaruhi dalam kelanjutan
studi anaknya.
2.5. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan
Tinggi
2.5.1. Pengertian Persepsi
Menurut Slameto, persepsi dapat diartikan sebagai berikut :“Proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkunganya ”.25

Menurut Leavit, persepsi adalah “Perception dalam pengertian sempit
adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan
dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu”26

Menurut Bimo Walgito, persepsi adalah
24

W, S. Winkel, 2004, Op.cit, hal, 216.
Slameto, 2003, Op.cit, hal. 102.
26
Leavitt, http://adityaromantika.blogspot.com/2010/12/persepsi.html, Diakses 21 Maret
2014, pukul 06.15.
25

27

“stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan,
kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan
mengerti tentang apa yang diindera yang iterpretasikan dengan
pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu”27
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu yang iterpretasikan
dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.

2.5.2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Guna memahami persepsi lebih dalam, perlu diketahui faktor-faktor yang
berperan dalam persepsi. Bimo Walgito, menyatakan, Beberapa faktor yang
berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) Objek atau
stimulus yang dipersepsi; (2) Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan
syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) Perhatian yang merupakan
syarat psikologis. Berikut adalah penjelasannya:
1. “Objek atau stimulus yang dipersepsi.
Obyek dari luar diri seseorang baik berupa benda, kejadian, atau pun sikap dari
orang lain biasanya merupakan sumber stimulus bagi seseorang.
2.

Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf.

Melalui alat indera yang dimiliki seseorang, stimuli yang ada diterima oleh
seseorang.

Dengan

syaraf

sebagai

pusat

kesadaran,

seseorang

menginterpretasikan stimuli yang diterima.

27

Walgito, Bimo, 2003, Pengatar Psikologi Umum, Andi, Yogyakarta, hal. 88.

28

akan

3. Perhatian.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu

yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok objek”.28
2.5.3. Proses terjadinya persepsi
Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja,
tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu
sebagai hasil aksi dan reaksi. Menurut Bimo Walgito, terjadinya persepsi melalui
suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. “Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat endera. Proses ini berlangsung secara alami
dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses
kealaman.
2. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan
ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak
disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal
3. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek
yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini disebut proses psikologi.
Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses
dimana individu mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan
stimulus yang mengenai alat inderanya”.29

2.5.4. Persepsi Anak Terhadap Kegunaan Melanjutkan Studi Ke Perguruan
Tinggi
Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan kegunaan melanjutkan studi ke perguruan tingg yang iterpretasikan
dengan pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu.

28
29

Walgito, Bimo, 2003, Ibid, hal. 89.
Walgito, Bimo, Op.cit, hal. 90.

29

Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera.kesan yang diterima individu sangat tergantung pada
seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi siswa terhadap
kegunaan

melanjutkan

studi

ke

Perguruan

Tinggi

adalah yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu dan
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi tentang pengetahuan dan
manfaat lulusan dari perguruan tinggi.

30

2.8.

Kerangka Berfikir Penelitian
Lulusan SMA

Melanjutakan Ke
Perguruan Tinggi

Tidak Lanjut

Lanjut

Identifikasi Faktor
Penyebab

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian “Faktor Penyebab Ketidaklanjutan Studi
Ke Perguruan Tinggi Dikalangan Anak Lulusan SMA Di Desa
Lanjan Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Lulusan SMA yang dimaksud adalah anak lulusan dari Sekolah Menengah
Atas (SMA). Lulusan SMA terdiri dari anak yang melanjutkan dan tidak
melanjutkan ke perguruan tinggi. Melanjutkan ke perguruan tinggi bertujuan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ketidaklanjutan melanjutkan
ke perguruan tinggi adalah ketidaklanjutan anak dalam melanjutkan pendidikanya

31

ke perguruan tinggi. Ketidaklanjutan ini terjadi karena ada berbagai faktor yang
menjadi penyebab tidak melajutkan ke perguruan tinggi. Sehingga banyak anak
lulusan SMA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi ada beberapa yang
melanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam penelitian ini penulis akan mencari
faktor apa yang menjadi penyebab anak lulusan SMA tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi.

32

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA KOPER-X (KOTAK PERKALIAN) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI PERKALIAN SISWA KELAS II DI SD NEGERI MOJOLANGU 2

8 90 18

DISKRESI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN SISWA MISKIN SEKOLAH DASAR (BSM-SD) (Studi Kasus di Sekolah Dasar Negeri Sebanen II Kalisat Kabupaten Jember)

1 35 17

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI (PTKLN) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NO.2 TAHUN 2004 BAB II PASAL 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO (Studi Kasus pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupa

3 68 17

Hubungan pH dan Viskositas Saliva terhadap Indeks DMF-T pada Siswa-siswi Sekolah Dasar Baletbaru I dan Baletbaru II Sukowono Jember (Relationship between Salivary pH and Viscosity to DMF-T Index of Pupils in Baletbaru I and Baletbaru II Elementary School)

0 46 5

IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN MENGENAL UNSUR BANGUN DATAR KELAS II SDN LANGKAP 01 BANGSALSARI

1 60 18

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100

LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA 2013 UNTUK KELAS IPA BAB 1. Pangkat, Akar, dan Logaritma

0 47 1

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

TINJAUAN TENTANG ALASAN PERUBAHAN KEBIASAAN NYIRIH MENJADI MEROKOK DI KALANGAN IBU-IBU DI DUSUN TRIMO HARJO II KELURAHAN BUMI HARJO KECAMATAN BUAY BAHUGA KABUPATEN WAY KANAN

3 73 70

TEKNIK REAKSI KIMIA II

0 26 55