Hubungan antara perilaku menonton film k

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON TAYANGAN FILM
KARTUN DI TELEVISI DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR ANAK DI
RUMAH
(Studi Eksplanatif tentang hubungan antara menonton film kartun di televisi
dengan kedisiplinan belajar anak di rumah pada siswa/i MI Nurul Hikmah
Malang)
Eva Anggraini 1
ABSTRACT

Eva Anggraini, 081122012. Penelitian ini berjudul Hubungan antara
Perilaku Menonton Tayangan Film Kartun di Televisi dengan Kedisiplinan
Belajar pada Anak di MI Nurul Hikmah Malang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara Perilaku Menonton Tayangan Film Kartun di
Televisi dengan Kedisiplinan Belajar pada Anak di MI Nurul Hikmah Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif, jenis penelitiannya adalah
penelitian explanatory dengan tipe Corelational research (penelitian hubungan).
Desain

penelitian


ini

menggunakan

pendekatan

cross

sectional

non-

eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Nurul

Hikmah Malang yang berjumlah 178 siswa. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah Purposive Sampling. Dari enam
kelas, dipilih kelas IV, V, dan VI. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan
sejumlah 82 responden.
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, berupa
perilaku menonton film kartun dan kedisiplinan belajar anak di rumah, berupa

analisis analitik (bivariat) dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara perilaku menonton
film kartun dengan kedisiplinan belajar anak di rumah di MI Nurul Hikmah
Malang. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai korelasi
sebesar -0.323 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Data tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.003< 0.050) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara
1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di
rumah. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa terdapat
hubungan yang berbalik arah antara menonton tayangan film kartun dengan
kedisiplinan belajar anak. Dalam hal ini H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada
hubungan yang signifikan antara perilaku menonton tayangan film kartun di
televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah

Kata Kunci : film kartun, televisi, anak, disiplin, belajar


1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari kebutuhan akan
berbagai hiburan. Menonton televisi telah menjadi salah satu aktivitas keseharian
yang paling digemari oleh masyarakat dalam mengisi waktu luang mereka.
Televisi menjadi media massa paling populer bagi masyarakat saat ini karena
mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat dibandingkan media massa lain
(Purba, 2005, h. 58).
Televisi sebagai salah satu produk dari teknologi informasi yang paling
banyak digemari pada saat ini mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi
motivasi belajar siswa (Garrison, 2006 dalam Ramadhani, 2010, h. 4). Namun
demikian kehadiran televisi juga tidak terlepas dari pengaruh negatif sehingga
tidak menutup kemungkinan apabila televisi sering berbenturan dengan hal atau
kepentingan lain, seperti belajar. Pada jam-jam belajar pun tidak jarang acara
televisi khususnya film kartun disajikan oleh beberapa stasiun televisi.

Sebagian besar anak-anak merasa lebih nyaman duduk di depan televisi
ketimbang bermain di luar rumah. Seorang anak dapat menghabiskan tiga sampai
empat jam perharinya untuk duduk menonton televisi, tapi tak sedikit anak yang
menonton televisi lima sampai enam jam perhari bahkan lebih pada hari-hari
tertentu, seperti Sabtu dan Minggu (Hidup, 2008).
Penggunaan media yang berlebihan sering kali dinilai sebagai sesuatu
yang berbahaya dan tidak sehat (terutama bagi anak-anak), mendorong
kecanduan, keterasingan dari realitas, mengurangi kontak sosial, pengalihan dari
pendidikan dan pergeseran aktivitas yang lebih berguna. Penambahan waktu yang
dihabiskan di depan televisi akan menurunkan prestasi belajar anak, kebiasaan
menonton televisi secara pasti menurunkan kemampuan anak untuk membaca
(McQuails, 2011, h. 154).

Teori dan Konsep
Dampak media (media effects) adalah perubahan kesadaran, sikap, emosi,
atau tingkah laku yang merupakan hasil dari interaksi dengan media. Istilah

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

tersebut sering digunakan untuk menjelaskan perubahan individu atau masyarakat
yang disebabkan oleh terpaan media (McQuail, 2000, h. 417-421).
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu/penonton
berat (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat)
jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak
„the television type”. Kelompok yang termasuk heavy viewer merupakan orang –
orang yang akan lebih mudah terpengaruh. Kaitannya dengan penelitian ini adalah
anak-anak yang tergolong heavy viewer akan lebih terpengaruh yaitu dalam hal
kedisiplinan belajar. Sehingga dapat menggangu jam- jam belajar yang telah
ditentukan. Kelompok kelas pecandu ringan (light viewers) adalah mereka yang
menonton televisi kurang dari 2 (dua) jam setiap harinya (Nurudin, 2007, h. 167).
Dampak televisi dapat mempengaruhi waktu belajar anak di rumah,
budaya membaca, obesitas pada anak, bahkan waktu bermain dan sosialisasi
dengan teman serta masih banyak lagi. Namun yang menjadi fokus penelitian ini
adalah ada atau tidaknya hubungan yang mempengaruhi perilaku khususnya
disiplin belajar di rumah pada anak usia sekolah dasar dengan menonton acara
film kartun di televisi. Karena tanpa kita sadari peranan televisi sangat besar
dalam membentuk pola dan pendapat umum para audiensnya, sehingga cepat atau

lambat akan mampu membentuk sikap, perilaku dan cara berfikir tertentu kepada
khalayak (Walgito, 1990, h. 20).
Televisi merupakan media massa yang bersifat audio visual dengan
menggabungkan gambar dan suara sehingga memiliki kelebihan dibandingkan
media massa lainnya yang hanya menggunakan suara atau gambar seperti radio
maupun surat kabar. Dalam hal ini televisi termasuk dalam kategori “cool
medium” berlainan dengan radio yang merupakan “hot medium”, yang merupakan

“high in participation”, berkadar tinggi dalam partisipasi atau dibutuhkan banyak
pemikiran untuk menggunakannnya. Namun, televisi tidak menuntut terlalu
banyak aktivitas intelektual dibandingkan dengan hot media (Vivian, 2008, h. 16).
Tingkat konsumsi khalayak terhadap program televisi-televisi yang diteliti
dilihat melalui durasi yaitu berapa lama pemirsa mengkonsumsi sebuah program,
frekuensi yaitu berapa kali pemirsa mengkonsumsi (McQuails, 1993, h. 430).
1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Kedisiplinan dibentuk dari kata disiplin. Disiplin yaitu suatu upaya sadar

dan bertanggung jawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan, dan
mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar membuahkan hal-hal positif
baik bagi diri sendiri maupun orang lain (Unaradjan, 2003, h. 62). Sedangkan
belajar dapat dibatasi sebagai kegiatan fisik dan mental dalam proses perubahan
perilaku, maka dilihat dari ruang lingkupnya aktivitas belajar menyangkut
aktivitas belajar di sekolah maupun dirumah (Darsono, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Kedisiplinan belajar Anak adalah
suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang terwujud
dalam gerakan atau sikap yang dilakukan seseorang (Anak) untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Kedisiplinan belajar diukur dengan skala Kedisiplinan Belajar berdasarkan
pendapat Sutedjo (1989) dan Isnawati (1999) yang meliputi aspek-aspek :
bimbingan dan pengawasan dari orangtua, keinginan individu untuk belajar dan
lingkungan yang kondusif.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia.
Dikutip dari artikel Ningsih (2009):
1. Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820
jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000 jam/tahun.
2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung

adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. Saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170
jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam x 7 hari = 168 jam.
4. 40% waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas
rata-rata dunia 561 iklan/minggu.

Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Dalam
penelitian ini ada 2 variabel yang digunakan, yaitu Variabel Independen (X)
menonton tayangan film kartun dan Variabel Dependent (Y) Kedisiplinan Belajar
1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Anak dirumah. Penelitian ini menggunakan desain survei kolerasi. Metode
korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,
seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto,
2002, h. 239).
Dalam penelitian


ini populasi yang dimaksud adalah siswa MI Nurul

Hikmah Malang yang terdiri dari siswa kelas I – IV yaitu sebanyak 178 siswa.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah
non probablity sampling dengan jenis Purposive Sampling. Pemilihan kelas ini

mempertimbangkan bahwa anak pada tingkatan kelas tersebut anak telah memiliki
kemampuan membaca dan menulis yang baik sehingga lebih mampu memahami
pertanyaan/pernyataan. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah siswa
kelas IV, V dan VI di MI Nurul Hikmah Malang yang berjumlah 82 siswa.
Teknik analisis data terdiri dari analisis deskriptif (univariat) yang
dilakukan untuk menganalisis variabel yang ada secara deskriptif dengan
membuat tabel distribusi frekuensi dan analisis analitik (bivariat) untuk mencari
hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel dalam penelitian ini berskala
ordinal sehingga analisis analitik (bivariat) dengan menggunakan Korelasi Rank
Spearman.

Pembahasan
Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan

untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan
dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai
positif atau negatif.
Dari 82 responden, yang mempunyai tingkat menonton tayangan film
kartun kategori rendah sebanyak 73 responden (89.0%) dan yang mempunyai
tingkat menonton tayangan film kartun kategori sedang sebanyak 9 responden
(11.0%). hubungan antara menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan
belajar anak di rumah berbalik arah, artinya semakin rendah tingkat menonton
film kartun maka kedisiplinan belajar anak akan semakin tinggi. Untuk

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

membuktikan kebenaran teori tersebut, maka dilanjutkan dengan uji Rank
Spearman.

Hasil uji korelasi Rank Spearman
Korelasi


Signifikansi

Keputusan

-0.323

0.003

Berhubungan signifikan

Uji korelasi Spearman ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar
anak dirumah. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai
korelasi sebesar -0.323 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Data tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari α (0.003< 0.050) sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (nyata) antara
menonton tayangan film kartun di televisi dengan kedisiplinan belajar anak di
rumah. Koefisien korelasi yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa terdapat
hubungan yang berbalik arah antara menonton tayangan film kartun dengan
kedisiplinan belajar anak. Artinya semakin rendah tingkat menonton tayangan
film kartun di televisi maka kedisiplinan belajar anak di rumah akan semakin
tinggi.
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat
kekuatan hubungan dua variabel, melihat signifikansi hubungan; dan melihat arah
hubungan. Pada kasus di MI Nurul Hikmah Malang, Hubungan antara variabel X
(menonton tayangan film kartun) dengan Y (kedisiplinan belajar anak di rumah)
terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya. Koefisien korelasinya
bernilai negatif yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang berbalik
arah/terbalik antara menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan belajar
anak. Jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi
rendah dan berlaku sebaliknya (Sarwono, 2006). Artinya semakin rendah tingkat
menonton tayangan film kartun di televisi maka kedisiplinan belajar anak di
rumah akan semakin tinggi.

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Dalam penelitian ini angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0.003 . Maka
signifikansi hitung sebesar 0.003 < 0.05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya ada hubungan yang signifikan antara menonton tayangan film kartun di
televisi dengan kedisiplinan belajar anak di rumah.
Dengan semakin seringnya waktu yang digunakan menonton televisi maka
akan semakin kuat pula pengaruh yang diberikan televisi terhadap mereka. Seperti
yang dikatakan Elisabeth Noelle-Neumann dalam Theory Cummulative Effect
menyimpulkan bahwa media tidak punya efek langsung yang kuat, tetapi efek itu
akan terus menguat seiring dengan berjalannya waktu (Vivian, 2008, h. 472).
Indikator disiplin meliputi kesadaran dalam mentaati peraturan dan tata
tertib di rumah, menyelesaikan tugas tepat waktu, tepat waktu dalam belajar,
teratur dalam belajar serta belajar dengan sungguh-sungguh (Walgito, 2004, h.
35). Berdasarkan hasil data dan kategorisasi penelitian dapat diketahui bahwa
pada sebagian besar siswa MI Nurul Hikmah sudah mempunyai kedisiplinan
belajar yang baik yaitu sebanyak 52 siswa memiliki kedisiplinan belajar di rumah
yang tinggi sehingga mampu melawan suasana lingkungan yang dapat
mempengaruhi disiplin tersebut. Hal ini berarti bahwa faktor internal individu
memegang peranan yang besar dalam membentuk disiplin belajar masing-masing
siswa.
Faktor-faktor lain terkait kedisiplinan belajar yaitu fasilitas belajar, sosial
budaya (Slameto, 2003). Fasilitas belajar yaitu alat yang membantu atau
mendukung agar lebih disiplin dalam belajar, sedangkan faktor sosial budaya
adalah lingkungan di sekitar anak misalnya dengan adanya jam wajib belajar
maka anak akan belajar pada jam atau waktu tersebut.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang
hubungan antara perilaku menonton tayangan film kartun di televisi dengan
kedisiplinan belajar anak di rumah dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain
adalah :

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

1.

Berdasarkan hasil uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara perilaku menonton tayangan film kartun di televisi dengan
kedisiplinan belajar anak di rumah, karena nilai signifikansi lebih kecil dari α
(0.003< 0.050). Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.323. Dengan
menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai korelasi sebesar -0.323
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003. Koefisien korelasi yang bernilai
negatif mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang berbalik arah antara
perilaku menonton tayangan film kartun dengan kedisiplinan belajar anak.
Artinya semakin rendah tingkat menonton tayangan film kartun di televisi
maka kedisiplinan belajar anak di rumah semakin tinggi.

2.

Angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0.003. Menunjukkan bahwa
signifikansi hitung sebesar 0.003 < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku menonton tayangan
film kartun di televisi dan kedisiplinan belajar anak di rumah.

3.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, Siswa MI Nurul Hikmah termasuk pada
golongan tingkat light viewers (penonton kelas ringan dalam arti menonton
rata-rata empat jam perhari atau kurang) dalam menonton tayangan film
kartun. Sebanyak 62 siswa (76%) yang terdiri dari 37 siswa memilih jawaban
2-4 jam perhari dan 25 siswa diantaranya memilih jawaban 1 jam perhari.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka beberapa saran yang dapat
disampaikan pada skripsi ini adalah :
1.

Perlu ditingkatkannya

peran orang tua sebagai kontrol dalam memberi

pengarahan dan pengawasan pada anak agar memprioritaskan belajar terlebih
dahulu kemudian menonton televisi sehingga budaya “terbiasa” itu dapat
muncul pada diri anak-anak. Salah satu cara yaitu dengan mengajarkan bahwa
ada waktu tersendiri untuk setiap kegiatan, pembagian waktu yang jelas
kapan menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain (terutama bermain
dengan anak lain) supaya mereka tetap aktif dan mampu bersosialisasi.

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

2.

Masalah disiplin belajar anak merupakan hal yang sangat penting, jika
kedisiplinan tersebut sudah tertanam dalam diri anak, maka ia akan berusaha
untuk belajar secara teratur, berkelanjutan dan sesuai dengan peraturanperaturan yang ada, sehingga akan tercapai sebuah prestasi dalam belajar.

3.

Orang tua sebaiknya memeriksa jadwal acara di televisi, sehingga orangtua
dapat mengatur jadwal belajar anak dan menonton televisi, sehingga program
acara televisi tidak mengganggu jadwal belajar bahkan tidak mengurangi
waktu belajar anak.

4.

Orang tua hendaknya mengenali motivasi anak menonton televisi, kemudian
menjadikan anak sibuk atau punya aktivitas lain seperti bermain dengan
teman, jalan-jalan atau menggambar, sehingga anak tidak lari pada televisi,
apalagi bagi anak yang sudah kecanduan berat televisi, orang tua seharusnya
membatasi jam menonton. Orang tua juga harus konsisten dalam bertindak
serta tidak bosan-bosan memberikan pengertian pada anak, sehingga anak
tahu dengan jelas mana hal yang boleh mana yang tidak boleh dan mana yang
baik dan mana yang buruk.

5.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tambahan tentang
perilaku menonton film kartun dan kedisiplinan anak di rumah dalam
penelitian selanjutnya serta agar dapat mengembangkan lebih banyak lagi
kasus atau fenomena mengenai dampak televisi untuk diteliti bagi peneliti
selanjutnya.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suaptu Pendekatan Praktek. Edisi kelima.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.
Cangara, H. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grafindo Persada
Chen, M. 1996. Anak-anak dan Televisi, Buku Panduan Orangtua Mendampingi
Anak-anak Menonton Televisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Devito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional Book
Effendy, O. U. dan Bakti C. A. 2003. Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Feldman, P. O. 2009. Human Development, Perkembangan Manusia . Jakarta:
Salemba Humanika
Gerungan, A. W. 1988. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Hafied. C. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Hamalik, O. 2005. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:
Tarsito
Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press
Hurlock, E. B. 2003. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Isnawati, 1999, Studi Komparasi, Prestasi Belajar Matematika antara SMUN
Kotamadya Yogyakarta dengan SMUN Kotamadya Pontianak ditinjau dari
Sikap, Disiplin Belajar dari Kepercayaan Diri, Skripsi, (Tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Kriyantono, R. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

John, L. dan Stephen W. 1999. Theories of Human Communication. 6th Edition.
Belmont CA. Wadsworth Publishing Company
Marisson. 2004. Jurnalistik Televisi Mutakhir . Bogor: Graha
Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia
Masri, S. dan Effendi. 2003. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
McLuhan, Marshall.2001.Understanding Media .London:Routledge
McQuail, D. 2002. Teori Komunikasi Massa . Jakarta: Erlangga
McQuail, D. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar . Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Morrisan, 2005. Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio dan Televisi .
Jakarta: Ramdina Prakasa
Mulyana, D. 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma

Baru

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya
1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Neuman, W. L. 2000. Social Research Methods, Allyn and Bacon, Boston
Nurudin, 2007. Pengantar Komunikasi Massa . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Prasetyo, Y. dan Zidni I.M (2011), Hubungan antara Perilaku Menonton Televisi
dengan Kedisiplinan Belajar pada Siswa SDN Ringin Putih 3 Borobudur
Rakhmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Riduwan. 2010. Dasar – dasar Statistika . Bandung : Alfabeta
Sadirman S. A. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak, edisi ke-11 jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Singarimbun, M. dan Sofyan E. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: PT
Rineka Cipta
Stephen W. L. J. & Karen A. F. 2009. Teori komunikasi, Theories of human
communication (edisi 9), terjemahan. Salemba Humanika: Jakarta

Subyantoro, A. dan FX. Suwarto, 2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Andi
Sugiyono, 2001. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sutedjo, H. 1989. Mengapa Anak Anda Malas Belajar? . Jakarta: PT Gramedia
Testiandini, A. 2006. Pola Menonton Sinetron dan Perilaku Etis Remaja: Kasus
Sinetron Bertemakan Remaja di Televisi. Skripsi. Bogor: Institut pertanian

Bogor
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa . Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Edisi ketiga. Yogyakarta: Andi
Offset
Werner J. Severin‐James W. Tankard, Jr., 2005. Teori Komunikasi. Jakarta:
Prenada Media, h. 357

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com

Wisadirana, Darsono, Antoni dan Siti Kh. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi.
Malang: UMM Press
WS. Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

1

Mahasiswi Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya Malang. E-mail : eva_anggraini1406@yahoo.com