Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Pening

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah makalah yang berjudul
Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Kedua, kami memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya
serta ucapan terima kasih kepada :
1. Dra. FENNO FARCIS, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Profesi
Kependidikan yang telah memberikan banyak sekali ilmu, bimbingan dan
motivasi. Ibu Dra. FENNO FARCIS, M.Pd. telah membuka cakrawala
baru dalam mengantarkan kami menjadi guru profesional yang tidak
hanya berkualitas tetapi juga kompetitif dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.
2. Perpustakaan Universitas Palangka Raya yang telah memberikan akses
kami dalam mencari buku-buku referensi, walaupun dengan koleksi yang
belum terlalu lengkap. Semoga dikemudian hari, perpustakaan Unversitas
Palangka Raya dapat menjadi rumah kedua mahasiswa dalam menjalani

aktivitas perkuliahannya dalam menunjang pendidikan.
3. Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya yang telah menyediakan layanan
hotspot gratis sehingga penulis dapat mengakses internet dalam
mengumpulkan materi-materi makalah ini.
4. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Angkatan 2010 yang telah
menjadi teman, sahabat, saudara dan rekan seperjuangan dalam
menggapai mimpi dan cita-cita. Semoga suatu saat dapat menjadi guru
yang profesional, berkualitas dan kompetitif yang tentunya akan menjadi
guru yang dicinta dan dirindu oleh para siswanya kelak.
Tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran yang membangun, kreatif dan
inovatif seyogyanya sangat kami harapkan sebagai keikutsertaan membangun dunia
ilmu pendidikan.
Akhir kata, kami mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
apabila banyak terdapat kesalahan, sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang
Maha Esa semata dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.
1|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Palangka Raya, 9 Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI
2|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Guru Sebagai Motivator............................................................. 7
2.2 Pengertian Motivasi Belajar....................................................... 7
2.3 Macam-macam Motivasi Belajar............................................... 9
2.4 Fungsi Motivasi Belajar............................................................. 11
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Objek Penulisan......................................................................... 13
3.2 Metode Penulisan....................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa............... 14
4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa...................................... 18
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................ 24
5.2 Saran........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
3|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar

Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan fondasi bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang besar
adalah bangsa yang menghargai pendidikan. Salah satu parameter majunya negara
adalah kualitas pendidikan. Indonesia yang merupakan negara dengan keadaan
geografis kepulauan dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta menyebabkan
berbagai permasalahan. Dimulai dari keadaan geografis, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan, kesejahteraan guru
hingga birokrasi kebijakan yang tidak relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama
kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain
melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan

sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi
guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah
tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan
pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih
bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi,
seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara
otomatis lembaga pendidikan ( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran)
yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang
diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak
berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi
dalam institusi ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini
lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.
Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi
4|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan
singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan,
seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Paradigma permasalahan pendidikan tidak lagi berorientasi pada peningkatan
kuantitas tetapi pada kualitas. Kualitas pendidikan kita pun masih terpuruk.
Berdasarkan data hasil penelitian di Singapura (September 2001) menempatkan
sistem pendidikan nasional pada urutan 12 dari 12 negara Asia bahkan lebih rendah
dari Vietnam. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun
2000 menunjukkan kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara.
Kondisi lebih memprihatinkan bila melihat laporan dari International Institute
of Management Development pada tahun 2000 yang menyebutkan, dari 48 negara
yang diukur, daya saing SDM Indonesia menempati urutan ke-47, sementara
Thailand 34, Filipina 32, Malaysia 27, Singapura 2. Salah satu faktor penting yang
menyebabkan rendahnya peringkat HDI Indonesia adalah angka partisipasi
pendidikan. Data dari Balitbang Depdiknas menyebutkan angka partisipasi murni
(APM) pada jenjang SD/MI 94,44, SLTP/MTs 54,81, dan SLTA 31,46. Angka yang
diperoleh Indonesia itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara
tetangga. Angka partisipasi kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

Indonesia sekitar (64%), Malaysia 65%, Singapura 73%, Filipina 82%, dan Korea
Selatan 90%.
Salah satu permasalahan yang sangat urgent pada bidang pendidikan
khususnya pada proses pembelajaran yaitu rendahnya motivasi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal inilah yang menjadi salah satu biang keladi
terpuruknya pendidikan di Indonesia karena motivasi belajar akan sangat
mempengaruhi hasil belajar seorang siswa. Oleh karena itu, guru-guru profesional di
Indonesia sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya
demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

5|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat


diidentifikasi beberapa

rumusan masalah antara lain :
1. Apa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa di
Indonesia?
2. Bagaimana alternatif solusi dalam menumbuhkan serta meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan
Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa antara lain :
1. Sebagai syarat tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa.
3. Menjelaskan cara meningkatkan motivasi belajar siswa bagi guru-guru di
Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah yang berjudul Perbaikan Mutu
Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa antara lain :
1. Dapat menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi
belajar siswa.
2. Dapat memberikan inovasi baru dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa.
3. Sebagai bahan referensi mata kuliah Profesi kependidikan.
4. Sebagai kajian dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

BAB II
6|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Guru Sebagai Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan
semangat dan mengubur kelemahan anak didiknya. Sebagai seorang motivator, guru
adalah psikolog yang diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya,
sehingga mengetahui kondisi lahir batinnya. Dan dari pengetahuan ini, seorang guru
akan mencari model motivasi yang cocok bagi anak didiknya.
Menurut Oemar Hamalik (2008), memotivasi belajar penting artinya dalam
proses belajar siswa, karena berfungsi mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan

kegiatan belajar. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip motivasi belajar sangat erat
kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri.
Menurut Gagne (1975), setidaknya ada empat fungsi yang harus dilakukan
guru kaitannya sebagai motivator. Pertama, arousal function atau membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar. Kedua, expectancy funtion yaitu menjelaskan secara
kongkret kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
Ketiga, incentive function maksudnya guru memberikan ganjaran untuk prestasi
yang dicapai dalam rangka merangsang pencapaian prestasi berikutnya dan
keempat, disciplinary function bahwa guru membantu keteraturan tingkah laku
siswa.
Keempat fungsi tersebut, selayaknya diperankan dengan tepat oleh guru
dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga diharapkan motivasi belajar siswa
semakin lama akan semakin meningkat dan tinggi.
2.2 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh
terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan
dengan istilah motivasi. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Atau seperti dikatakan oleh Sardiman dalam
bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim
Purwanto : motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang.

Sedangkan S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorog seseorang untuk
melakukan sesuatu.
7|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri
seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu.
Adapun pengartian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik
secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan
tertentu. Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah :
M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong
tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu
kebutuhan.
WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif
menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan atau dihayati.
Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah
pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang
agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mecapai hasil atau tujuan tertentu.
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri eseorang yang ditandai dengan munculnya
"feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi
adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu
guna mencapai tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan
adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada
organisme manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
8|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
2.3 Macam-macam Motivasi Belajar
Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk
menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam
beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya menurut
Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada
tiga golongan yaitu :
a. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus,
kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.
b. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency
motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi
karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari
bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
c. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau
tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri
kita.
Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan jenis
motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif bawaan, (motive
psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai
berikut :
a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau
jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya.
b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan
manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik
(etika) dan sebagainya.

9|Page

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan
dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan
bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang.
Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi
yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain,
tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya
dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh
pengetahuan dan sebagainya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan,
motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa
memerlukan rangsangan dari luar. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi
intrinsik adalah:
1. Adanya kebutuhan
2. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri
3. Adanya cita-cita atau aspirasi.
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan
Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam
perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan,
suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang
mau

melakukan

sesuatu.

Dari

beberapa

pendapat

di

atas,

dapat

disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena
adanya pengaruh dari luar.
Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk
memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah,
10 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain
merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa
karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain.
Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak
penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar
keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen
lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga
siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah
maupun di rumah.
Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka
motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan
aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
2.4 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar
mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.
Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu.
Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi
siswa. Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, Pada mulanya siswa tidak ada hasrat
untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari, muncullah minat untuk
belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan dia yang akhirnya mendorong
siswa untuk belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke
arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai
pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam
rangka belajar.

b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang
melahirkan sikap terhadap siswa itu merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung. Siswa akan melakukan aktivitas dengan segenap jiwa dan
11 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

raga. Akal dan pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung
tunduk dengan kehendak perbuatan belajar.
c.

Menentukan dan menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatanperbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu
akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk
bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi
berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar
akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan
terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Objek Penulisan
12 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Objek penulisan dalam makalah yang berjudul Perbaikan Mutu Pendidikan
Melalui Peningkatan Motivasi Belajar Siswa adalah mengenai faktor-faktor
penyebab dan solusi dalam menghadapi permasalahan rendahnya motivasi belaar
siswa di Indonesia.
3.2 Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, ada 2 metode pengumpulan data antara lain :
1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku literatur – literatur
yang berkaitan dengan permasalahan pendidikan di Indonesia.
2. Studi Internet, yaitu pengumpulan literatur – literatur melalui media
internet.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa
13 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Pencapaian prestasi pada bidang fisika dan matematika siswa Indonesia di
dunia internasional terbukti sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35
dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa
Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development
Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia
secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human
Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya
menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara
tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992),
studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement)
di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada
pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5
(Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi
bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang
memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal
dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science StudyRepeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara
peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA,
ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia
Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik
di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
Hal ini menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa di Indonesia yang
terlihat pada prestasi dan hasil belajarnya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
motivasi belajar merupakan titiik start siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, oleh karena itu seorang siswa dengan start bagus akan memiliki peluang
yang besar dalam mencapai prestasi dan hasil belajar yang maksimal.
Faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa di
Indonesia antara lain :
14 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi
yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah
yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat
146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang
kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi
baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau
23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka
kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada
umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun
dengan persentase yang tidak sama.
Dalam sudut pandang siswa sudah pasti kesan pertama adalah tempat belajar,
jika tempat belajar dan sarana (media pembelajaran) tersedia dan memadai, siswa
akan dengan mudah terpacu semangatnya dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di
berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07%
(negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta),
untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak
mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru
itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru
SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain
15 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma
D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru
57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari
181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan
S3).
Dalam hal perencanaan pembelajaran, seorang guru akan dituntut merancang
kegiatan belajar mengajar dari fase awal hingga akhir, dalam hal ini fase memotivasi
siswa sangat penting bagi keseluruhan proses belajar, oleh karena itu jika seorang
guru gagal memotivasi siswanya, maka sudah dipastikan siswa akan semakin berat
dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan
pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada
kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar
yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah
Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal
Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni
(APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa).
Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan
di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan
pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini
nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan
pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Sejalan dengan kualitas sarana fisik yang rendah pada sekolah yang kurang
diperhatikan, siswa pada sekolah tersebut akan memiliki tingkat motivasi yang
rendah.
4. Metode Pembelajaran Kurang Menarik
Seorang guru harus mengenal bermacam-macam metode pembelajaran agar
kegiatan belajar mengajar berjalan secara variatif, sehingga guru dan siswa
bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran. Hal ini juga berhubungan
dengan kualitas seorang guru yang harus memiliki pengetahuan luas tentang bidang
16 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

pendidikan

khususnya

dalam

proses

belajar

mengajar.

Beberapa

metode

pembelajaran antara lain:
a. Metode eramah
b. Metode diskusi
c. Metode demonstrasi
d. Metode ceramah plus
e. Metode resitasi
f. Metode eksperimen (percobaan)
g. Metode karya wisata
h. Metode penemuan (discovery)
i. Metode Inquiry
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh pendidik, oleh karena itu seorang pendidik perlu mengetahui,
mempelajari, dan mempraktikkan metode belajar yang beragam berdasarkan materi
ajar yang juga beragam.
5. Anggapan Siswa yang Kurang Tepat
Sebagian siswa mudah terpengaruh oleh pernyataan belajar bidang tertentu
akan sulit. Secara tidak disadari, ini telah menanamkan sifat pesimis yang akan
menghambat motivasi yang diberikan oleh guru profesional sekalipun. Ini berkaitan
dengan motivasi intrinsik siswa yang telah dipengaruhi sifat pesimis tersebut.
6. Kurikulum yang Kurang Relevan
Kurikulum yang ditentukan kurang sinergis dengan kebutuhan dan minat
siswa sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
7. Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya
Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi
yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung
bekerja melaut dari pada bersekolah. Hal yang sama akan terjadi pada siswa yang
hidup pada lingkungan yang menjunjung tinggi budaya yang kurang mementingkan
pendidikan.
8. Kemajuan Teknologi dan Informasi
Sebagian siswa akan sulit mengikuti proses belajar mengajar yang mereka
anggap kuno karena hanya sebatas belajar di kelas dengan media yang terbatas.
17 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Dalam hal ini, guru diharapkan sigap mengetahui harapan siswanya sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang kondusif.
9. Masalah Pribadi Siswa
Setiap siswa memiliki kehidupannya di rumah dan lingkungan sekitarnya,
oleh karena itu guru diharapkan peka terhadap siswanya yang sedang bermasalah
dengan kehidupan pribadinya.
4.2 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian
kinerja atau prestasi belajar siswa. Sebagai komponen yang secara langsung
berhubungan dengan permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa, maka guru
harus mengetahui beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk memelihara dan
meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut pemikiran dari USAID DBE3 Life
Skills for Youth, berikut ini beberapa ide yang dapat digunakan oleh guru untuk
memotivasi siswa di dalam kelas, diantaranya adalah :
1. Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang Variatif.
Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan
kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan
mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan
termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode
belajar yang bervariasi di dalam kelas. Mencoba membuat pembagian peran, debat,
transfer pengetahuan secara singkat, diskusi, simulasi, studi kasus, presentasi dengan
audio-visual dan kerja kelompok kecil.
2. Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif
Pada usia muda, seorang siswa lebih menyukai melakukan kegiatan,
berkreasi,

menulis,

berpetualang,

mendesain,

menciptakan

sesuatu

dan

menyelesaikan suatu masalah. Hindarilah menjadikan siswa peserta pasif di kelas
karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuannya. Sebaiknya
menggunakan metode belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa
simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Jangan memberikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa sanggup dilakukan oleh
siswa.
18 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

3. Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan Sesuai
Menyiapkan rencana pembelajaran yang cocok dengan siswa dan sesuai
minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar.
Kemudian memberikan tugas yang menantang namun realistis. Realistis dalam
pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam
menyelesaikan tugas sebaik mungkin, namun tidak terlalu sulit agar jangan banyak
siswa yang gagal dan berakibat turunnya semangat untuk belajar.
4. Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif
Kelas yang aman, tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk
berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar.
Apabila siswa belajar di suatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan
tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka maka mereka cenderung
terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.
5. Memberikan Tugas Secara Proporsional
Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan
dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu
memenuhi standar dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal.
Gunakan mekanisme nilai seperlunya, dan cobalah untuk memberikan komentar atas
hasil kerja siswa mulai dari kelebihan mereka dan kekurangan mereka serta apa yang
bisa mereka tingkatkan. Memberikan komentar yang membangun secara jelas dapat
sangat berpengaruh terhadap semangat belajarnya. Berikan kesempatan bagi siswa
untuk memperbaiki tugas mereka apabila mereka merasa belum cukup. Jangan
mengandalkan nilai untuk merombak sesuatu yang tidak sesuai dengan pribadi
sendiri.
6. Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil
Mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar
mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Membantu siswa dalam
mencapai tujuan pribadinya akan meningkatkan semangat belajarnya dan juga perlu
memantau perkembangan mereka.
19 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

7. Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam Belajar
Membiarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar akan membuat siswa berat
dalam melakukannya. Sampaikan pada mereka apa yang perlu dilakukan. Buatlah
mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana cara mencapainya. Dalam
hal ini guru berfungsi sebagai motivator.
8. Menghindari Kompetisi Antar Pribadi
Kompetisi bisa menimbulkan kekhawatiran, yang bisa berdampak buruk bagi
proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurangi
peluang dan kecendrungan untuk membanding-bandingkan antara siswa satu dengan
yang lain dan membuat perpecahan diantara para siswa. Menciptakan metode
mengajar dimana para siswa bisa saling bekerja sama akan sangat membantu guru.
9. Memberikan Komentar
Berikan masukan para siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan
kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih
termotivasi terhadap kata-kata positif dibanding ungkapan negatif. Komentar positif
akan membangun kepercayaan diri. Ciptakan situasi dimana guru percaya bahwa
seorang siswa bisa maju dan sukses di masa datang.
10. Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan
Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang
ditunjukan siswa, akan lebih baik bila guru memberikan apresiasi bagi siswa yang
menunjukan kelakuan dan kinerja yang baik. Ungkapan positif dan dorongan sukses
bagi siswa Anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan
aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.
11. Antusias dalam Mengajar
Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting
untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila guru terlihat bosan dan kurang
antusias maka para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk selalu
tampil baik, percaya diri dan antusias di depan kelas.
20 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

12. Menentukan Standar yang Tinggi (namun realisitis) bagi Seluruh Siswa
Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak
yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri mereka. Bila Anda
mengharapkan seluruh siswa untuk termotivasi, giat belajar dan memiliki minat yang
tinggi, mereka cenderung akan bertindak mengikuti kehendak Anda. Anda harus
yakin bahwa Anda mampu memberikan motivasi tinggi pada siswa. Pada awal tahun
ajaran baru Anda harus menggunakan kesempatan agar seluruh siswa memiliki
motivasi yang tinggi.
13. Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi
Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah dsb, mungkin efektif bagi
sebagian siswa (biasanya bagi anak kecil) namun metode ini harus digunakan secara
hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetisi. Namun demikian, penggunaan
metode ini dapat melahirkan motivasi internal.
14. Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh Siswa dalam Kelas
Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa dengan kawan-kawan mereka dalam
satu kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugastugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.
15. Menghindari Penggunaan Ancaman
Hindari mengancam siswa dengan kekerasan, hukuman ataupun nilai rendah.
Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, namun
hal tersebut bisa memicu mereka mengambil jalan pintas (mencontek).

16. Menghindari Komentar Buruk
Gunakanlah komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa
yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan membuat
pernyataan yang negatif kepada para siswa di kelas berkaitan dengan perilaku dan
kemampuan mereka. Guru harus selektif dalam menggunakan kata-kata dan
21 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

berbicara dalam kelas. Apabila tidak hati-hati, kepercayaan diri siswa akan mudah
jatuh.
17. Mengenali Minat Siswa-siswa
Para siswa mungkin berada dalam satu kelas, namun mereka memiliki
kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa, bagaimana tanggapan mereka
terhadap materi dan apa minat, cita-cita, harapan dan kekhawatiran mereka.
Pergunakanlah berbagai contoh dalam pembelajaran yang ada kaitannya dengan
minat mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.
18. Peduli dengan Siswa-siswa
Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang
memiliki perhatian. Perlihatkan bahwa guru memandang para siswa sebagai
layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses
pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada
kemampuan Anda sebagai seorang guru. Cobalah membangun hubungan yang positif
dengan para siswa dan coba kenali mereka sebagaimana guru memperkrnalkan diri
pada mereka. Sebagai contoh, menceritakan pengalaman guru ketika masih menjadi
siswa.
Selain itu, orang tua siswa juga perlu mengetahui beberapa hal yang bisa
dilakukannya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, diantaranya adalah :
a. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu
untuk mengontrol kegiatan anak.
b. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak
c. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan
motivasi
d. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan
pembimbingan seperlunya
e. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap
keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu
dengan benar.
f. Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar selanjutnya.
22 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

Ketika permasalahan rendahnya motivasi sudah menjadi permasalahan yang
serius yang tidak bisa diantispasi oleh guru sendiri atau oleh orang tua sendiri, maka
kerja sama antara guru dan orang tua harus segera dilakukan. Ada beberapa cara
yang bisa dilakukan di ataranya :
a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa, cari faktor penyebab yang
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa, identifikasi masalahnya.
b. Mencari solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak.
Cari masalah yang bisa diatasi oleh guru, atau masalah yang bisa diatasi oleh
orang tua
c. Memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak, mereka sedang mengalami
permasalahan, maka orang tua dan guru harus mempunyai komitemen yang
tinggi untuk tidak menambah beban mereka dengan menyalahkan,
mencemooh anak-anak.
d. Libatkan siswa untuk memecahkan permasalahannya. Orang tua, guru dan
siswa perlu duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahannya.

BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan
Motivasi Belajar maka dapat disimpulkan antara lain :

23 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

1. Faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa di Indonesia adalah
sebagai berikut :


Rendahnya Kualitas Sarana Fisik



Rendahnya Kualitas Guru



Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan



Metode Pembelajaran Kurang Menarik



Anggapan Siswa yang Kurang Tepat



Kurikulum yang Kurang Relevan



Latar Belakang Ekonomi dan Sosial Budaya



Kemajuan Teknologi dan Informasi



Masalah Pribadi Siswa

2. Solusi bagi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai
berikut :


Menggunakan Metode dan Kegiatan Pembelajaran yang Variatif.



Menjadikan Siswa sebagai Peserta Aktif



Memberikan Tugas yang Menantang namun Realistis dan Sesuai



Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif



Memberikan Tugas Secara Proporsional



Melibatkan Diri untuk Membantu Siswa Mencapai Hasil



Memberikan Petunjuk pada Siswa agar Sukses dalam Belajar



Menghindari Kompetisi Antar Pribadi



Memberikan Komentar



Menghargai Kesuksesan dan Keteladanan



Antusias dalam Mengajar



Menentukan Standar yang Tinggi (namun realisitis) bagi Seluruh Siswa
24 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011



Memberikan Penghargaan untuk Memotivasi



Menciptakan Aktifitas yang Melibatkan Seluruh Siswa dalam Kelas



Menghindari Penggunaan Ancaman



Menghindari Komentar Buruk



Mengenali Minat Siswa-siswa



Peduli dengan Siswa-siswa

4.2 Saran
Semua guru dan calon guru sebaiknya dapat merefleksikan betapa pentingnya
proses motivasi demi kelangsungan proses belajar mengajar. Proses motivasi inilah
yang akan memperbesar peluang siswa dalam memperoleh hasil belajar yang
memuaskan. Dengan terselesaikannya masalah rendahnya motivasi siswa maka
kemajuan pendidikan dapat membawa kemajuan SDM bangsa menuju Indonesia
sejahtera.

25 | P a g e

Perbaikan Mutu Pendidikan Melalui Peningkatan Motivasi Belajar
Oleh M. Ikhwan Najmi ACB 110 044
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP, Universitas Palangka Raya, 2011

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan
Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.
Kasim, Melani. Tanpa Tahun. Makalah Masalah Pendidikan di Indonesia
(online).
Nur, Mohamad. 2008. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
Wardiyati, Agustin. 2006. Skripsi Hubungan Antara Motivasi Dengan
Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (online). diakses pada
tanggal 9 Desember 2011
http://belajarpsikologi.com/
http://irvanhabibali.wordpress.com/2011/06/03/meningkatkan-motivasi-siswadalam-belajar/
http://muhfida.com/cara-cara-menumbuhkan-motivasi-belajar-siswa/
http://penadeni.com/2011/06/13/159/

(Halaman diakses pada tanggal 9 Desember 2011)

26 | P a g e

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

1 54 171

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Sistem Informasi Persediaan Barang Di UPTD Pengembangan Olahraga Sekolah Dinas Pendidikan Kota Cirebon

1 20 64