T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Bahasa Jawa di TV Lokal: Analisis Wacana Kritis Program Acara Kuthane Dhewe dan Campursarinan Kompas TV Jawa Tengah T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan televisi hadir akibat perkembangan teknologi di dunia

(Badjuri, 2010:5). Lahirnya televisi tentu tidak lepas dari para penemu di eranya.
Seperti Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang menemukan hukum
Gelombang Elektromagnetik yang merupakan awal dari era komunikasi
elektronik. Setelah itu pada tahun 1939, televisi dapat dinikmati oleh warga
Amerika Serikat. Televisi masuk ke wilayah Asia dipelopori oleh Jepang (1953)
lalu Filipina pada tahun yang sama, dan Muangthai (1955). Lalu Indonesia dan
RRC pada tahun 1962 (Badjuri, 2010:7).
Perkembangan televisi Indonesia di mulai pada tahun 1962 dengan
diadakannya siaran percobaan tanggal 17 Agustus 1962 dengan menayangkan
acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ke-17 oleh stasiun TVRI
(Televisi Republik Indonesia). Lalu pada tahun 1989, barulah pemerintah
Indonesia memberikan izin operasi untuk televisi swasta seperti RCTI, SCTV,
Indosiar, ANTV dan TPI (Morissan, 2008:9).

Dalam Sistem Penyiaran Nasional siaran diartikan pesan yang berbentuk
suara atau gambar, atau suara dan gambar baik grafis, karakter, bersifat interaktif
maupun tidak (Arifin, 2014:186). Salah satu media siaran yang masuk dalam
sistem penyiaran adalah televisi. Televisi memiliki karasteristik sebagai media
siaran yang menyalurkan audio dan visual. Informasi yang diberikan kepada
masyarakat tidak hanya mengedepankan suara namun juga tampilan dari suatu
progam.
“Arifin (2014:190) menyebutkan bahwa : Undang-Undang Penyiaran
2002, disebutkan bahwa penyiaran televisi adalah media komunikasi
massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam

1

bentuk suara dan gambar secara umum baik terbuka maupun tertutup,

berupa program acara yang teratur dan berkesinambungan.“

Namun di era globalisasi ini, tidak dipungkiri bahwa teknologi semakin
berkembang dan dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat.
Seperti dalam sistem penyiaran Indonesia, kini telah hadir perangkat parabola.

Yang mana parabola adalah sistem program acara siaran berlangganan yang dapat
memberikan informasi maupun tayangan yang tidak hanya bersifat nasional
namun juga global. Dengan adanya tayangan yang bersifat global ini, perubahan
dapat terjadi di kalangan masyarakat. Masyarakat juga semakin terbuka dengan
budaya luar dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat juga memiliki sifat pluralisme.
Dampak negatif yang bisa dirasakan adalah ketika masyarakat lebih tertarik
dengan budaya luar dan meninggalkan nilai-nilai budaya asli Indonesia.
Dampak pluralisme yang negatif dapat diatasi dengan cara menambahkan
program acara televisi di bidang budaya. Sehingga masyarakat tidak lepas dari
nilai-nilai budaya asli Indonesia. Dapat dilihat pada peraturan Komisi Penyiaran
Indonesia Daerah (KPID) tentang Standar Program acara Siaran (SPS) pada BAB
XXV pasal 68 ayat 1 tentang Program acara Lokal dalam Sistem Stasiun Jaringan.
Bahwa program acara siaran lokal wajib diproduksi dan ditayangkan dengan
durasi paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk televisi. Sehingga
pentingnya siaran lokal ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
tentang budaya lokal yang menjadi identitas lokal yang mana budaya yang
ditayangkan adalah budaya asli dari Indonesia.
Fenomena

globalisasi


yang menyajikan tayangan

televisi

secara

international dan nasional, memang sangatlah menarik dalam memberikan
informasi karena lebih variatif dan memiliki keuntungan dari segi jangkauannya.
Karena jangkauan dari televisi international dan nasional lebih luas dari pada
wilayah lokal. Namun peneliti melihat bahwa di wilayah lokal, nilai-nilai budaya
masih dipertahankan seperti stasiun televisi lokal yang menayangkan program
acara berita dan hiburan dalam balutan bahasa Jawa. Didukung dengan adanya
peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah BAB XXV pasal 68 ayat 1, maka
2

stasiun televisi tidak hanya membuat program acara dari segi keuntungan tetapi
juga memperhatikan aspek nilai-nilai budaya yang dibawa.
Televisi lokal tentunya juga mendapatkan kesempatan untuk melestarikan
kearifan lokal salah satunya bahasa daerah. Didukung dengan adanya Undangundang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran, dimana

pada pasal 38 disebutkan bahwa,
“Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam
penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan apabila diperlukan,

untuk mendukung mata acara tertentu.”1

Seperti salah satu stasiun televisilokal di kota Semarang yaitu Kompas
TV Jawa Tengah, ada dua program acara yang menggunakan bahasa lokal yaitu
bahasa Jawa. Kedua program acara tersebut adalah Kuthane Dhewe dan
Campursarinan. Program acara Kuthane Dhewe adalah program acara yang
menyajikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Tengah dan sekitar
Semarang dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa Jawa ngoko
Semarangan.
Berikut cuplikan gambar dari program acara Kuthane Dhewe dan
Campursarinan

1

https://www.komisiinformasi.go.id , diakses pada tanggal 3 Mei 2017 pada pukul 21:27 WIB


3

Gambar 1, 2, 3 Cuplikan Program acara Kuthane Dhewe, tanggal 17 Juli 2016

Gambar 4, 5, 6 Cuplikan Program acaraCampursarinan, tanggal 31 Juli 2016
Sedangkan program acara Campursarinannan adalah program acara yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa Jawa ngoko Semarangan yang disisipi
bahasa Indonesia, bahasa Jawa yang digunakan adalah bahasa Jawa yang sudah
lahir dan ada di daerah Semarang. Isi dari program acara ini yaitu menyampaikan
salam maupun pesan melalui telepon maupun media sosial yang disediakan dan

4

menampilkan lagu-lagu Campursarinan (lagu khas kegemaran masyarakat Jawa
Tengah) oleh penyanyi lokal. Dapat kita lihat juga dari visi Kompas TV Jawa
Tengah itu sendiri yaitu,
“Menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah dalam menyukseskan
program-program

pembangunan,


yang

berbasis

kearifan

lokal

masyarakat Jawa Tengah dan Indonesia pada umumnya.”2

Sehingga dari visi yang telah dicanangkan, Kompas TV Jawa Tengah
tentunya akan memberikan tayangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan dari
fenomena yang terjadi, kedua program acara ini dapat menjadi cara yang efektif
untuk mengajarkan kepada masyarakat untuk menghargai nilai-nilai budaya
Indonesia khususnya budaya lokal. Maka peneliti memilih program acara Kuthane
Dhewe dan Campursarinan Kompas TV Jawa Tengah dalam penelitian ini.
Dari diskusi yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah satu informan
bernama Fredy Priyanto selaku pembimbing kegiatan magang profesi di Kompas
TV Jawa Tengah, Bahasa Jawa Ngoko Semarangan yang digunakan untuk

menyampaikan informasi dalam program acara Kuthane Dhewe bukanlah Bahasa
Jawa Ngoko yang sesuai dengan struktur bahasa Jawa. Bahasa yang digunakan
adalah hasil serapan dan pengaruh dari daerah selatan, seperti Solo, Yogyakarta
dan Pantura. Bahasa Jawa seharusnya diungkapkan sesuai tata Bahasa Jawa yang
baik, baku dan benar, namun program acara Kuthane Dhewe tidak demikian.
Program acara Campursarinan juga menjadi salah satu program acara pilihan
peneliti karena memiliki alasan yang sama, yaitu penggunaan bahasa pengantar
dengan percampuran budaya antara bahasa Jawa dan Indonesia.
Ditinjau dari alasan pemilihan stasiun televisi dan keunikan dari program
acara yang disajikan. Program acara Kuthane Dhewe dan Campursarinan
memiliki ciri khas pada bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa ngoko

2

Dokumen Kompas TV Jawa Tengah

5

Semarangan di mana bahasa yang dipakai ini sudah sangat relevan dengan

peraturan KPID BAB XXV pasal 68 ayat 1.
Alasan praktis dari pemilihan stasiun televisi ini dikarenakan letak
geografis di mana peneliti berdomisili. Transportasi yang mudah untuk diakses
baik transportasi umum maupun pribadi, memiliki jarak tempuh yang kurang
lebih 2 jam saja dari Salatiga ke Semarang. Dan Kompas TV Jawa Tengah juga
menjadi instansi dalam pelaksanaan kegiatan magang profesi yang telah dilakukan
oleh peneliti. Dan memungkinkan sekali bagi peneliti untuk mendapatkan
informasi seputar Kompas TV Jawa Tengah. Tidak hanya itu peneliti melihat
bahwa fenomena penggunaan bahasa lokal ini sangat menarik, tentunya didukung
dengan dua program acara Kompas TV Jawa Tengah yaitu program acara
Kuthane Dhewe dan program acara Campursarinan.
Penggunaan bahasa Jawa dalam program acara Kuthane Dhewe dan
Campursarinan inilah yang menjadi keunikan dan kekhasan. Sehingga sangat
menarik untuk mengetahui latar belakang apa yang mempengaruhi pembentukan
bahasa yang digunakan dan alasan kedua program acara diproduksi menggunakan
bahasa Jawa. Hal inilah yang akan dianalisa oleh peneliti menggunakan teori
analisis wacana kritis model Fairclough dalam Critical Discourse Analysis
(Analisis Wacana Kritis) (Haryatmoko, 2016:23) tiga dimensi analisis wacana
kritis dapat dijelaskan sebagai berikut,
“Pertama, teks yaitu mengacu pada wicara, tulisan, grafik dan

kombinasinya atau semua bentuk linguistik teks (khasanah kata,
gramatika, syntax, struktur matafora, retorika). Kedua, praktik diskursif,
dimensi ini ada proses menghubungkan antara produksi dan konsumsi
teks, fokusnya diarahkan pada cara pengarang teks mengambil wacana
dan genre dengan memperhatikan bagaimana hubungan kekuasaan
dimainkan.Ketiga, praksis sosial, dimensi ini telah masuk ke pemahaman
intertektual, peristiwa sosial di mana teks dibentuk dan membentuk

praktis sosial.”

6

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang


masalah

di

atas

dapat

dirumuskan

permasalahan sebagai berikut,
Mengapa program acara Kuthane Dhewe dan Campursarinan di Kompas
TV Jawa Tengah diproduksi dengan menggunakan bahasa Jawa?

1.3

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan pemilihan dasar penggunaan bahasa Jawa dalam

produksi program acara Kuthane Dhewe dan Campursarinan di Kompas
TV Jawa Tengah.

1.4

Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang ilmu komunikasi dan sebagai acuan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya yang berniat meneliti dan mengkaji tentang analisis wacana
kritis khususnya model Fairclough.
1.4.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan pembaca dapat memberikan
apresiasi terhadap program-program pemerintah yang mengangkat unsur
lokal. Dan diharapkan juga pembaca dapat menjaga dan mempraktikan
nilai-nilai budaya lokal.

7

1.5

Definisi Konsep-Konsep yang Digunakan
a. Program Acara Informasi dan Hiburan
Program informasi menurut Morissan (2008:218) adalah segala jenis
siaran yang memberikan tambahan pengetahuan atau informasi kepada
khalayak. Program informasi dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita
keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita atau “news” berisi
tentang informasi yang bersifat baru dan penting bagi khalayak. Menurut
Hornbby dalam Tamburaka (2012:135) menjelaskan bahwa “news”
sebagai laporan tentang apa yang terjadi dan paling mutakhir atau sangat
baru. Dapat dikatakan berita adalah laporan tentang peristiwa yang bersifat
aktual dan menarik perhatian khalayak.
Dalam tujuannya untuk menarik perhatian khalayak, berita dibuat dengan
memperhitungkan setiap bagiannya. Berita pun tidak luput dari sebuah
kontruksi tertentu (Tamburaka, 2012:137). Sedangkan program hiburan
menurut Morissan (2008:223) adalah segala bentuk siaran yang memiliki
tujuan untuk menghibur, baik dalam bentuk musik, lagu, cerita dan
permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama,
permainan (game), musik dan pertunjukan. Salah satu kategori hiburan
yaitu musik. Dalam program musik dapat ditampilkan dalam dua format,
yaitu videoklip dan konser. Program musik dapat diadakan baik di luar
ruangan/ lapangan dan di dalam studio.
b. Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem kategorisasi, di mana kosakata tertentu dipilih
untuk membentuk makna tertentu (Eriyanto, 2001:15). Sedangkan menurut
Dardjowidjojo (2007:14) bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang abitrari
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antara sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki
bersama yang membentuk suatu konstituen bersifat hierarki.

8

c. Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis,
bahasa dianalisis untuk menghubungan dengan konteks (praktik tertentu).
Sedangkan

wacana

menurut

Darma

(2009:49)

adalah

proses

pengembangan dari komunikasi yang menggunakan simbol-simbol yang
berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa yang terjadi dalam sistem
kemasyarakatan yang luas. Sehingga analisis wacana yang dimaksud yaitu
upaya untuk mengungkapkan maksud tersembunyi dari subjek (penulis)
yang mengemukakan suatu pernyataan.
d. Analisis Wacana Kritis Fairclough
Fairclough
memusatkan

dalam

Eriyanto

pembahasan

(2001:285-320)

wacana

pada

menyatakan

bahasa.

Wacana

bahwa
dalam

pemahaman Fairclough dibagi ke dalam tiga dimensi yaitu text, discourse
practice, dan sociocultural practice. Sedangkan Fairclough dalam

Haryatmoko (2016:23) tiga dimensi analisis wacana kritis dapat dijelaskan
sebagai berikut,
1. Pertama , teks yaitu mengacu pada wicara, tulisan, grafik dan
kombinasinya atau semua bentuk linguistik teks (khasanah kata,
gramatika, syntax, struktur matafora, retorika).
2. Kedua , praktik diskursif yaitu semua bentuk produksi dan
konsumsi teks. Pada dimensi ini ada proses menghubungkan antara
produksi dan konsumsi teks, fokusnya diarahkan pada cara
pengarang

teks

mengambil

wacana

dan

genre

dengan

memperhatikan bagaimana hubungan kekuasaan dimainkan.
3. Ketiga , praksis sosial tertanam dalam tujuan, jaringan dan praktis
budaya sosial yang luas. Pada dimensi ini telah masuk ke
pemahaman intertektual, peristiwa sosial di mana teks dibentuk
dan membentuk praktis sosial.

9

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45