T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaan Air dan Strategi Keberlanjutan Program Pengelolaan Air Bersih di Kampung Kaironi Distrik Sidey Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat T1 BAB V

BAB V
PERAN LEMBAGA KAMPUNG DALAM MENGELOLA PARTISIPASI
MASYARAKAT

5.1. Lembaga Kampung Kaironi

Gambar 9.
Jalan Masuk Kampung Kaironi
Lembaga Kampung Kaironi ada sejak tahun 1975. Awalnya dipimpin oleh
seorang

kepala

kampung,

yang

nantinya

akan


menentukan

sendiri

kepengurusannya dalam lembaga seiring berjalannya waktu. Kepala Kampung
wajib disetujui oleh masyarakat kampung, karena sudah di wariskan dari
pemimpin kampung yang terdahulu, dan sekarang kepala kampung kaironi
merupakan generasi ke 3 dan sudah menjabat sejak tahun 1999. Dalam
wawancara peneliti dengan Sekretaris Kampung Kaironi Bapak Decky Waramui 1
pada tanggal 15 April 2017, beliau sendiri mengatakan tidak begitu ingat
mengenai terbentuknya lembaga kampung Kaironi. Hal ini di ungkapkan dala
wawancara berikut:
Bapa kurang tahu pasti, kira-kira lembaga kampung ada
sekitar tahun 1975 waktu jamannya bapa bupati Drs.
Esau Sesa dulu. Keseluruhan sampai sekarang untuk
1

Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi


35

pengurus kampung ada 7 terus Baperkam ada 5 orang ..
keseluruhan ada 12 orang.
Dari wawancara diatas, yang menjadi alasan beliau tidak mengingat pasti
berdirinya lembaga kampung karena baru menjabat sebagai pengurus kampung
tahun 2012. Kepala kampung disetujui langsung oleh masyarakat, karena
diwariskan turun temurun sampai sekarang generasi ke 3. Hal tersebut diperkuat
saat wawancara peneliti dengan Bapak Yusak Infarido2 selaku kepala kampung
Kaironi pada tanggal 9 Februari 2017 berikut ini:
Awalnya Bapa jadi kepala kampung, masyarakat
kampung setuju juga bapa jadi kepala kampung, karna
bapa punya bapa dulu kepala kampung disini, terus
bapa punya kakak yang jadi kepala kampung, terus
sekarang bapa sendiri yang jadi kepala kampung. Bapa
jadi kepala kampung dari tahun 1999.
Hal ini ditunjukkan dari foto di bawah ini saat peneliti mewawancarai Kepala
Kampung:

Gambar 10.

Peneliti Mewawancarai Kepala Kampung Kaironi
Selain lembaga pengurus kampung, terdapat juga organisasi pendukung bagi
masyarakat kampung seperti PKK dan Karang Taruna. Kegiatan yang dilakukan
beragam seperti membuat kue, membuat noken, dan menganyam tikar untuk para
mama-mama kampung. Dan juga dari karang taruna kegiatannya lebih kepada
melibatkan pemuda kampung terhadap olah raga yang menjadi kegemaran
2

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

36

masyarakat kampung yaitu bola voli. Pernyataan ini di dukung oleh wawancara
peneliti dengan Bapak Decky Waramui3 pada tanggal 15 April berikut:
Di kampung ini, ada PKK dan Karang Taruna. PKK
kegiatannya untuk mama-mama dong di kampung
seperti buat kue, anyam tikar, terus buat noken. Kalo
Karang Taruna itu kegiatan nya untuk tong punya anakanak muda disini. Macam olah raga bola voli.
Kegiatan-kegiatan dari organisasi pendukung seperti membuat kue,

membuat noken untuk mama-mama di kampung lebih kepada pengembangan
kreatifitas dan mengisi waktu luang sehari-hari. Keterlibatan mereka di kampung
di perlukan juga, misalnya ada sosialisasi di balai kampung, mereka bisa
menyiapkan konsumsi dan juga memakai bahan-bahan dari sekitar lingkungan
kampung. Lalu kegiatan karang taruna melibatkan pemuda kampung pada
kegiatan yang bersifat positif, dan juga menjadi tontonan yang meriah untuk
masyarakat kampung.
Kampung Kaironi di huni suku Meyah yang merupakan salah sub suku
Arfak. Penamaan Kampung Kaironi diambil dari kali yang ada di kampung
tersebut. Lalu termasuk juga penamaan dalam fam atau marga mereka, contohnya
waramui dan Wariori di ambil dari nama kali besar yang ada di distrik Sidey.
Pengetahuan yang peneliti dapat saat memawancari kepala kampung dalam
budaya suku Meyah seperti penamaan tempat dan marga mereka terbilang unik
dan sangat mengandung makna bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat
menghargai alam. Alam mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari
sebagai sumber kehidupan. Hal ini yang dituturkan oleh Bapak Yusak4 bahwa:
Jadi, nama kampung ini Kaironi karna di kampung ini
ada kali, makanya tong kasih nama kampung Kaironi.
Dan tong orang Meyah punya fam pake nama dari
tempat macam kali begitu, jadi fam nya ada Waramui,

wariori itu di ambil dari nama kali besar. Kalau anak ke
kampung ini pasti lewat jembatan kali itu.
3

Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi
4
Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

37

Gambar 11.
Kali Waramui Yang Menjadi Penamaan Marga Orang Meyah
Kali Waramui dalam gambar diatas merupakan sejarah penamaan marga
bagi masyarakat meyah. Kali ini merupakan jalan utama untuk menuju kampung
Kaironi yang diatasnya dihubungkan dengan akses jembatan.
5.2.

Pengelolaan Partisipasi Di Kampung Kaironi

Lembaga Kampung Kaironi memiliki cara sendiri untuk mengelola

partisipasi yang ada di masyarakat. Seperti dengan kegiatan-kegiatan yang
melibatkan masyarakat. Seperti bersih-bersih kampung di hari jumat, lewat
kegiatan olah raga di kampung, membantu masyarakat dalam membangun pagar,
dan ikut membantu kegiatan pembangunan dari pemerintah yang memerlukan
tenaga. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Yusak Infarido5 dalam wawancara
dengan peneliti pada tanggal 9 Februari 2017 berikut ini :
Jadi, tong pu cara disini untuk kelola partisipasi di
masyarakat kampung yaitu dengan kegiatan kampung.
Seperti setiap hari jumat tong pu kegiatan bersih-bersih
kampung. Terus macam masyarakat mau buat pagar,
nanti masyarakat bantu cari kayu di hutan. Terus kalau
macam su desember natal tong masyarakat kampung
sama-sama bikin pondok natal. Lewat kegiatan bola
voli juga masyarakat senang sekali. Macam
pembangunan di kampung ini kalo butuh tenaga
masyarakat juga ikut bantu.
5


Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

38

Pengelolaan partisipasi yang di lakulan oleh lembaga kampung Kaironi
merupakan cara yang sederhana dengan melibatkan masyarakat pada kegiatankegiatan yang ada di kampung. Dan juga masyarakat kampung turut membantu
pembangunan yang ada di kampung mereka lewat tenaga masyarakat. Walaupun
keterlibatan dalam segi ekonomi kurang, namun dari segi sosial masyarakat
kampung

sangat

membantu

dalam

pembangunan

kampung


dan

juga

mensukseskan kegiatan kampung. Ketika bulan desember tiba masyarakat
membuat pondok natal, tentunya butuh tenaga besar dalam mencari bahan-bahan
untuk membuatnya. Mereka harus mencari kayu dihutan dan

juga dalam

pembangunan di kampung seperti membangun gapura kampung, dapat
menghemat anggaran kampung. Jadi tidak perlu menyewa jasa tukang lagi, tapi
bisa menggunakan tenaga masyarakat sendiri. Tetapi terdapat juga faktor yang
mempengaruhi partisipasi di kampung Kaironi. Dalam wawancara peneliti dengan
Bapak Decky Waramui6 pada tanggal 15 April 2017 beliau menjelaskan seperti
berikut:
Kalo di Kampung sini yang biasa pengaruh terhadap
partisipasi masyarakat kampung, kalo macam ada
masyarakat yang tidak dapat raskin atau bantuan dari

pemerintah yang lain nanti tong susah ajak ikut bantu-bantu.
Terus masyarakat disini keras, jadi tong lembaga kampung
harus kasih tahu dengan cara yang
halus dan ikut
masyarakat punya mau seperti apa. Baru tong masyarakat
disini juga sering baku masalah sendiri. Seperti masalah
tanah itu sering sekali.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi partispasi masyarakat kampung
Kaironi. Seperti tidak meratanya bantuan dari pemerintah sehingga dampaknya
ketika di ajak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan kampung terasa sulit untuk
ikut serta. Karena masyarakat kampung Kaironi cenderung memiliki sifat yang
keras dan tentunya harus di redamkan dengan pendekatan secara halus oleh
lembaga kampung. Terlebih lagi masyarakat kampung Kaironi sering terjadi

6

Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi


39

konflik internal yang tidak kelihatan namun bisa berdampak pada partisipasi dan
juga keamanan di kampung, seperti kemepilikan tanah.

5.3.

Pengelolaan Sumber Dana Kampung Kaironi

Perhatian Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah nampaknya sudah
sampai pada tingkat kampung di bagian timur Indonesia. Untuk memperbaiki
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat kampung dengan memberikan dana
untuk dapat digunakan dengan baik oleh lembaga kampung sebagai sumber dana.
Dalam wawancara peneliti dengan Bapak Frans Kassi7 selaku bendahara kampung
pada tanggal 15 April 2017, beliau menjelaskan sebagai berikut:
Sumber dana kampung berasal dari dana otsus, dari
dana APBD, terus dari dana jokowi.. Dana otsus 100
juta pertahun di ambil 2 tahap, dana APBD 100 juta
pertahun di ambil 2 tahap juga.. jadi tahap pertama 50
juta, tahap kedua 50 juta.. kalau dana jokowi tahap

pertama tong ambil 865 juta, terus tahap kedua 340
juta. Kalau dana otsus kita alokasi ke pendidikan,
kesehatan, pkk, karang taruna, anak sekolah,,, dana
APBD untuk operasional kampung, terus dana jokowi
untuk bangun fisik seperti rumah layak huni, goronggorong, dengan gapura kampung.
Di kampung Kaironi terdapat 3 sumber dana yaitu dari APBD, Otsus, dan
Dana Pembangunan Kampung Era Pemerintahan Jokowi. Jumlah dana tersebut
antara lain: APBD 100 Juta/tahun, Otsus 100 Juta/tahun dan Dana Jokowi 1,2
Milyar/tahun. Dana kampung Kaironi dialokasikan dalam berbagai keperluan
lembaga dan masyarakat kampung. Seperti dana APBD digunakan untuk
operasional kampung, dana Otsus digunakan untuk kesehatan, pendidikan,
Kesehatan, PKK, Karang Taruna, dan dana Jokowi digunakan untuk membangun
fasilitas fisik di kampung seperti rumah layak huni, gorong-gorong, dan gapura
kampung. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

7

Wawancara dengan Frans Kassi selaku bendahara Kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi

40

Gambar 12.
Gapura Kampung dan Polindes Kampung
Gambar sebelah kiri menunjukkan gapura kampung yang ada di kampung
Kaironi. Terletak di jalur 2 atas, nampak jalannya masih tanah dan penuh
bebatuan serta becek dan licin pada saat hujan. Sedangkan gambar sebelah kanan
merupakan polindes kampung Kaironi. Polindes ini merupakan satu-satunya
sarana kesehatan bagi masyarakat kampung untuk menyediakan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Lalu untuk menggunakan dana tersebut diadakan sosialisasi di balai
kampung, seperti yang di ungkapkan Bapak Frans Kassi8 berikut:
Jadi tong semua lembaga kampung dan masyarakat
sosialisasi di balai kampung untuk membahas ini,
sepakat atau tidak digunakan seperti untuk bikin
gorong-gorong atau rumah.. kalo sudah setuju.. nanti
tong di dampingi lagi dengan pemberdayaan provinsi
dan BPK dalam prosesnya.
Hal diperkuat dengan foto peneliti usai mewancarai bendahara
kampung Kaironi :

8

Wawancara dengan Frans Kassi selaku bendahara Kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi

41

Gambar 13.
Peneliti Bersama Bapak Bendahara Beserta Ibu
Proses pengalokasian dana kampung untuk digunakan dengan melibatkan
lembaga kampung dan masyarakat kampung, untuk bersosialisasi di balai
kampung. Adapun yang menjadi pembahasan dalam sosialisasi tersebut adalah
meminta persetujuan masyarakat untuk membangun rumah, ataupun bangunan
fisik lainnya di kampung. Jika semua sudah sepakat, maka selanjutnya akan di
dampingi oleh Pemberdayaan Provinsi dan BPK.
5.4. Strategi Keberlanjutan Program
Untuk menjaga keberlanjutan fasilitas air dan sumber air di kampung
Kaironi maka lembaga kampung memiliki strategi untuk menjaga itu semua.
Dengan menggunakan budaya mereka sendiri dan juga melibatkan masyarakat di
setiap prosesnya. Pemberdayaan yang dilakukan lembaga kampung lebih kepada
pemberian kesadaran bagi masyarakat kampung tentang kebutuhan akan air bersih
yang lebih baik lagi lewat sosialisasi di balai kampung sebelum pihak satker
SPAM membangun fasilitas fisik air bersih. Pengembangan Kapasitas lebih
kepada kemampuan lembaga kampung menjelaskan cara-cara mengelola fasilitas
air, sehingga masyarakat kampung bisa mengelola tanpa perlu tenaga yang
profesional. Partisipasi yang dilakukan lembaga kampung dan masyarakat lebih
kepada pelibatan dalam menjaga fasilitas fisik air bersih dengan memperbaikinya
sama-sama jika ada kerusakan, dan juga dengan kepercayaan lokal mereka untuk
menjaga lingkungan sumber air dengan tidak menebang pohon di lokasi sumber
air.
5.4.1. Strategi Pemberdayaan
Dalam wawancara peneliti dengan pegawai Satker SPAM Kota Manokwari
yaitu Bapak Eko, beliau mengatakan bahwa mereka hanya membangun fisik dan
teknis dari fasilitas air tersebut. Tidak memberikan pemberdayaan kepada
masyarakat kampung secara menyeluruh, namun mereka hanya memberi tahu
cara-cara pengelolaan fasilitas tersebut kepada lembaga kampung yang nantinya

42

lembaga kampung menyampaikan langsung ke masyarakat kampung. Berikut
wawancara dengan Bapak Eko Hariyadi9 13 Mei 2017 berikut ini:
Tidak..kami hanya membangun saja..kalo memberikan
pemberdayaan bukan wewenang kami, tapi kami hanya
jelaskan mengenai alat itu selanjutnya lembaga
kampung yang harus jelaskan ke masyarakat.... itu
konsekuensi nya mas kalo SPAM gratis jadi jika ada
kerusakan,, masyarakat sendiri yang perbaiki, pake
dana mereka sendiri.. beda dengan kalo ada pengelola
resminya kayak di Aimas itu kan mas sudah lihat
sendiri toh, di kelola oleh PT. Andriyani Jaya Abadi..
trus struktur pengelolanya juga jelas.. ada direktur
utama, bagian keuangan, bagian administrasi, sama
operasional.. jadi kalo misalnya pipa bocor atau ada alat
yang rusak sudah ada teknisi yang tangani.. lalu
masyarakat juga membayar iuran bulanan.
Dari hasil wawancara diatas sudah menjadi tanggung jawab masyarakat
kampung dan lembaga kampung untuk menyelesaikan persoalan secara bersamasama terkait pengelolaan dan perawatan fasilitas air tersebut karena gratis.
Berbeda dengan SPAM yang di serahkan menjadi aset daerah, masyarakat
pengguna membayar iuran bulanan, namun kerusakan alat dan perawatan sudah
ada teknisi profesional yang mengurusi serta struktur kepengurusannya jelas.
Hal ini juga diungkapkan Bapak Yusak Infarido10 pada 8 Maret 2017 selaku
kepala kampung sebagai berikut:
Mereka tidak kasih pemberdayaan ke masyarakat anak,
tapi dong hanya kasih pengetahuan tentang fasilitas itu
untuk tong lembaga kampung saja.. selanjutnya bapa
sama lembaga kampung yang melanjutkan ke
masyarakat.
Dari penjelasaan diatas menunjukkan peran lembaga kampunglah yang
sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan fasilitas ini dan juga keterlibatan
masyarakat di dalamnya. Pemberdayaan pada hakikatnya memberikan daya
9

Wawancara dengan Eko Hariyadi selaku Satker SPAM Manokwari pada 13 Mei 2017 di Sowi,
Manokwari
10
Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

43

terhadap yang tak berdaya. Hal ini yang dilakukan pihak lembaga kampung
Kaironi terhadap masyarakat kampung. Masyarakat ada yang tidak setuju dalam
pemilihan tanah sebagai tempat dibangunnya fasilitas air tersebut. Dikarenakan
tanah mereka masih digunakan sebagai mata pencaharian. Sehingga lembaga
kampung lewat kepala kampung sebagai penggerak dan pemimpin kampung
menyadarkan masyarakat supaya tidak hidup dalam kesusahaan lagi. Demi
kepentingan bersama, karena manusia mempunyai hak untuk memperoleh air
bersih yang layak. Sehingga ketika sudah sepakat, maka masyarakat menerima
pembangunan fasilitas tersebut di kampung mereka. Hal yang sama juga di
ungkapkan Bapak Yusak Infarido11 pada 8 Maret 2017 sebagai berikut:
Jadi bapa mengajak masyarakat dan juga aparat
kampung semua waktu itu kumpul di balai kampung
untuk membahas bahas barang ini.. bapa selaku kepala
kampung mengajak masyarakat karena ini untuk
kepentingan bersama, waktu itu tidak semua
masyarakat mau terima barang ini karena permasalahan
pelepasan tanah ulayat masyarakat..dan juga tanah
masyarakat yang masih di pake untuk berkebun.. tapi
bapa berusaha agar dong semua terima barang ini,
karena air bersih susah sekali untuk tong dapat.. harus
jalan ke kali baru bawa datang kembali ke rumah..
memang tong disini juga pake sumur.. tapi kalo musim
kemarau datang, sumur-sumur kering.
Dari wawancara diatas, masyarakat kampung awalnya menggunakan kali
sebagai sumber air sehari-hari dan juga membuat sumur gali. Namun akses untuk
memperoleh air tersebut sebagai manusia belum layak, karena harus mencari lagi
dengan berjalan kaki sejauh 1 kilometer, lalu kalau mau digunakan untuk
memasak harus dibawa ke rumah dengan menggunakan Ember atau Jerigen. Dan
belum lagi kalau musim kemarau tiba air sumur kering dan air di kali pun juga
keruh.

11

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

44

Gambar 14.
Kali dan Sumur Gali di Kampung Kaironi
Gambar sebelah kiri merupakan kali yang terdapat di kampung Kaironi.
Kali ini merupakan sumber air yang di gunakan masyarakat sebelum SPAM di
buat. Gambar sebelah kanan merupakan sumur gali masyarakat Kampung yang
digunakan sebagai cadangan air kalau musim hujan dan kemarau.
Kemudian, SPAM hadir sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat
ke Daerah untuk membangun fasilitas air untuk masyarakat kampung agar bisa
mendapatkan air tidak sulit lagi. Tanpa membayar apa pun fasilitas air tersebut
dibangun sejak tahun 2013 di kampung Kaironi sampai sekarang secara gratis dan
di gunakan masyarakat. Dan pihak Satker SPAM melepaskan tanah ulayat milik
masyarakat dengan membayar 20 Juta

ke pemilik tanah untuk tempat

dibangunnya fasilitas air tersebut. Penjelasan dari wawancara dengan Bapak
Yusak Infarido12 sebagai berikut:
Jadi pemerintah dong bangun fasilitas ini langsung
anak, tidak lewat pemerintah kabupaten dan distrik lagi,
fasilitas air ini langsung dari pusat anak. Lalu kami
pake gratis mereka hanya bangun saja anak. Fasilitas
ini dong bangun dari tahun 2013. Trus bapa sama
sekretaris, bendahara sama masyarakat tong semua
berkumpul di balai kampung untuk bahas barang ini.
Secara fakta, peneliti membenarkan pernyataan dari bapak Yusak tersebut.
Pembangunan fasilitas air di kampung Kaironi gratis, dan langsung tanpa
melewati Kabupaten dan Distrik tentunya akan dikelola secara swadaya oleh
12

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

45

masyarakat kampung tersebut. Untuk pelepasan hak ulayat dalam wawancara
peneliti dengan Bapak Decky Waramui13 berikut ini:
Terus proses masuknya dong dari pemerintah minta ijin
setelah tong semua sudah bahas di balai kampung untuk
setuju kalo fasilitas ini dibangun di kampung ini.
Dengan membayar pelepasan tanah ulayat 20 juta ke
yang punya tanah, Pak guru Norfin.
Dari pernyatan diatas bahwa ketika masuknya program pembangunan
fasilitas air, lembaga kampung juga melibatkan masyarakatnya. Dengan
berkumpul di balai kampung untuk membahas dan menerima atau tidak
pembangunan ini masuk di kampung. Lalu dari pihak Satker SPAM yang
membangun fasilitas, membayar uang 20Juta untuk pelepasan tanah sebagai
lokasi tempat dibangunnya bak air yang nantinya bisa digunakan masyarakat.
Gambar di bawah ini merupakan hasil dokumentasi peneliti, dimana balai
kampung merupakan tempat yang digunakan oleh lembaga kampung dan
masyarakat kampung Kaironi sebagai tempat pertemuan kegiatan-kegiatan yang
ingin dilaksanakan di kampung. Baik itu membahas pelaksanaan pembangunan
yang akan masuk di kampung dan juga menyelesaikan persoalan masyarakat.

Gambar 15.
Balai Kampung Kaironi
Pemberian daya yang dilakukan oleh lembaga kampung adalah penyadaran
untuk tidak terus hidup dalam kesusahan karena hak manusia untuk mendapatkan

13

Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi

46

air sudah di jamin oleh pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air,
yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi keidupannya yang sehat,
bersih, dan produktif”.
Peran lembaga kampung dan masyarakat kampung tidak hanya sampai di
penerimaan pembangunan fasilitas itu saja, tetapi sampai pada proses
pembangunannya juga mereka ikut membantu. Mulai dari mempersiapkan lahan
untuk tempat dibangunnya bak air, membuat jalan yang baik menuju lokasi bak
tersebut karena lokasinya yang agak tinggi.
5.4.2. Strategi Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas yang dilakukan oleh lembaga kampung Kaironi
lebih kepada akses pengetahuan pengelolaan fasilitas dan juga akses terhadap
lokasi sumber air. Hal ini di ungkapkan oleh Ibu Amanda Farian 14 pada 18
Februari 2017 sebagai berikut:
Ini mas tong su sampe di bak air ini, mas lihat-lihat
sudah. Kalo mau liat air dalam baknya mas naik saja
ada tangga ini. Baru seharusnya tadi tong naik lewat
jalan yang pemerintah dong bangun ini tapi rumputrumput sudah tumbuh makanya tong lewat jalan yang
tadi itu. Masyarakat di bawah dong belum naik kas
bersih jd. dulu dong sama-sama masyarakat di
kampung sini bikin jalan yang bagus ini biar bisa bawa
barang-barang untuk bangun bak ini, karna kalo lewat
jalan yang menyebrang kali tadi setengah mati sekali.
Ibu Amanda Farian yang mengantar peneliti ke lokasi fasilitas air di
kampung Kaironi. Melewati kali kampung Kaironi, mengikuti pipi-pipa air dan
juga menaiki bukit untuk sampai keatas tempat bak air tersebut berada. Peneliti
melihat ini sebagai keberhasilan dari pemberdayaan lembaga kampung. Lembaga
kampung menepati janjinya dalam melibatkan semua elemen masyarakat
kampung termasuk kaum perempuan juga. Maka dari situ muncul pengembangan
kapasitas masyarakat kampung dalam artian akses terhadap fasilitas tersebut.
14

Wawancara dengan Ibu Amanda Farian selaku masyarakat kampung pada 18 Februari 2017 di
Kampung Kaironi

47

Masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan fasilitas air
tersebut, mulai dari mempersiapkan lahan, membuat jalan naik keatas, dan
membantu mengangkat
bahan-bahan bangunan ke lokasi yang akan dibangun.

Gambar 16.
Fasilitas Air Kampung Kaironi
Pada gambar 16 diatas merupakan fasilitas yang dibangun Satker SPAM
Kota Manokwari sejak tahun 2013. Dari foto kiri atas merupakan bak air yang
ditampung dengan menggunakan teknologi sollarcell. Kemudian foto kanan atas
merupakan air yang ditampung di dalam bak air tadi. Untuk melihat nya
masyarakat bisa naik tangga dan membuka penutup diatasnya. Foto kiri bawah
merupakan jaringan perpipaan yang di alirkan dari bak diatas untuk ke rumah
masyarakat dibawah. Pipa-pipa air tersebut melewati hutan dan juga kali yang
berada di kampung tersebut. Lalu foto kanan bawah merupakan hidran air yang
nantinya masyarakat bisa menggunakan air dari bak air diatas.
Kemudiaan fasilitas air ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat
kampung Kaironi. Untuk mengetahui prosesnya peneliti mewawancarai Ibu

48

Amanda Farian15 pada 18 Februari 2017 selaku masyarakat kampung sebagai
berikut ini :
Jadi begini mas, tong di kampung sini untuk pake air
ini harus di tampung dulu sampe panuh di bak ini untuk
tong pake. Baru pemerintah bikin bak air ini pake
tenaga matahari jadi tergantung cuaca juga. kalo cerah
bisa 1 minggu 3 kali mengalir.. kalo cuaca mendung
mengalirnya 1 kali saja. biasa yang kas mengalir air ini
tong biasa panggil da pak guru norfin karena da yang
punya tanah ini, jadi biasa da yang naik kas mengalir.
Pengelolaan fasilitas air harus menunggu lagi karena energi untuk
memompa air dari dalam tanah menggunakan matahari sebagai sumber. Fasilitas
ini sangat mengandalkan cuaca dalam pemanfaatannya, cuaca cerah bisa
seminggu 3 kali mengalir, kalau cuaca buruk bisa sekali saja mengalir dalam
seminggu. Namun fasilitas ini dikelola oleh pemilik tanah sendiri, yaitu Bapak
Norfin Moktis16. Dalam wawancara peneliti pada 22 Maret 2017 beliau
menjelaskan sebagai berikut:
Iya.. kebetulan di atas itu sa pu tanah yang pemerintah
dong bangun bak air .. jadi sa yang biasa naik ke atas
untuk cek air diatas.. sa biasa ke atas 1 minggu 3 kali..
hari selasa, kamis, dengan jumat..krna bak air itu pake
tenaga matahari.. jadi harus tunggu penuh dulu baru
bisa kas mengalir ke bawah... kalo anak sudah ke atas
pasti lihat keran air untuk buka air yang ditutup terus di
gembok.

Gambar 17.
Kran Air Untuk Mengalirkan Air
15

Wawancara dengan Ibu Amanda Farian selaku masyarakat kampung pada 18 Februari 2017 di
Kampung Kaironi
16
Wawancara dengan Norfin Moktis selaku masyarakat yang mengelola fasilitas air di kampung
Kaironi pada 22 Maret 2017

49

Pada gambar 17 diatas merupakan kran air untuk mengalirkan air, nampak
seperti gambar disebelah kanan. Gambar sebelah kiri merupakan kran air ditutup
dan digembok oleh Pak Norfin sebagai pengelola fasilitas air, yang nantinya
ketika air sudah penuh di bak penampung akan di alirkan ke masyarakat kampung
Kaironi.
Pengelolaan fasilitas air di kampung Kaironi belum dibentuk secara
struktur, sehingga muncul anggapan air tidak di aliri secara merata ke masyarakat
kampung dan masyarakat kampung yang tinggal agak jauh dari lokasi fasilitas air
tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Decky Waramui17 berikut ini:
Jarang sekali mengalir anak.. biasa yang kasih mengalir
air pak guru nofin karna da yang pu tanah diatas, tapi
biasa air mengalir ke masyarakat yang tinggal di dekat
sumber air itu. itu juga pak guru da pu keluarga sendiri.
Hal juga diperkuat saat menanyakan Bapak Norfin Moktis selaku
pengelola fasilitas air tersebut, tentang pembentukan struktur pengelola untuk
mengelola fasilitas tersebut namun tidak direspon baik oleh pengurus kampung.
Hal ini di ungkapkan sebagai berikut18:
Begini anak.. bapa sudah coba bicara dengan kepala
kampung tapi da sering jarang ditempat.. jd bapa juga
su malas.
Terdapat perbedaan pendapat antara pengelola dan pengurus kampung,
sehingga menimbulkan ketidakmerataan air di kampung Kaironi. Selain terjadi
konflik internal masyarakat kampung, pengelolaan fasilitas air juga bisa memicu
terjadinya konflik di masyarakat kampung. Selain itu juga dana kampung belum
di alokasikan untuk pengelolaan fasilitas tersebut sampai sekarang, masih sebatas
perencanaan saja. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Frans Kassi 19 selaku bendahara
kampung berikut ini:

17

Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi
18
Wawancara dengan Norfin Moktis selaku masyarakat yang mengelola fasilitas air di kampung
Kaironi pada 22 Maret 2017
19
Wawancara dengan Frans Kassi selaku bendahara Kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi

50

Tidak ada anak.. untuk alokasi dana kampung untuk
fasilitas air diatas dari lembaga kampung sampe
sekarang belum ada anak, masih mo direncanakan.
5.4.3. Strategi Partisipasi
Partisipasi yang diterapkan oleh masyarakat kampung dan lembaga
kampung lebih kepada hal-hal yang sederhana yang mereka bisa lakukan untuk
menjaga keberlanjutan fisik fasilitas air bersih.
Untuk perawatan fasilitas ini lembaga kampung dan juga masyarakat
kampung merawatnya bersama-sama. Misalnya ada pipa yang bocor maka mereka
memperbaiki sama-sama ketika membutuhkan biaya maka mereka biaya sendiri
perbaikannya. Hal ini di katakan dalam wawancara peneliti dengan Bapak Yusak
Infarido20 berikut:
Kalo ada kerusakan kita perbaiki sama-sama anak, jadi
nanti bapa dengan masyarakat kita naik ke atas untuk
bikin barang itu.
Lalu, peneliti menyempatkan diri untuk mewawancari Pegawai Satker
SPAM Kota Manokwari Bapak Eko Hariyadi21 13 Mei 2017 berikut ini:
Tidak..kami hanya membangun saja..kalo memberikan
pemberdayaan bukan wewenang kami, tapi kami hanya
jelaskan mengenai alat itu selanjutnya lembaga
kampung yang harus jelaskan ke masyarakat.... itu
konsekuensi nya mas kalo SPAM gratis jadi jika ada
kerusakan,, masyarakat sendiri yang perbaiki, pake
dana mereka sendiri.. beda dengan kalo ada pengelola
resminya kayak di Aimas itu kan mas sudah lihat
sendiri toh, di kelola oleh PT. Andriyani Jaya Abadi..
trus struktur pengelolanya juga jelas.. ada direktur
utama, bagian keuangan, bagian administrasi, sama
operasional.. jadi kalo misalnya pipa bocor atau ada alat
yang rusak sudah ada teknisi yang tangani.. lalu
masyarakat juga membayar iuran bulanan.
Dari hasil wawancara diatas sudah menjadi tanggung jawab masyarakat
kampung dan lembaga kampung untuk menyelesaikan persoalan secara bersamasama terkait pengelolaan dan perawatan fasilitas air tersebut karena gratis.
20

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi
21
Wawancara dengan Eko Hariyadi selaku Satker SPAM Manokwari pada 13 Mei 2017 di Sowi,
Manokwari

51

Berbeda dengan SPAM yang di serahkan menjadi aset daerah, masyarakat
pengguna membayar iuran bulanan, namun kerusakan alat dan perawatan sudah
ada teknisi profesional yang mengurusi serta struktur kepengurusannya jelas.
Lewat kegiatan-kegiatan kampung seperti hari jumat bersih yang tidak
hanya membersihkan lingkungan kampung saja tetapi lokasi sekitar fasilitas air.
Hal ini di ungkapkan langsung oleh Bapak Yusak Infarido22 selaku kepala
kampung pada 8 Maret 2017 berikut ini:
Begini anak, bapa pu peran disini sebagai kepala
kampung untuk mengajak masyarakat kampung
menjaga fasilitas air dengan cara kita melakukan
kegiatan kerja bakti setiap hari jumat untuk kas bersih
lingkungan kampung dan juga lokasi sumber air. Kalo
di lingkungan kampung tong kas bersih rumput, bakar
sampah lalu kalo di lokasi sumber air di atas tong kas
bersih rumput-rumput liar yang sering tumbuh sampai
jalan untuk keatas juga tidak kelihatan.. Dan
masyarakat tong sama-sama tidak menebang pohon
yang ada di lokasi sekitar sumber air, karena
pemerintah dong bangun tong pu fasiltas air ini,
menggunakan mata air yang kecil, jadi yang tonk
lakukan seperti itu disini anak.
Dengan melibatkan kegiatan-kegiatan yang membawa masyarakat untuk
ikut terlibat. Mulai dari prosesnya menerima suatu program pembangunan,
melibatkan mereka dalam sosialisai, dan melakukan pendekatan yang disukai
masyarakat kampung. Selain itu masyarakat kampung Kaironi harus menjaga
alam mereka seperti pepohonan yang ada di lingkungan kampung dan juga
lingkungan fasilitas air karena mereka juga sadar bahwa mata air yang digunakan
sebagai sumber air kecil dan harus dijaga agar pasokan air dari dalam tanah bisa
terjaga untuk mewujudkan keberlanjutan fasilitas tersebut. Masyarakat suku
Meyah memiliki budaya yang ampuh dalam menjaga alamnya. Lewat budaya
mereka yang di istilahkan dengan “tuan tanah”, merupakan kepercayaan mereka
yaitu roh-roh leluhur yang menjaga lingkungan dan menempati pohon-pohon di
lingkungan kampung. Sehingga masyarakat juga menyepakati segala konsekuensi
22

Wawancara dengan Yusak Infarido selaku kepala kampung pada 9 Februari 2017 di Kampung
Kaironi

52

yang ada dan tetap merawat alam sebagai sumber kehidupan. Hal ini juga di
ungkapkan dalam wawancara peneliti dengan Bapak Fredik Moktis 23 pada 3
Maret 2017 berikut ini:
Tuan tanah itu leluhur moyang yang menjaga tong pu
alam, biasa dong tinggal di pohon-pohon atau hutan.
Jadi masyarakat kampung disini tra bisa untuk tebang
pohon sembarang.
Selain menjaga alam, lembaga kampung juga memiliki cara lain untuk
memupuk partisipasi di masyarakat kampung.

Tidak hanya lewat kegiatan-

kegiatan kampung yang sifatnya serius, tetapi kegiatan olahraga bola voli yang
sangat digemari oleh masyarakat kampung. Hal ini diungkapkan oleh Bapak
Decky Waramui24 selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 berikut ini:
Tong lembaga kampung biasa bikin lomba bola voli
anak,, karna masyarakat disini suka main voli, terus
semangat juga untuk nonton.. terus mama-mama di
kampung ini bisa jualan juga.
Mengikuti kemauan yang dimaksudkan oleh lembaga kampung seperti ini,
mengadakan perlombaan bola voli di kampung selain membuat masyarakat ikut
berpartisipasi tidak hanyak laki-laki saja tetapi perempuan juga antusias dalam
menonton hiburan di kampung mereka, sembari menjualkan es sirup dan kue

untuk para penonton di sekitar lapangan.
Gambar 18.
23

Wawancara dengan Fredik Moktis selaku masyarakat kampung pada 3 Maret 2017 di Kampung
Kaironi
24
Wawancara dengan Decky Waramui selaku sekretaris kampung pada 15 April 2017 di Kampung
Kaironi

53

Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Kampung
Dari gambar 18 diatas nampak masyarakat kaironi ikut berpartisipasi dalam
kegiatan olahraga bola voli yang di selenggarakan oleh lembaga kampung. Tujuan
dari kegiatan ini sebagai bentuk dalam memupuk dan memelihara rasa
kebersamaan yang ada di antara masyarakat kampung Kaironi. Nampak dari
gambar sebelah kiri laki-laki di kampung kaironi ikut memeriahkan olahraga bola
voli yang bertempat di lapangan SD Inpres 85 kampung Kaironi. Tidak hanya
para laki-laki saja yang terlibat dalam kegiatan ini, tetapi ibu-ibu juga sambil
menonton dan berjualan jajanan di sekitar lapangan tempat bermain bola voli.
Adapun juga dari gambar sebelah kanan, nampak ibu-ibu sedang menonton bola
voli dari seberang jalan sambil asik duduk di para-para (tempat duduk) mereka.

54

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24