Cendawan Endofit Asal Tanaman Kelapa Sawit Dan Potensinya Sebagai Agens Biokontrol Untuk Mengendalikan Ganoderma spp.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.)
Kingdom

: Myceteae

Divisio

: Eumycophyta

Class

: Basidiomycetes

Ordo

: Aphyllophorales

Famili


: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Spesies

: Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).
Basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna

putih, dengan pertumbuhan yang cepat hingga membentuk basidiokarp dewasa
yang memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang variatif. Umumnya basidiokarp
berkembang sedikit di atas dan mengelilingi bagian pangkal batang yang sakit.
Ukuran basidiokarp yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit
semakin

lanjut


dan

akhirnya

menyebabkan

kematian

pada

tanaman

(Ariffinet al., 2000).
Basidiokarp yang dibentuk seringkali berdekatan, bersambungan, dan
saling menutupi sehingga menjadi suatu susunan yang besar. Bagian atas
permukaan basidiokarp memiliki warna yang bervariasi, coklat muda hingga
coklat tua, tampak mengkilap khususnya pada basidiokarp muda, memiliki zonazona, dan kurang rata. Permukaan bawah basidiokarp berwarna putih pucat,
memiliki lapisan pori yang merupakan tempat pembentukan basidium dan
basidiospora (Semangun, 2000).


Universitas Sumatera Utara

6

Siklus hidup Ganoderma
Ganoderma merupakan cendawan Basidiomycota yang bersifat tular tanah
dan sebagai penyebab utama penyakit akar putih pada tanaman berkayu dengan
menguraikan lignin. Sebagian besar siklus Ganoderma ada didalam tanah atau
jaringan tanaman. Penularan penyakit busuk pangkal batang melalui tiga cara,
yaitu kontak akar tanaman dengan sumber inokulum Ganoderma, udara dengan
basidiospora, dan inokulum sekunder berupa tunggul tanaman atau inang
alternatif (Susanto, 2013).
Ganoderma menghasilkan sporamelalui struktur pembiakan yang disebut
basidium. Basidiospora dihasilkan setelah plasmogami, kariogami dan meiosis.
Kariogami dan meiosis berlaku dalam basidium dan empat basiodiospora
dihasilkan pada setiap basidium(Jing, 2007).
Penularan penyakit BPB terutama terjadi melalui kontak akar tanaman
sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa sisa - sisa tanaman atau akar
yang sakit. Kemudian tunggul yang membusuk yang mengandung banyak hara
dan kelembaban tinggi. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, cendawan

harus mempunyai bekal makanan (food base) yang cukup (Semangun, 2000).
Basidiospora yang dihasilkan tubuh buah tidak dapat menyebabkan terjadinya
infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit sehat, tetapi mempunyai kemampuan
saprofitik untuk mengkoloni substrat dan membangun inokulum yang berpotensi
untuk menginfeksi tanaman sehat (Paterson, 2007). Umur tanaman yang semakin
dewasa, akan membuat sistem perakarannya semakin panjang sehingga
tingkat probabilitas terjadinya inokulasi dengan inokulum semakin tinggi(Susanto,
2002).

Universitas Sumatera Utara

7

Gejala serangan Ganoderma
Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma
merupakan penyakit yang penting dalam industri kelapa sawit(Flood et al., 2000).
Umumnya, gejala dari BPB akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah
infeksi. Pangkal batang kelapa sawit yang terinfeksi akan membusuk sehingga
akan tumbang sebelum masa produktif berakhir. Pada daerah endemik, penyakit
ini dapat menyerang tanaman dengan umur dua tahun. Penyebab penyakit BPB

kelapa sawit di beberapa negara dilaporkan berbeda-beda, yaitu beberapa spesies
Ganoderma saprofitik dari kelompok Basidiomycota (Bretonet al.,2006).
Gejala serangan penyakit pada daun bibit kelapa sawit terjadi setelah
munculnya tubuh buah pada bulan pertama, sebagian besar bibit menunjukkan
pertumbuhan tubuh buah pada pangkal batang yang diikuti dengan nekrosis
(kematian jaringan) pada pertulangan daun akibat kurangnya unsur hara yang
diangkut dari akar menuju daun, sehingga proses fotosintesis, sintesis klorofil,
transfer asimilat terganggu, dan dapat menyebabkan kematian pada bibit kelapa
sawit (Susanto et al., 2013).
Pada beberapa serangan jamur Ganoderma pada akar tanaman seperti
ditemukan adanya beberapa tubuh buah yang menandakan gejala busuk akar.
Gejala serangan yang menimbulkan gejala busuk akar pada umumnya mempunyai
ciri yaitu adanya rhizomorf pada permukaan akar. Pada serangan awal akar yang
menunjukkan gejala busuk akar akan diselimuti oleh miselium atau rhizomorf
berwarna putih kemudian pada pertumbuhan selanjutnya rhizomorf akan berubah
warna. Rhizomorf ini merupakan bentuk adaptasi miselium jamur terhadap
kondisi lingkungan yang ada(Puspitasariet al., 2009).

Universitas Sumatera Utara


8

Secara umum, pada tanaman muda daun pada pelepah tua berwarna
kekuningan, kadangkala di pucuk daun menjadi kering atau nekrotik. Akhirnya
seluruh daun dan pelepah menjadi layu dan kering. Tanaman yang terserang
menunjukkan pertumbuhan yang lemah dan terhambat pertumbuhannya
(Idris danAriffin, 2003).
Miselium jamur menyerang tanaman dengan cara mendegradasi lignin dan
selulosa. Proses pendegradasi lignin dan selulosa pada serangan lanjut dapat
menyebabkan pelapukan kayu dan akar. Adanya miselium jamur didalam bagian
kayu

menyebabkan

kondisinya

mudah

terurai


dan

lapuk

(Puspitasariet al., 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi seranganGanoderma
Penyebaran penyakit BPB telah dilaporkan berlaku pada tanaman kelapa
sawit yang ditanam di semua jenis tanah, yaitu tanah pantai, pedalaman, dan
gambut. Kejadian dilaporkan lebih serius pada tanaman kelapa sawit yang
ditanam di tanah bekas tanaman kelapa sawit dimana tunggul-tunggul dibiarkan
tetap berada di lahan tanpa dilakukannya pembongkaran. Sisa jaringan kelapa
sawit tertinggal didalam tanah yang berasal dari tanaman(Idris dan Ariffin, 2003).
Serangan

Ganoderma

pada

kelapa


sawit

meningkat

sejalan

dengansemakin tuanya umur tanaman. Hal ini menunjukkan kecenderungan
bahwa umurtanaman mempengaruhi tingkat perkembangan penyakit. Umur
tanaman yang semakin dewasa, akan membuat sistem perakarannya semakin
panjang sehingga tingkat probabilitas terjadinya inokulasi dengan inokulum
semakin tinggi.Selain itu kerusakan tanaman akibat serangan patogen akan terus
meningkat sejalan dengan bertambahnya daur pertanaman dalam suatu kebun. Hal

Universitas Sumatera Utara

9

ini terjadi karena substrat bagi Ganoderma akan semakin tersedia atau inokulum
semakin tinggi populasinya (Susanto, 2002).
Pengendalian Ganoderma

Pengendalian penyakit busuk pangkal batang harus dilakukan melalui
pendekatan ekologis. Hal ini terbukti dari perbaikan kesehatan tanah melalui
teknik budidaya kelapa sawit dengan menggunakan pupuk organik dan kimia
secara berimbang memperpanjang produktivitas kelapa sawit dan mencegah
melemahnya kekuatan fisik kelapa sawit. Bahkan perbaikan tanah disekitar
tanaman yang sakit dapat memulihkan kembali tanaman tersebut dan dapat
kembali memberikan hasil yang diharapkan. Nampaknya perawatan yang intensif
dapat memperpanjang usia ekonomis kelapa sawit yang tadinya terinfeksi.
Aplikasi agens biokontrol seperti Trichoderma, Gliocladium, dan cendawan
endofit lainnya juga dapat membantu menghambat perkembangan penyakit
tersebut (Priyatno, 2012).
Sanitasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mengurangi inokulum Ganoderma. Tanaman tua yang terserang diracun dan
ditumbangkan dengan dibongkar hingga perakaran terangkut ke permukaan.
Pangkal batang yang masih berada dalam tanah dikorek dan dikumpulkan untuk
dimusnahkan. Lubang yang dikorek kemudian ditimbun dengan tanah baru
(Idris dan Ariffin, 2003).
Faktor lainnya adalah semua kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
jamur seperti suhu, kelembaban, substrat, pH dan nutrisi makanan dan aspek
lainnya tidak memenuhi, kekurangan salah satu persyaratan ini akan menghalangi

pertumbuhan suatu jamur. Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan endofit

Universitas Sumatera Utara

10

maupun patogen. Mikroorganisme dapat hidup pada kisaran kelembapan udara
70-90%. Derajat keasaman lingkungan, pH substrat sangat penting untuk
pertumbuhan jamur, karena enzim-enzim tertentu hanya akan menguraikan suatu
substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya jamur dapat
tumbuh pada pH di bawah 7 (Gandjar et al.,2006).
Potensi cendawan endofit
Salah satu organisme penghasil antibiotik salah satunya adalah cendawan
endofit. Cendawan endofit biasanya terdapat dalam suatu jaringan seperti daun,
ranting atau akar tumbuhan. Cendawan ini dapat menginfeksi tumbuhan sehat
pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta
antibiotika. Kelompok endofit mampu memproduksi senyawa antibiotik yang
aktif melawan bakteri maupun jamur. Asosiasi beberapa endofit dengan tumbuhan
inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik
bakteri maupun jamur (Purwanto, 2008).

Cendawan endofit hidup berasosiasi secara simbiosis mutualisme dengan
tumbuhan inangnya dan mampu menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan
tertentu tanpamenimbulkan tanda adanya infeksi, kemudian menghasilkan enzim
danmetabolit sekunder yang dapat bermanfaat bagi fisiologi dan ekologi
tumbuhan inang, mikotoksin, dan juga antibiotik yang dimanfaatkan tumbuhan
inang untukmelawan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen tumbuhan.
Sebaliknya, cendawan endofitdapat memperoleh nutrisi untuk melengkapi siklus
hidupnya dari tumbuhan inangnya (Pratiwi,2014).
Mekanisme endofit kelompok jamur dalam melindungi tanaman terhadap
serangan patogen ataupun serangga meliputi: Penghambatan pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

11

patogen secara langsung melalui senyawa antibiotik dan enzim litik.
Perangsangan endofit terhadap tanaman dalampembentukan metabolit sekunder
seperti asamsalisilat, asam jasmonat, dan etilene yangberfungsi dalam pertahanan
tanaman terhadapserangan patogen atau yang berfungsi sebagaiantimikroba
seperti fitoaleksin.Perangsanganpertumbuhan tanaman sehingga lebih kebal
dantahan terhadap serangan patogen.Kolonisasi jaringan tanaman sehingga
patogen sulitpenetrasi (Gaoet al.,2010).
Pengendalian hayati dengan pemanfaatan mikroorganisme antagonis
merupakan alternatif sebagai pengendalian penyakit tanaman. Pengendalian hayati
merupakan

perlindungan

tanaman

dari

patogen

termasuk

penyebaran

mikroorganisme antagonis pada saat setelah atau sebelum terjadinya infeksi
patogen. Introduksi agens hayati antagonis berpotensi mengendalikan patogen
tular tanah, yaitu menekan inokulum, mencegah kolonisasi, melindungi
perkecambahan biji dan akar tanaman dari infeksi patogen. Selain itu secara
langsung dapat menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi
terhadap ruang atau nutrisi, menginduksi proses ketahanan tanaman (Agrios,
2005).
Asosiasi cendawan endofit dengan tumbuhaninangnya dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutifdan induktif. Pada kelompok ini
cendawan endofitmenginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui
benih serta organpenyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara
cendawan dengantumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas
melalui air dan udara.Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, cendawan ini
merupakan organisme yang sangat heterogen(Worang, 2003). Cendawan endofit

Universitas Sumatera Utara

12

hidup bersimbiosis mutualisme, dalam hal ini jamur endofitmendapatkan nutrisi
dari hasil metabolisme tanaman dan memproteksi tanamanmelawan serangga,
atau jaringan yang patogen, sedangkan tanamanmendapatkan derivat nutrisi dan
senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya (Simarmata, 2007).
Mikroorganisme endofitakan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang
merupakan senyawa antibiotikitu sendiri. Metabolit sekunder merupakan senyawa
yang disintesis oleh suatumikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya
(tumbuh dan berkembang)melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam
berinteraksi denganlingkungannya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
mikroorganisme endofitmerupakan senyawa antibiotik yang mampu melindungi
tanaman

dari

seranganhama

insekta,

mikroba

patogen,

sehingga

dapatdimanfaatkan sebagai agen biokontrol (Purwanto, 2008).
Salah satu cendawan endofit yang memiliki kemampuan sebagai
pengendali hayati adalah Aspergillus.Cendawan inidikenal sebagai salah satu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan tinggi untuk menghasilkan enzim
asparaginase,selulase, proteinase, lipase, katalase, glukosa oksidase dan fitase,
sehingga berpotensi sebagai pengendali hayati. Aspergillusdapat tumbuh cepat
dengan menggunakan nutrisi yang ada disekelilingnya (Wuryanti, 2008).

Universitas Sumatera Utara