Cendawan Endofit Asal Tanaman Kelapa Sawit Dan Potensinya Sebagai Agens Biokontrol Untuk Mengendalikan Ganoderma spp.

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) merupakan tumbuhan industri
penting penghasil Crude Palm Oil (CPO), juga sebagai bahan bakar terbarukan
(biodisel). Kebutuhan produksi kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan
meningkatnya kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir
ini. Beberapa tahun kedepan diperkirakan investasi terbesar subsektor perkebunan
masih didominasi oleh kelapa sawit dalam tigaaspek yaitu luas total lahan, total
produksi CPO, maupun tingkatproduktivitas. Indonesiaadalah produsen kelapa
sawit terbesar di dunia.Namun, tingkat produktivitasnya masih lebih rendah
dibanding negara lain. Sumatera Utara dengan luas lahan 1,39 juta hektar mampu
memproduksi 4,75 juta ton minyak sawit. Produktivitas tersebut bisa lebih
meningkat dengan sistem pengelolaan yang lebih baik (BPS, 2015).
Salah satu kendala yang dihadapi dalam peningkatan produksi kelapa
sawit pada beberapa tahun ini adalah serangan penyakit busuk pangkal batang
(BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma spp. Cendawan diketahui tidak
hanya menyerang tanaman kelapa sawit pada tahap produksi saja tetapi juga dapat
menyerang selama tahap pembibitan. Pada daerah endemik, penyakit ini dapat
menyerang tanaman dengan umur dua tahun. Penyakit ini telah menimbulkan

kematian sampai 50% atau lebih dari seluruh populasi tanaman kelapa sawit per
satuan luas (Susanto et al., 2002). Oleh sebab itu, penyakit busuk pangkal batang
digolongkan menjadi penyakit penting yang menyebabkan kehilangan hasil secara
luas pada perkebunan kelapa sawit, terutama di Malaysia dan Indonesia
(Paterson 2007; Naher et al.,2013).

Universitas Sumatera Utara

2

Ganoderma merupakan patogen tular tanah yang merupakan parasit
fakultatif dengan kisaran inang yang luas dan mempunyai kemampuan saprofit
yang tinggi. Patogen ini tergolong ke dalam cendawan akar putih (white rot fungi)
yang mampu

mendegradasi

lignin,

selulosa,


dan

polisakarida lainnya.

Patogenisitasnyatidak hanya terjadi pada tanaman tua saja, tetapi juga dapat
terjadi pada bibit atau tanaman muda kelapa sawit (Risanda, 2008).
Kondisi penyakit busuk pangkal batang saat ini berbeda dengan kondisi
beberapa dekade yang lalu atau pada awal pengusahaan perkebunan kelapa sawit.
Perubahan terjadi pada aspek kejadian penyakit dan distribusi, gejala dan
patogenisitas, dan epidemi penyakit. Secara umum, penyakit menjadi lebih berat
dan laju infeksinya semakin cepat. Distribusi penyakit ini sudah menyebar
diseluruh Indonesia, meskipun dengan kejadian penyakit yang bervariasi (Susanto
et al., 2013).
Upaya pengendalian dengan menggunakan fungisida sintetik harus
dibatasi, karena telah menimbulkan banyak dampak negatif, seperti munculnya
ras-ras baru dari patogen yang mempunyai daya virulensi yang lebih tinggi
sehingga menjadi lebih tahan terhadap fungisida, terbunuhnya musuh alami yang
bersifat menguntungkan serta tersebarnya banyak jenis bahan pencemar
dilingkungan hidup sehingga kualitasnya menurun(Tambunan et al., 2014).

Pengendalian patogen tanaman perkebunan kelapa sawit dituntut
melakukan perlindungan kualitas lingkungan.Penggunaan pestisida untuk patogen
tanah, selain sangat berbahaya bagi manusia dan tanah, juga sasarannya tidak
tercapai karena sebelum pestisida sampai ke target sudah terdegradasi. Pestisida
dilaporkan dapat menurunkan keseimbangan ekosistem tanah, sehingga

Universitas Sumatera Utara

3

mengakibatkan penurunan produksi tanaman (Julyanda, 2011).Salah satu teknik
pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan cendawan
endofit. Cendawan endofit adalah mikroorganisme yang hidup didalam jaringan
tanaman tanpa menimbulkan efek negatif, dan penghasil enzim

yang dapat

berpotensi sebagai biokontrol(Berg, 2009).Secara alami merupakan bagian dari
tanaman sehat.Cendawan endofit mampu menghasilkan berbagai macam
antioksidan, asam fenol dan derivatnya. Senyawa-senyawa tersebut berperan

dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap tekanan luar(Ghimire dan
Hyde, 2004).
Senyawa bioaktif yang berasal dari cedawan endofit ada yang berpotensi
sebagai antimikroba (menghambat pertumbuhan atau membunuh mikrobamikroba patogen), contohnya senyawa taksol, zat pengatur tumbuh, serta
penghasil enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase, ligninase, dan
kitinase. Potensi biologis dari cendawan endofit lainnya ialah sebagai
antiimunosupresif, antioksidan, dan antivirus (Pratiwi,2014).
Kemampuan menghambat cendawan endofit memungkinan disebabkan
karena mampu menghasilkan metabolit sekunder yang aktif. Secara umum
senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh cendawan endofitbersifat netral, polar,
dan memiliki gugus fenol. Fenol ini mampu mendenaturasikan protein pada
dinding dan membran sel jamur (Elfina et al., 2013).
Cendawan endofit dapat berperan sebagai perangsangpertumbuhan
tanaman, meningkatkan hasil melalui produksi fitohormon dan penyedia
hara,sebagai penetral kontaminan tanah sehinggameningkatkan fitoremidiasi, dan
agens biokontrol (Yulianti, 2012).Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik

Universitas Sumatera Utara

4


untuk melakukan penelitian menggunakan cendawan endofit pada pembibitan
kelapasawit dalam mengendalikan penyakit busuk pangkal batang.
Tujuan penelitian
Adapun

tujuan

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

mendapatkan


cendawanendofitasal tanaman kelapa sawit yang berpotensi sebagai agens
biokontrol untuk mengendalikan Ganodermapada pembibitan kelapa sawit.
Hipotesis penelitian
Cendawan endofit asal tanaman yang mampu menghambat perkembangan
penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit.
Kegunaan penelitian
Sebagai salah satu bahan

informasi bagi para petani perkebunan

sawituntuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batangpadakelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara