Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Fiscal Stress
Arnett (2011) menyebutkan bahwa Fiscal Stress merupakan tekanan
anggaran yang terjadi sebagai akibat keterbatasan penerimaan daerah yang dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyelenggaran pelayanan
publik. Dimana Fiscal Stress menjadi semakin tinggi dikarenakan adanya tuntutan
peningkatan kemandirian yang ditujukan dengan meningkatnya penerimaan
sendiri untuk membiayai berbagai pengeluaran yang ada. Ketersediaan sumbersumber daya daerah potensial dan kesiapan daerah menjadi faktor penting
keberhasilan dalam era otonomi. Menurut Setyawan (2008), mengemukakan
bahwa terjadinya krisis keuangan disebabkan tidak cukupnya penerimaan atau
pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pengeluaran. Daerah-daerah yang tidak
memiliki kesiapan dalam era otonomi bisa mengalami hal yang sama, dimana
Fiscal Stress yang menjadi semakin tinggi.
Pada saat fiscal strees tinggi, pemerintah cenderung menggali potensi
penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan daerahnya. Oleh karena itu,
tingginya angka upaya pajak dapat diidentikkan dengan kondisi fiscal stress.
Upaya Pajak (tax effort) adalah upaya peningkatan pajak daerah yang diukur
melalui perbandingan antara hasil penerimaan (realisasi) sumber-sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi tahun sebelumnya pendapatan

Universitas Sumatera Utara

asli daerah. Tax effort menunjukkan upaya pemerintah untuk mendapatkan
pendapatan bagi daerahnya dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki.
Upaya penerimaan pendapatanan yang tinggi mencerminkan tingkat fiscal
stressyang lebih besar, hal ini berarti bahwa permintaan untuk jasa
ataupengeluaran pembangunan tertentu melebihi sumber atau pendapatan
yangada. Fiscal stressdapatdirumuskan :

Fiscal Stress = Realisasi PADt / Realisasi PADt-1 x 100%

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo (2002:132), “Pendapatan Asli Daerah adalah
penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil
perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pendapatan asli daerah dapat ditentukan dengan cara mengumpulkan data
realisai PAD yang terdapat dalam laporan realisasi anggaran pendapatan dan
belanja daerah melalui laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan
pemerintah daerah dan bisa juga melalui Ditjen Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa
Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari pajak daerah dan pajak provinsi.

1) Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.
Menurut Siahaan (2005:7) “pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh
negara (pemerintah) berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan
terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
(kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan

dan pembangunan”.
Menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Yang dimaksud pajak daerah adalah Pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku
yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah.
Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam

Universitas Sumatera Utara

Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
a) Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, yakni :
(1) pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,
(2) bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,

(3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
(4) pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
b) Pajak Kabupaten / Kota
Jenis-jenis pajak kabupaten/kota antara lain :
(1) pajak hotel,
(2) pajak restoran,
(3) pajak hiburan,
(4) pajak reklame,
(5) pajak penerangan jalan,
(6) pajak pengambilan bahan galian golongan C,
(7) pajak parkir.

2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
retribusi perizinan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

3) Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan

Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik
Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a) bagian laba perusahaan milik daerah,
b) bagian laba lembaga keuangan daerah,
c) bagian laba lembaga keuangan non bank,
d) bagian laba atas penyertaan modal/investasi.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain
milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
a) hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
b) penerimaan jasa giro,
c) penerimaan bunga deposito,
d) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
e) penerimaan ganti rugi atas kerugian / kehilangan kekayaan daerah.

2.1.3. Belanja Modal
Belanja


modal

merupakan

pengeluaran

pemerintah

daerah

yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya

Universitas Sumatera Utara

operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja
modal dibagi menjadi belanja publik dan belanja modal.


a) Belanja publik
Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung
oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan jembatan dan jalan
raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans.

b) Belanja operator
Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh
operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas, pembangunan
gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas,
Menurut Halim (2004:73) belanja modal merupakan “belanja yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan
dan aset tak berwujud (PP Nomor 24 Tahun 2005). Dengan kata lain belanja
modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset
tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan

kualitas aset.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu
belanja modal tanah, belanja modal peralatan mesin, belanja modal gedung dan
bangunan, belanja modal jalan irigasi dan jaringan, dan belanja modal fisik
lainnya.

a) Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai
tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/pernggantian/ dan peningkatan kapasitas

peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari
12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

c) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan termasuk pengeluaran
untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan

Universitas Sumatera Utara

bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan
bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

d) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan
pembangunan / pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.


e) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan / pembangunan /
pembuatan / serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan
ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan
bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah
belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang
purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan
jurnal ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kegiatan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. PDRB merupakan
salah satu indikator yang penting dalam menggambarkan kemajuan perekonomian
suatu daerah. Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai uang
berdasarkan harga pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
perekonomian dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berarti PDRB

juga mempunyai pengertian yang sama tapi hanya dalam lingkup suatu daerah
(Risuhendi, 2012: 22).
Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan, pertama
yaitu pendekatan produksi yang menyangkut jumlah nilai barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu daerah selama jangka waktu tertentu. Pendekatan kedua
yaitu pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor produksi dalam suatu proses produksi. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan
pengeluaran, menyangkut jumlah pengeluaran yang dilakukan baik oleh rumah
tangga, swasta, maupun pemerintahan.
Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Keuangan, dan Bappeda baik
tingkat kabupaten maupun provinsi selalu mencantumkan PDRB menurut harga
berlaku (current year price) dan harga konstan (basic year price), menurut harga
berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang
bersangkutan, sedangkan harga konstan dihitung berdasarkan tahun dasar yang
telah ditetapkan menurut suatu tahun tertentu. Tahun dasar biasanya digunakan
tiap sepuluh tahun sekali. Dari pengalaman diketahui bahwa nilai satuan uang

Universitas Sumatera Utara

sepanjang waktu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi karena penurunan
nilai uang, akibat inflasi atau kenaikan harga umum, ataupun sebaliknya terjadi
penurunan tingkat harga umum (Abonia. 2014: 29).
Jika kegiatan perekonomian meningkat, maka PDRB yang dalam hal ini diwakili
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi akan
mengalami peningkatan secara dinamis, peningkatan tersebut akan berpengaruh
pada tingkat pendapatan masyarakat yang naik dan tingkat kekayaan yang
bertambah. Dan pada gilirannya juga akan berdampak pada PAD yang
mengalamai kenaikan, sehingga sangat dimungkinkan ada hubungan antara PDRB
dengan PAD.

2.1.5. Teori Belanja Pemerintahan
Teori belanja pemerintahan yang digunakan sebagai kajian pustaka dalam
penelitian ini adalah Hukum Wagner dan Teori Peacock dan Wiseman.

1) Hukum Wagner
Hukum Wagner berbicara mengenai perkembangan aktivitas pemerintahan.
Wagner mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintahan
yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB. Wagner berpendapat bahwa
dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita menunjukkan
peningkatan, maka secara relatif pengeluaran pemerintahan pun akan meningkat.
Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”.
Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju,

Universitas Sumatera Utara

seperti Amerika, Jerman, dan Jepang. Wagner menerangkan mengapa peranan
pemerintahan menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintahan
harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat (Iskandar, 2012: 117).
Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut dengan
organic theory of state, yaitu teori yang menganggap pemerintahan sebagai
individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Menurut
Wagner, ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintahan selalu
meningkat, yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, trend urbanisasi yang mengiringi laju
pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi, dan ketidakefisienan birokrasi
(Purnomo,2011: 6).
Selanjutnya,

pertumbuhan

ekonomi

akan

menyebabkan

hubungan

antarsektor industri dan hubungan antara industri dengan masyarakat akan
semakin kompleks, sehingga potensi terjadinya eksternalitas negatif menjadi
semakin besar. Misalnya, pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang ditimbulkan
oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin tingginya
pencemaran atau polusi. Pemerintah harus turun tangan mengendalikan dan
mengurangi dampak negatif dari polusi. Pemerintahan juga harus melindungi
buruh

dalam

meningkatkan

kesejahteraannya.

Di

antara

tujuan

utama

implementasi transfer adalah untuk mengatasi masalah eksternalitas yang
dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

2) Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori terbaik
mengenai perkembangan pengeluaran pemerintahan. Teori yang mendasarkan
pada suatu pandangan bahwa pemerintahan senantiasa berusaha untuk
memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang semakin tinggi untuk membiayai pengeluaran pemerintahan yang semakin
besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori
pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu
teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu
tingkat di mana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang
dibutuhkan oleh pemerintahan untuk membiayai pengeluaran pemerintahan
tersebut. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintahan membutuhkan dana
untuk membiayai aktivitasnya sehingga mereka membutuhkan tingkat kesediaan
masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi
pemerintahan untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena (Iskandar,
2012: 117).
Teori Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa meningkatnya
pertumbuhan ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin
meningkat walaupun mungkin tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya
penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintahan juga semakin
meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB
menyebabkan penerimaan pemerintahan akan semakin besar. Begitu juga dengan
pengeluaran pemerintahan yang akan menjadi semakin besar pula. Pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

tersebut sebagian digunakan untuk administrasi pembangunan dan sebagian lagi
untuk kegiatan belanja pembangunan di berbagai jenis infrastruktur yang penting
dan strategis. Anggaran-anggaran tersebut akan meningkatkan pengeluaran
agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi (Purnomo, 2011: 6).
Satu hal yang perlu dicacat dari teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa
mereka mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan
tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapa toleransi pajak tersebut.
Disebutkan bahwa limit perpajakan adalah sebesar 25 persen dari pendapatan
nasional. Apabila limit dilampaui maka akan terjadi inflasi dan gangguan lainnya.

2.2. Review Penelitian Terdahulu
Iskandar (2012) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 25
pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara pada tahun 2004 – 2009. Variabel
yang diteliti adalah PAD, PDRB, Belanja Modal, Fiscal Stress. Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan variabel PAD, Belanja Modal dan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress di Sumatera Utara. Secara
parsial hanya variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap kondisi fiscal stress
di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Belanja Modal dan pertumbuhan ekonomi
yang diproksikan oleh PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress
pada Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Muwaryan dan Sukarsa (2014) meneliti pengaruh desentralisasi fiskal, fiscal
stress dan kinerja keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Peneliti menggunakan data skunder yang berupa

Universitas Sumatera Utara

data runtut waktu 11 tahun berturut – turut dari tahun 2002 sampai dengan 2012
dan data cross section yang terdiri atas 9 kabupaten/kota sebagai sampel
penelitian. Hasil penelitian dapt diketahui secara langsung variabel desentralisasi
fiskal dan fiskal stress berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan, selanjutnya desentralisasi fiskal dan fiskal stress dan kinerja keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N
o

ama

Judul
Penelitian

Variabel

Hasil Penelitian

Penelitian

Peneliti
A
.

Analisis

Deskriptif

Terjadi perubahan

ndayani

Anggaran

atas Anggaran

rata-rata pendapatan dan

(2004)

Pendapatan dan

Pendapatan dan

belanja daerah sebelum dan

Belanja Daerah

Belanja Daerah

sesudah adanya krisis. Pada
masa krisis ekonomi, ratarata pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota
mengalami penurunan yang
signifikan. Penerimaan
daerah yang tidak stabil
selama krisis ekonomi
menyebabkan adanya
kondisi Fiscal Stress

N
.

Disparitas

Uji Beda

Adanya disparitas

anga

Fiskal di

dengan variabel

(kapasitas) fiskal yang

(2005)

Indonesia

PAD dan

tinggi antar daerah

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan

memasuki era otonomi

Ekonomi
Is
.

Variabel

Pertumbuh

Variabel

kandar

yang

an PAD,

Pertumbuhan Belanja

(2012)

Mempengaruhi

Pertumbuhan

Daerah berpengaruh positif

Fiscal Stress

PDRB, dan

dan signifikan terhadap

pada

Pertumbuhan

Fiscal Stress pada

Kabupaten/Kota

Belanja Modal.

Kabupaten/Kota di Provinsi

di Sumatera

Sumatera Utara.

Utara

M
.

Pengaruh

Penelitian

Secara langsung

uwaryan

Desentralisasi

ini menggunakan

variabel desentralisasi

dan

Fiskal, Fiscal

data skunder

fiskal dan fiscal stress

Sukarsa

Stress Dan

dengan variabel

berpengaruh positif dan

(2014)

Kinerja

pertumbuhan

signifikan terhadap kinerja

Keuangan Daerah ekonomi,

keuangan, desentralisasi

Terhadap

desentralisasi

fiskal dan fiscal stress dan

Pertumbuhan

fiskal, fiscal stress

kinerja keuangan

Ekonomi Di

dan kinerja

berpengaruh positif dan

Kabupaten/Kota

keuangan.

signifikan terhadap

Provinsi Bali

pertumbuhan ekonomi.

2.3. Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011: 35), kerangka konseptual adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan

Universitas Sumatera Utara

menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Begitu juga apabila
ada variabel lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, maka dapat
dikembangkan kerangka konseptual yang diuji secara simultan dan parsial
sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini.

Pendapatan Asli Daerah

H1

(X1)

Belanja Modal

H2

H4

(X2)
Fiscal Stress
PDRB

H3

(Y)

(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini yang merupakan variabel dependen (Y) adalah Fiscal
Stress, sedangkan yang menjadi variabel independen (X) adalah Pendapatan Asli
Daerah (X1), Belanja Modal (X2), dan Produk Domestik Regional Bruto (X3).
Adapun daerah yang diteliti yaitu 33 kabupaten kota meliputi 25 kabupaten dan 8
kota di Sumatera Utara. Berdasarkan kerangka konseptual di atas peneliti ingin
mengetahui apakah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
baik secara parsial maupun simultan. Kerangka konseptual dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1.

Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Fiscal Stress
Iskandar (2012) menunjukkan bahwa Pertumbuhan PAD memiliki dampak

atas Fiscal Stress suatu daerah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan
penerimaan daerah dalam hal ini PAD mempengaruhi tingkat Fiscal Stresspada
suatu daerah. Adanya perubahan kenaikan/penurunan dari komponen penerimaan
daerah akan menyebabkan perubahan tingkat Fiscal Stress yang dialami oleh
daerah tersebut.
Purnaninthesa (2006) juga mendukung temuan yang menyatakan bahwa
Fiscal Stressberpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Purnaninthesa (2006) menyimpulkan bahwa Fiscal
Stressdi suatu daerah mendorong dan memotivasi daerah untuk meningkatkan
pendapatan asli daerahnya guna mengurangi ketergantungan pada pemerintah pusat.
Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan penerimaan daerah
(PAD) dengan fenomena Fiscal Stress.
H1: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Fiscal Stress.

2.

Hubungan Belanja Modal dengan Fiscal Stress

Dongori (2006) memberikan gambaran empirik bahwa terjadi perbedaan
tingkat pembiayaan sesudah era otonomi daerah lebih besar dibandingkan dengan
sebelumnya. Perubahan pembiayaan ini lebih banyak disebabkan adanya tuntutan
peningkatan pelayanan publik yang ditunjukkan dengan peningkatan alokasi
ataupun terjadi pergeseran belanja untuk kepentingan-kepentingan pelayanan
publik secara langsung, dalam hal ini belanja pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

Belanja pembangunan seperti pembangunan infrastruktur pada jangka
pendek akan memperbesar anggaran belanja daerah. Hal ini jika tidak diimbangi
dengan penerimaan yang cukup signifikan maka dapat menimbulkan Fiscal
Stressyang cukup serius, mengingat Fiscal Stressdi sini dicerminkan adanya
ketidakseimbangan anggaran penerimaan dengan pengeluaran. Pada jangka
panjang dengan peningkatan kualitas infrastruktur suatu daerah pada gilirannya
mempunyai harapan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah di masa yang
akan datang. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan belanja daerah dapat
mempengaruhi Fiscal Stress.
H2: Belanja Modal berpengaruh terhadap Fiscal Stress.

3.

Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan Fiscal Stress
Tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian

daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber
keuangan lokal, khususnya melalui PAD. Daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan PAD yang positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki tingkat
pendapatan per kapita yang lebih baik. PAD berkorelasi positif dengan
petumbuhan ekonomi (diukur dengan PDRB) di daerah. PAD merupakan salah
satu sumber penerimaan daerah. Jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki
oleh pemerintah daerah untuk membiayai aktifitasnya dalam penyelenggaraan
pelayanan publik juga akan lebih tinggi. Pada gilirannya, tingkat kemandirian
daerah akan meningkat pula. Pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih
menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

Universitas Sumatera Utara

diukur dengan PDRB. Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu. Dalam hal ini melalui peningkatan
PAD maka pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB memberikan
pengaruh terhadap Fiscal Stress.
H3: Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Fiscal Stress.

Hubungan PAD, Belanja Modal dan PDRB terhadap Fiscal Stress

4.

Menurut

beberapa

kesimpulan

sementara

yang

telah

disebutkan

sebelumnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
maka peneliti mengasumsikan bahwa secara simultan PAD, Belanja Modal dan
PDRB berpengaruh positif terhadap Fiskal Stres pada pemerintahan kabupaten
kota di Sumatera Utara

.

Dari penjelasan di atas maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H4: PAD, Belanja Modal dan PDRB berpengaruh secara simultan terhadap Fiscal
Stress.

2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang
sedang dikaji. Peneliti mengangap hipotesis ini benar untuk kemudian dilakukan
pengujian secara empiris dengan menggunakan data – data hasil penelitian. Oleh
karena itu, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus di uji,
dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang

Universitas Sumatera Utara

menghubungkan

dua

variabel

atau

lebih.

Perumusan

hipotesis

dapat

dikembangkan berdasarkan hubungan antara faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap Fiscal Stress (Y) adalah PAD (X1), Belanja Modal (X2) dan PDRB (X3).
Adapun kesimpulan dari kerangka konseptual diatas yaitu sebagai berikut:
H1: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Fiscal Stress.

H2: Belanja Modal berpengaruh terhadap Fiscal Stress.
H3: Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Fiscal Stress.
H4: PAD, Belanja Modal dan PDRB berpengaruh secara simultan terhadap
Fiscal Stress.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2 62 98

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

4 61 102

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Terhadap Fiscal Stress Pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2012-2014

0 5 89

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 5 89

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi PDRB Terhadap Fiscal Stress Pada Kabupaten Kota di Sumatera Utara Periode 2012-2014

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 9

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 10