Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian
Kesejahteraan menjadi salah satu faktor tingkat pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum dapat menggambarkan
kondisi kemakmuran masyarakat secara keseluruhan, karena pertumbuhan
ekonomi hanya mencerminkan bagaimana pembangunan daerah terus dilakukan,
tetapi pembangunan tersebut belum dapat didistribusikan secara merata. Beberapa
daerah tergolong sebagai daerah yang beruntung karena memiliki sumber- sumber
penerimaan yang potensial, yang berasal dari pajak, retribusi daerah, maupun
ketersediaan sumber daya alam yang memadai yang dapat dijadikan sumber
penerimaan daerah. Namun, disisi lain bagi beberapa daerah, otonomi bisa jadi
menimbulkan

persoalan

tersendiri

mengingat


adanya

tuntutan

untuk

meningkatkan kemandirian daerah. Daerah mengalami peningkatan tekanan fiskal
(fiscal stress) yang lebih tinggi dibanding era sebelum otonomi. Daerah dituntut
untuk mengoptimalkan setiap potensi maupun kapasitas fiskalnya dalam rangka
untuk mengurangi tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat.
Pendapatan asli daerah, belanja modal dan produk domestik regional bruto
merupakan beberapa hal yang dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kesejahteraan suatu daerah, dimana PAD merupakan penerimaan yang diperoleh
dari sumber – sumber wilayahnya sendiri, sedangkan belanja modal merupakan
pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran

Universitas Sumatera Utara

dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan PDRB merupakan nilai uang
berdasarkan harga pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu

perekonomian dalam periode waktu tertentu.
Pendapatan Asli Daerah dan Fiscal Stress memiliki hubungan, dimana
kenaikan ataupun penurunan (PAD) menyebabkan perubahan tingkat Fiscal Stress
yang dialami suatu daerah karena Fiscal Stress akan memotivasi suatu daerah
untuk meningkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan dari pusat.
Pada belanja pembangunan ( Belanja Modal ) seperti pembangunan
infrastruktur akan memperbesar belanja daerah yang apabila tidak diimbangi
dengan penerimaan akan menimbulkan Fiscal Stress.
Begitu juga dengan PDRB, dimana PAD berkorelasi positif dengan
pertumbuhan ekonomi (diukur dengan PDRB) sehingga pertumbuhan PAD yang
berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah yang
berpengaruh terhadap Fiscal Stress.
Masalah pertumbuhan ekonomi sudah menarik minat para ahli ekonomi
sejak era Adam Smith sampai dengan para ahli ekonomi dewasa ini terutama
masalah pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang, salah
satunya adalah Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang cukup tinggi,
akan tetapi efek penyerapan tenaga kerja dalam masyarakat masih cukup rendah.
Fakta tersebut didukung oleh studinya Adi (2011) yang menyatakan bahwa setiap
1% pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyerap 250 ribu tenaga kerja baru.


Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 2004, Pemerintah mengeluarkan UU no. 32 dan 34 mengenai
adanya kewenangan daerah dan sebagai implikasinya adalah adanya desentralisasi
fiskal. Kebijakan ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk
mengelola sumber daya yang ada di daerahnya secara lebih efisien. Daerah-daerah
yang memiliki potensi sumber daya masing-masing mendapat kebebasan untuk
meningkatkan kreatifitas dalam mengelola dan mengembangkan potensi sumber
daya daerahnya. Namun di sisi lain, akibat kebijakan ini dimungkinkan dapat
menjurus pada ketimpangan yang tinggi di setiap daerah.
Beberapa

studi

terdahulu

menunjukkan

bahwa


hubungan

antara

desentralisasi dengan pertumbuhan ekonomi berbeda-beda. Davoodi dan Zou
(1998) dengan data panel 46 negara berkembang dan maju menemukan bahwa
desentralisasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi rendah. Sementara itu,
Wibowo (2008) menemukan hubungan positif antara desentralisasi dan
pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, Swasono (2005) menemukan adanya
dampak negatif desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Bila ditelusuri
dampak desentralisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan antar
daerah meliputi beberapa aspek. Pertama, aspek transfer karena hal ini akan
berimplikasi pada besarnya transfer pemerintah pusat ke daerah. Ke dua,
kompetensi pejabat lokal yang mempengaruhi keputusan pengalokasian anggaran
belanja. Ke tiga, kapasitas lokal, ketersedian kerangka institusional, kepastian
hukum dan dukungan administrasi pemerintah daerah. Keempat, sumber daya
alam dan lokasi strategis daerah dalam konteks nasional mempengaruhi tingkat
pertumbuhan ekonomi daerah.

Universitas Sumatera Utara


Adanya desentralisasi tentu akan mendorong terjadinya disparitas fiskal
mengingat setiap daerah memiliki kesiapan yang berbeda-beda baik dari segi
potensi sumber daya maupun kemampuan manajerial keuangan daerahnya. Nanga
(2005) menunjukkan adanya disparitas fiskal yang tinggi antar daerah yang
memasuki era otonomi. Beberapa daerah tergolong sebagai daerah yang
beruntung karena memiliki sumber-sumber penerimaan yang potensial, seperti
pajak, retribusi daerah, dan ketersediaan sumber daya yang memadai sehingga
dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan daerah. Di sisi lain, otonomi dapat
mendorong upaya kemandirian daerah sehingga pada gilirannya memicu suatu
daerah mengalami fiscal stress yang lebih tinggi dibandingkan pada masa sebelum
era otonomi. Daerah dituntut untuk mengoptimalkan setiap potensi maupun
kapasitas fiskalnya dalam rangka untuk mengurangi tingkat ketergantungan
terhadap pemerintah pusat. Konsekuensinya, fiscal stress yang tinggi akan
berdampak

pada

kinerja


keuangan

pemerintah

dalam

mengatur

dan

mengalokasikan anggarannya untuk pembangunan daerah.
Pembiayaan

pembangunan

daerah

bersumber

pada


PAD,

Dana

Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Penurunan kegiatan
ekonomi di berbagai daerah dapat juga menyebabkan penurunan PAD sehingga
daerah tersebut akan bergantung pada dana perimbangan yang akan menimbulkan
gejala fiscal stress. Berikut disajikan Tabel 1.1 yang menggambarkan kondisi
keuangan pemerintah daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Kondisi Keuangan Pemerintah Kab/Kota Di Sumatera Utara tahun 2015 (Jutaan)
upaten/Kota

D

al Transfer anja

Daerah

. Dairi

D

+ D (%)
Transfer

nsfer
lanja (%)

62960

678335

694247

741295


8,49 71

. Deli Serdang

528348

1756113

2005506

2284461

23,13 56

. Tanah Karo

86342

795997


901676

882339

9,79 28

. Labuhan Batu

112717

716233

825647

828950

13,60 75

. Langkat


120521

1419706

1536812

1540227

7,82 38

.Mandailing Natal

51665

823286

850556

874951

5,90 79

. Nias

84726

416633

476488

501359

16,90 44

. Simalungun

98914

1321711

1432131

1420625

6,96 29

. Tapanuli Selatan

110220

740895

842846

851115

12,95 90

. Tapanuli Tengah

73210

695776

861258

768986

9,52 79

. Tapanuli Utara

77954

761663

834384

839617

9,28 28

. Pakpak Bharat

17080

365030

381852

382110

4,47 59

. Nias Selatan

34087

594489

669036

628576

5,42 86

.Humbang Hasundutan

41499

582118

605789

623617

6,65 09

. Serdang Bedagai

82371

864335

979792

946706

8,70 22

. Samosir

42610

445738

506372

488348

8,73 03

. Batu Bara

53761

670090

760743

723851

7,43 08

. Padang Lawas

32140

475380

504166

507520

6,33 29

. Padang Lawas Utara

25804

271171

166895

296975

8,69 ,48

. Labuhanbatu Utara

41773

591798

761576

633571

6,59 71

Universitas Sumatera Utara

79172

612353

702168

691525

11,45 21

112357

653588

741073

765945

14,67 9

a Sibolga

74457

422924

450894

497381

14,97 80

a Tanjung Balai

65920

453245

472460

519165

12,70 93

a Tebing Tinggi

95812

482280

584572

578092

16,57 50

a Binjai
a Pematang Siantar

Sumber: Ditjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Diolah, 2016)
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap penerimaan
daerahnya di kabupaten dan kota di Sumatera Utara tahun 2015 adalah relatif
kecil ( 4,47 – 23,13 ), sedangkan dana transfer sangat mendominasi kontribusinya
terhadap belanja daerah ( 77,71 – 162,48 ). Dominasi ini tentu akan berpengaruh
buruk pada jangka panjang, mengingat belanja daerah akan semakin meningkat
dari tahun ke tahun dalam rangka mendorong penyelenggaraan pembangunan di
setiap daerah. Jika hal ini tidak diikuti dengan peningkatan PAD, maka
ketergantungan pada dana dari pusat (dana transfer) akan memicu terjadinya
fenomena yang disebut fiscal stress.
Kondisi keuangan pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun
2015 dalam tabel 1.1 disajikan untuk menampilkan profil kondisi keuangan yang
menunjukkan adanya gejala fiscal stress.
Menurut Arnett (2011), tidak ada satu definisipun tentang fiscal stress
yang diterima secara universal. Artinya, para peneliti sering menciptakan definisi
sendiri untuk menjadi fokus penelitian atau memodifikasi definisi yang digunakan
oleh penelitian sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Arnett (2011) mendefinisikan fiscal stress sebagai ketidakmampuan
pemerintah daerah untuk memenuhi kewajiban finansial baik jangka pendek dan
jangka panjang termasuk ketidakmampuan meningkatkan penerimaan daerahnya
ataupun menyediakan barang dan jasa (pelayanan) publik yang dibutuhkan warga
masyarakatnya.
Studi tentang fiscal stress di tingkat daerah menjadi semakin penting,
terutama pada era otonomi daerah dimana daerah dituntut untuk mampu
menyelenggarakan pemerintahannya berikut penyediaan barang dan pelayanan
publik bagi warga masyarakatnya. Upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah
dengan menggali penerimaan baru harus terus dilakukan dalam rangka menutupi
anggaran belanja daerah yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana faktor – faktor yang
mempengaruhi fiscal stress berupa PAD, Belanja Modal dan PDRB di Sumatera
Utara dari tahun 2011 – 2015 sebagai tahun pengambilan data yang terbaru karena
fiscal stress menjadi fenomena dewasa ini akibat kesiapan setiap daerah yang
berbeda – beda dalam menghadapi otonomi daerah.
Studi terdahulu yang dilakukan oleh Haryadi (2002) menunjukkan bahwa
fiscal stress secara signifikan berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah di
Kabupaten/Kota di Jawa Timur sebelum dan sesudah krisis, tingkat kemampuan
pembiayaan daerah sebelum krisis relatif lebih besar dibandingkan sesudah krisis.
Penelitian lain yang terkait dilakukan oleh Iskandar (2012) menunjukkan bahwa
PAD, PDRB dan Belanja Modal secara simultan berpengaruh terhadap Fiscal

Universitas Sumatera Utara

Stress di Sumatera Utara pada periode 2004-2009. Secara parsial hanya PAD yang
berpengaruh terhadap Fiscal Stress sedangkan variabel independen lainnya tidak
berpengaruh.
Melihat hal tersebut saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk mengkaji
kembali fenomena fiscal stress dengan menggunakan variabel – variabel PAD,
Belanja Modal dan PDRB sebagai variabel X serta fiscal stress sebagai variabel Y
dengan lokasi yang dilakukan di Sumatera Utara dan dalam kurun waktu yang
lebih uptodate (2011 – 2015) yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan PAD, Belanja
Modal dan PDRB terhadap Fiscal Stress pada Pemerintahan Kabupaten Kota Di
Sumatera Utara.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Pendapatan Asli
Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh
terhadap Fiscal Stress pada Pemerintahan Kabupaten Kota Di Sumatera Utara
baik secara parsial maupun secara simultan”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan
Produk Domestik Regional Bruto terhadap Fiscal Stress pada Pemerintahan
Kabupaten Kota Di Sumatera Utara baik secara parsial maupun simultan.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional
Bruto terhadap Fiscal Stress pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera
Utara”

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Belanja Modal dan Fiscal Stress Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2 62 98

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

4 61 102

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Terhadap Fiscal Stress Pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2012-2014

0 5 89

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 5 89

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi PDRB Terhadap Fiscal Stress Pada Kabupaten Kota di Sumatera Utara Periode 2012-2014

0 0 11

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 12

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 20

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Fiscal Stress Pada Pemerintahan Kabupaten Kota di Sumatera Utara

0 0 10