Perlindunga Hukum Bagi Pengguna Jasa Angkutan Antar Kota Bus CV. INTRA (Studi Pada CV. INTRA Pematang Siantar)

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN DARAT SERTA
KEDUDUKAN HUKUM MENGENAI PENGGUNA ANGKUTAN DARAT
MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009

A. Pengertian Pengangkutan, Konsep Pengangkutan Dan Asas Hukum
Pengangkutan
1. Pengertian Pengangkutan
Pengangkutan yaitu perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda
maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan
meninggikan manfaat secara efisien. 15
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
angkutan. 16
Pengangkutan menurut Muchtaruddin Siregar adalah “segala kegiatankegiatan yang dilakukan untuk memindahkan orang atau pemegang dan barang
atau muatan dari suatu tempat ke tempat tujuan, apabila rumusan tersebut diteliti,
maka, pengangkutan itu menghasilkan jasa-jasa angkutan sebagai produksinya,
yaitu merupakan jasa dalam proses pemindahan barang atau orang”. 17


15

Sinta Uli, Pengangkutan, Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan
Laut, Angkutan Darat, Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), hal. 20
16
H. Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), hal. 153
17
Andi Sri Rezky Wulandari, Buku Ajar Hukum Dagang, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2014), hal. 118

Universitas Sumatera Utara

Pengangkutan sebagai suatu proses mengandung

makna sebagai

serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian
dibawa menuju tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan
di tempat tujuan, sedangkan pendapat lain menyatakan pengangkutan niaga adalah
rangkaian kegiatan atau peristiwa pemindahan penumpang dan/atau barang dari

suatu tempat

tujuan sebagai tempat penurunan penumpang atau tempat

pembongkaran barang. 18
Rangkaian peristiwa atu kegiatan dalam pemindahan tersebut meliputi :
a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut
b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan,
c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan. 19
Fungsi dari pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna
dan nilai. Disini jelas meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari
pengangkutan, yang berarti bila daya guna dan nilai di tempat baru itu tidak naik,
maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab merupakan suatu perbuatan yang
merugikan bagi si pedagang. Fungsi pengangkutan yang demikian itu tidak hanya
berlaku didunia perdagangan saja, tetapi juga berlaku dibidang pemerintahan,
politik, sosial, pendidikan dan lain-lain. 20

18


Lestari Ningrum, Usaha Perjalanan Wisata Dalam Perspektif Hukum Bisnis, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004), hal. 134
19
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2013), hal. 43
20
H. M. N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 2008), hal. 2

Universitas Sumatera Utara

Secara umum, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Indonesia tidak dijumpai definisi pengangkut, kecuali dalam pengangkutan laut,
akan tetapi dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkutan
adalah pihak yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang
(penumpang) dan/atau barang. Singkatnya, pengangkut adalah penyelenggara
pengangkutan.
Dilihat

dari


sisi

kepemilikan

dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu:

badan

usaha,

pengangkut

dapat

21

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Ada yang berbentuk perusahaan perseroan (persero), contohnya PT kereta
Api Indonesia (persero), PT Garuda Indonesia Airlines (Persero) dan PT

Pelayaran Nusantara Indonesia (Persero). Ada juga yang berbentuk perusahaan
umum (Perum), contohnya Perum DAMRI.
b. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya PT
Lintas Sumatra, PT Samudra Indonesia, PT Sriwijaya Airlines, dan PT Lion
Airlines, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi, contohnya Taksi
Kopti Jaya. Akan tetapi ada juga yang berbentuk persekutuan bukan badan hukum
CV, contohnya CV. INTRA.
c. Badan Usaha Milik Perseorangan
Contohnya PO Putra Remaja
2. Konsep Pengangkutan
21

Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 55

Universitas Sumatera Utara

Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komperhensif, perlu
dikaji terlebih dahulu aspek-aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan.
Konsep pengangkutan :

a. Pengangkutan Sebagai Usaha (Business)
Pengangkutan sebagai usaha adalah kegiatan usaha dalam bidang jasa
pengangkutan yang menggunakan alat pengangkut mekanik. Alat pengangkut
mekanik contohnya adalah gerbong untuk mengangkut barang, kereta untuk
mengangkut penumpang, truk mengangkut barang, bus untuk mengangkut
penumpang, pesawat cargo untuk mengangkut barang, pesawat penumpang untuk
mengangkut penumpang, kapal penumpang untuk mengangkut penumpang.
Kegiatan usaha usaha tersebut selalu berbentuk perusahaan perseorangan,
persekutuan atau badan hukum.Karena menjalankan perusahaan, usaha jasa
pengngkutan bertujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba.

22

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengangkutan harus
memperoleh izin usaha dari pemerintah sesuai dengan jasa pengngkutan yang
dijalankannya. Perusahaan bidang jasa pengangkutan lazim disebut perusahaan
pengangkutan. Perusahaan pengangkutan meliputi kegiatan usaha bidang jasa:
1) Pengangkutan dengan kereta api
2) Pengngkutan dengan kendaraan bermotor umum
3) Pengangkutan dengan kapal laut, kapal penyebrangan, kapal danau, dan

kapal sungai
4) Pengangkutan dengan pesawat udara.23

22

Freddy Luth Putra Purba, Perlindungan Konsumen atas Kerusakan dan Kehilangan
Bagasi Penumpang Pesawat Udara Oleh Maskapai Penerbangan, (Medan: Jurnal Hukum
Ekonomi, Volume 1, 2013), hal. 4
23
Ibid, hal. 2

Universitas Sumatera Utara

b. Pengangkutan Sebagai Perjanjian
Pengangkutan sebagai perjanjian selalu didahului oleh kesepakatan antara
pihak pengangkut dan pihak penumpang atau pengirim.Kesepakatan tersebut pada
dasarnya berisi kewajiban dan hak pengangkut dan penumpang atau pengirim.
Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang atau barang sejak di
tempat pemberangkatan sampai ke tempat tujuan yang telah disepakati dengan
selamat.Sebagai imbalan, pengangkut berhak memperoleh sejumlah uangjasa atau

uang sewa yang disebut biaya pengangkutan, sedangkan kewajiban penumpang
adalah membayar sejumlah uang sebagai biaya pengangkutan dan memperoleh
hak atas pengangkutan sampai di tempat tujuan dengan selamat.
c. Pengangkutan Sebagai Proses Penerapan
Pengangkutan sebagai proses terdiri atas serangkaian perbuatan mulai dari
pemuatan ke dalam alat pengangkut, kemudian dibawa oleh pengangkut menuju
tempat tujuan yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat
tujuan. Pengangkutan sebagai proses merupakan sistem yang mempunyai unsurunsur sistem, yaitu:
1) Subjek pelaku pengangkutan
Yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan dan pihak yang berkepentingan
dengan pengangkutan.
2) Status pelaku pengangkutan
Khususnya pengangkut selalu
persekutuan, atau badan hukum.

berstatus perusahaan perseorangan,

3) Objek pengangkutan
Yaitu alat pengangkut, muatan, dan biaya pengangkutan, serta dokumen
pengangkutan. 24


24

Ibid, hal. 3

Universitas Sumatera Utara

Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berakhir
dengan pencapaian tujuan pengangkutan.Tujuan kegiatan usaha pengangkut
adalah memperoleh keuntungan dan/atau laba, tujuan kegiatan perjanjian
pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihakpihak, dan tujuan kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh
keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan.Ketiga aspek pengangkutan
tersebut menyatakan kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai.
Kata yang paling tepat untuk menyatakan ketiga aspek kegiatan dan
hasilnya itu adalah “pengangkutan” karena sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, bukan “angkutan”. Istilah angkutan artinya hasil dari perbuatan
mengangkut atau menyatakan apa yang diangkut (muatan). Apabila dipakai
dengan istilah hukum, yang tepat adalah “hukum pengangkutan” (transportation
law), bukan “hukum angkutan”.
3. Asas Hukum pengangkutan

Dalam setiap Undang-Undang yang dibuat pembentuk Undang-Undang
biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya
Undang-Undang tersebut.Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu UndangUndang dan peraturan pelaksanaannya. Bila asas-asas di kesampingkan, maka
runtuhlah bangunan Undang-Undang itu dan segenap peraturan pelaksanaannya. 25
Asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang di
klasifikasikan menjadi dua, yaitu asas hukum publik dan asas hukum perdata.Asas

25

Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), hal. 25

Universitas Sumatera Utara

hukum publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan
berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga
yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah (Negara). Asas
hukum perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku
dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan, yaitu pengangkut dan
penumpang atau pemilik barang. 26

a. Asas hukum publik
Undang-Undang Perkereta Apian Nomor 23 Tahun 2007, Undang-Undang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, Undang-Undang
Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009, dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran berlandaskan asas-asas hukum publik. Asas-asas hukum publik
adalah landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan umum
atau kepentingan masyarakat banyak yang dirumuskan dengan istilah atau katakata manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan,
keserasian, keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum,
kemandirian, keterbukaan dan antimonopoli, berwawasan lingkungan hidup,
kedaulatan negara, kebangsaan, dan kenusantaraan, serta keselamatan penumpang
cargo.
1) Asas manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan harus dapat
memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan

26

Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal.12

Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan rakyat, dan pengembangan perikehidupan yang berkeseimbangan
bagi warga negara Indonesia.

27

2) Asas adil merata
Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan
masyarakat, dengan biaya terjangkau oleh masyarakat. Asas keseimbangan
mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus dengan
keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan
pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta
antara kepentingan Nasional dan Internasional.
3) Asas kepentingan umum
Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.
4) Asas keterpaduan
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi.

28

5) Asas tegaknya hukum
Asas ini mengandung makna bahwa pemerintah wajib menegakkan dan
menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara
Indonesia agar selalu sadar dan taat pada hukum dalam penyelenggaraan
pengangkutan.

27

Ahmad Zazili, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara
Niaga Berjadwal Nasional, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), hal. 35
28
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 13

Universitas Sumatera Utara

6) Asas percaya diri
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan harus berlandaskan
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian
bangsa. 29
7) Asas keselamatan penumpang
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan penumpang harus
disertai dengan asuransi kecelakaan dan/atau asuransi kerugian lainnya. Asuransi
kecelakaan termasuk dalam lingkup

asuransi sosial yang bersifat wajib

(compulsory security insurance). Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan
pada perlindungan asuransi, tetapi juga penyelenggara perusahaan pengangkutan
harus berupa menyediakan dan memelihara alat pengangkut yang memenuhi
standar keselamatan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang dan konvensi
Internasional.
8) Asas berwawasan lingkungan hidup
Asas ini mengandung makna bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
dilakukan berwawasan lingkungan.
9) Asas kedaulatan negara
Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
dapat menjaga keutuhan wilayah negara republik Indonesia.

29

Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 37

Universitas Sumatera Utara

10) Asas kebangsaan
Asas ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan pengangkutan harus
dapat dicerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebinekaan)
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Asas hukum perdata
Dalam kegiatan pengangkutan terdapat hubungan hukum antara pihak
pengangkut dan penumpang, hubungan hukum tersebut harus di dasarkan pada
asas-asas hukum, Undang-Undang yang mengatur tentang pengangkutan di
Indonesia juga berlandaskan asas-asas hukum perdata. Asas hukum perdata adalah
landasan Undang-Undang yang lebih mengutamakan kepentingan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengangkutan, yang dirumuskan dengan kata-kata:
perjanjian (kesepakatan), koordinatif, campuran, retensi, dan pembuktian dengan
dokumen. 30
1) Asas perjanjian
Asas ini mengandung makna bahwa setiap pengangkutan diadakan dengan
perjanjian antara pihak perusahaan pengangkutan dan penumpang atau pemilik
barang. Tiket /karcis penumpang dan dokumen pengangkutan merupakan tanda
bukti telah terjadi perjanjian antara pihak-pihak.
Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah
cukup dengan kesepakatan antara pihak-pihak.Akan tetapi, untuk menyatakan
bahwa perjanjian itu sudah terjadi dan mengikat harus dibuktikan dengan atau
didukung oleh dokumen-dokumen pengangkutan.

30

Ibid, hal. 14

Universitas Sumatera Utara

2) Asas koordinatif
Asas ini mengandung makna bahwa pihak-pihak dalam pengangkutan
mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau
mewabahi yang lain. Walaupun pengangkut menyediakan jasa melaksanakan
perintah penumpang atau pemilik barang.Asa ini menunjukkan bahwa
pengangkutan adalah perjanjian pemberian kuasa (agency agreement). 31
3) Asas campuran
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkutan merupakan campuran
dari tiga jenis perjanjian, yaitu

pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan

melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut.
Ketentuan ketiga jenis ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain
dalam perjanjian pengangkutan. 32
4) Asas retensi
Asas ini mengandung makna bahwa pengangkut tidak menggunakan hak
retensi (hak menahan barang). Penggunaan hak retensi bertentangan dengan
tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban
menyimpan barang atas biaya pemiliknya. 33
5) Asas pembuktian dengan dokumen
Asas ini

mengandung makna bahwa setiap pengangkutan selalu

dibuktikan dengan dokumen-dokumen pengangkut. Tidak ada dokumen
pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika ada

31

Vinna Vanindia, Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Angkutan Udara, Studi Kasus
Pada PT. Garuda Indonesia,(Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional, 2012), hal. 22
32
Ahmad Zazili, Op, cit, hal. 38
33
Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hal. 15

Universitas Sumatera Utara

kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya, pengangkutan dengan pengangkut
perkotaan (angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.
B. Pengangkutan Darat danPenyelengaraanPengangkutan Darat di
Indonesia
1. Pengangkutan darat
Dalam Buku ke I Titel ke-V bagian ke-3 KUHDagang ditegaskan, bahwa
pengangkut-pengangkut yang melalui darat dan nahkoda-nahkoda yang melayari
sungai-sungai dan perairan di pedalaman, termasuk terusan dan danau-danau.
Kalau dilihat dari bunyi titel tersebut, kiranya agak tepat jika dikatakan sebagai
pengangkutan yang bukan penyebrang laut. 34
Jenis-jenis angkutan darat terdiri atas:

35

a. Angkutan jalan raya
Meliputi angkutan yang menggunakan alat angkut berupa manusia,
binatang,

sepeda

motor,

becak,

bus,

truck,

dan

kendaraan

bermotor

lainnya.Tenaga yang digunakan adalah tenaga manusia, tenaga binatang, tenaga
uap, BBM (bahan bakar minyak), dan diesel.
b. Angkutan jalan rel atau kereta api
Angkutan rel, menggunakan kereta api yang terdiri dari lokomotif,
gerbong barang dan kereta penumpang. Jalan yang dipergunakan berupa jalan rel
baja, baik dua rel maupun mono rel dengan tenaga penggerak berupa tenaga uap,
diesel dan tenaga listrik.

34
35

Sution Usman, Hukum Pengangkutan di Indonesia, (Jakarta:Rineka Cipta), hal. 12
Sinta Uli, Op, cit, hal. 58

Universitas Sumatera Utara

Pengangkutan darat diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Pasal 91 sampai dengan Pasal 98 tentang surat angkutan dan tentang
pengangkut dan juragan perahu melalui sungai dan perairan darat.
b. Ketentuan diluar KUHDagang/KUHPerdata, terdapat dalam UndangUndang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 tentang perkeretaapian dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 36
Pengangkutan yang dilakukan di ruang lalu lintas jalan menggunakan
kendaraan, dimana kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri
atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Pengertian mengenai
kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor terdapat dalam ketentuan
Pasal 1 angka 8 dan angka 9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang lalu Lintas dan
Angkutan jalan menyebutkan, “kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan
diatas rel”. Pasal 9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan menyebutkan, “Kendaraan tidak bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan”.
Pengaturan mengenai kendaraan bermotor terdapat dalam Pasal 47 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
didalam pasal tersebut di sebutkan bahwa kendaraan bermotor dikelompokkan
berdasarkan jenis :
a. Sepeda motor, adalah kendaraan beroda dua atau tiga tanpa rumah-rumah
baik dengan atau tanpa kereta samping.
b. Mobil penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk, tidak termasuk tempat
36

H. Zainal Asikin, Op, cit,hal. 174

Universitas Sumatera Utara

duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan
bagasi.
c. Mobil bus, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8
(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
d. Mobil barang, adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk
dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
e. Kendaraan khusus. 37
2. Penyelengaraan Pengangkutan Darat di Indonesia
Penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan pemuatan
penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemindahan penumpang atau
barang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan yang telah disepakati,
proses penyelenggaraan pengangkutan darat ini melibatkan berbagai perusahaan
pengangkutan lainnya. 38
Dalam

Pasal 7 UU No. 22 Tahun 2009 di tentukan penyelenggara

angkutan darat, sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam kegiatan
pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah daerah, badan hukum, dan/atau masyarakat.
b. Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi instansi masing-masing meliputi:
1) Urusan perintah di bidang jalan, oleh kementrian negara yang
bertanggung jawab di bidang jalan
2) Urusan pemerintahan dibidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
3) Urusan pemerintahan dibidang pengembangan industri Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, oleh kementrian negara yang bertanggung
jawab di bidang industri
4) Urusan pemerintahan di bidang pengembangan teknologi Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, oleh kementrian negara yang
bertanggung jawa di bidang pengembangan teknologi, dan

37

Penjelasan Pasal 47 ayat 2, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
38
Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal . 173

Universitas Sumatera Utara

5) Urusan pemerintahan di bidang regritrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan Hukum,
operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan
berlalu lintas oleh kepolisian Negara Republik Indonesia. 39
Selanjutnya Pasal 8 dijelaskan bahwa penyelenggaraan di bidang jalan
meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pengembangunan, dan pengawasan
prasarana Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a, yaitu:
a. Inventarisasi tingkat pelayanan jalan dan permasalahannya
b. Penyusunan rencana dan program pelaksanaannya serta penetapan tingkat
pelayanan jalan yang diinginkan
c. Perencanaan, pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas jalan
d. Perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan jalan
e. Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan
f. Uji kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan
berlalu lintas, dan
g. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang pra sarana
jalan. 40
Penyelenggaraan pengangkutan jalan menurut ketentuan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan
bermotor yang dioprasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan layak
jalan. Persyaratan

teknis yang dimaksud terdiri dari susunan, perlengkapan,

ukuran, muatan, penggunaan, penggandengan kendaraan bermotor, dan/atau
penempelan kendaraan bermotor. Persyaratan layak jalan yang dimaksud di
tentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurangkurangnya terdiri dari atas emisi gas buang, kebisingan suara, efisien sistem rem
dan lampu utama, kincup roda depan, suara klakson, radius putar akurasi alat
penunjuk kecepatan, kesesuaian roda dan kondisi ban, dan sesuai daya mesin
penggerak terhadap berat kendaraan (Pasal 48).
39

Pasal 7, Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

40

H. Zainal Asikin, Op, cit, hal. 179

Jalan.

Universitas Sumatera Utara

Kendaraan yang dalam keadaan lengkap yang telah lulus uji tipe diberi
sertifikat lulus uji tipe. Rumah-rumah, bak muatan dan modifikasi tipe kendaraan
bermotor yang telah lulus uji tipe di terbitkan surat keputusan pengesahan rancang
bangun dan rekayasa. Sebagai bukti telah dilakukan regristrasi tipe produksi,
diberikan tanda bukti sertifikat regristrasi uji tipe (pasal 51). Dalam surat tanda
bukti lulus uji dicantumkan daya angkut maksimum kendaraan bermotor yang
disediakan oleh pengangkut selalu dalam keadaan memenuhi syarat keselamatan
agar dapat sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, untuk kelancaran dan keselamatan pengangkutan
jalan, setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi
sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Surat izin mengemudi
terdiri dari atas surat izin mengemudi perseorangan dan surat izin mengemudi
kendaraan bermotor umum.
Sesuai dengan asas-asas hukum pengangkutan melalui jalan raya (jalan
umum), pengemudi kendaraan bermotor umum harus :
a. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar.
b. Mengutamakan keselamatan penumpang dan pejalan kaki.
c. Menunjukkan surat bukti pendaftaran kendaraan bermotor, surat izin
mengemudi, dan tanda bukti lulus uji, atau tanda bukti lain yang sah dalam
hal dilakukan pemeriksaan.
d. Mematuhi semua ketentuan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
e. Memakai sabuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan roda empat atau
lebih. 41

41

Ibid,hal. 180

Universitas Sumatera Utara

Untuk keselamatan, keamanan, ketertiban lalu lintas dan pengangkutan
jalan, pejabat yang di tunjuk undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan, pemeriksaan itu meliputi:
a.
b.
c.
d.

Persyaratan teknis dan layak jalan
Tanda bukti lulus uji
Tanda bukti pendaftaran/tanda coba kendaraan bermotor, dan
Surat izin mengemudi.
Melalui kewenangan pejabat yang melakukan pemeriksaan tersebut

diharapkan proses penyelenggaraan pengangkutan darat yang berlangsung dengan
tertib, aman, dan selamat tiba di tempat tujuan.

C. Kedudukan Hukum Pengguna Jasa Angkutan Darat Menurut
Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Kedudukan atau kewenangan pengguna jasa (penumpang) angkutan darat
yaitu memiliki kewenangan atas pemenuhan hak dalam keamanan dan
keselamatan dalam menggunakan jasa, dalam Pasal 1 angka 25 Undang-Undang
Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud
dengan penumpang atau pengguna jasa adalah orang yang berada di kendaraan
selain pengemudi dan awak kendaraan. Dengan mengikatkan diri setelah
membayar uang atau tiket angkutan umum sebagai kontraprestasi dalam
perjanjian pengangkutan maka sesorang telah sah sebagai penumpang alat
angkutan penumpang umum yang apabila mengalami kecelakaan diri, yang
diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu dari tempat naik sampai turun
di tempat tujuan. 42
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam Pasal 234 ayat (1)
menyebutkan bahwa pemilik, penyedia jasa angkutan umum bertanggung jawab
atas kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pemilik barang sedangkan
pada Pasal 235 ayat (1) menyebutkan bila terjadi kecelakaan sampai terjadinya
kematian maka pihak pengemudi, penyedia jasa angkutan umum wajib
memberikan bantuan kepada ahli waris berupa biaya pengobatan dan biaya
pemakaman dengan tidak menghilangkan tuntutan perkara pidana. 43
Kecelakaan Lalu Lintas yang menyebabkan cedera maka pengemudi dan
penyedia jasa pengangkutan wajib memberikan bantuan berupa biaya pengobatan
dengan tidak mengugurkan tuntutan perkara pidana (Pasal 235 ayat (2) UndangUndang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

42
43

Abdulkadir Muhammad, Op. cit, hal 57
Ibid, hal. 58

Universitas Sumatera Utara