Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Permintaan (Demand) Asuransi Kesehatan
Menurut Feldstein (2005), permintaaan (demand) adalah keinginan

konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode
waktu tertentu. Permintaan terhadap kesehatan dapat dilakukan mengenai
pengertian tentang keinginan, permintaan dan kebutuhan. Keinginan di sini adalah
keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup didasarkan pada
penilaian diri seseorang terhadap status kesehatannya. Sedangkan pada
permintaan merupakan keinginan untuk lebih sehat dalam perilaku mencari
pertolongan tenaga kedokteran dan kebutuhan disini adalah keadaan kesehatan
oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis.
Sedangkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan dilakukan mendalam
dengan pendekatan sosial ekonomi.
Grossman (1972), mengemukakan penelitian pentingnya mengenai
pelayanan kesehatan di mana dalam penelitiannya itu diungkapkan bahwa demand
terhadap layanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan

itu sendiri. Kesehatan menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2003)
komoditi yang penting sehingga berdasarkan hal tersebut Grossman menyusun
teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach di mana arena
pemilihannya diperluas hingga menyangkup pemilihan atas status kesehatan.
Menurut Grossman (1972), para konsumen memiliki permintaan
terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan yaitu:

9

Universitas Sumatera Utara

10

1. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi
Pelayanan kesehatan sebagai sebuah komoditi konsumsi membuat konsumen
sebagai pengguna layanan kesehatan merasa lebih baik.
2. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi investasi
Investasi dalam kesehatan merupakan nilai moneter sebab kesehatan dapat
menurunkan jumlah hari sakit. Dengan menurunnya waktu sakit maka akan
meningkatkan waktu yang tersedia untuk bekerja maupun adanya waktu luang

untuk melakukan aktifitas lainnya.
2.2

Asuransi
Menurut Breider dan Breadles (1972) dalam Azwar (2010) asuransi

(insurance) adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan–kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.
Asuransi menurut pengertian railnya, adalah iuran bersama untuk meringankan
beban individu kalau-kalau beban tersebut menghancurkannya. Konsep asuransi
yang paling sederhana dan umum adalah suatu persediaan yang disiapkan oleh
sekelompok orang yang bisa ditimpa kerugian, kerugian tersebut menimpa salah
seorang di antara mereka, maka beban kerugian tersebut akan disebarkan ke
seluruh kelompok (Muslehuddin, 1999).
Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Dagang Pasal 246 “Asuransi
adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi
mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang
mungkin di derita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung
ketidakpastian dan yang akan mengakibatkan kehilangan, kerugian atau


Universitas Sumatera Utara

11

kehilangan suatu keuntungan”.Selanjutnya menurut pasal 21 UU no 2/1992
menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian sebagai berikut “Usaha
asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota
masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian
karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya
seseorang”.
Asuransi mempunyai banyak manfaat, menurut Dahlan S. (2004)
manfaat asuransi antara lain :
1. Rasa aman dan perlindungan.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. Semakin besar
kerugian yang mungkin timbul maka semakin besar pula biaya
penanggungannya.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh
kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan

5. Alat penyebaran risiko
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha

Universitas Sumatera Utara

12

2.3

Asuransi Kesehatan

2.3.1

Pengertian

1. Menurut Basuki dalam Sistem Kesehatan (Adisasmito, 2010), asuransi
kesehatan adalah salah satu bentuk asuransi yang dirancang untuk meringankan
beban keuangan karena perubahan dari kesehatannya.
2. Menurut Thabrany dan Mayanda dalam sistem kesehatan (Adisasmito, 2010)
asuransi kesehatan adalah suatu instrument sosial untuk menjamin seseorang

(anggota) dapat

memenuhi

kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa

mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut saat kebutuhan pelayanan
kesehatan muncul. Dari definisi diatas dapat disimpulkan asuransi kesehatan
merupakan suatu alat yang dapat membantu masyarakat agar tetap dapat
melakukan pemeliharaan kesehatan tanpa harus terbebani dengan masalah
ekonomi/keuangan.
2.3.2

Macam – macam asuransi kesehatan
Menurut Azwar dan Thabrany, tergantung dari ciri-ciri khusus yang

dimiliki, maka asuransi kesehatan dapat dibedakan atas beberapa macam yakni :
1. Ditinjau dari pengelolaan dana
a. Asuransi kesehatan pemerintah
Disebut asuransi kesehatan pemerintah (government health insurance), jika

pengelolaan dana dilakukan oleh pemerintah. Dengan ikut sertanya pemerintah
kesehatan akan diperoleh beberapa keuntunngan misalnya biaya kesehatan dapat
di awasi, pelayanan kesehatan dapat di standarisasi. Tetapi di samping itu juga
ditemukan beberapa kekurangan yang umumnya berkisar pada kurang puasnya

Universitas Sumatera Utara

13

para peserta yang kesemuanya kait berkait dengan mutu pelayanan yang kurang
sempurna.
b. Asuransi kesehatan swasta
Disebut asuransi kesehatan swasta (private health insurance), jika
pengelolaan dana dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan dari asuransi
kesehatan adalah mutu pelayanan reltif lebih baik, sedangkan kerugiannya adalah
sulit mengawasi biaya kesehatan yang pada akhirnya dapat memberatkan pemakai
jasa pelayanan kesehatan.
2. Ditinjau dari keikut sertaan anggota
a. Asuransi kesehatan wajib
Pada asuransi kesehatan wajib (compulsary health insurance) keikutsertaan

peserta bersifat wajib. Dapat berlaku untuk setiap penduduk (national health
insurance) dan ataupun untuk kelompok tertentu saja, misalnya dalam suatu
perusahaan. Pada umumnya asuransi kesehatan wajib berlaku jika asuransi
kesehatan tersebut dikelola oleh pemerintah.
b. Asuransi kesehatan sukarela
Pada

asuransi

kesehatan

sukarela

(compulsary

health

insurance),

keikutsertaan peserta tidaklah wajib, melainkan terserah pada kemauan masing –

masing. Bentuk ini berlaku jika asuransi kesehatan tersebut dikelola oleh swasta.
3. Ditinjau dari jenis pelayanan yang ditanggung
a. Menanggung seluruh jenis pelayanan kesehatan
Pada sistem asuransi kesehatan dimana pengelola dana juga bertindak
sebagai penyedia pelayanan, jenis pelayanan kesehatan yang ditanggung biasanya

Universitas Sumatera Utara

14

mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan (comprehensive plans). Jadi terbatas
hanya pada pelayanan kuratif, tetapi juga pelayanan preventif. Tujuan utamanya
ialah untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan peserta. Peserta akan jarang
sakit, penggunaan jasa pelayanan berkurang, sehingga dengan demikian badan
asuransi kesehatan akan memperoleh keuntungan yang lebih baik.
b. Menanggung sebagian jenis pelayanan kesehatan
Di sini yang ditanggung hanya sebagai dari pelayanan kesehatan (partial
plans) saja. Misalnya untuk macam pelayanan kesehatan tertentu yang umumnya
membutuhkan biaya besar.
4. Ditinjau dari jumlah dana yang ditanggung

a. Menanggung seluruh biaya kesehatan yang diperlukan :
Pada sistem ini seluruh biaya kesehatan ditanggung (first dollar principle)
oleh asuransi kesehatan. Mudah diperkirakan, jika kesadaran peserta kurang,
dapat mendorong pemanfaatan yang berlebihan sehingga menyulitkan badan
asuransi dan atau penyedia pelayanan kesehatan.
b. Hanya menanggung pelayanan kesehatan dengan biaya yang tinggi saja :
Untuk mengatasi penggunaan yang berlebihan, diperkenalkan bentuk lain,
dimana asuransi kesehatan hanya menanggung pelayanan kesehatan yang
membutuhkan biaya besar saja (largeloss principle). Apabila biaya tersebut masih
di bawah standar yang ditetapkan, peserta harus membayar sendiri.
5. Ditinjau dari jumlah peserta yang ditanggung
a. Peserta adalah perseorangan (individual health insurance)
b. Peserta adalah satu keluarga (family health insurance)

Universitas Sumatera Utara

15

c. Peserta adalah satu kelompok (group health insurance)
6. Ditinjau dari peranan badan asuransi

a. Hanya bertindak sebagai pengelola dana
Bentuk ini adalah bentuk klasik dari asuransi kesehatan yang apabila
dikombinasi dengan sistem pembayaran ke sarana kesehatan secara reimbursment,
dapat mendorong tingginya biaya kesehatan. Tetapi apabila dikombinasikan
dengan sistem prepayment, biaya kesehatan akan dapat dikendalikan.
b. Juga bertindak sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
Bentuk HMO adalah salah satu contoh dimana badan asuransi sekaligus juga
berperan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini akan diperoleh
beberapa keuntungan yakni dapat diawasinya biaya kesehatan, tetapi juga dapat
mendatangkan kerugian yakni kurang sesuainya pelayanan kesehatan dengan
kebutuhan masyarakat.
7. Ditinjau dari cara pembayaran kepada penyelenggara pelayanan kesehatan
a. Pembayaran berdasarkan jumlah kunjungan peserta
Disini pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah kunjungan peserta
(reimbursment) yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Makin banyak jumlah
kunjungan, maka makin besar uang yang diterima oleh penyedia pelayanan
kesehatan.
b. Pembayaran dilakukan di muka
Pada sistem ini, pembayaran kepada penyedia pelayanan dilakukan di muka
(prepayment), dalam arti setelah pelayanan kesehatan selesai diselenggarakan.


Universitas Sumatera Utara

16

2.4

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

2.4.1

Pengertian
Berdasarkan buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) dalam SJSN Tahun 2013, JKN merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) bagi seluruh rakyat
indonesia, maupun untuk warga negara asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia yang pengaturannya berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah (Kemenkes RI,
2014).
2.4.2

Cara pendaftaran JKN
Untuk

memudahkan

masyarakat

sebagai

peserta

BPJS,

BPJS

memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN
dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat
dilakukan secara langsung kekantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui
pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs
http://bpjskesehatan.go.id/.
a) Pendaftaran secara online
Untuk pendaftaran secara online terdapat beberapa hal yang perlu
dipersiapkan. Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJSKesehatan secara online, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

17

1. Kartu Tanda Penduduk
2. Kartu Keluarga
3. Kartu NPWP
4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi
Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir,
Alamat, Email dll). Besaran iuran adalah sesuai dengan kelas perawatan yang di
pilih:
1. KELAS III

= Rp. 30.000/Bulan

2. KELAS II

= Rp. 51.000/Bulan

3. KELAS I

= Rp. 80.000/Bulan

Setelah

menyimpan

Data,

Sistem

akan

mengirimkan

e-mail

pemberitahuan nomor registrasi ke alamat e-mail sesuai dengan yang diisikan oleh
calon peserta agar e- ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan
pembayaran di bank. Pembayaran iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam
sejak pendaftaran. Setelah calon peserta melakukan pembayaran di bank,
makapeserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada e-mail
pemberitahuan.
b) Pendaftaran secara manual
Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu
dipersiapkan, yaitu:
1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu
Keluarga/Kartu Tanda Penduduk (KTP) /Paspor pas foto bewarna 3x4

Universitas Sumatera Utara

18

sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukan Kartu
Keluarga/Surat Nikah/Akte Kelahiran.
2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor
Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta. Calon
peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri (ATM)/Setor
Tunai sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank yang telah bekerja
sama.
3. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta.
4. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses
pelayanan.
2.4.3

Metode pembayaran JKN
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode pembayaran

atau iuran dari program ini dibagi menjadi 3 jenis (Perpres RI No. 111 Tahun
2013):
1. Iuran jaminan kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh pemerintah
daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
2. Iuran jaminan kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,
anggota TNI/POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai
negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh pemberi kerja yang dipotong
langsung dari gaji bulanan yang diterimanya. Anggota keluarga bagi
pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari peserta; dan

Universitas Sumatera Utara

19

b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
peserta, dengan kriteria:
1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2. Dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja
atau pekerja mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor,
perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan,
janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis
kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
2.4.4

Prinsip sistem JKN
Berdasarkan buku pegangan sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) dalam SJSN Tahun 2013, Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada
prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut (Kemenkes RI,
2014):
1. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita.
Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang
berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud

Universitas Sumatera Utara

20

karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang
bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profitoriented). Sebaliknya,
tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana
yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.
3. Prinsip Keterbukaan,
Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi,dan Efektivitas. Prinsip-prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari
iuran peserta dan hasil pengembangannya.
4. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekali punmereka berpindah pekerjaan
atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh
rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai

Universitas Sumatera Utara

21

dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada
badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka
mengoptimalkan dana untuk kesejahteraan peserta.
7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan kepentingan
peserta.
2.4.5

Tentang Peserta Mandiri (Non-PBI) BPJS Kesehatan
Berdasarkan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) dan BPJS Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013
menjelaskan mengenai kepesertaan BPJS Kesehatan bahwa :
1. Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar
iuran.
2. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,atau
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi: Penerima

Universitas Sumatera Utara

22

Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai
berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas :


Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu
setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan
menerima gaji atau upah, contohnya :

1) Pegawai Negeri Sipil;
2) Anggota TNI;
3) Anggota Polri;
4) Pejabat Negara;
5) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah Pegawai
Tidak Tetap, Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai
lain yang dibayarkan oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.;
6) Pegawai Swasta; dan
7) Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan nomor
6 yang menerima upah.


Pekerja Bukan Penerima Upah (peserta pembayar mandiri)
dan anggota keluarganya yaitu setiap orang yang bekerja
atau berusaha atas risiko sendiri, contohnya :

Universitas Sumatera Utara

23

1) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
contohnya:
a. Pekerja professional seperti pengacara, dokter praktek,
notaris, konsultan, dan lain-lain)
b. Pekerja

mandiri lainnya

seperti

petani, nelayan,

pedagang, tukang ojek, pekerja mandiri salon, pekerja
mandiri bengkel, dan lain-lain.
2) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
Upah.
3) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b,
termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia
paling singkat 6 (enam) bulan.
c. Bukan

Pekerja

(peserta

pembayar

mandiri)

dan

anggota

keluarganya yaitu setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu
membayar iuran Jaminan Kesehatan yang terdiri atas:
1) Investor;
2) Pemberi

Kerja

adalah

adalah

orang

perseorangan,

pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara
yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk klaimnya;
3) Penerima Pensiun;
4) Veteran;

Universitas Sumatera Utara

24

5) Perintis Kemerdekaan; dan
6) Bukan Pekerja yang tidak termasuk nomor 1 sampai dengan
nomor 5 yang mampu membayar Iuran.
d. Penerima pensiun terdiri atas:
1) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun;
3) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
4) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d
yang mendapat hak pensiun.
e. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
1) Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
peserta, dengan kriteria:
a) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri; dan
b) Belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berumur 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
f. Anggota keluarga yang dimaksud meliputi:
1) Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta.

Universitas Sumatera Utara

25

2) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
peserta, dengan kriteria:
a) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri dan;
b) Belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berumur 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan
pendidikan formal.
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan
kesehatan paling banyak 5 (lima) orang. Peserta yang memiliki jumlah anggota
keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk peserta, dapat mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan. Kepesertaan BPJS
Kesehatan bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah memiliki Jaminan
Kesehatan lain. Kepesertan Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan dilakukan
secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk. Pentahapan dilakukan
sebagai berikut:
1. Tahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan;
b. TNI dan anggota keluarganya;
c. POLRI dan anggota keluarganya;
d. Peserta jaminan kesehatan PT Askes (Persero) dan anggota keluarganya; dan
e. Peserta

Jaminan

Pemeliharaan

Kesehatan

Jamsostek

dan

anggota

keluarganya;

Universitas Sumatera Utara

26

2. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019. Setiap peserta
Jaminan Kesehatan berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang
bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,
preventif kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan yang terdiri atas
manfaat medis dan non medis. Manfaat medis tidak terikat dengan besaran
iuran yang dibayarkan serta manfaat non medis meliputi manfaat akomodasi
dan ambulans. Manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan skala besaran iuran
yang dibayarkan dan ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dan
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu.
Adapun pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi :
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik yang diberikan oleh dokter atau dokter gigi mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pemberian obat, alat kesehatan dan transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium, tingkat pratama; dan
g. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.

Universitas Sumatera Utara

27

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga,
yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis mencakup:
a. Rawat jalan yang meliputi:
1) Administrasi pelayanan;
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan sub spesialis;
3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
4) Pemberian obat sesuai dengan kebutuhan medis;
5) Pelayanan alat kesehatan implant;
6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis,
yaitu pemeriksaan laboratorium, radiologi, patologi anatomi, mikrobiologi
dan elektromedik;
7) Rehabilitasi medis; dan
8) Pelayanan darah.
b. Rawat inap yang meliputi;
1) Perawatan inap non intensif; dan
2) Perawatan inap di ruang intensif (ICU, ICCU, PICU dan ICU).
3) Pelayanan kesehatan lain yang berbiaya mahal, meliputi:
a) Pelayanan terapi kanker;
b) Tindakan medik dan operasi jantung;
c) Pelayanan hemodialisa,
d) Pelayanan tranplantasi organ;

Universitas Sumatera Utara

28

e) Pelayanan thalassaemia;
f) Pelayanan HIV/AIDS;
g) Pelayanan kesehatan jiwa, kusta, paru, dan pelayanan kesehatan yang
memerlukan perawatan dalam jangka waktu lama; dan
h) Pelayanan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Manfaat akomodasi rawat inap dibedakan sebagai berikut:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan dan anggota keluarganya diruang
perawatan Kelas Ill;
2. Pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeri Golongan I dan
Golongan II beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas II;
3. Pegawai negeri dan penerima pensiun pegawai negeri Golongan III dan
Golongan IV beserta anggota keluarganya di ruang perawatan kelas I,
4. Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil di ruang perawatan kelas I
atau kelas II sesuai dengan kesetaraan Pegawai Negeri Sipil:
5. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya di ruang
perawatan kelas I,
6. Pejabat negara atau pejabat daerah beserta anggota keluarganya di ruang
perawatan kelas I;
7. Peserta pekerja penerima upah bulanan sampai dengan Rp. 3.500.000,(tiga juta lima ratus ribu rupiah) di ruang perawatan kelas II;
8. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang
mampu membayar iuran sebesar Rp. 30.000- (tiga puluhr ibu rupiah) per
orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas III

Universitas Sumatera Utara

29

9. Peserta pekerja penerima upah bulanan sampai dengan Rp. 5.000.000,(lima juta rupiah) di ruang perawatan kelas I;
10. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja yang
mampu membayar iuran sebesar Rp. 51.000- (lima puluh satu ribu rupiah)
per orang per bulan dirawat di ruang perawatan kelas II; dan
11. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja sebesar
Rp. 80.000- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dirawat di
ruang perawatan kelas I.
Selain pelayanan yang dijamin, ada beberapa pelayanan kesehatan yang
tidak djamin meliputi:
1. Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan standar profesi;
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana
diatur dalam peraturan yang berlaku;
3. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja;
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik;
7. Sirkumsisi tanpa indikasi medis;
8. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
9. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

Universitas Sumatera Utara

30

10. Gangguan kesehatan/penyakit ketergantungan obat dan/atau alkohol;
11. Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri, dengan sengaja
menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan
diri sendiri;
12. Pengobatan

komplementen,

alternatif

dan

tradisional,

termasukakupuntur, shin she, chiropractic yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan

penilaian

teknologi

kesehatan

(health

technology

assessment/HTA)
13. PengobataI dan tindakan medis yang sebagai percobaan (eksperimen)
14. Kondom, kosmetik, makanan bayi dan susu
15. Perbekalan kesehatan rumah tangga
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan langsung dengan
manfaat jaminan kesehatan yang diberikan yaitu biaya.
17. Perjalanan / transportasi;
18. Pengurusan jenazah; dan
19. Pembuatan visum et repertum
20. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan lalu
lintas sesuai dengan ketentuan peraturan
21. Pelayanan kesehatan akibat bencana kejadian luar biasa/Wabah
22. Psikotherapi rawat jalan dan konseling untuk kelainan mental.
23. Pelayanan general check-up
24. Perawatan di rumah (home care).

Universitas Sumatera Utara

31

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
keadaan kegawatdaruratan medis. Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah
peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa
penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan fasilitas
kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya
pelayanan kesehatan dan transportasi.
2.5

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan)
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)

merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha
lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan dahulu bernama
Jamsostek merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS
Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.

Universitas Sumatera Utara

32

BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan),
yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun
2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak
tanggal 1 Januari 2014. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang
sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota
BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS, setiap perusahaan wajib mendaftarkan
pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak
bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada
BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian.
Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui
program Bantuan Iuran. Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di
sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi
anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar
iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara
bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah
memiliki jaminan kesehatan tersebut. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi
menyatakan BPJS Kesehatan akan diupayakan untuk menanggung segala jenis
penyakit namun dengan melakukan upaya.
2.6

Kerangka Teori
Menurut Feldstein (2005), dalam meringkas teori permintaan untuk

asuransi kesehatan, perhatian harus diambil untuk dua wilayah yaitu:
a. faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan asuransi kesehatan dan

Universitas Sumatera Utara

33

b. implikasi kesejahteraan (adalah orang yang lebih baik buruk) yang
mengharuskan seseorang untuk membeli asuransi kesehatan terhadap
semua jenis penyakit medis, rutin serta layanan-murah. faktor-faktor
berikut akan mempengaruhi permintaan untuk asuransi kesehatan :
Dasar pemikiran variabel menggunakan Feldstein (2005) dimana ada 5
faktor yang mempengaruhi permintaan akan asuransi kesehatan yaitu :
1. Bagaimana Seseorang menghindari risiko (How Risk Averse The
Individual), sudut pandang dan perilaku peserta asuransi tentang ketidakpastian
saat ia mengalami sakit yang mendorongnya untuk melakukan tindakan antisipatif
dengan memanfaatkan asuransi.
2.

Kemungkinan

suatu

peristiwa

terjadi

(The

Probability

of

the

eventoccurring), seseorang akan bersedia untuk membayar sedikit diatas harga
premi yang murni untuk sebuah kejadian yang memiliki kemungkinan terjadi
cukup besar (permintaan untuk asuransi kesehatan akan menurun ketika
probabilitas dari kejadian sangat rendah).
3. Besarnya Kerugian (The Magnitude of the loss), semakin besarnya kerugian
yang mungkin dialami, akan semakin tinggi jumlah premi yang bersedia
dibayarkan seseorang (permintaan asuransi akan lebih besar seiring besarnya
ukuran kerugian).
4. Harga Asuransi (The Price of Insurance), Semakin tinggi harga asuransi
(jumlah di atas premimurni), maka seseorang akan semakin menahan diri untuk
membeli asuransi (semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah barang yang
diminta).

Universitas Sumatera Utara

34

5. Pendapatan seseorang (The Income of The Individual), ukuran pendapatan
dan kekayaan orang akan mempengaruhi jumlah harga premi, mereka bersedia
untuk membayar lebih untuk asuransi kesehatan bagi mereka yang memiliki
pendapatan lebih. Begitu punsebaliknya bagi mereka dengan pendapatan yang
sedikit tentunya akan mempengaruhi pertimbangan untuk memiliki asuransi.

Kemungkinan
Suatu Peristiwa
Terjadi
(The Probability
of the event)

Bagaimana
Seseorang
Menghindari
Risiko(How Risk
Averse is the

PERMINTAAN
ASURANSI
KESEHATAN
(DEMAND FOR
HEALTH INSURANCE)

Pendapatan
Seseorang
(The Income of The
Individual)

Besarnya Kerugian
(the Magnitude of
The Loss)

Harga Asuransi
(The Prive of
Insurances)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Paul J. Feldstein (2005)

Universitas Sumatera Utara

35

2.8

Kerangka Konsep

Variabel Independent

Variabel Dependent

Penghindaran Resiko

DEMAND
Menjadi Peserta
BPJS PBPU

Besarnya Kerugian

Harga Asuransi

Pendapatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

6 52 123

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015

2 65 66

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

4 38 127

Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kota Medan Tahun 2016

0 22 126

CARA DAFTAR BPJS KESEHATAN UNTUK PERORANGAN PESERTA BUKAN PENERIMA UPAH DAN BUKAN PEKERJA.

0 0 2

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

0 0 15

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

0 0 2

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

0 0 8

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

0 0 2

Beberapa Faktor yang Memengaruhi Demand Masyarakat Untuk Menjadi Peserta BPJS PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Selayang II Tahun 2016

0 0 33