Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PB

SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

BUSTANIL RASYID DESKY NIM. 071000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PB

SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

BUSTANIL RASYID DESKY NIM. 071000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PB

SELAYANG II KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2011

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : BUSTANIL RASYID DESKY

NIM. 071000108

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 15 Juni 2011dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 19490417 197902 1 001

Penguji II

drh. Hiswani, M. Kes NIP. 19650112 199402 2 001 Penguji I

drh. Rasmaliah, M. Kes NIP. 19590818 198503 2 002

Penguji III

Dra. Jumirah, Apt., M. Kes NIP. 19580315 198811 2 001

Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan


(4)

ABSTRAK

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh, dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan organnya. Masalah gizi ini menjadi perhatian karena berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit degeneratif khususnya pada usia lanjut. Hasil SUSENAS menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari 5,3% tahun 1999 menjadi 11,0% tahun 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011, bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah penduduk yang berumur ≥ 45 tahun yang ter catat di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II yang berjumlah 106 orang. Sampel yang digunakan merupakan total sampling.

Hasil penelitian diperoleh proporsi prevalens obesitas 29,2%, dengan proporsi tipe ginoid sebesar 67,7%. Proporsi berdasarkan faktor intrinsik terbanyak pada kelompok umur 45-59 tahun 72,6%, jenis kelamin perempuan 68,9%, dan tidak ada riwayat keluarga 68,9%. Proporsi berdasarkan faktor ekstrinsik terbanyak pada suku Jawa 40,6%, agama Islam 86,8%, pendidikan SLTA 38,7%, pekerjaan sebagai IRT 48,1%, frekuensi makan ≤ 3 kali sehari 71,7%, aktifitas fisik sedang 64,2%, dan tidak adanya penyakit yang diderita 29,3%. Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan obesitas yaitu variabel umur 45-59 tahun (p=0,002, RP=5,461), ada riwayat keluarga (p=0,000, RP=11,503), frekuensi makan > 3 kali sehari (p=0,000, RP=7,283), dan aktifitas fisik sedang (p=0,018, RP=0,188). Hasil analisis multivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan dengan obesitas yaitu riwayat keluarga dan frekuensi makan. Diperoleh persamaan regresi logistik Ỹ = 0,218 + 0,522X1 + 0,354X2.

Perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan pada lansia berupa pola makan teratur dan aktifitas fisik sehingga kepedulian penduduk lansia untuk memeriksakan diri ke Posyandu Lansia lebih meningkat dan obesitas dapat dicegah.


(5)

ABSTRACT

Obesity is excess fat in the body that is generally dumped in the subcutaneous tissue (subcutaneous), around internal organs, and sometimes there is expansion into organ tissue. Nutritional problems are a concern because it was associated with increased morbidity and mortality of various degenerative diseases, especially in the elderly. Results SUSENAS states that an increase in obesity prevalence from 5.3% in 1999 to 11.0% in 2004.

This study aims to determine the factors associated with obesity elderly in the Elderly Posyandu PB Puskesmas Kecamatan Medan Selayang Selayang II in 2011, is an analytical survey with cross sectional design. Population is the population aged ≥ 45 years recorded in Posyandu Elderly PB Selayang I Village and PB Selayang II Village totaling 106 people. The sample used is total sampling.

The results obtained by the proportion of 29.2% prevalence of obesity, with type ginoid proportion of 67.7%. Proportion based on intrinsic factors most in the age group 45-59 years 72.6%, 68.9% female sex, and no family history of 68.9%. Proportion based on factors extrinsic to the most Javanese 40.6%, Islam 86.8%, 38.7% high school education, a job as IRT 48.1%, frequency of eating ≤ 3 times a day 71.7%, moderate physical activity 64 , 2%, and the absence of disease suffered by 29.3%. The results of bivariate analysis there are four variables that have a significant relationship with obesity that is the variable age of 45-59 years (p = 0.002, RP = 5.461), no family history (p = 0.000, RP = 11.503), a food-frequency > 3 times daily (p = 0.000, RP = 7.283), and moderate physical activity (p = 0.018, RP = 0.188). The results of multivariate analysis there are two variables that have a relationship with a family history of obesity and meal frequency. Retrieved logistic regression equation Y = 0.218 + 0.522 X1 + 0.354 X2.

The need for increased health education of the elderly in the form of regular diet and physical activity so that the concerns of senior citizens to check into the Posyandu Elderly further increased and obesity can be prevented.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bustanil Rasyid Desky

Tempat/Tanggal Lahir : Kutacane/ 19 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara

Alamat Rumah : Jl. A. R. Hakim Gang Padang Lawas No.5B Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. 1995-2001 : SD Negeri Kampung Bakti Kutacane 2. 2001-2004 : SMP Negeri 2 Lawe Sigala-gala Kutacane 3. 2004-2007 : SMA Negeri Perisai Kutacane

4. 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

Persembahan

ALHAMDULILLAH

Kalimat pertama yang terucap disaat asa yang ku nanti telah kudapatkan dan kau perkenalkan Aku untuk mendapatkan seberkas sinar yang dapat menerangi jalan hidupku, semoga aku dapat mengamalkan pengetahuan yang Engkau berikan.

AYAH…. IBU….

Setiap tetes keringat dan air mata Kujadikan cambuk dalam meraih cita-cita Ku

Dengan ridhomu Aku menjalankan Dengan restumu Aku berjuang Dengan do’amu Aku meraih kesuksesan

AYAH… IBU…

Takkan Ku sia-siakan pengorbananmu AYAH… IBU…

Hari ini Ananda muliakan dirimu, Berawal dari kasih sayang dan cinta. Inilah sebahagian dari tanda bakti Ananda, Semoga ALLah SWT memberikan Ananda Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Ananda dapat membalas perjuangan dan kasih sayang yang AYAH dan IBU berikan sejak Ananda kecil dan semoga kesuksesan menanti Ananda. Ku persembahkan SKRIPSI ini sebagai tanda langkah perjuangan menuju kesuksesan. Terima kasih kepada orang-orang yang Ku cinta dan Ku sayang, yaitu :

Ayahanda : Drs. Rasidin Desky Ibunda : Dra. Kasimah

Kakak dan Adikku : Khairur Rasid Desky Tri Rasid Desky Ridho Rasid Desky

”...Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya ialah orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Faathir :28)

Sembah Ananda Bustanil Rasyid Desky


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Obesitas Lansia Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU, Dosen Penasehat Akademik dan Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi I yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.


(9)

5. Ibu Dra. Jumirah, Apt., M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu dr. Farida Surbakti selaku Kepala Puskesmas PB Selayang II

7. Ibu dr. Evalina Sitorus, M.Kes dan Nelly Barus, S.Kep selaku Koordinator Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan PB Selayang II, beserta ibu kader Posyandu Lansia yang telah memberikan izin dan bantuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh Bapak/Ibu staf dan pegawai di Kantor Camat Medan Selayang, Kantor Kelurahan PB Selayang I, Kelurahan PB Selayang II, dan Puskesmas PB Selayang II.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf/pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Teristimewa kepada kedua orang tuaku (Drs. Rasidin Desky dan Dra. Kasimah) dan saudaraku (Khairur Rasid Desky, Tri Rasid Desky, dan Ridho Rasid Desky), terima kasih atas segala doa dan dukungan moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

11. Teman terbaik penulis di grup Cendol (Novriadi Inprayoma, SKM., Fanji Avrianto, SKM., Faridah Hanum R, SKM., Khoirun Tamimi HSB, Retno Farid, Jusmanizah, Sri Nova Br Milala, Ricky Pebriansyah).

12. Rekan-rekan peminatan Epidemiologi dan teman-teman di FKM USU atas do’a, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.


(10)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011

Penulis

Bustanil Rasyid Desky


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Lanjut Usia (Lansia) ... 8

2.2 Pengertian Obesitas... 9

2.3 Pengukuran Obesitas ... 10

2.4 Jenis – Jenis Obesitas ... 11

2.4.1 Obesitas Berdasarkan Tempat Penimbunan Lemak ... 11

2.4.2 Obesitas Berdasarkan Kondisi Sel ... 13

2.4.3 Obesitas Berdasarkan Tingkatan... 14

2.5 Epidemiologi Obesitas ... 14

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi ... 14

2.5.2 Determinan ... 17

2.6 Komplikasi Obesitas ... 21

2.6.1 Hipertensi... 21

2.6.2 Diabetes Mellitus ... 21

2.6.3 Kanker ... 22

2.6.4 Penyakit Jantung Koroner ... 22

2.6.5 Arthritis dan Gout ... 23

2.6.6 Batu Empedu... 23

2.7 Perawatan dan Pengelolaan Obesitas ... 24

2.7.1 Perawatan Obesitas ... 24

2.7.2 Pengelolaan Obesitas... 25

2.8 Pencegahan Obesitas ... 27


(12)

2.8.3 Pencegahan Tersier ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 29

3.1 Kerangka Konsep ... 29

3.2 Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN... 33

4.1 Jenis Penelitian ... 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2.1 Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2 Waktu Penelitian ... 33

4.3 Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1 Populasi ... 33

4.3.2 Sampel ... 34

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

4.5 Teknik Analisa Data ... 35

4.5.1 Analisis Univariat ... 35

4.5.2 Analisis Bivariat ... 35

4.5.3 Analisis Multivariat ... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 38

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

5.2 Analisis Univariat ... 41

5.2.1 Status Obesitas ... 41

5.2.2 Tipe Obesitas ... 42

5.2.3 Karakteristik Responden ... 42

5.2.4 Jenis Bahan Makanan ... 45

5.2.5 Penyakit Yang Diderita ... 47

5.3 Analisis Bivariat ... 48

5.3.1 Hubungan Umur dengan Obesitas ... 48

5.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas ... 49

5.3.3 Hubungan Genetik dengan Obesitas ... 50

5.3.4 Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas... 51

5.3.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas ... 52

5.4 Analisis Multivariat ... 53

BAB 6 PEMBAHASAN... 56

6.1 Analisis Univariat ... 56

6.1.1 Status Obesitas ... 56

6.1.2 Tipe Obesitas ... 57

6.1.3 Karakteristik Responden ... 58

6.1.3.1 Faktor Intrinsik ... 58

6.1.3.2 Faktor Ekstrinsik ... 61

6.1.4 Penyakit Yang Diderita ... 67


(13)

6.2.1 Hubungan Umur dengan Obesitas ... 69

6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas ... 70

6.2.3 Hubungan Genetik dengan Obesitas ... 72

6.2.4 Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas... 74

6.2.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas ... 75

6.3 Analisis Multivariat ... 77

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan... 79

7.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Menurut WHO Tahun 2004 ... 10 Tabel 2.2 Pola Susunan Makanan Lansia Dalam Sehari ... 26 Tabel 4.1 Jumlah Lansia yang Tercatat di Posyandu Lansia Kelurahan

PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang ... 34 Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah Lingkungan, dan Jumlah KK di

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Lansia di Kelurahan PB Selayang I dan

Kelurahan PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Laki-Laki dan

Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Prevalens Obesitas Di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2011 ... 41 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Obesitas Berdasarkan Tipe

Obesitas Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB

Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 42 Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Faktor Intrinsik Obesitas Di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 43 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik Obesitas Di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 44 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jenis bahan Makanan Yang Di

Konsumsi Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II


(15)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penyakit Yang di Derita Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 47 Tabel 5.10 Tabulasi Silang Obesitas dengan Umur Di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2011 ... 48 Tabel 5.11 Tabulasi Silang Obesitas dengan Jenis Kelamin Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 49 Tabel 5.12 Tabulasi Silang Obesitas dengan Riwayat Keluarga Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 50 Tabel 5.13 Tabulasi Silang Obesitas dengan Frekuensi Mkana Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 51 Tabel 5.14 Tabulasi Silang Obesitas dengan Aktifitas Fisik Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 52 Tabel 5.15 Ratio Prevalence Obesitas dengan Aktifitas Fisik Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 53 Tabel 5.16 Identifikasi Variabel Dominan Obesitas Di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 54 Tabel 5.17 Variabel yang Berhubungan dengan Obesitas Lansia Di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Obesitas Berdasarkan Tempat Penimbunan Lemaknya ... 12 Gambar 6.1 Diagram Pie Proporsi Prevalens Obesitas Di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 56 Gambar 6.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Obesitas

Berdasarkan Tipe Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2011 ... 57 Gambar 6.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Intrinsik

Berdasarkan Umur di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2011 ... 58 Gambar 6.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Intrinsik

Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2011 ... 59 Gambar 6.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Intrinsik

Berdasarkan Genetik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2011 ... 60 Gambar 6.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik

Berdasarkan Suku di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2011 ... 61 Gambar 6.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik

Berdasarkan Agama di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2011 ... 62 Gambar 6.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik

Berdasarkan Pendidikan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang


(17)

Gambar 6.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik Berdasarkan Pekerjaan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

Tahun 2011 ... 64 Gambar 6.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik

Berdasarkan Frekuemsi Makan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan

Medan Selayang Tahun 2011 ... 65 Gambar 6.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Faktor Ekstrinsik

Berdasarkan Aktifitas Fisik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan

Selayang Tahun 2011 ... 66 Gambar 6.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penyakit Yang Diderita di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 67 Gambar 6.13 Diagram Bar Proporsi Umur dengan Obesitas di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 69 Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin dengan Obesitas di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 70 Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Riwayat Keluarga dengan Obesitas

di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang

II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 72 Gambar 6.16 Diagram Bar Proporsi Frekuensi Makan dengan Obesitas di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 ... 74 Gambar 6.17 Diagram Bar Proporsi Aktifitas Fisik dengan Obesitas di

Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II


(18)

ABSTRAK

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh, dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan organnya. Masalah gizi ini menjadi perhatian karena berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit degeneratif khususnya pada usia lanjut. Hasil SUSENAS menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi obesitas dari 5,3% tahun 1999 menjadi 11,0% tahun 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011, bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah penduduk yang berumur ≥ 45 tahun yang ter catat di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II yang berjumlah 106 orang. Sampel yang digunakan merupakan total sampling.

Hasil penelitian diperoleh proporsi prevalens obesitas 29,2%, dengan proporsi tipe ginoid sebesar 67,7%. Proporsi berdasarkan faktor intrinsik terbanyak pada kelompok umur 45-59 tahun 72,6%, jenis kelamin perempuan 68,9%, dan tidak ada riwayat keluarga 68,9%. Proporsi berdasarkan faktor ekstrinsik terbanyak pada suku Jawa 40,6%, agama Islam 86,8%, pendidikan SLTA 38,7%, pekerjaan sebagai IRT 48,1%, frekuensi makan ≤ 3 kali sehari 71,7%, aktifitas fisik sedang 64,2%, dan tidak adanya penyakit yang diderita 29,3%. Hasil analisis bivariat terdapat 4 variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan obesitas yaitu variabel umur 45-59 tahun (p=0,002, RP=5,461), ada riwayat keluarga (p=0,000, RP=11,503), frekuensi makan > 3 kali sehari (p=0,000, RP=7,283), dan aktifitas fisik sedang (p=0,018, RP=0,188). Hasil analisis multivariat terdapat 2 variabel yang mempunyai hubungan dengan obesitas yaitu riwayat keluarga dan frekuensi makan. Diperoleh persamaan regresi logistik Ỹ = 0,218 + 0,522X1 + 0,354X2.

Perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan pada lansia berupa pola makan teratur dan aktifitas fisik sehingga kepedulian penduduk lansia untuk memeriksakan diri ke Posyandu Lansia lebih meningkat dan obesitas dapat dicegah.


(19)

ABSTRACT

Obesity is excess fat in the body that is generally dumped in the subcutaneous tissue (subcutaneous), around internal organs, and sometimes there is expansion into organ tissue. Nutritional problems are a concern because it was associated with increased morbidity and mortality of various degenerative diseases, especially in the elderly. Results SUSENAS states that an increase in obesity prevalence from 5.3% in 1999 to 11.0% in 2004.

This study aims to determine the factors associated with obesity elderly in the Elderly Posyandu PB Puskesmas Kecamatan Medan Selayang Selayang II in 2011, is an analytical survey with cross sectional design. Population is the population aged ≥ 45 years recorded in Posyandu Elderly PB Selayang I Village and PB Selayang II Village totaling 106 people. The sample used is total sampling.

The results obtained by the proportion of 29.2% prevalence of obesity, with type ginoid proportion of 67.7%. Proportion based on intrinsic factors most in the age group 45-59 years 72.6%, 68.9% female sex, and no family history of 68.9%. Proportion based on factors extrinsic to the most Javanese 40.6%, Islam 86.8%, 38.7% high school education, a job as IRT 48.1%, frequency of eating ≤ 3 times a day 71.7%, moderate physical activity 64 , 2%, and the absence of disease suffered by 29.3%. The results of bivariate analysis there are four variables that have a significant relationship with obesity that is the variable age of 45-59 years (p = 0.002, RP = 5.461), no family history (p = 0.000, RP = 11.503), a food-frequency > 3 times daily (p = 0.000, RP = 7.283), and moderate physical activity (p = 0.018, RP = 0.188). The results of multivariate analysis there are two variables that have a relationship with a family history of obesity and meal frequency. Retrieved logistic regression equation Y = 0.218 + 0.522 X1 + 0.354 X2.

The need for increased health education of the elderly in the form of regular diet and physical activity so that the concerns of senior citizens to check into the Posyandu Elderly further increased and obesity can be prevented.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.1

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktifitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi.2 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda (double burden).3

Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin dan negara berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang (penyakit infeksi) dan negara maju cenderung


(21)

dengan masalah gizi lebih (penyakit degeneratif). Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.4

Obesitas merupakan masalah yang diperhatikan karena berkaitan dengan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Tingginya penderita obesitas pada usia > 25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh menurun (syndrome metabolik), dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup.5

Menurut WHO (2003), 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3% penduduk menderita obesitas. Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia - Pasifik, sebagai contoh 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas.6 Di kota New York, prevalensi obesitas terjadi peningkatan dari 20,2% tahun 2002 menjadi 25,9% tahun 2004 pada kelompok umur ≥ 65 tahun (BMI ≥30 kg/m2).7

Menurut World Health Organization (WHO) 2004, menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju tapi sudah


(22)

The Australian Diabetes, Obesity and Lifestyle Report (2000), menunjukkan prevalensi overweight dan obesitas meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun (1990 dan 2000). Prevalensi overweight tahun 1990 (14,0%) dan tahun 2000 (21,0%). Sedangkan obesitas tahun 1990 (17,6%) dan tahun 2000 ( 25,2%).8 National Health Survey (2004-2005), pada penduduk Australia menunjukkan data hasil prevalensi

overweight meningkat dari 29,5% menjadi 32,6% dan obesitas dari 11,1% menjadi 16,4% pada kelompok umur 55-64 tahun.9 Penduduk Australia, ≥ 65 tahun 43% mengalami kegemukan (overweight) dan 25% obesitas.10

Berdasarkan hasil survei Kementerian Kesehatan New Zealand (2003), menunjukkan trends peningkatan prevalensi obesitas dari kelompok umur 45-54 tahun (27,0%), 55-64 tahun (28,0%), dan 65-75 tahun (45,0%) pada laki-laki. Pada perempuan umur 45-54 tahun (24,0%), 55-64 tahun (31,0%), dan 65-75 tahun (32,0%). 11

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2000), beberapa provinsi di Indonesia memiliki persentase jumlah lansia (≥60 tahun) yang melebihi angka nasional (7,18%), seperti di Yogyakarta (12,48%), Jawa Timur (9,3%), Jawa Tengah (9,26%), Bali (8,77%), Sumatera Barat (8,08%) dan Sulawesi Utara (7,64%). Di Sumatera Utara (2000), proporsi penduduk lansia mencapai 18,46 % dan di kota Medan (2001), proporsi penduduk lansia mencapai 21,2%, kemudian meningkat pada tahun 2004 mencapai 24,69 %.12

Hasil pemantauan masalah gizi lebih pada orang dewasa yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1997 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa (≥18 tahun) adalah 2,5% (pria) dan 5,9% (wanita). Prevalensi obesitas


(23)

tertinggi terjadi pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun (9,2%). Bertambahnya jumlah orang gemuk juga diindikasikan dengan maraknya pusat-pusat kebugaran yang menjanjikan penurunan berat badan. Selain itu, hampir setiap hari kita melihat di layar televisi atau membaca di surat kabar tentang iklan berbagai produk penurun berat badan.13

Menurut Depkes RI (2000), dari 210 juta penduduk Indonesia, jumlah penduduk yang overweight mencapai 76,7 juta (36,5%) dan penduduk yang mengalami obesitas mencapai 9,8 juta (4,7%).14 Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI (2003) di 12 kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8% penduduk overweight dan 3,7% menderita obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23,0% pada laki-laki, dan 30,4% dan 43,0% pada wanita.13

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi obesitas pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%.15 Dari survei Indeks Masa Tubuh (IMT) pada kelompok usia ≥ 60 tahun di kota besar di Indonesia tahun 2004, 15,6% pria dan 26,1% wanita mengalami obesitas.16 Sedangkan menurut penelitian pada usia lanjut kelompok binaan Puskesmas di Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara (2005), 19 orang (30,6%) lansia mengalami obesitas dari 62 responden.17

Menurut penelitian Juwita (2007), pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Medan, 25 orang (20,7%) lansia mengalami obesitas dari 121 responden.18 Hasil penelitian Nelvin (2008), pada orang dewasa (21-60 tahun)


(24)

rincian pada umur 21-30 tahun terdapat 21 orang (39,62%), umur 31-40 tahun terdapat 18 orang (33,96%), umur 41-50 tahun terdapat 10 orang (18,87%), dan umur 51-60 tahun terdapat 4 orang (7,55%) yang mengalami obesitas.19

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, penduduk ≥ 45 tahun di Kelurahan PB Selayang I berjumlah 2.482 orang dan Kelurahan PB Selayang II 8.480 orang. Di Posyandu Lansia PB Selayang I dan PB Selayang II tercatat 106 lansia dan dari data tersebut terdapat lansia yang menderita obesitas. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

1.2Perumusan Masalah

Belum diketahui faktor – faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.


(25)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui proporsi prevalensobesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan tipe obesitas. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi berdasarkan faktor intrinsik yang

meliputi : umur, jenis kelamin, dan genetik (riwayat keluarga).

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi berdasarkan faktor ekstrinsik yang meliputi : suku, agama, pendidikan, pekerjaan, frekuensi makan, aktifitas fisik, dan penyakit yang diderita.

e. Untuk mengetahui hubungan umur dengan obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

f. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

g. Untuk mengetahui hubungan genetik (riwayat keluarga) dengan obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

h. Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan dengan obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.


(26)

i. Untuk mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

j. Untuk mengetahui Ratio Prevalence (RP) obesitas berdasarkan umur, jenis kelamin, genetik (riwayat keluarga), frekuensi makan dan aktifitas fisik di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

k. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011.

1.4Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas PB Selayang II dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya lansia di wilayah kerjanya.

b. Sebagai bahan masukan dan sarana bagi penulis untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang obesitas, serta menambah pengalaman dalam menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan. c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut Usia adalah suatu proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.16 Lansia merupakan kelompok penduduk berumur tua yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri lebih dari 60 tahun. WHO mengelompokan lanjut usia atas tiga kelompok, yaitu :20

a. Kelompok middle age (45-59 tahun) b. Kelompok elderly age (60-74 tahun) c. Kelompok old age (75-90 tahun)

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari tiga segi yaitu segi kronologis (umur sama atau telah melampaui 65 tahun), biologis (berdasarkan perkembangan biologis yang umumnya tampak pada penampilan fisik), dan psikologis (perilaku yang tampak pada diri seseorang).21

Klasifikasi Lanjut Usia (Lansia), yaitu :22 a. Pralansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia (Lanjut Usia)


(28)

c. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)

d. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat mengahasilkan barang/jasa. (Depkes RI, 2003)

e. Lansia Tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI, 2003)

2.2 Pengertian Obesitas

Kata obesitas berasal dari bahasa latin: obesus, obedere yang artinya gemuk atau kegemukan. Obesitas atau gemuk merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.23

Ditinjau dari segi klinis, obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam jaringan organnya. Obesitas merupakan salah satu bentuk salah gizi yang banyak dijumpai di antara golongan masyarakat dengan sosial ekonomi tinggi.24 Menurut World Health Organization (WHO) 2006, obesitas didefenisikan sebagai kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m2.18


(29)

2.3 Pengukuran Obesitas

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kriteria overweight

dan obesitas pada seseorang diantaranya adalah pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), tebal lemak bawah kulit, dan dengan menghitung rasio lingkar pinggang terhadap lingkar panggul. Dalam hal ini, untuk menentukan overweight dan obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh yang merupakan indikator status gizi. Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan menggunakan rumus :24

WHO telah mendefenisikan sejumlah klasifikasi/kategori IMT yang dapat mencerminkan risiko penyakit tertentu. (tabel 2.1) 25

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Menurut WHO Tahun 2004

Kategori IMT Risiko Penyakit

Kurus (underweight) < 18,5 Rendah

Berat badan normal 18,5 – 24,9 Rata – rata

Berat badan berlebih (overweight) 25 – 29,9 Meningkat

Obesitas – kelas 1 30 – 34,9 Sedang

Obesitas – kelas 2 35 – 39,9 Berbahaya

Obesitas – kelas 3 (obesitas morbid) ≥ 40,0 Sangat berbahaya Atmarita (1992), mengemukakan batasan terhadap tingkat kegemukan dengan menggunakan IMT, dimana berat badan dikatakan normal bila IMT 20,1-25 untuk laki-laki dan 18,7-22,8 untuk perempuan. Bila IMT di atas 25 maka digolongkan sebagai overweight dan bila di atas 30 dinyatakan sebagai obese. Seseorang dikatakan kurus atau underweight bila IMT nya sekitar 18,5-20. Sedangkan bila IMT nya 17,0-18,5 dinyatakan kurus dengan risiko tinggi terhadap infeksi.24

Berat Badan (kg) Indeks Massa Tubuh = ---


(30)

Saat ini indeks massa tubuh (IMT) sudah digunakan untuk penentuan status gizi pasien dewasa di beberapa rumah sakit seperti di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Dalam menentukan status gizi orang dewasa IMT ternyata sangat sensitif untuk menentukan berat badan kurang, normal, dan lebih, baik pada laki-laki maupun perempuan.24

2.4 Jenis – Jenis Obesitas

2.4.1 Obesitas Berdasarkan Tempat Penimbunan Lemaknya a. Obesitas Android (Tipe Apel)

Merupakan karakteristik obesitas pada laki-laki dengan ciri abdomen besar, namun bagian paha dan pantat relatif kecil. Juga dapat terjadi pada wanita menopause, yaitu bila lemak tertimbun di tengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, dan muka). Lemak yang menumpuk pada tipe android sebagian besar merupakan lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak yang besar, sehingga lebih mudah mengalami metabolisme.24

Menurut Vague, seorang peneliti dari Perancis, tipe android mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa, seperti penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, dan tekanan darah tinggi. Namun kegemukan tipe ini lebih mudah untuk menurunkan berat badan dibanding tipe ginoid asalkan melaksanakan diet dan olahraga dengan disiplin.26


(31)

b. Obesitas Ginoid (Tipe Pear)

Merupakan karakteristik dari obesitas pada wanita dengan ciri abdomen kecil, namun bagian panggul atau pantat dan paha relatif besar. Hal ini disebabakan karena sel-sel yang ada pada daerah tersebut lebih banyak terdiri dari lipoprotein lipase.27 Tipe ginoid lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android, sebab lebih kecil kemungkinan terserang penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh dengan ukuran sel lemaknya lebih kecil dan lembek.26


(32)

2.4.2 Obesitas Berdasarkan Kondisi Sel 26 a. Tipe Hiperplastik

Tipe hiperplastik merupakan kegemukan yang disebabkan oleh jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal. Akan tetapi, ukuran sel lemak tersebut masih sesuai dengan ukuran sel yang normal. Kegemukan tipe hiperplastik biasanya terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk diturunkan ke berat badan normal. Bila terjadi penurunan berat tubuh sifatnya hanya sementara dan kondisi tubuh akan mudah kembali ke keadaan semula.

b. Tipe Hipertropik

Kegemukan yang termasuk dalam tipe ini mempunyai jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran normal. Kegemukan ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan relatif lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe hiperplastik. Namun, kegemukan tipe ini mempunyai risiko lebih mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi.

c. Tipe Hiperplastik-Hipertropik

Pada kegemukan tipe ini jumlah maupun ukuran sel yang terdapat pada tubuh seseorang melebihi ukuran normal. Proses kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus hingga dewasa. Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini paling sukar menurunkan berat tubuh. Dengan demikian, seseorang dengan tipe kegemukan seperti ini paling mudah terserang berbagai penyakit degeneratif.


(33)

2.4.3 Obesitas Berdasarkan Tingkatan29

a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.

b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.

c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.

d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.

Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi (infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-onset obesity).

2.5 Epidemiologi Obesitas

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Obesitas a. Menurut Orang (Person)

Masalah obesitas banyak dialami oleh beberapa golongan masyarakat, antara lain balita, anak sekolah, remaja, orang dewasa, dan orang lanjut usia. Hasil


(34)

Kesehatan tahun 1997 menunjukkan, prevalensi obesitas pada orang dewasa (≥18 tahun) adalah 2,5% (pria) dan 5,9% (wanita). Prevalensi obesitas tertinggi terjadi pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun (9,2%).13

Dari survei Indeks Masa Tubuh (IMT) pada kelompok usia ≥ 60 tahun di kota besar di Indonesia tahun 2004, 15,6% pria dan 26,1% wanita mengalami obesitas.16 Sedangkan menurut penelitian pada usia lanjut kelompok binaan Puskesmas di Kecamatan Kota Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara (2005), 19 orang (30,6%) lansia mengalami obesitas dari 62 responden.17 Menurut penelitian Juwita (2007), pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Medan, 25 orang (20,7%) lansia mengalami obesitas dari 121 responden.18

Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%. 15

b. Menurut Tempat (Place)

WHO (2004) menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%).6 Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,0% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan,


(35)

sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%.30

Menurut penelitian Sjarif, dkk (2002) melakukan penelitian di 10 kota-kota besar yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado dengan subyek siswa sekolah dasar. Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar 17,7% di Medan, Padang 7,1%, Palembang 13,2%, Jakarta 25,0%, Semarang 24,3%, Solo 2,1%, Yogyakarta 4,0%, Surabaya 11,4%, Denpasar 11,7%, dan Manado 5,3%.23

Prevalensi nasional obesitas pada penduduk dewasa berusia ≥ 15 tahun di 10 provinsi di Indonesia tahun 2007 adalah Sulawesi Utara (33,3%), Jakarta (26,9%), Gorontalo (26,3%), Maluku Utara (24,4%), Kalimantan Timur (23,5%), Papua Barat (23,0%), Kepulauan Riau (22,8%), Papua (22,4%), Bangka Belitung (22,2%), dan Sumatera Utara (20,9%).31

c. Menurut Waktu (Time)

National Health Survey (2004-2005), pada penduduk Australia menunjukkan data hasil prevalensi overweight meningkat dari 29,5% menjadi 32,6% dan obesitas dari 11,1% menjadi 16,4% pada kelompok umur 55-64 tahun.9 WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas.6


(36)

Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data SUSENAS tahun 1989, prevalensi obesitas di Indonesia adalah 1,1 % dan 0,7%, masing-masing untuk kota dan desa. Angka tersebut meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 % dan 4,3 % pada tahun 1999. SUSENAS (2004) prevalensi obesitas mencapai 11,0%.32 Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004 mendapatkan angka prevalensi obesitas (IMT≥30 kg/m2) 9,16 % pada pria dan 11,02 % pada wanita.33

2.5.2 Determinan Obesitas a. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap harinya telah banyak berubah. Perubahan ini meliputi dengan banyaknya jenis makanan, makanan dapat dibeli kapan saja, metode pengawetan semakin canggih (makanan dapat selalu tersedia), dan banyak produk makanan hanya memerlukan sedikit proses pemasakan, sehingga dapat segera dimakan.25 Hal yang perlu diyakini bahwa obesitas hanya mungkin terjadi, jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan setiap hari jauh melebihi kebutuhan faal tubuh.34

Tampaknya memang ada kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di dapur. Di samping itu, juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka makan pada waktu malam. Pola makan yang tinggi kalori dan lemak akan


(37)

menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak. Hal ini diperberat dengan kurangnya aktifitas fisik.29

b. Aktifitas Fisik

Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan duduk. Saat sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktifitas. Dengan demikian, kurangnya pemanfaatan tenaga akan menyebabkan simpanan tenaga/energi di dalam tubuh yang lambat laun akan semakin bertumpuk sehingga menyebabkan obesitas. Jadi memperbanyak aktifitas fisik sangat dianjurkan.29

Kemajuan teknologi menyebabkan berkuranganya kebutuhan untuk menggunakan tenaga otot manusia dalam melaksanakan tugas manual yang memerlukan banyak energi. Dari segi transportasi, semakin banyak orang menggunakan kendaraan, ketimbang berjalan kaki atau bersepeda walaupun pada jarak yang tidak jauh.25 Dengan kemajuan teknologi, dimana tenaga manusia telah banyak digantikan oleh mesin, sehingga manusia menjadi semakin dimanjakan. Oleh karena itu, manusia menjadi kurang melakukan aktifitas fisiknya sehingga obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan masyarakat.35

c. Faktor Psikologis 34

Faktor psikologis sering juga disebutkan sebagai salah satu faktor predisposisi yang dapat mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak


(38)

menguntungkan, dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga orang tersebut menjadikan makanan sebagai pelariannya.

d. Genetik (Riwayat Keluarga) 29

Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas sekitar 40-50% anak-anaknya akan mengalami obesitas, sedangkan bila kedua orang tuanya obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas. Timbulnya obesitas dalam keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor genetis yang khusus. Hanya saja penelitian di laboratorium gizi Dunn di Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran faktor genetis.

e. Metabolisme Basal 26

Metabolisme basal adalah metabolisme yang dilakukan oleh organ-organ tubuh dalam keadaan istirahat total (tidur). Kecepatan metabolisme basal setiap orang berbeda, ada yang tinggi dan ada juga yang rendah. Seseorang yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah akan cenderung lebih mudah gemuk jika dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecepatan metabolisme tinggi.

Pada umumnya, berat badan akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Secara alami, metabolisme basal pada usia yang semakin senja akan semakin menurun. Sejalan dengan itu, aktifitas fisiknya pun juga semakin berkurang.


(39)

f. Hormon

Hormon adalah salah satu faktor obesitas. Hormon leptin, estrogen dan hormon pertumbuhan mempengaruhi nafsu makan, metabolisme dan distribusi lemak tubuh. Orang obesitas memiliki kadar hormon ini yang mendorong akumulasi lemak tubuh.45

Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya akan menurun. Akibatnya, kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Apalagi pada usia lanjut terjadi penurunan metabolisme basal tubuh sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badan. Selain hormon tiroid, hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi ke dalam sel-sel tubuh. Seseorang yang mengalami peningkatan hormon insulin akan meningkat pula timbunan lemak di dalam tubuhnya.26

g. Efek Samping Penggunaan Obat – Obatan 26

Terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh. Dengan demikian, seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Apalagi jika digunakan dalam waktu yang relatif lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit. Misalnya pemberian obat oral antidiabetes (OAD) pada penderita diabetes mellitus tipe II dapat menyebabkan penambahan berat badan. Oleh karena itu, penggunaan obat ini sebaiknya bila diperlukan saja. Obat yang dapat merangsang nafsu makan lainnya yaitu pil kontrasepsi, kortikosteroid, dan antidepresan trisiklik.


(40)

2.6 Komplikasi Obesitas 26

Hasil penelitian membuktikan bahwa kegemukan dan obesitas menimbulkan banyak masalah dan memperbesar risiko seseorang terserang penyakit degeneratif (penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat seluler yang meluas ke jaringan yang sama). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh obesitas, antara lain :

2.6.1 Hipertensi

Penderita kegemukan mempunyai risiko yang tinggi terhadap hipertensi. Seseorang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan systole >140 mmHg dan diastole >90 mmHg. Penderita obesitas tipe buah apel beresiko lebih tinggi dalam kemungkinan menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang kurus dan penderita obesitas tipe buah pear.26

Berat badan yang berlebih sudah tentu akan meningkatkan beban jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh. Hal ini menyebabkan tekanan darah cenderung akan lebih tinggi. Selain itu, pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau disebut aterosklerosis, sehingga tekanan darah akan meningkat. Untuk itu lansia hendaknya mengurangi konsumsi natrium (garam), karena garam yang berlebih dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah.22

2.6.2 Diabetes Mellitus (DM)

Obesitas dapat menyebabkan penyakit diabetes mellitus tipe II. Sebagaimana diketahui, diabetes mellitus adalah suatu keadaan/kelainan dimana terdapat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan


(41)

insulin atau tidak berfungsinya insulin, akibatnya gula dalam darah tertimbun (tinggi). Biasanya 75% penderita DM tipe II adalah orang yang mengalami obesitas atau riwayat obesitas.22

Diabetes mellitus sebenarnya merupakan penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Pada umumnya, penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah.26

2.6.3 Kanker 26

Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang mengalami obesitas akan berisiko lebih tinggi untuk menderita kanker usus besar, rektum, dan kelenjar prostat. Adapun pada wanita penderita obesitas, akan mengalami risiko terkena penyakit kanker payudara dan rahim. Wanita yang telah menopause, umumnya pada usia lebih dari 50 tahun dan mengalami kelebihan berat badan akan mudah terserang penyakit kanker payudara. Untuk mengurangi risiko terkena kanker, konsumsi lemak total harus dikurangi.

2.6.4 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang mendarahi dinding jantung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 500 penderita kegemukan sekitar 88% mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang.26


(42)

Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan akan meningkatkan risiko penyakit ini. Lemak jenuh dan kolesterol hanya terdapat pada bahan makanan hewani. Oleh karena itu, usia lanjut lebih disarankan mengkonsumsi ikan karena dapat menurunkan risiko menderita penyakit jantung dibandingkan sumber protein hewan lain. Pengaruh kegemukan pada penyakit jantung koroner tidak selalu berdiri sendiri, tetapi biasanya diperburuk oleh faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia.22

2.6.5 Arthritis dan Gout 26

Orang yang menderita kegemukan dan obesitas mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit arthritis (radang sendi) yang lebih serius bila dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal atau gemuk.

Gout merupakan salah satu bentuk penyakit arthritis atau lebih tepatnya radang sendi akibat meningkatnya kadar asam urat dan terbentuknya kristal asam urat pada sendi. Penyakit ini sering menyerang penderita kegemukan yang mengalami kelebihan berat badan > 30% dari berat badan ideal dan kandungan asam urat dalam darahnya tinggi.

2.6.6 Batu Empedu 26

Sewaktu tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi di dalam hati dan di simpan dalam kantong empedu. Hal inilah yang meningkatkan risiko terkena penyakit batu empedu (adanya endapan zat-zat berbentuk seperti batu di dalam empedu). Lebih sering terjadi pada


(43)

penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya akan membantu dalam pencegahannya.

2.7 Perawatan dan Pengelolaan Obesitas 2.7.1 Perawatan Obesitas 34

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam perawatan obesitas antara lain adalah :

Pertama, haruslah ditumbuhkan keyakinan pada diri penderita, alasan-alasan apa yang mengharuskan melakukan upaya menurunkan berat badannya. Jadi langkah pertama adalah menumbuhkan motivasi dalam diri penderita mengapa ia harus menurunkan berat badan.

Kedua, penderita obesitas perlu diberikan pengetahuan dasar mengenai zat gizi dan fungsinya, proses pembentukan dan penggunaan energi dalam tubuh. Dengan demikian, penderita dituntun untuk mengusahakan terjadinya keseimbangan antara pemasukan energi yang berasal dari makanan yang dimakannya dan penggunaan energi oleh tubuh sehingga ia mampu mengendalikan konsumsi makanan.

Ketiga, penderita obesitas harus dibebaskan dari berbagai informasi yang salah yang mungkin didapatnya dari tulisan-tuisan yang bernada promosi atau yang dibuat oleh penulis yang bukan ahli yang dapat membawa akibat buruk bagi dirinya. Karena dasar penurunan berat badan adalah mengurangi jumlah energi yang masuk yang berasal dari makanan dan menaikkan pengeluaran energi melalui penambahan kegiatan fisik.


(44)

Keempat, mendorong terjadinya perubahan perilaku. Tidak dapat di sangkal bahwa untuk memenuhi diet secara sungguh-sungguh untuk penurunan berat badan tidaklah mudah. Oleh karena itu, disamping pendekatan dari sudut medis dan dietetika dalam upaya penanggulangan obesitas juga dilakukan pendekatan psikologis untuk mendorong perubahan perilaku.

Kelima, mengenai kepatuhan penderita terhadap diet yang harus dijalani. Keenam, mengenai penyusunan diet yang diberikan harus didasarkan atas kebiasaan dan perilaku penderita sehari-hari dalam hal makanan. Mereka yang biasa sarapan pagi dengan roti sebagai makanan pokok, harus diberi diet roti untuk makan pagi. Apabila penderita selalu merasa tidak puas itu justru merupakan pendorong baginya untuk tidak mematuhi dietnya.

2.7.2 Pengelolaan Obesitas

Pada lansia yang mengalami obesitas, perawatan dan pengelolaan berat badan umumnya berkisar pada modifikasi makanan, aktifitas fisik/latihan, dan perubahan perilaku. Khusus bagi lansia ada menu seimbang dalam sehari, yaitu : 36


(45)

Tabel 2.2 Pola Susunan Makanan Lansia Dalam Sehari Kelompok Makanan Jenis Pangan

Per Porsi

Jumlah Porsi Per Hari Laki-Laki Perempuan Bahan Pokok Lauk pauk Sayuran Buah-buahan Susu Nasi (1 prg = 200 g)

Daging (1 ptg = 50 g)

Tahu (1 ptg = 25 g)

Bayam (1 mgk = 100 g)

Pepaya (1 ptg = 100 g)

Skim (1 gls = 100 g)

3 1.5 5 1.5 2 1 2 2 4 1.5 2 1 Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI (1992)

Upaya untuk menurunkan berat badan tidak hanya dengan pengaturan makanan atau diet saja tetapi harus juga disertai dengan peningkatan aktifitas fisik. Hal ini disebabkan karena aktifitas fisik sangat penting dalam membantu mengurangi cadangan energi yang tertimbun didalam tubuh.31 Menurut Almatsier (2000). Aktifitas dikelompokkan atas :37

a. Ringan, jika membutuhkan energi 75% untuk duduk dan berdiri, sedangkan untuk keadaan berdiri sambil bergerak dibutuhkan 25% energi.

b. Sedang, jika membutuhkan energi 40% untuk duduk dan berdiri, sedangkan pada pekerjaan khusus seperti menyetrika pakaian dibutuhkan 60% energi. c. Berat, jika membutuhkan energi 75% untuk pekerjaan khusus seperti mencuci


(46)

2.8 Pencegahan Obesitas 2.8.1 Pencegahan Primer 22

Pencegahan ini merupakan suatu upaya yang ditujukan kepada semua orang, khususnya kelompok yang berisiko menderita obesitas. Dalam hal ini upaya promotif dan preventif dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia guna mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan, termasuk obesitas. Kegiatan yang dilakukan berupa :

a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang datang ke posyandu lansia secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.

b. Promosi kesehatan untuk mengubah perilaku masyarakat khususnya lansia dalam hal konsumsi pangan (merencanakan menu harian makanan dengan gizi seimbang, seperti membatasi konsumsi lemak dan mengkonsumsi makanan berserat) dalam bentuk penyuluhan.

c. Melakukan olahraga atau aktifitas fisik secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing lansia.

2.8.2 Pencegahan Sekunder 16,18

Upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif. Upaya yang dilakukan adalah pengobatan bagi penderita obesitas. Diantaranya penggunaan obat – obat pelangsing, akupuntur, dan pembedahan.


(47)

a. Penggunaan obat-obat pelangsing : harus dibawah pengawasan dokter karena tidak semua masalah obesitas dapat diberi obat. Penggunaannyapun sebaiknya hanya sebagai tindakan sementara.

b. Akupuntur : sebaiknya hanya dilakukan untuk mempermudah dalam melakukan diet. Penelitian mengungkapkan bahwa akupuntur pada telinga dapat menekan nafsu makan, sehingga akan mengurangi konsumsi makanan yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan.

c. Pembedahan : merupakan jalan pintas bagi penderita obesitas. Pada umumnya dengan pembedahan, penderita obesitas akan mengalami berat badan hingga 35%, penurunan kolesterol tubuh mencapai 50%, penurunan trigliserida, dan penurunan insulin pada penderita diabetes mellitus.

2.8.3 Pencegahan Tertier 18

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan lanjut perawatan bagi penderita obesitas. Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi (upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin) berupa rehabilitasi mental dan kegiatan fisik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui psikoterapi. Misalnya dengan melakukan diet rendah kalori seimbang disertai dengan melakukan aktifitas fisik secara rutin.


(48)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

3.2Defenisi Operasional

3.2.1 Obesitas adalah berat badan berlebih pada lansia yang dapat mengganggu kesehatan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2 , dikelompokkan atas : 25

1. IMT ≥ 30 kg/m2 : obesitas 2. IMT < 30 kg/m2 : tidak obesitas

3.2.2 Tipe Obesitas adalah bentuk tubuh individu/penderita obesitas di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II berdasarkan tempat penimbunan lemak, dikelompokkan atas :

Tipe Obesitas Obesitas

Faktor Intrinsik : Umur

Jenis Kelamin

Genetik (riwayat keluarga)

Faktor Ekstrinsik : Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan

Frekuensi Makan Aktifitas Fisik

Penyakit yang diderita


(49)

1. Tipe Android 2. Tipe Ginoid

3.2.3 Faktor Intrinsik adalah ciri khas yang tidak dapat diubah dan melekat di dalam pribadi individu di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II terdiri atas umur, jenis kelamin, dan genetik (riwayat keluarga).

3.2.4 Faktor Ekstrinsik adalah ciri yang dapat diubah dari pribadi individu di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II terdiri atas agama, suku, pendidikan, pekerjaan, frekuensi makan, aktifitas fisik, dan penyakit yang diderita.

3.2.5 Umur adalah usia individu yang tercatat di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, dikelompokkan atas :22

1. Usia prasenilis (pralansia) : 45 – 59 tahun 2. Usia lanjut : ≥ 60 tahun

3.2.6 Jenis Kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki individu yang tercatat di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, dibedakan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.7 Genetik adalah riwayat keluarga (keturunan) individu di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II yang menderita obesitas, dibedakan atas :

1. Ada 2. Tidak ada


(50)

1. Batak 2. Jawa 3. Minang 4. Karo 5. Lain-lain

3.2.9 Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh individu di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, dikelompokkan atas :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik

3.2.10 Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dimiliki individu di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II, dikelompokkan atas :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD

3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/PT

3.2.11 Pekerjaan adalah aktifitas/kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh individu diluar atau didalam rumah untuk mempertahankan hidup, dikelompokkan atas :

1. Pensiunan/Tidak Bekerja 2. PNS/TNI/POLRI

3. Ibu Rumah Tangga (IRT) 4. Wiraswasta

5. Pegawai Swasta 6. Lain-lain


(51)

3.2.12 Frekuensi makan adalah keterangan yang menunjukkan berapa kali individu makan dalam satu hari, sesuai dengan perilaku makan yang ideal (makan pagi, siang, dan malam), dikelompokkan atas :37

1. > 3 kali sehari 2. ≤ 3 kali sehari

3.2.13 Aktifitas Fisik adalah kegiatan yang dilakukan individu sehari-hari, dikelompokkan atas :37

1. Ringan : menyapu, memasak

2. Sedang : aktifitas ringan + menyetrika, kerja kantor

3. Berat : aktifitas sedang + mencuci,berdagang, menyangkul, berkebun Untuk melihat ratio prevalens, variabel aktifitas fisik di bagi menjadi :

1. Kurang : aktifitas ringan

2. Cukup : aktifitas sedang + aktifitas berat

3.2.14 Penyakit yang diderita adalah penyakit yang dialami atau diderita oleh lansia yang tercatat di Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, dikelompokkan atas : 1. Sakit

a. Hipertensi b. Diabetes Mellitus c. Sakit Kepala d. Jantung e. Stroke Ringan 2. Tidak Sakit


(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Survei Analitik menggunakan Desain Cross Sectional dengan pertimbangan tidak memberikan perlakuan apapun terhadap responden.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II yang terletak di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II. Pemilihan lokasi penelitian atas dasar bahwa belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2011.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang berumur ≥ 45 tahun yang tercatat di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II yang berjumlah 106 orang.


(53)

Tabel 4.1 Jumlah Lansia yang Tercatat di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang

No

Kelurahan Jumlah Lansia Proporsi (%)

Yang Tercatat di Posyandu

1 PB Selayang I 62 58,5

2 PB Selayang II 44 41,5

TOTAL 106 100,0

Sumber : Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang berumur ≥ 45 tahun yang tercatat di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II, dimana besar sampel sama dengan populasi (total sampling).

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari : 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan, meliputi data umur, jenis kelamin, genetik (riwayat keluarga), suku, agama, pendidikan, pekerjaan, frekuensi makan, aktifitas fisik, jenis bahan makanan, dan penyakit yang diderita. Selain wawancara, data primer juga diambil dengan menggunakan timbangan berdiri (kg) dan microtoice (cm) untuk mengukur berat badan dan tinggi badan responden, digunakan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).


(54)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan untuk memperoleh data penduduk lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II yang berusia ≥ 45 tahun yang diperoleh dari Puskesmas PB Selayang II dan Kantor Camat Medan Selayang.

4.5 Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer melalui tahapan editing, coding, entry data, cleaning, dan analyzing. Jenis analisis yang dilakukan adalah :

4.5.1.Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

4.5.2.Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur, jenis kelamin, genetik, frekuensi makan, dan aktifitas fisik) dengan variabel dependen (Obesitas). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% (P < 0,05).


(55)

Selanjutnya dihitung Ratio Prevalence, yaitu perbandingan antara proporsi subjek dengan faktor risiko {a/(a+b)} dengan proporsi subjek tanpa faktor risiko {c/(c+d)}. RP dihitung dengan menggunakan rumus :38

RP = :

Keterangan :

a. Subjek (+) dengan faktor risiko b. Subjek (-) dengan faktor risiko c. Subjek (+) tanpa faktor risiko d. Subjek (-) tanpa faktor risiko

Untuk mengetahui nilai Ratio Prevalence (RP) pada level of confidence dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 39

4.5.3.Analisa Multivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi obesitas dengan uji regresi logistik berganda. Dilakukan dengan memasukkan secara serentak variabel bebas menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25). Variabel bebas tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap

a a+b

c c+d

Confidence Interval : Upper RP =

Confidence Interval : Upper RP = Lower RP =


(56)

(Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel independen yang mempunyai nilai p > 0,05.

Kemudian analisa data disajikan ke dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi, pie diagram, dan bar diagram.


(57)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas PB Selayang II terletak di Jln. Bunga Wijaya Kesuma pasar IV Gg. Puskesmas, Kecamatan Medan Selayang, dengan luas wilayah 2.379 Ha dan jumlah penduduk 86.500 jiwa, terdiri dari 24.541 Kepala Keluarga.

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kec. Medan Baru - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Medan Tuntungan - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Medan Johor - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Medan Sunggal

Adapun kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II terdiri dari 6 kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan PB Selayang I 2. Kelurahan PB Selayang II 3. Kelurahan Tanjung Sari 4. Kelurahan Asam Kumbang 5. Kelurahan Beringin

6. Kelurahan Sempakata

Puskesmas PB Selayang II telah melaksanakan program wajib (promosi kesehatan, program kesehatan lingkungan, program KIA dan KB, program imunisasi, usaha peningkatan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit


(58)

menular, pengobatan, pencatatan dan pelaporan) dan program pengembangan (upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan lanjut usia, upaya kesehatan mata, jiwa, dan sekolah, dan laboratorium sederhana)

Pembinaan kelompok lanjut usia merupakan program pengembangan yang menjadi prioritas Puskesmas PB Selayang II yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia). Posyandu Lansia diselenggarakan sebulan sekali dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia agar mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Adapun kegiatan yang dilakukan di Posyandu Lansia antara lain :

1. Melakukan pendataan terhadap sejumlah lansia yaitu yang berusia ≥ 45 tahun 2. Pemeriksaan kesehatan, pengukuran tekanan darah, dan penimbangan Berat

Badan (BB)

3. Memberikan obat-obatan dan vitamin kepada lansia 4. Membentuk kelompok senam lansia

5. Memberikan penyuluhan/promosi kesehatan tentang : a. Pemeliharaan kesehatan diri

b. Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang c. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat


(59)

Tabel 5.1 Luas Wilayah, Jumlah Lingkungan, dan Jumlah KK di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Kelurahan Luas Wilayah (ha) Jumlah

Lingkungan Jumlah KK

1 PB Selayang I 180 10 2.578

2 PB Selayang II 690 17 7.926

3 Tanjung Sari 520 14 6.858

4 Asam Kumbang 400 10 3.291

5 Beringin 79 6 1.811

6 Sempakata 510 6 2.075

Jumlah 2379 63 24.541

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Medan Selayang

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Lansia di Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Kelurahan Jumlah Lansia Proporsi (%)

Umur > 45 tahun

1 PB Selayang I 2.482 22,6

2 PB Selayang II 8.480 77,4

Total 10.962 100,0

Sumber : Kantor Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

No Kelurahan Jumlah penduduk Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

1 PB Selayang I 10.315 5.202 5.113

2 PB Selayang II 20.167 10.198 9.969

3 Tanjung Sari 27.108 13.778 13.330

4 Asam Kumbang 13.264 6.666 6.602

5 Beringin 7.206 3.523 3.683

6 Sempakata 8.440 4.319 4.121

Jumlah 86.500 43.686 42.814

Sumber : Kantor Camat Kecamatan Medan Selayang


(60)

Analisa univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, meliputi status obesitas, tipe obesitas, karakteristik responden (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik), jenis bahan makanan, dan penyakit yang diderita.

5.2.1 Status Obesitas

Hasil penelitian di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011 diperoleh proporsi prevalens obesitas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Prevalens Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

No Status Obesitas Jumlah

f (%)

1 Obesitas 31 29,2

2 Tidak Obesitas 75 70,8

Total 106 100,0

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi prevalens obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 terdapat 31 orang (29,2%) menderita obesitas dan 75 orang (70,8%) tidak obesitas.


(61)

5.2.2 Tipe Obesitas

Hasil penelitian di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011 diperoleh ditribusi proporsi obesitas berdasarkan tipe obesitas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Obesitas Berdasarkan Tipe Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

No Tipe Obesitas Jumlah

f (%)

1 Tipe Android 10 32,3

2 Tipe Ginoid 21 67,7

Total 31 100,0

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat bahwa penderita obesitas berdasarkan tipe obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 terbanyak dengan tipe Ginoid yaitu 21 orang (67,7%) dan tipe Android sebanyak 10 orang (32,3%).

5.2.3 Karakteristik Responden A. Faktor Intrinsik

Hasil penelitian di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011, diperoleh distribusi proporsi faktor intrinsik terdiri dari umur, jenis kelamin, dan genetik (riwayat keluarga), sebagai berikut :


(62)

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Faktor Intrinsik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

No. Faktor Intrinsik Jumlah

f %

1. Umur (tahun)

45 - 59 77 72,6

≥ 60 29 27,4

Jumlah 106 100,0

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 33 31,1

Perempuan 73 68,9

Jumlah 106 100,0

3. Genetik (riwayat keluarga)

Ada 33 31,1

Tidak Ada 73 68,9

Jumlah 106 100,0

Dari tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun yaitu sebesar 72,6% (77 orang) dan umur ≥60 tahun sebesar 27,4% (29 orang). Proporsi jenis kelamin tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 68,9%, sedangkan laki-laki sebesar 31,1%. Proporsi riwayat obesitas pada keluarga tertinggi pada lansia dengan tidak ada riwayat keluarga yaitu sebesar 68,9% sedangkan lansia dengan ada riwayat keluarga sebesar 31,1%.

B. Faktor Ekstrinsik

Hasil penelitian di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang tahun 2011, diperoleh distribusi proporsi faktor ekstrinsik terdiri dari suku, agama, pendidikan, pekerjaan, frekuensi makan, dan aktifitas fisik, dapat dilihat pada tabel berikut :


(1)

Riwayat Keluarga * Status Obesitas

Crosstab

26 7 33

78.8% 21.2% 100.0%

5 68 73

6.8% 93.2% 100.0%

31 75 106

29.2% 70.8% 100.0% Count

% within Riwayat Keluarga

Count

% within Riwayat Keluarga

Count

% within Riwayat Keluarga

Ada

Tidak Ada Riwayat Keluarga

Total

Obesitas

Tidak Obesitas Status Obesitas

Total

Chi-Square Tests

56.839b 1 .000

53.415 1 .000

57.553 1 .000

.000 .000

56.302 1 .000

106 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.65.

b.

Risk Estimate

50.514 14.715 173.412

11.503 4.847 27.301

.228 .118 .441

106 Odds Ratio for

Riwayat Keluarga (Ada / Tidak Ada) For cohort Status Obesitas = Obesitas For cohort Status Obesitas = Tidak Obesitas

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(2)

Frekuensi Makan * Status Obesitas

Crosstab

23 7 30

76.7% 23.3% 100.0%

8 68 76

10.5% 89.5% 100.0%

31 75 106

29.2% 70.8% 100.0% Count

% within

Frekuensi Makan Count

% within

Frekuensi Makan Count

% within

Frekuensi Makan > 3 kali sehari

<= 3 kali sehari Frekuensi

Makan

Total

Obesitas

Tidak Obesitas Status Obesitas

Total

Chi-Square Tests

45.473b 1 .000

42.333 1 .000

44.375 1 .000

.000 .000

45.044 1 .000

106 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.77.

b.

Risk Estimate

27.929 9.120 85.523

7.283 3.673 14.442

.261 .136 .501

106 Odds Ratio for Frekuensi

Makan (> 3 kali sehari / <= 3 kali sehari)

For cohort Status Obesitas = Obesitas For cohort Status Obesitas = Tidak Obesitas

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(3)

Aktivitas Fisik * Status Obesitas

Crosstab

1 15 16

6.3% 93.8% 100.0%

26 42 68

38.2% 61.8% 100.0%

4 18 22

18.2% 81.8% 100.0%

31 75 106

29.2% 70.8% 100.0% Count

% within Aktivitas Fisik Count

% within Aktivitas Fisik Count

% within Aktivitas Fisik Count

% within Aktivitas Fisik Aktivitas Ringan

Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Aktivitas

Fisik

Total

Obesitas

Tidak Obesitas Status Obesitas

Total

Chi-Square Tests

8.046a 2 .018

9.307 2 .010

.197 1 .657

106 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.68.

a.

Risk Estimate

.133 .017 1.058

.188 .027 1.279

1.406 1.159 1.706

106 Odds Ratio for Aktivitas

Gabung (Kurang / Cukup) For cohort Status

Obesitas = Obesitas For cohort Status Obesitas = Tidak Obesitas

N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(4)

HASIL ANALISIS MULTIVARIAT

Regression

Variables Entered/Removedb

Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga, Jenis Kelamin, Umur Responde n,

Frekuensi Makana

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Status Obesitas b.

Model Summary

.806a .650 .632 .277

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga, Jenis Kelamin, Umur Responden, Frekuensi Makan

a.

ANOVAb

14.247 5 2.849 37.069 .000a

7.687 100 .077

21.934 105 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga, Jenis Kelamin, Umur Responden, Frekuensi Makan

a.

Dependent Variable: Status Obesitas b.


(5)

Regression

Variables Entered/Removedb

Frekuensi Makan, Riwayat Keluargaa

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Status Obesitas b.

Model Summary

.787a .619 .611 .285

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), Frekuensi Makan, Riwayat Keluarga

a.

ANOVAb

13.574 2 6.787 83.615 .000a

8.360 103 .081

21.934 105 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Frekuensi Makan, Riwayat Keluarga a.

Dependent Variable: Status Obesitas b.

Coefficientsa

.237 .275 .864 .390 -.308 .783

.120 .072 .117 1.652 .102 -.024 .263

-.113 .068 -.115 -1.672 .098 -.247 .021

.506 .071 .515 7.102 .000 .365 .647

.340 .075 .336 4.509 .000 .190 .489

.035 .057 .046 .609 .544 -.079 .148

(Constant) Umur Responden Jenis Kelamin Riwayat Keluarga Frekuensi Makan Aktivitas Fisik Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Dependent Variable: Status Obesitas a.


(6)

Coefficientsa

.218 .120 1.820 .072 -.020 .455

.522 .073 .531 7.163 .000 .378 .667

.354 .075 .351 4.725 .000 .205 .503

(Constant) Riwayat Keluarga Frekuensi Makan Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for B

Dependent Variable: Status Obesitas a.