Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau

(1)

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak–kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2007).

Pada masa peralihan/transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, pada masa peralihan ini terjadi perubahan yang cepat pada diri seseorang baik secara fisik, biologis maupun psikologis. Berbagai perubahan yang dialami remaja sering kali menimbulkan serangkaian konflik, baik dari dalam individu yang bersangkutan ataupun dalam berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Keadaan tersebut dapat berakibat buruk pada kehidupan intelektual dan kesehatan remaja serta menimbulkan konflik dalam kehidupan (Fitri, 2014). Pada masa peralihan juga terjadi proses pencarian jati diri yang cenderung sering salah dalam bergaul sehingga banyak melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat seperti penyalahgunaan narkoba (Asti, 2013).

Narkoba merupakan obat atau zat bukan makanan, jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh pada kerja otak (susunan syaraf pusat), dan sering menimbulkan ketergantungan. Narkoba dapat mengubah perasaan, pikiran, dan perilaku pengguna (Irawati, 2008).

Berdasarkan laporan tahunan United Nations Office on Drugsand Crime/UNODC(2010), diketahui bahwa pada tahun 2008 diperkirakan antara


(2)

155–250 juta orang (3,5%–5,7% dari penduduk yang berumur 15–64 tahun) menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun.

Di Indonesia diketahui terdapat sebanyak 1.037.682 pelajar dan mahasiswa telah mengkonsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Angka itu merupakan 32% dari total 3,2 juta pengguna narkoba secara nasional (Hutabarat, 2013).

Berdasarkan prevalensi dan peringkat penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara dengan usia penduduk 10-59 tahun. Diketahui pada tahun 2008 angka kejadian penggunaan narkoba menduduki peringkat ke tiga belas dengan prevalensi sebesar 1,99% dan pada tahun 2011 angka kejadian penggunaan narkoba naik pesat menjadi peringkat ke empat dengan prevalensi sebesar 3,01%,selanjutnya pada tahun 2014 naik menjadi peringkat ke tiga dengan prevalensi sebasar 3,06% (BNN, 2014).

Perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengkonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok. Karena kebiasaan merokok sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan. Upaya pemberantasan narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak


(3)

usia Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga banyak yang terjerumus narkoba (Purba, 2013).

Badan Narkotika Nasional/BNN (2011) dalam Syahrun (2012) menjelaskan bahwa anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan usia mulai memasuki masa remaja yang berusia berkisar 15-17 tahun, dimana anak mengalami perubahan yang pesat secara fisik, mental, emosional maupun sosial, perilakunya sangat labil atau mudah berubah-ubah.

Perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial rentan terhadap prilaku menyimpang seperti kenakalan remaja. Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sangat berkembang saat ini adalah remaja pengguna narkoba. Jumlah pengguna narkoba paling banyak adalah kelompok usia remaja atau pemuda-pemudi dengan kisaran usia 15-24 tahun (Hutabarat, 2012).

Menurut data Badan Narkotika Nasional/BNN (2005) menyatakan bahwa dari 3,6 juta pecandu, rata-rata 15 ribu orang meninggal akibat narkoba setiap tahunnya. Menurut survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional/BNN pada tahun 2006, pengguna narkoba terbesar ada di kelompok usia 15-24 tahun danpenelitian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kelompok usia terbesar anak mencoba-coba narkoba untuk pertama kali adalah usia 12-17 tahun (Andrian, 2010).

Saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah menjelaskan dalam Undang - Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 yang menyatakan bahwa negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Namun perlindungan anak


(4)

dari narkoba masih jauh dari harapan. Semua pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas lokal, sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima (Purba, 2013).

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba.Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak sekolah (BNN, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkoba ada lima cara yaitu yang pertama promotif (pembinaan) dimana program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum mengenal dan belum memakai narkoba, bentukkegiatannya seperti pelatihan, dialog interaktif, dan kelompok belajar. Cara yang ke dua preventif (pencegahan), program ini juga dapat dilakukkan dengan cara pemberian informasi dari pembicara kepada pendengar, program ini ditujukan kepada masyarakat sehat dan juga belum mengenal narkoba agar mengetahui tentang bahaya penggunaan narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya, bentuk kegiatannya seperti kampanye anti penyalahgunaan narkoba, penyuluhan narkoba, pendidikan dan pelatihan untuk menanggulangi masalah narkoba, upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan konsumsi narkoba dimasyarakat. Cara ke tiga kuratif (pengobatan), program ini ditujukan pada pengguna narkoba untuk mengobati dan menyembuhkan


(5)

penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, bentuk pengobatan dapat dilakukan dengan cara spiritual dan medis. Cara ke empat rehabilitatif (pemulihan), Rehabilitatif adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif, tujuannya agar orang tersebut tidak memakai narkoba lagi dan bebas dari sisa penyakit yang disebabkan oleh pemakaian narkoba. Cara ke lima represif (penindakan), represif merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi yang tergolong narkoba, selain itu pemerintah juga melakukan penindakan terhadap produksi, distributor, penyimpanan, dan penyalahgunaan narkoba sebagai pelanggar undang – undang tentang narkoba (Partodiharjo, 2008).

Dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkoba upaya utama dapat dilakukan melalui promotif dan preventif, salah satu upaya tersebut ialah dengan melakukan pendidikan kesehatanuntuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuandan menumbuhkan sikap yang positif terhadap pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba (Purba, 2013).

Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan diharapkan akan memberikan pengetahuan baru sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku menuju perilaku sehat (healthy behaviour). Perilaku dalam konteks pendidikan kesehatan memiliki tiga ranah atau kawasan (domain) yaitu ranah pengetahuan (knowledge), ranah sikap (afektif) dan ranah keterampilan (psikomotor) (Nurhidayah, 2010).


(6)

Tujuan pendidikan kesehatan tidak hanya bisa dicapai dengan seorang pendidik atau penyuluh yang berkompeten saja. Ada banyak faktor lain yang berpengaruh, salah satu diantaranya adalah pemilihan media pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari tujuan pendidikan kesehatan. Seorang penyuluh/pendidik dituntut untuk menyediakan atau membuat media pendidikan kesehatan yang sesuai.Media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada klien. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensia, keterbatasan indera, hambatan jarak, waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan memanfaatkan media. Media juga diperlukan untuk mengembangkan kemampuan bertanya klien dalam menggali informasi, mengecek pemahaman dan meningkatkan respon klien (Nurhidayah, 2010).

Media pendidikan kesehatan sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar. Seseorang menyerap informasi 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70 % dari yang dikatakan, dan 90 % dari yang dikatakan dan dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak indera yang terlibat dalam proses belajar maka akan semakin banyak informasi yang bisa diserap (Nurhidayah, 2010).

Penggunaan media cetak/visual (leaflet) yang dihasilkan melalui proses mekanik dan fotografis hanya menstimulasi indra mata (penglihatan), sedangkan media audiovisual dihasilkan melalui proses mekanik dan elektronik dengan


(7)

menyampaikan pesan atau informasi secara audio dan visual memberikan stimulus terhadap mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Setiawati, 2008).

Remaja sebagai target sasaran penyuluhan pendidikan kesehatan tentang narkoba, didasari pada asumsi bahwa secara psikologis karakteristik kepribadian remaja bersifat labil (Fitri, 2014). Oleh karenanya dalam rangka merubah persepsi yang keliru tentang narkoba perlu dicegah dengan pemberian informasi tentang narkoba. Adapun tujuan dari pencegahan narkoba di kalangan remaja ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap narkoba dan bahaya penyalahgunaannya, serta memotivasi dan menumbuhkan kesadaran terhadap tanggung jawab para remaja dalam membentengi diri, lingkungan, pergaulan dari bahaya penyalahgunaan narkoba (Depkes R.I, 2006).

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan dengan mengadakan wawancara langsung kepada beberapa siswa/siswidi SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4, penulis mendapatkan informasi bahwa diantara siswa/siswi tersebut masih banyak yang belum mengetahui bahaya narkoba dan berdasarkan pernyataan dari pihak sekolah selama lima tahun terakhir ini belum ada penyuluhan tentang narkoba di sekolah tersebut, berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Pengaruh Pendidikan Kesehatan


(8)

Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015”.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah pendidikan kesehatan memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba setelah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.

3. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.


(9)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1.5.1. Untuk pendidikan keperawatan

Sebagai bahan informasi yang digunakan untuk penerapan pendidikan kesehatan tentang narkoba dalam meningkatkan pengetahuan remaja.

1.5.2.Untuk Praktek keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam penerapan pendidikan kesehatan tentang narkoba untuk meningkatkan pengetahuan remaja.

1.5.3. Untuk Penelitian Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan data tambahan bagi penelitian selanjutnya.

1.5.4. Untuk Remaja

Sebagai bahan informasi dan untuk menambah pengetahuanremaja tentang narkoba terutama pada remaja yang berada di Sekolah Persatuan Amal Bakti (PAB).

1.5.5. Untuk Negara

Sebagai sumber informasi dan data tambahan untuk negara. Agar pemerintah melalui petugas yang berwenang seperti Bandan Narkotika Nasional untuk terus menggalakkan penyuluhan lebih lanjut keberbagai daerah dan sekolah secara merata untuk memberikan penyuluhan tentang hal–hal yang berkaitan dengan narkoba yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja, agar remaja lebih waspada dan tidak menyalahgunakan narkoba.


(1)

dari narkoba masih jauh dari harapan. Semua pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas lokal, sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima (Purba, 2013).

Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba dari pemakaian narkoba.Salah satu upaya dalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada anak sekolah (BNN, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkoba ada lima cara yaitu yang pertama promotif (pembinaan) dimana program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum mengenal dan belum memakai narkoba, bentukkegiatannya seperti pelatihan, dialog interaktif, dan kelompok belajar. Cara yang ke dua preventif (pencegahan), program ini juga dapat dilakukkan dengan cara pemberian informasi dari pembicara kepada pendengar, program ini ditujukan kepada masyarakat sehat dan juga belum mengenal narkoba agar mengetahui tentang bahaya penggunaan narkoba sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya, bentuk kegiatannya seperti kampanye anti penyalahgunaan narkoba, penyuluhan narkoba, pendidikan dan pelatihan untuk menanggulangi masalah narkoba, upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan konsumsi narkoba dimasyarakat. Cara ke tiga kuratif (pengobatan), program


(2)

penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba, bentuk pengobatan dapat dilakukan dengan cara spiritual dan medis. Cara ke empat rehabilitatif (pemulihan), Rehabilitatif adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif, tujuannya agar orang tersebut tidak memakai narkoba lagi dan bebas dari sisa penyakit yang disebabkan oleh pemakaian narkoba. Cara ke lima represif (penindakan), represif merupakan program instansi pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi yang tergolong narkoba, selain itu pemerintah juga melakukan penindakan terhadap produksi, distributor, penyimpanan, dan penyalahgunaan narkoba sebagai pelanggar undang – undang tentang narkoba (Partodiharjo, 2008).

Dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkoba upaya utama dapat dilakukan melalui promotif dan preventif, salah satu upaya tersebut ialah dengan melakukan pendidikan kesehatanuntuk memberikan komunikasi, informasi dan edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuandan menumbuhkan sikap yang positif terhadap pencegahan bahaya penyalahgunaan narkoba (Purba, 2013).

Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan diharapkan akan memberikan pengetahuan baru sehingga terjadi perubahan-perubahan perilaku menuju perilaku sehat (healthy behaviour). Perilaku dalam konteks pendidikan kesehatan memiliki tiga ranah atau kawasan (domain) yaitu ranah pengetahuan (knowledge), ranah sikap (afektif) dan ranah keterampilan (psikomotor) (Nurhidayah, 2010).


(3)

Tujuan pendidikan kesehatan tidak hanya bisa dicapai dengan seorang pendidik atau penyuluh yang berkompeten saja. Ada banyak faktor lain yang berpengaruh, salah satu diantaranya adalah pemilihan media pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dari tujuan pendidikan kesehatan. Seorang penyuluh/pendidik dituntut untuk menyediakan atau membuat media pendidikan kesehatan yang sesuai.Media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada klien. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensia, keterbatasan indera, hambatan jarak, waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan memanfaatkan media. Media juga diperlukan untuk mengembangkan kemampuan bertanya klien dalam menggali informasi, mengecek pemahaman dan meningkatkan respon klien (Nurhidayah, 2010).

Media pendidikan kesehatan sebagai faktor eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar. Seseorang menyerap informasi 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70 % dari yang dikatakan, dan 90 % dari yang dikatakan dan dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak indera yang terlibat dalam proses belajar maka akan semakin banyak informasi yang bisa diserap (Nurhidayah, 2010).

Penggunaan media cetak/visual (leaflet) yang dihasilkan melalui proses mekanik dan fotografis hanya menstimulasi indra mata (penglihatan), sedangkan media audiovisual dihasilkan melalui proses mekanik dan elektronik dengan


(4)

menyampaikan pesan atau informasi secara audio dan visual memberikan stimulus terhadap mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Setiawati, 2008).

Remaja sebagai target sasaran penyuluhan pendidikan kesehatan tentang narkoba, didasari pada asumsi bahwa secara psikologis karakteristik kepribadian remaja bersifat labil (Fitri, 2014). Oleh karenanya dalam rangka merubah persepsi yang keliru tentang narkoba perlu dicegah dengan pemberian informasi tentang narkoba. Adapun tujuan dari pencegahan narkoba di kalangan remaja ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja terhadap narkoba dan bahaya penyalahgunaannya, serta memotivasi dan menumbuhkan kesadaran terhadap tanggung jawab para remaja dalam membentengi diri, lingkungan, pergaulan dari bahaya penyalahgunaan narkoba (Depkes R.I, 2006).

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan dengan mengadakan wawancara langsung kepada beberapa siswa/siswidi SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4, penulis mendapatkan informasi bahwa diantara siswa/siswi tersebut masih banyak yang belum mengetahui bahaya narkoba dan berdasarkan pernyataan dari pihak sekolah selama lima tahun terakhir ini belum ada penyuluhan tentang narkoba di sekolah tersebut, berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana “Pengaruh Pendidikan Kesehatan


(5)

Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015”.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Apakah pendidikan kesehatan memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau Tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba setelah dilakukan pendidikan kesehatan di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.

3. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau.


(6)

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

1.5.1. Untuk pendidikan keperawatan

Sebagai bahan informasi yang digunakan untuk penerapan pendidikan kesehatan tentang narkoba dalam meningkatkan pengetahuan remaja.

1.5.2.Untuk Praktek keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada perawat dalam penerapan pendidikan kesehatan tentang narkoba untuk meningkatkan pengetahuan remaja.

1.5.3. Untuk Penelitian Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan data tambahan bagi penelitian selanjutnya.

1.5.4. Untuk Remaja

Sebagai bahan informasi dan untuk menambah pengetahuanremaja tentang narkoba terutama pada remaja yang berada di Sekolah Persatuan Amal Bakti (PAB).

1.5.5. Untuk Negara

Sebagai sumber informasi dan data tambahan untuk negara. Agar pemerintah melalui petugas yang berwenang seperti Bandan Narkotika Nasional untuk terus menggalakkan penyuluhan lebih lanjut keberbagai daerah dan sekolah secara merata untuk memberikan penyuluhan tentang hal–hal yang berkaitan dengan narkoba yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja, agar remaja lebih waspada dan tidak menyalahgunakan narkoba.