Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMP Persatuan Amal Bakti (PAB) 4 Pagar Merbau

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam
bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk
memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan.

Konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses

belajar. Hal ini berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, kelompok atau masyarakat, dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu
mengatasi masalah kesehatan. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia
sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di
dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa, lebih
mampu, lebih tahu dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Taylor (1991) dalam Maulana (2009) menyatakan bahwa

pendidikan kesehatan merupakan usaha membantu individu mengontrol
kesehatannya sendiri dengan mempengaruhi, menguatkan keputusan atau tindakan
yang sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Nilai pendidikan turun–naik
bersama tingkat pengetahuan yang diperoleh, dan daya upaya pendidikan penting
pada orang yang pengetahuannya masih rendah.

10
Universitas Sumatera Utara

11

Menurut Green(1972) dalam Mubarak (2007) menjelaskan bahwa
pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan proses pemindahan materi dari seseorang ke orang lain
dan bukan pula seperangkat prosedur. Artinya perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam individu atau masyarakat itu sendiri. Pendidikan kesehatan
merupakan istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara
terencana untuk mencapai tujuan kesehatan.
MenurutStuart (1968) dalam Ali (2010) menjelaskan bahwa pendidikan
kesehatan adalah komponen dari program kesehatan dan program kedokteran

yang terencana guna menimbulkan perilaku, individu, kelompok dan masyarakat
dengan melakukan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
2.1.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
World

Health

Organisation/WHO

(1945)

dalam

Maulana

(2009)

menyatakan bahwasecara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah
perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Akan tetapi, perilaku

mencakup hal yang luas sehingga perilaku perlu dikategorikan secara mendasar
sehingga menurut Maulana (2009) rumusan tujuan pendidikan kesehatan dapat
dirinci sebagai berikut:
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat oleh
sebab itu, pendidikan kesehatan bertanggung jawab mengarahkan caracara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari–hari.
2. Mendorong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

Universitas Sumatera Utara

12

3. Mendorong penggunaan dan pengembangan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
Mubarak (2007) menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan kesehatan
adalah agar orang mampu :
1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar.
3. Menurut Ida Bagus dan Tjitarsa (1992) dalam Mubarak (2007)

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan yakni untuk memutuskan
kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang – Undang
Kesehatan No. 23 tahun 1992 dalam Mubarak (2007) yakni: meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
secara

sosial,

pendidikan

kesehatan

disemua

program

kesehatan


baik

pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan maupun program kesehatan lainnya.
2.1.3. Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Mubarak(2007) media pendidikan kesehatan pada hakekatnya
adalah alat bantu pendidikan yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan
bahan pendidikan/pengajaran dan menurut Heinich (1982) dalam Setiawati (2008)
mengemukakan bahwa media adalah perantara yang menghantarkan informasi
antara sumber ke penerima. Pesan, ide, gagasan atau informasi yang disampaikan

Universitas Sumatera Utara

13

pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan dengan metode
dan media yang benar dan baik.
Adapun tujuan media dan jenis–jenis media untuk pendidikan kesehatan
menurut pendapat para ahli dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tujuan penggunaan media
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan media antara
lain adalah untuk menimbulkan minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang
lebih banyak, membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman, merangsang
sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan, membantu
sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, merangsang sasaran
pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain,
mempermudah

penyampaian

bahan

pendidikan/informasi

oleh

para

pendidik/pelaku pendidikan, mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran

pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, membantu
menegakkan pengertian yang diperoleh.
Notoatmodjo (2003) dalam Sari (2013) menjelaskan, alat bantu (media)
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu
diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, media ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek
sehingga mempermudah pemahaman.

Universitas Sumatera Utara

14

2. Jenis - jenis media untuk penyampaian pendidikan kesehatan
Menurut Kholid (2014) aplikasi media merupakan bagian penting dalam
sebuah pendidikan kesehatan karena media dapat langsung berinteraksi dengan
masyarakat. Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar bergantung pada tiga faktor yaitu: faktor isi pesan,

cara menjelaskan pesan, dan karakteristik penerima pesan. Dengan demikian
dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut.
Bukan berarti semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil
belajarnya. Apabila bahan pengajaran telah dikemas dengan tepat serta serta
disajikan pada audience yang tepat maka media pembelajaran akan tepat.
Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai alat bantu pendidikan menjadi
3 jenis yaitu alat bantu lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids), alat
bantu lihat-dengar (audio visual aids). Alat bantu lihat (visual aids) berguna
dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikan, misalnya
slide, film, film strip dan alat-alat yang tidak diproyeksikan, misalnya 2 dimensi
(gambar, peta, bagan), 3 dimensi (bola dunia, boneka). Sedangkan alat-alat bantu
dengar (audio aids) berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengaran
pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/ pengajaran. Misalnya piringan
hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. Alat bantu lihat-dengar (audio visual
aids), seperti televisi dan video. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal
dengan AVA. Dalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai
kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal tersebut, AVA
(Audio Visual Aids) akan membantu menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang


Universitas Sumatera Utara

15

telah diterima oleh manusia sehingga apa yang diterima akan lebih lama disimpan
didalam ingatan.
Notoatmodjo (2007) membagi media sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
sangat bervariasi antara lain: booklet ialah suatu media untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar, leaflet
ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran
yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau
kombinasi, flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan,
flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap
lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai
pesan atau infomasi berkaitan dengan gambar tersebut, rubrik atau tulisan-tulisan
pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, poster ialah bentuk media cetak berisi
pesan-pesan/informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum, foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan.
Media cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana
dan mempermudah pemahaman. Walaupun demikian media cetak juga memiliki

Universitas Sumatera Utara

16

kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah
terlipat (Notoadmodjo, 2007).
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain televisi, radio,
video, slide, dan film strip.
Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah dikenal
masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih

menarik karena ada suara dan gambar bergerak, penyajian dapat dikendalikan,
jangkauan relatif besar, dan sebagai alat diskusi serta dapat diulang-ulang.
Walaupun demikian media elektronik juga memiliki kelemahan yaitu biaya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya dan perlu
terampil dalam pengoperasian.
c. Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan
diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini
juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum seperti bus dan taksi.
2.1.4. Metode dan Teknik Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) metode dan teknik promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara–cara atau metode dan
alat–alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksana promosi
kesehatan. Dengan kata lain, metode dan teknik pendidikan kesehatan adalah
dengan cara dan alat apa yang digunakaan oleh pelaku pendidik kesehatan untuk

Universitas Sumatera Utara

17

menyampaikan

pesan–pesan

kesehatan

atau

mentranformasikan

perilaku

kesehatan kepada sasaran atau masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dan
tehnik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Metode pendidikankesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promotor dan sasaran dapat
berkomunikasi tatap wajah (face to face) maupun melalui sarana komunikasi
lainnya, misalnya telepon, cara ini paling efektif, karena antara petugas
kesehatan dan klien dapat saling berdialog, saling merespon dalam waktu
yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi klien petugas
kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan
masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini yang sering
digunakan adalah councelling.
2.

Metode pendidikan kesehatan kelompok
Teknik dan metode pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan kelompok
ini digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok dibedakan menjadi
dua yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil jika
kelompok sasaran terdiri antara 6 – 15 orang, sedangkan kelompok besar bila
sasaran diatas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi
kesehatan kelompok juga dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya:
diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju
(snow ball), bermain peran (role play), metode permainan stimulasi
(stimulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini

Universitas Sumatera Utara

18

perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya: lembar balik (flip
chart), alat peraga, slide dan sebagainya.
b. Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok besar, misalnya:
metode ceramah yang diikuti

atau tanpa diikuti dengan tanya jawab,

seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu
dibantu pula dengan alat bantu misalnya: overhead projector, slide
projector, film, sound system, dan sebagainya.
3.

Metode pendidikan kesehatan massa
Apabila sasaran pendidikan kesehatan adalah masal atau publik, metode
penyampaiannya memang paling sulit, karena sasaran publik sangat
bervariasi, baik dilihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Masing–masing kelompok
sasaran yang sangat bervariasi tersebut berpengaruh terhadap cara
merespons, cara mempersiapkan dan pemahaman terhadap pesan–pesan
kesehatan. Kita harus merancang dan memberikan pesan–pesan kesehatan
kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama.
Notoatmodjo (2010) menyatakan metode dan teknik promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan adalah:
a. Ceramah umum (Public speaking), misalnya dilapangan terbuka dan
tempat–tempat umum.
b. Penggunaan media massa elektonik, seperti radio dan televisi.
Penyampaian pesan melalui radio atau televisi ini dapat dirancang dengan
berbagai bentuk, misalnya sandiwara (drama) dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

19

c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, selebaran,
poster, dan sebagainya.
d. Penggunaan media diluar ruang, misalnya: billboard, spanduk, umbul –
umbul, dan sebagainya.
2.1.5. Strategi Penyampaian Pendidikan Kesehatan
Strategi pendidikan kesehatan adalah cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi, disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sifat, ruang
lingkup dan urutan kegiatan, termasuk juga didalamnya komponen-komponen
materi pendidikan kesehatan (Purba, 2013).
Penyampaian pendidikan kesehatan pada remaja, dapat dilakukan dengan
menggunakan metode penyampaian pesan yang sederhana dan menggunakan alat
bantu sebagaimana dijelaskan menurut Nurhidayah (2010) metode penyampaian
pesan sebaiknya sederhana, menarik dan mudah dipahami agar peserta benarbenar memahami pesan yang disampaikan, adapun metode penyampaian pesan
tersebut adalah dengan menggunakan metode ceramah. Dalam melaksanakan
proses pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah, penyampaian materi
bersifat teoritis dan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu seperti gambar,
slide atau film.

2.2. Konsep Narkoba
2.2.1.DefinisiNarkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional/BNN
No. SE/03/IV/2002 disebut narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
(BNN, 2013). Sedangkan menurut Kurniawan (2008) narkoba adalah singkatan
dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Narkoba adalah bahan/zat alami

Universitas Sumatera Utara

20

maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara
oralatau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan serta prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan (Adiksi) fisik dan psikologis.
2.2.2.Jenis–Jenis Narkoba
Pada dasarnya obat-obatan yang tergolong narkoba itu digunakan untuk
kepentingan medis atau pengobatan, adapun kegunaannya adalah untuk
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengguna narkoba diluar dari hal-hal
medis dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang popular pada
masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu: Narkotika, psikotropika dan bahanbahan adiktif lainnya (Fitri, 2014).
1. Narkotika
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bukan tumbuh-tumbuhan baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan (BNN, 2009). Jenis narkotika di bagi atas 3
golongan yaitu:
a. Narkotika Golongan I
Menurut Hawari (2012) narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya
dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
didunakan dalam terapi merupakan jenis narkotika yang paling berbahaya, daya

Universitas Sumatera Utara

21

adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan dan jenis narkotika yang
paling sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
1. Ganja
Nama lain dari ganja adalah mariyuana, cannabis, hashis, gelek dan
sebagianya. Mariyuana adalah suatu bahan berbentuk bubuk (powder) kering
berwarna putih kehijauan dan abu-abu yang dari ekstrak bunga dan daun tanaman
cannabis sativa.

Bahan kimia aktif dalam

mariyuana adalah

delta-9-

tetrahydrocanabinol (THC) yang dapat memengaruhi suasana hati manusia dan
memengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal disekitarnya dan
akan merangsang reaksi sel saraf sehingga menyebabkan penderita berkeinginan
untuk menggunakan obat tersebut secara terus menerus. Penggunaana dilakukan
dengan cara menghisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat dihisap
dengan menggunakan pipa rokok.
Penggunaan ganja dosis rendah hanya berpengaruh pada rasa nyaman,
euphoria (merasa santai), tetapi gejala ini sulit dideteksi. Pada dosis yang lebih
besar selain menyebabkan euphoria, juga menghilangkan stress berat dan rasa
sakit, nafsu makan bertambah, dan efeknya dapat menybabkan kerusakan pada
kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi, meningkatnya denyut
nadi, keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk. Pengguna ganja akan
mengalami gejala psikologik yaitu euphoria, halusinasi, merasa dirinya hebat,
merasa waktu berlalu dengan lambat, bersikap acuh tak acuh, masa bodoh tidak
peduli terhadap fungsi mahluk sosialnya (apatis) dan berperilaku maladaptif yaitu
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya secara wajar
(Hawari, 2012).

Universitas Sumatera Utara

22

2. Heroin/Putau
Heroin adalah salah satu diantara narkotika yang paling banyak
disalahgunakan para penagih di Indonesia akhir-akhir ini dan sangat adiktif.
Heroin bertindak memengaruhi otak sehingga menghasilkan efek menyenangkan
dan menghilangkan rasa nyeri, nama popular heroin di Indonesia adalah putaw.
Penggunaan heroin umumnya secara injeksi intravena (mainling), intra muskular
dihisap dengan pipa, dicampur dengan ganja atau rokok, asapnya diinhalasi
dengan pipet atau serbuknya langsung dihirup melalui hidung. Efek yang dialami
setelah diinjeksi para penagih akan mengalami ephoria disertai panas pada kulit,
mulut kering, anggota badan terasa berat, fungsi mental turun karena depresi SSP
(sistem saraf pusat), bicara lambat dan kaku, pupil mata mengecil, kelopak mata
menciut atau mata sayup, gangguan pengelihatan, muntah dan sembelit/perut
terasa mulas (Hawari, 2012).
Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang
menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pembuatan,
penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, namun dengan dosis tertentu heroin
tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker stadium lanjut karena efek
analgesik (menghilangkan rasa nyeri) dan mempunyai sifat nyaman, merasa santai
(euphoria) yang baik (BNN, 2009)
Menurut Hawari (2012) Pengaruh jangka panjang dari penggunaan heroin
adalah dapat mengalami halusinasi (penglihatan khayal), paranoid (gangguan jiwa
seolah–olah dikejar–kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan
perilaku yang tidak terduga. Adapun pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia
adalah :

Universitas Sumatera Utara

23

a. Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan ketidak
mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak, gangguan
penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan kerusakan otak.
b. Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis
(bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.
c. Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormone
testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi kesuburan pada
laki–laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi gangguan haid, resiko
ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan syaraf pada bayi dari ibu
pemakai ganja.
3. Kokain
Menurut Martono (2006) Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan
aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain). Menurut undang–undang kokain
termasuk narkotika golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan
cara disedot melalui hidung, pada saat merokok, dan disuntikkan. Cepat
menyebabkan ketergantungan. Kokain ini banyak disalahgunakan (drug abuse)
sehingga menimbulkan ketagihan bagi penggunanya. Obat diekstrasikan dari
tanaman spesies coca yaitu Erythroxylum coca. Yang paling sering kokain
digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan
masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak. Penggunaan dosis rendah
membuat tubuh lebih fit, segar, kuat, bersemangat, hilang rasa mengantuk dan
tidak terasa lapar. Adapun pengaruh jangka panjang dari penggunaan kokain
adalah :

Universitas Sumatera Utara

24

a. Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual.
b. Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan
menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan.
c. Paranoid (perasaan seolah–olah dianiaya atau memliki kekuasaan)

Menurut Martono (2006) Pengaruh kokain pada sistem tubuh manusia adalah :
a) Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat menyebabkan
amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak dan sistem syaraf.
b) Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu, berhenti,
dan dapat menyebabkan batuk.
c) Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan jantung
berdebar–debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat, sehingga dapat
terjadi serangan jantung dan kematian.
d) Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, bayi
lahir prematur, dan bayi lahir mati. Bayi yang dilahirkan menjadi
ketergantungan terhadap kokain dan menyebabkan kerusakan berbagai organ
tubuh setelah anak bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku.
b. Narkotika Golongan II
Menurut Martono (2006)narkotika golongan II adalah narkotika yang
memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
c. Narkotika golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: codein dan
turunannya. Di dunia kadokteran kodein banyak digunakan untuk mengobati

Universitas Sumatera Utara

25

batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup
populer, tetapi mempunyai sifat–sifat yang dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan, oleh karena itu penggunaan kodein harus diawasi.
2. Psikotropika
Menurut Martono (2006) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa. Adapun
jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
a. Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan
ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam
bentuk

tablet

atau

kapsul),

sabu-sabu

(berbentuk

kristal

berisi

zat

menthaphetamin).
b. Golongan II
Psikotropika berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin dan metilfenidat atau ritalin).
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan

sindroma

ketergantungan

(contoh:

pentobarbital

dan

flunitrazepam).

Universitas Sumatera Utara

26

d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam).
Menurut Martono (2006) psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
a. Ekstasy
Ekstasy dikemas dalam bentuk tablet dan ada juga yang berbentuk kapsul.
Penggunaanya dilakukan dengan cara menelan. Efeknya terhadap tubuh adalah,
berkeringat, mulut kering, rasa haus meningkat, rahang kaku, tekanan darah
meningkat, detak jantung cepat, dan suhu tubuh meningkat, mata berair, kelebihan
tenaga, dan kehilangan nafsu makan. Efek psikologinya adalah, pengguna merasa
santai, gembira, hangat, bertenaga, dan menggambarkan perasaan saling mengerti
diantara mereka. Setelah mencapai puncak 2-4 jam pemakai akan mengalami
depresi dan kelesuan pada otak.
b. Shabu-shabu
Shabu-shabu

adalah

jenis

psikotropika

yang

mengandung

methyl

amphethanin berbentuk kristal putih. Penggunaanya dengan cara dibakar dengan
menggunakan alumunium foil dan aspnya dihisap atau dibakar dengan
menggunakan botol kaca yang khusus. Gejala yang dialami pengguna shabushabu adalah badan terasa lebih kuat dan energik, rasa percaya diri meningkat,
berkeringat secara berlebihan, nafsu makan berkurang akibatnya badan menjadi
kurus, susah tidur tekanan darahnya meningkat, dan mengalami gangguan pada
fungsi sosial dan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

27

Pengaruh segera setelah pemakaian shabu–shabu adalah menyebabkan
perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas, meningkatkan denyut jantung,
tekanan darah, dan pernapasan, selera makan berkurang, mulut kering,
berkeringat, dan bicara cepat, sakit kepala, penglihatan buram, dan pusing,
pupilmelebar. Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu-sabu adalah gelisah,
mudah curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri, kurang gizi,
halusinasi (penglihatan atau pendengaran semu), agresif, dapat melakukan
tindakan kekerasan, hilanganakal sehat dan ketergantungan dan gejala putus zat
menjadi murung dan letih. Adapun pengaruh pada sistem tubuh manusia adalah:
a. Pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
sehingga terjadi stroke.
b. Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat menyebabkan nyeri dada, dan
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
c. Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan tertekannya sistem pernafasan
sehingga kesadaran menghilang, dan meninggal.
d. Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, cacat,
mati dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.
3. Zat adiktif lainnya
Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup
menimbulkan kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi), yakni keinginan untuk menggunakan kembali secara
terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang paling sering disalahgunakan adalah
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

28

a. Alkohol (ethanyl atau ethyl alcohol) hasil fermentasi/peragian karbohidrat
seperti sari buah anggur, nira, madu, gula, sari buah (anggur) dan umbiumbian. Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari
15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang
lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Alkohol sering disebut dengan booze atau
drink.Alkohol juga merupakan suatu zat yang apabila dikonsumsi akan
menyebabkan ketergantungan, dan apabila dikonsumsi dalam jumlah besar
akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan fisik, gejala pengguna
alkohol ditandai dengan wajah merah, gangguan koordinasi motorik, jalan
tidak stabil, bicara tidak jelas, perubahan alam perasaan, mudah tersinggung,
gangguan dalam memusatkan pikiran dan perhatian. Gejala putus alkohol mual
muntah, rasa letih, lemah, berkeringat, jantung berdebar lebih cepat, tekanan
darah meningkat, depresi.
b. Inhalen
Zat-zat yang dihirup melalui hidung: hidrokarbon alifatis (yang terdapat di
lem kambing, pelumas bensin, aerosol, semir sepatu), halogen hidrokarbon (yang
terdapat dalam minyak pelumas, freon, pendingin AC, lemari es), nitrat alifatis
(yang terdapat dalam pengharum ruangan), keton, ester, glytol. Selain itu yang
termasuk inhalan gas, zat pelarut yang mudah menguap, inhalen banyak
digunakan pada anak muda dikarenakan inhalen mudah didapat, mudah digunakan
tanpa menggunakan alat. Inhalen umumnya terdapa dalam berbagai produk untuk
keperluan rumah tangga, kantor maupun pabrik. Efek penggunaan inhalen
menyebabkan gangguan koordinasi motorik seperti jalan sempoyongan, nyeri otot

Universitas Sumatera Utara

29

dan sendi, selain itu dapat menyebabkan nyeri dada, kematian secara mendadak
karena hambatan pada sistem pernafasan akibat kelebihan dosis.
c. Rokok
Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Di dalam rokok terdapat racun berbahaya seperti: nikotin, karbon monoksida,
karbondioksida, arsenik, zat air belerang, berbagai amonial, didalam rokok juga
mengandung dua puluh racun mematikan dengan 4000 macam zat kimia,
beberapa zat kimia didalam rokok diantaranya adalah zat karsinogenik atau
penyebab kanker ganas dan sisahnya adalah racun tikus, hydrogen sianida, bahan
bakar roket (metanol), bahan bakar korek api (butan), racun serangga (arsen),
racun kenalpot (karbon monoksida), pembersih kulit (thylamin).
2.2.3.Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Makoro (2003) dalam Fitri (2014) bahaya dan akibat dari
penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi pemakainya dan dapat
pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun
keadaan sosial seseorang, adapun bahaya tersebut yaitu:
1. Secara fisik:
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologi) seperti : penanahan (abses), alergi.

Universitas Sumatera Utara

30

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Akan berakibat fatal apabila terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. over dosis dapat
menyebabkan kematian.
g. Dampak kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks,
disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan
sperma.
h. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi
penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron,
kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan
sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi
sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi
rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.
i. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum
suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis
B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
2. Secara Psikis:
a. Lamban saatkerja, ceroboh pada saat kerja, sering gelisah.
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga terhadap orang
lain.

Universitas Sumatera Utara

31

c. Emosional, dapat melakukan hal–hal negatif diluar dugaan.
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
3. Secara Sosial:
a. Gangguan mental (sakit jiwa), anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c. Pendidikan terganggu masa depan suram.
2.2.4.Faktor-faktor Penyebab Penggunaan Narkoba
Menurut pendapat Afiatin (2008) secara garis besar terdapat tiga faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja, faktor
pertama adalah narkoba itu sendirikarena penggunaannya dapat menyebabkan
sensasi tertentu, sehingga pengguna tertarik untuk mencari dan menikmati
sensasi-sensasi baru tersebut, faktor kedua adalah faktor individual yang meliputi
perkembangan fisik dan mental yang labil pada remaja, kegagalan dalam meraih
cita-cita, kegagalan dalam halpercintaan, kegagalan dalam meraih prestasi,
kegagalan dalam meraih jabatan dan lain-lain, dan faktor yang ketiga adalah
faktor lingkungan, dalam hal ini faktor linkungan menjadi faktor penting dalam
memengaruhi tindakan penyalahgunaan narkoba oleh remaja. Lingkungan yang
paling dekat dengan remaja adalah keluarga dan kelompok teman sebaya. Faktor
resiko dalam keluarga dapat menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba, antara
lain sifat meniru dari orangtua atau saudara yang pernah menggunakan narkoba,
kurangnya pehatian orangtua terhadap anak-anaknya, penerapan hukuman
terhadap anak yang terlalu sering dan sifat orangtua yang otoriter dapat

Universitas Sumatera Utara

32

menyebabkan anak mengunakan narkoba. Selain faktor keluarga, faktor
lingkungan lainnya adalah teman sebaya, dimana teman sebaya merupakan faktor
resiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Sedangkan menurut Partodiharjo (2008) menjelaskan bahwa faktor
penyebab remaja memakai narkoba dapat dibedakan menjadi tiga kelompok juga
yaitu: faktor yang pertama adalah faktor internal yakni rasa ingin tau, rasa setia
kawan, rasa kecewa, frustasi dan kesal, faktor yang kedua adalah faktor keluarga
yang tidak harmonis dimana anak merasa kurang dihargai, kurang mendapat
kepercayaan dan selalu dianggap salah, sehingga anak merasa kurang
mendapatkan kasih sayang dalam keluarga, dan faktor yang ketiga adalah karena
pengaruh orang lain seperti dipaksa oleh teman atau seseorang yang mengancam
akan mencelakainya.
2.2.5.Upaya Penanggulangan Narkoba
Ada lima bentuk penanggulangan masalah narkoba menurut Partodiharjo
(2008) yang dikutip oleh Kumala (2012) yaitu :
1. Promotif (Pembinaan)
Ditujukan kepada masyarakat yang belum mengunakan narkoba, prinsipnya
adalah meningkatkan peranan atau kegiatan agar kelompok ini secara nyata
lebih sejahtera sehingga tidak pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan semu dengan memakai narkoba dengan pelaku program adalah
lembaga kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif (Program Pencegahan)
Program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang belum mengenal
narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba sehingga tidak tertarik untuk

Universitas Sumatera Utara

33

mengunakannya. Selain dilakukan oleh pemerintah, program ini juga sangat
efektif bila dibantu oleh lembaga profesional seperti lembaga swadaya
masyarakat, organisasi masyarakat. Bentuk kegiatan preventif yang
dilakukan bisa berupa kampanye anti penyalahgunaan narkoba dengan
memberikan informasi satu arah tanpa tanya jawab, hanya memberikan garis
besarnya, pemberian informasi dapat disampaikan oleh toma (tokoh
masyarakat), ulama, seniman, pejabat bukan tenaga profesional. pemberian
informasi juga dapat dilakukan dengan mengunakan poster, brosur atau
baliho. Dengan misi melawan penyalahgunaan narkoba tanpa penjelasan
yang mendalam atau ilmiah tentang narkoba juga dapat dilakukan dengan
cara:
a) Penyuluhan tentang seluk beluk narkoba.
b) Pendidikan dan penyuluhan terhadap kelompok sebaya.
c) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan distribusi narkoba di
masyarakat.
3. Kuratif (Pengobatan)
Ditujukan kepada para penguna narkoba, tujuannya adalah untuk mengobati
ketergantungan dan menyembuhkan penyakit, sebagai akibat dari pemakai
narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Tidak sembarangan
orang boleh mengobati narkoba,pengobatan harus dilakukan oleh dokter
yang mempelajari narkoba secara khusus. Bentuk kegiatan kuratif yaitu:
a. Penghentian pemakaian narkoba.
b. Penggobatan gangguan kesehatan akibat penghentian dan pemakaian
narkoba.

Universitas Sumatera Utara

34

c. Penggobatan terhadap organ tubuh akibat penggunaan narkoba.
4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai
narkoba yang sudah menjalanin program kuratif. Tujuanya agar orang tidak
memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas
pemakai narkoba, Pemakai narkoba dapat mengalami gejala seperti:
a) Kerusakan fisik (syaraf, otak, darah, jantung, paru-paru, ginjal, hati dan
lain-lain).
b) Kerusakan mental, perubahan karakter ke arah negatif.
c) Penyakit-penyakit ikutan.
5. Represif
Program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan pemakai
berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instasi pemerintah
yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun
distribusi semua zat yang tergolong narkoba.
2.2.6. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja
Menurut Atum (2006) pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja
dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah:
1. Pencegahan penyalahgunaan narkoba dirumah (keluarga)
Pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan dirumah (keluarga)
berpusat pada orang tua, dimana orang tua harus menjalin dan membangun
komunikasi yang baik pada anak, menyediakan waktu untuk mendiskusikan hal–
hal yang sensitif dan meyakinkan anak agar merasa nyaman mengungkapkan
masalahnya, menjadi pendengar yang baik dan memberikan solusi yang baik atas

Universitas Sumatera Utara

35

maslahnya, untuk dapat mencegah hal–hal yang tidak di inginkan, sampaikan
pesan dengan jelas tentang hal–hal yang merugikan bagi dirinya seperti memberi
pengetahuan atau penjelasan tentang bahaya penyalahgunaan obat–obatan,
memberi contoh yang baik untuk anak dengan tidak menyalahgunakan obat–
obatan, orang tua juga harus mengawasi kegiatan anak dan membimbing anak
dalam hal mencari teman atau bergaul sebaiknya dengan teman yang baik agar
tidak menjerumuskan dirinya dalam hal–hal yang merugikan atau merusah
perilakunya.
2. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah
Menurut Atum (2006) berdasarkan hasil riset, jaringan peredaran narkoba
memiliki sistem yang sangat rapi, dan sulit diberantas, sebagai contoh sebagai
target utama pengedaran nerkoba di sekolah biasanya adalah remaja atau siswa/i
yang pintar, pandai bergaul, dan disenangi teman–temannya, tempat transaksi
yang biasa digunakan adalah warung–warung kecil disekitar sekolah, tempat arkir,
dan lain–lain. Oleh karena itu peredaran narkoba disekolah harus diberantas salah
satunya dengan cara memberikan pendidikan tentang pemahaman bahaya narkoba
pada siswa/i atau dengan cara melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba
disekolah seperti melaksanakan penyuluhan bagi siswa/i di sekolah dengan
memberikan pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba atau dengan
melaksanakan seminar dan Workshop penanggulangan permasalahan narkoba
berbasis sekolah.

Universitas Sumatera Utara

36

2.3. Konsep Pengetahuan
2.3.1.Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan
peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: Awareness (kesadaran) dimana
orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(objek), Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul, Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik
dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, Trial dimana subjek mulai mencoba
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, Adoption
dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2010) yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

Universitas Sumatera Utara

37

spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
c. Menerapkan (application)
Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya/nyata).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasinyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/menguraikan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen atau bagian–bagian kecil, tetapi
masih dalam suatu struktur objek tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Ukuran kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti:
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

38

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang
ada. Ukuran kemampuan adalah seseorang dapat menyusun, meringkaskan,
merencanakan, dan menyesuaikan rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor internal:
a. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau kegiatan yang tinggi
terhadap sesuatu, dengan adanya pengetahuan yang tinggi dengan didukung minat
yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin orang tersebut akan berperilaku
sesuai dengan apa yang diinginkan.
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Dimana pengetahuan dapat diperoleh dari

Universitas Sumatera Utara

39

pengalaman sendiri maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman yang sudah
di peroleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
c. Usia
Semakin bertmbahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang
usia lanjut kemampuan untuk menerima atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
d. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan
seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
2. Faktor Eksternal:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang
diberikan kepada seseorang untuk menuju kedewasaan. Pendidikan dapat
memberikan wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang
berpendidikan tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder, keluarga dengan status
ekonomi lebih baik lebih tercukupi dibandingkan dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini juga akan mempengaruhi kebutuhan informasi yang
didapat, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang.

Universitas Sumatera Utara

40

c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, yang dapat diartikan sebagai
pemberitahuan kepada seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru untuk terbentuknya sikap terhadap hal baru
tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika orang
tersebut mendapat informasi yang cukup baik dari berbagai sumber seperti radio,
televisi, majalah, koran, buku dan lain–lain,

maka hal tersebut akan dapat

meningkatkan pengetahuan orang tersebut.
d. Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negatif
tergantung dari lingkungannya. Didalam lingkungan inilah seseorang akan
mendapatkan pengalaman yang akan mempengaruhi cara berfikir orang tersebut.

2.4. Konsep Remaja
2.4.1. Definisi Remaja
Menurut Behrman dan Jenson (2004) dalam Septiana (2014) menyatakan
bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10–20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, dan psikologi. Dari segi
umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal (early adolescene) pada usia 10–
13 tahun, remaja menengah (middle adolescene) pada usia 14–16 tahun, dan
remaja akhir (late adolescene) pada usia 17–20 tahun.

Universitas Sumatera Utara

41

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia/Depkes RI (2005), masa
remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang
merupakan masa peralihan dari kanak–kanak kedewasa muda.
2.4.2. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Menurut

Santrock

(2003)

dalam

Darwanto

(2014)

karakteristik

pertumbuhan dan perkembangan remaja mencakup perubahan tansisi biologis,
kongnitif, dan sosial. Secara lengkap, perubahan-perubahan itu akan di paparkan
sebagi berikut:
1. Transisi Biologis
Perubahan pisik yang terlihat jelas pada masa pubertas, yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara
perubahan fisik yang terjadi, yang paling besar pengaruhnya pada
perkembangan kejiwaan remaja adah pertumbuhan tubu (badan menjadi
semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, juga mulai berfungsinya alatalat reproduksi (di tandai haid pada wanita dan mimpi basah pada lakilaki) dan tanda-tanda sexual skunder yang tumbuh.
2. Transisi Kongnitf
Menurut Piaget, pemikiran operasional formal berlangsung anatara usia 11
sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal ini bersifat lebih abstrak,
idealis, dan daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan
bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang
dilakukannya merupakan wujud dari penyesuaian dari secara biologis.

Universitas Sumatera Utara

42

3. Transisi Sosial
Pada masa remaja terjadi transisi sosial, dimana remaja mengalami
perubahan dalam hubungan dengan manusia lain, baik secara emosional,
kepribadian, maupun peran mereka dalam konteks sosial.
2.4.3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Bobak (2005) dalam Septiana (2014) menyatakan bahwa anak–
anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi
individu dewasa yang matang. Tugas perkembangan remaja terdiri dari: menerima
citra tubuh, menerima identitas seksual, mengembangkan sistem nilai personal,
membuat persiapan untuk hidup mandiri, menjadi mandiri/bebas dari orang tua,
mengembangkan mengambil keputusan, mengembangkan identitas seorang yang
dewasa.
Menurut Bobak (2005) dalam Septiana (2014) menjelaskan periode masa
remaja dibagi kedalam tiga tahap yaitu:
1. Remaja tahap awal (usia 10–14 tahun)
Remaja tahap awal hanya memiliki pemahaman yang samar tentang dirinya.
Mereka belum mampu mengaitkan antara perilaku mereka dengan
konsekuensi dari perilaku tersebut.
2. Remaja tahap menengah
Remaja tahap menengah berorientasi antara perasaan bergantung dengan
perasaan mandiri, pada tahap ini teman–teman sebaya lebih dapat
menggantikan kedudukan orang tua. Remaja tahap awal dan menegah
merupakan tahap belajar dan menerima informasi, tetapi sering sekali mereka
tidak dapat menerima informasi tersebut dalam kehidupan mereka, serta sering

Universitas Sumatera Utara

43

kali

mereka

melakukan

trial

dan

error

tanpa

memperhitungkan

konsekuensinya.
3. Remaja tahap akhir (usia 17–20 tahun)
Remaja tahap akhir mampu memahami dirinya dengan baik dan dapat
mengaitkan dengan jelas informasi yang didapat ke dalam hidupnya.
Menurut Asmani (2012) bahwa kaum remaja merupakan golongan yang
sering menghadapi banyak kesulitan, antara lain:
1. Emosi yang Masih labil
Remaja cendrung memiliki kondisi kejiwaan yang belum stabil. Di satu
waktu, mungkin dia terlihat pendiam, cembrut, dan seperti ingin
mengasingkan diri.Tetapi, pada saat yang lain, dia bisa tiba-tiba