Pengaruh Peer Review, Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1

Auditing
Menurut

Arens

(2008)

definisi

auditing

adalah

“proses

pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai suatu informasi untuk

menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut
dengan kriterianya, auditing hendaknya dilakukan oleh seorang yang
kompeten

dan independen”. Sekalipun auditor seorang ahli,

tetapi

apabila dia tidak mempunyai sikap independen dalam pengumpulan
informasi, maka informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan
dianggap bias.
Tujuan
audit.

audit

adalah

hasil


yang hendak dicapai dari suatu

Tujuan audit mempengaruhi jenis audit yang dilakukan. Secara

umum audit dilakukan untuk menentukan apakah informasi keuangan dan
operasi telah akurat dan dapat diandalkan, risiko yang dihadapi telah
diidentifikasi, peraturan ekstern dan kebijakan intern telah dipatuhi, kriteria
operasi telah tercapai, serta sumber daya telah digunakan secara efisien dan
diperoleh secara ekonomis.
Auditing merupakan jasa atestasi yang diberikan oleh seorang
akuntan publik yang independen. Atestasi adalah suatu pernyataan
pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang
apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan

11
Universitas Sumatera Utara

kriteria yang telah ditetapkan.
Jasa Audit mencakup pemrolehan dan penilaian bukti yang
mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang

dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Berdasarkan audit yang
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor
menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(Mulyadi, 2002).
Auditing merupakan jasa yang diberikan oleh orang yang
independen untuk memberikan keyakinan yang memadai kepada pengguna
jasa dengan memberikan opini atas laporan keuangan historis yang
mendasar melalui bukti – bukti yang diperoleh dan dinilai. Jasa audit
merupakan jasa yang penting sehingga kaulitas audit yang tinggi
diperlukan agar opini yang dikeluarkan auditor bisa memberikan keyakinan
bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
2.1.2

Kualitas Audit
De

Angelo


(1981)

dalam

Sinaga

dan

Ghazali

(2012)

mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.
Temuan

pelanggaran

mengukur


kualitas

audit

berkaitan

dengan

pengetahuan dan keahlian auditor, sedangkan pelaporan pelanggaran
tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran

12
Universitas Sumatera Utara

tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki
auditor tersebut.
Berikut ini pernyataan Harom (2012) dalam sinaga dan Ghazali
(2012).
Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda
tergantung dari sudut pandang penerima atau pemberi jasa audit.

Entitas pemilik maupun pihak pengguna laporan keuangan
berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor dapat
memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material atau
kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan
para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka
berkerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko
bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan
meghindari kajatuhan reputasi auditor.

Menurut Rosnidah (2011) dalam Wulandari, dkk (2014) kualitas
audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai dengan standar
sehingga mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi
pelanggaran yang dilakukan klien. Kualitas audit menurut Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang
dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing
dan standar pengendalian mutu. Kualitas audit ini penting karena dengan
kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya
kekhawatiran akan merebaknya skandal keuangan, dapat mengikis
kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi

akuntan publik.
Milgroom and Roberts (1992) dalam Chen et all (2013)

13
Universitas Sumatera Utara

menyatakan bahwa hal khusus yang paling penting dalam rekanan adalah
kemampuan dan pengetahuan dari para auditor. Sumber daya manusia
Kantor Akuntan Publik diwujudkan dalam keahlian dan pengalaman
auditor dan merupakan hal penting dalam menentukan kualitas audit.
Dari pendapat para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas
audit adalah pelaksanaan audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dan Standar Auditing (SA) sehingga menemukan dan
melaporkan pelanggaran yang terjadi pada sistem informasi akuntansi
klien.
2.1.3

Peer Review
Peer review adalah telaah terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP)


yang dilakukan oleh rekan KAP lainnya yang ditunjuk oleh organisasi
profesi akuntan publik di Indonesia yaitu IAPI. Menurut SPM no. 1 IAPI
paragraf 12 poin (d) menyatakan bahwa peer review adalah suatu proses
yang dirancang untuk memberikan evaluasi yang objektif pada atau
sebelum tanggal laporan perikatan, atas pertimbangan signifikan yang
dibuat oleh tim perikatan dan kesimpulan yang dihasilkan dalam
menyusun laporannya. Proses penelaahan pengendalian mutu perikatan
berlaku bagi audit atas laporan keuangan Emiten dan perikatan lain, jika
ada, yang berdasarkan pertimbangan KAP mengharuskan dilakukannya
penelaahan pegendalian mutu pekerjaan.
Di Indonesia, penelaahan atau Peer Review telah diatur dalam
Pasal 44 ayat 1 (d) UU Akuntan Publik No 5 Tahun 2011 dan Pasal 51

14
Universitas Sumatera Utara

Anggaran Rumah Tangga (ART) IAPI Tahun 2013. Ada beberapa alasan
mengapa review mutu harus dilakukan yaitu :
1). Public interest dan public trust.
2). Standar profesi (Standar Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Profesi

Akuntan Publik)
3). Hakekat asosiasi profesi (UU AP dan persyaratan IFAC)
Casterella et al (2009) menyatakan bahwa agar peer review
berdampak pada kualitas audit, peer review harus mengidentifikasi secara
efektif kelemahan – kelemahan dalam KAP dan mengkomunikasikan
informasi ini dalam laporan. Tanpa ini, tindakan koreksi tidak bisa dibuat
dan tekanan pasar terkait tidak bisa ditanggung. Anantharaman (2007)
“menyatakan bahwa Peer Review mengarah pada pengujian sistem
pengendalian mutu dengan menguji sebuah sampel dari perikatan audit
dan akuntansi KAP”. Sepp (1983) dalam Anantharaman (2007)
mengatakan bahwa review terutama berorientasi pada sistem, yaitu sistem
pengendalian mutu, dokumentasi, dan prosedur KAP yang direview

Dari uraian mengenai peer review dari beberapa pendapat diatas,
dapat disimpulkan bahwa peer review sangat penting untuk menjaga
kualitas audit dari KAP. Peer review merupakan telaah terhadap standar
mutu pengendalian KAP serta kepatuhan auditor dan KAP terhadap

15
Universitas Sumatera Utara


prinsip – prinsip dan peraturan yang berlaku yang dilakukan oleh rekan
KAP lainnya.
2.1.4 Audit Tenure
Audit Tenure adalah masa perikatan KAP dalam memberikan jasa
audit dengan auditee-nya. Masa perikatan yang terjalin antara KAP dengan
auditee

dibatasi oleh peraturan kementrian keuangan. Masa perikatan

yang terlalu lama antara KAP dengan auditee bisa menimbulkan adanya
hubungan yang lebih dekat antara auditor dengan klien. Hal ini dapat
menyebabkan auditor yang tidak independen sehingga auditor tersebut
tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan
auditee.
Sebuah Kebijakan rotasi penugasan partner audit kepada klien
menjadi suatu hal yang mempengaruhi peningkatan kualitas audit dan juga
peningkatan kualitas terhadap tujuan umum laporan keuangan. Dasar dari
adanya kebijakan rotasi KAP adalah bahwa adanya penurunan dalam
kualitas audit yang melebihi masa perikatan dengan KAP. Sebagaimana

sebuah kebijakan menganggap bahwa kualitas audit cukup tinggi diperoleh
bertahun



tahun

hingga

direkomendasikannya

rotasi.

Hal

ini

menyimpulkan bahwa setelah masa tenure yang panjang, hubungan yang
berlanjut bisa mempengaruhi waktu dan indpendensi auditor yang bisa
mengikis kemampuan auditor dalam penilaian kritis (Carey and Simnett,
2006).

16
Universitas Sumatera Utara

Berlawanan dengan rotasi penugasan auditor, Johnson et al (2002)
dalam Kramer et al (2011) menemukan bahwa tenure KAP yang pendek
(2-3 tahun) dibandingkan dengan masa tenure KAP menengah (4-8 tahun)
memiliki kualitas laporan audit yang lebih rendah. Imhoff (2003) dalam
Kramer et al (2011) menyatakan bahwa rotasi penugasan KAP akan
mengurangi kecenderungan dari auditor untuk tidak melaporkan isu – isu
khusus, karena KAP lainnya akan segera mengambil alih audit dan
menemukan kelalaian dari audit yang dilakukan KAP sebelumnya.
Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan
klien sudah diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Pasal 3 No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik menyatakan
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP
paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Berikut ini pernyataan Pertiwi (2012) dalam Wulandari, dkk (2014).
Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan dapat
mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena
akuntan publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang
ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya, penugasan
audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan
independensi karena akuntan publik sudah familiar, pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan efisien dan lebih tahan terhadap
tekanan klien
Berikut ini pernyataan dalam penelitian Flint (1988) dalam Nasser et al.
(2006) dalam Sinaga dan Ghazali (2013).

17
Universitas Sumatera Utara

Independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan
pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap
mental dan opini mereka. Salah satu ancaman yang berpengaruh
adalah audit tenure yang panjang. Dia berpendapat bahwa audit
tenure yang panjang dapat menyebabkan auditor untuk
mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” serta kesetiaan
yang kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, yang
dapat mencapai tahap dimana independensi auditor terancam.

2.1.5 Ukuran KAP
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah sebuah organisasi jasa
profesional yang memberikan jasa ke perusahaan – perusahaan dengan
profesional auditornya.
Menurut Wibowo dkk. dalam penelitian Hamid (2013) yang
berjudul “Pengaruh Tenur dan Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit” ada
empat penentu ukuran KAP, yaitu:
1. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP,
2. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan,
3. Luasnya cakupan geografis, termasuk afiliasi internasional, dan
4. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Secara praktik, semakin besar perusahaan, semakin komplek
struktur organisasi, semakin tinggi internal agency cost. Oleh karena itu,
perusahaan meminta KAP yang lebih besar untuk mengaudit laporan
keuangan mereka untuk mengurangi agency cost (Simunic and Stein,
1996;Francis et al., 1999) dalam Chen et al (2013). KAP yang lebih
besar mempunyai dorongan untuk menawarkan kualitas jasa audit yang
lebih tinggi kepada sejumlah klien khusus (DeAngelo, 1981).

18
Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian tentang hubungan ukuran kantor audit dengan
kualitas audit dan audit pricing, Choi et al. (2010) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan
audit (KAP) terhadap kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung
pandangan yang menyatakan bahwa kantor audit yang lebih besar
menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor
audit yang berukuran kecil.
Berikut ini pernyataan hasil penelitian Dong yu (2007 dalam
Sinaga dan Ghazali (2012).
Terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit
(KAP) dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor
akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit
yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas
dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang
lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak
dengan klien yang berbeda - beda, dan membuat mereka memiliki
pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk
menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan
ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.

Dong Yu (2007) menghubungkan ukuran KAP ke penghasilan,
yang mana di dalamnya termasuk kualitas akrual dan penghasilan yang
dibandingkan dengan perilaku, dan opini going concern. Peneliti
menemukan bahwa klien yang diaudit KAP besar cenderung mempunyai
lower accruals yang tidak normal, dan kemungkinan besar menemukan
target penghasilan benchmark dari laba kecil dan penghasilan kecil yang
meningkat. Peneliti juga menemukan bahwa kap yang besar kemungkinan

19
Universitas Sumatera Utara

besar menerbitkan laporan going concern. Bersamaan dengan itu, hasil
menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dalam kualitas audit dari
perbedaan ukuran KAP, dengan KAP yang lebih besar memberikan
kualitas audit yang lebih tinggi.
2.1.6 Kompetensi Auditor
Menurut

Novrizah

(2010)

Kompetensi

merupakan

suatu

karakteristik dan keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan
potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan superior. Karakteristik dan
keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil dari menempuh jalur
pendidikan formal maupun non formal, serta ujian sertifikasi, maupun
keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya dan lain – lain.
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2015)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor,
sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2015)
menyebutkan

bahwa

auditor

wajib

menggunakan

kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan audit
terhadap laporan keuangan kliennya. Oleh karena itu, maka setiap auditor
wajib memiliki dan memelihara kemahiran profesionalitas dan keahlian
dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor.
Berikut ini pernyataan mengenai komptensi auditor dalam prinsip
etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik
(IAI – KAP).
20
Universitas Sumatera Utara

Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi dua fase yang
terpisah, yaitu pencapaian kompetensi profesional dan
pemeliharaan Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi
profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian
profesional dalam subyek – subyek yang relevan, dan pengalaman
kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembanngan normal bagi
anggota. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen
untuk belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
Kekuatan sumber daya manusia pada kualitas audit di KAP
berpengaruh signifikan berbeda dengan KAP lainnya (Chen et al , 2009).
DeAngelo (1981) Francis and Wilson (1988) and Defond (1922) dalam
Chen et al (2013), meyakini bahwa kualitas auditor akan meningkat
dengan pendidikan, pengalaman dan pelatihan dalam KAP. Kompetensi
menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang auditor untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut ini hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas audit disajikan pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.

Peneliti
Anantharaman
(2007)

Variabel Penelitian
Variabel Independen :
Opini peer review,
ukuran KAP reviewer,
dan Pemilihan KAP
reviewer
Variabel Dependen :
Kualitas Audit

Hasil Penelitian
Peer Review tidak efektif
sebagai indikator objektif dari
kualitas audit

21
Universitas Sumatera Utara

2.

Casterella et
all (2009)

Variabel Independen :
Peer Review, Litigation
Risk
Variabel Dependen :
Audit Quality

3.

Wulandari,
dkk (2014)

Variabel Independen :
Pengalaman,
Pengetahuan, Audit
Tenure, Peer Review
Variabel Dependen
Kualitas Audit

4.

Sinaga
dan Variabel independen:
Ghozali (2012) Audit tenure, ukuran Kap
Dan ukuran perusahaan
klien
Variabel dependen :
Opini Going Concern

5.

6.

Giri, (2010)

Carey and
Simnett (2006)

Variabel Independen :
Audit Tenur, Reputasi
KAP
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Variabel Independen :
Long Tenure (Audit
Tenure)
Variabel Dependen :
Opini Going Concern,
Earning Management,
Abnormal Working
Capital Accruals

Laporan
Peer
Review
dibawah sistem regulator
mandiri AICPA memberikan
tanda yang dapat diyakini
sebagai kualitas aktual dari
KAP.
Pengalaman,
Pengetahuan
auditor dan Peer Review
berpengaruh signifikan positif
terhadap
kualitas
audit,
sedangkan audit tenure tidak
berpengaruh
signifkan
terhadap kualitas audit.
Audit
Tenure
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas audit yang
diproksikan dengan opini
going concern, Ukuran KAP,
Ukuran
Perusahaan
berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas audit yang
diproksikan dengan opini
going concern
Variabel Tenur berpengaruh
negatif signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan
variabel reputasi berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap kualitas audit.
Audit tenure berpengaruh
signifikan positif terhadap
kualitas
audit
yang
diproksikan dengan opini
going concern, dan Earning
Management
sedangkan
Audit tenure berpengaruh
negatif terhadap kualitas yang
diproksikan
dengan
abnormal working capital

22
Universitas Sumatera Utara

7.

8.

9.

10.

Septriani,
(2012)

Variabel Independen :
Pengetahuan,
Audit
Tenure, Peer Review,
Persaingan dan Ukuran
KAP, Fee Audit, dan
Jasa Non Audit
Variabel Dependen :
Kualitas Audit
Indah (2010)
Variabel Independen :
Pengetahuan,
Audit
Tenure, Peer Review,
dan Jasa Non Audit,
tekanan dari klien
Variabel Dependen :
Pengalaman,
Kualitas Audit
Dong
Yu, Variabel Independen :
(2007)
Big 4 Office Size
Variabel Dependen :
Audit Quality (Opini
Going
Concern,
Accruals,
Earning
bencmark)
Irawati (2011) Variabel Independen :
Kompetensi
Auditor,
Independensi
Auditor
Variabel Dependen :
Kualitas Audit

accrual.
Pengetahuan, Audit Tenure,
Peer Review, Persaingan dan
Ukuran KAP, Fee Audit, dan
Jasa Non Audit berpengaruh
signifikan positif terhadap
kualitas audit

Pengalaman,
pengetahuan
dan peer review berpengaruh
positif terhadap kualitas
audit, sedangkan audit tenure,
jasa non audit dan tekanan
dari klien berpengaruh negatif
terhadap kualitas audit
Ukuran KAP berpengaruh
positif terhadap kualitas
audit.

Independen
berpengaruh
positif terhadap Kualitas
Audit, sedangkan Kompetensi
berpengaruh
terhadap
Kualitas Audit.

Anantharaman dalam penelitiannya yang berjudul How Objective is Peer
review (2007) meneliti seberapa objektif peer review dalam mempengaruhi
kualitas audit dari suatu KAP. Anantharaman menggunakan opini peer review
baik AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) maupun PCAOB
(Public Company Accounting Oversight Board) dengan memberikan skor 1 untuk
KAP yang menerima opini clean dari AICPA (American Institute of Certified
23
Universitas Sumatera Utara

Public Accountant), skor 0 untuk KAP yang menerima opini clean baik dari
AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) maupun PCAOB
(Public Company Accounting Oversight Board) dan tidak menerima opini clean
dari AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) maupun PCAOB
(Public Company Accounting Oversight Board), skor -1 untuk KAP yang tidak
menerima opini clean dari AICPA (American Institute of Certified Public
Accountant) tapi menerima dari PCAOB (Public Company Accounting Oversight
Board). Variabel lainnya yaitu karakteristik reviewee yang diukur dengan ukuran
KAP dan karakteristik reviewer yang diukur dengan variabel dummy dengan skor
1 jika ditelaah oleh KAP lain, skor 0 jika ditelaah oleh AICPA (American Institute
of Certified Public Accountant) atau asosiasi akuntan publik lainnya.
Peneliti membangun proxi untuk memperluas pengaruh dari KAP yang
sedang direview dan keramahan reviewer dan menguji apakah ukuran bias dalam
peer review memvariasikan secara sistematis dengan proxi – proxi untuk
independensi dari review. Peneliti menemukan bahwa beberapa karakter reviewer
dan reviewee secara sistematis berkaitan dengan perbedaan dalam mengukur
kinerja diantara dua review. KAP yang mana KAP itu sendiri mereview KAP lain
cenderung secara konsistensi menerima opini peer review yang lebih rendah
kualitas laporan peer reviewnya daripada inspeksi dari PCAOB (Public Company
Accounting Oversight Board).
Dalam

penelitian

Wulandari,

dkk

(2010)

yang

berjudul

pengaruh

pengalaman, pengetahuan, audit tenure dan kompetensi auditor terhadap kualitas
audit diperoleh hasil bahwa pengalaman, pengetahuan auditor dan kompetensi
24
Universitas Sumatera Utara

auditor berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit sedangkan audit
tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit. Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP di daerah Pekanbaru,
Batam, Padang dan Medan. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah Analisis regresi berganda yang diuji terhadap 148 sampel yang dipilih
dengan metode purposive sampling.
Sinaga dan Ghozali (2012) meneliti pengaruh audit tenure, ukuran KAP dan
ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit terhadap perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2006. Dalam penelitian ini, untuk
mengukur variabel kualitas audit, peneliti menggunakan opini going concern
sedangkan variabel ukuran KAP sampel dipilih beradsarkan kriteria KAP yang
berafiliasi dengan KAP big four akan diberi angka 1 dan yang tidak berafiliasi
dengan KAP big four. Dalam menguji variabel – variabel independen
berpengaruh positif signifikan atau negatif signifikan terhadap kualitas audit,
Sinaga dan Ghozali (2012) melakukan uji analisis regeresi logistik dan hasil
penelitiannya adalah audit tenure tidak berpengaruh signifkan terhadap kualitas
audit sedangkan variabel lainnya berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Dong Yu (2007) menghubungkan ukuran KAP ke penghasilan, yang mana di
dalamnya termasuk kualitas akrual dan penghasilan yang dibandingkan dengan
perilaku, dan opini going concern. Peneliti menemukan bahwa klien yang diaudit
KAP besar cenderung mempunyai akrual yang lebih rendah yang tidak normal,
dan kemungkinan besar menemukan target penghasilan benchmark dari laba kecil
dan penghasilan kecil yang meningkat. Peneliti juga menemukan bahwa kap yang
25
Universitas Sumatera Utara

besar kemungkinan besar menerbitkan laporan going concern. Bersamaan dengan
itu, hasil menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dalam kualitas audit dari
perbedaan ukuran KAP, dengan KAP yang lebih besar memberikan kualitas audit
yang lebih tinggi.
Septriani (2012) meneliti kompetensi auditor dengan menggunnakan
subvariabel pengetahuan auditor sebagai proxy untuk mengukur pengaruh
kompetensi terhadap kualitas audit pada KAP di Sumatera Barat. Penelitiannya
menyimpulkan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap
kualitas audit.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Indah (2010) yang meneliti
pengaruh kompetensi dan independensi terhadapa kualitas audit pada KAP di
Semarang. Penelitian ini menyimpulkan hasil yang sama dengan septriani (2012)
bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Perbedaan
dari dua penelitian tersebut terletak pada subvariable yang menjadi proxynya.
Pada penelitian

Septriani (2012)

hanya menggunakan proxy pengetahuan

sedangkan Indah (2010) menambahkan proxy pengalaman untuk mengukur
pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2011), Kerangka Konseptual adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang
penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual
akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian, yaitu
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam peneliian ini, variabel

26
Universitas Sumatera Utara

independennnya adalah peer review, audit tenure, ukuran KAP,dan Kompetensi
auditor sedangkan variabel dependen adalah kualitas audit memberikan gambran
konseptual seperti dibawah ini.
Peer Review (X1)

Kualitas
Audit
(Y)

Audit Tenure (X2)
Ukuran KAP (X3)
Kompetensi
Auditor
Pengetahuan (X4 )
Pengalaman (X5 )

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini menggunakan
kualitas audit sebagai variabel dependen (Y) dan peer review (X1), audit tenure
(X2), ukuran KAP (X3), pengetahuan (X4) serta pengalaman auditor (X5) sebagai
variabel independen (X). Penjelasan dari kerangka tersebut adalah sebagai berikut.
2.3.1 Hubungan Peer Review Terhadap kualitas audit
Tujuan utama dari peer review adalah untuk memberikan
keyakinan memadai kepada khalayak umum atau publik bahwa KAP yang
mengaudit auditee mempunyai sistem pengendalian mutu yang efektif.
Peer Review mengarah pada pengujian sistem pengendalian mutu dengan

27
Universitas Sumatera Utara

menguji sebuah sampel dari perikatan audit dan akuntansi KAP
(Anantharaman , 2007).
Hillary

and

Lennox

(2005)

dalam

Anantharaman

(2007)

menyimpulkan bahwa opini peer review dapat diterima sebagai indikator
terpercaya kualitas KAP dalam pasar auditing, dengan menunjukkan
bahwa KAP memperoleh kontrak dari klien setelah menerima laporan peer
review positif dan kehilangan klien setelah menerima laporan peer review
negatif. Oleh karena itu, peer review merupakan indikator objektif
terhadap kualitas audit dan sebab itu menjadi informasi yang berguna.
Peer Review membantu memenuhi standar pengendalian mutu
KAP, yang selanjutnya menguntungkan profesi melalui peningkatan
kinerja praktisi dan peningkatan kualitas audit. Peer review akan
meningkatkan efektifitas dan reputasi KAP dan memperkecil resiko litigasi
jika peer review tersebut dapat meningkatkan praktik dan mutu KAP.
KAP

yang memperoleh

laporan

peer

review

yang baik

mengindikasikan bahwa KAP tersebut telah melaksanakan pengendalian
mutu terhadap perikatan. Standar mutu yang dilaksanakan akan
meningkatkan kualitas audit terhadap laporan keuangan klien. Berdasarkan
hal tersebut, semakin sering suatu KAP direview maka semakin tinggi
kualitas audit dari suatu KAP.

28
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Hubungan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit
Masa perikatan KAP dengan Klien dibatasi oleh Peraturan Menteri
Keuangan selama 5 tahun, sedangkan untuk auditor selama 3 tahun.
Pembatasan hubungan perikatan tersebut untuk mencegah hilangnya
independensi auditor ketika melaksanakan tugas audit. Jika independensi
auditor hilang maka kualitas audit pun buruk karena opini audit yang
dikeluarkan oleh auditor merupakan pengaruh dari pihak manajemen
sehingga menghasilkan informasi yang bias akan laporan keuangan klien
yang diaudit.
Al-Thuneibat et al (2011)

dalam Sinaga dan Ghazali (2012)

berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya
berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk
menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Setelah
beberapa tahun, rasa kekeluargaan yang berlebihan dapat berakibat pada
berkurangnya kualitas laporan keuangan. Berdasarkan pendapat peneliti
diatas bahwa semakin lama masa perikatan akuntan publik dengan
kliennya maka semakin rendah kualitas audit dari suatu KAP.
2.3.3. Hubungan Ukuran KAP Terhadap Kualitas Audit
KAP yang lebih besar memiliki struktur organisasi yang kompleks
serta terdapat pembagian tugas yang terstruktur. KAP yang lebih besar
juga cenderung mengaudit perusahaan besar yang berskala multinasional

29
Universitas Sumatera Utara

sehingga menuntut KAP besar untuk membuat standar tinggi untuk mutu
dan kompetensi dari auditornya.
Semakin besar sebuah KAP maka KAP tersebut akan lebih sedikit
memberikan opini going concern. Kecenderungan KAP yang berafiliasi
dengan Big 4 memberikan opini going concern lebih kecil dibandingkan
dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 (Sinaga dan Ghazali,
2012).
De Angelo (1981) dalam Sinaga dan Ghazali (2012) menganalisis
bahwa KAP besar dengan jumlah klien yang besar membuat mereka
memberikan kualitas audit yang lebih tinggi agar menjaga kontrak dengan
klien mereka. Sebaliknya, KAP yang lebih kecil dengan klien yang lebih
sedikit cenderung menjadi lemah dan membuat laporan yang baik untuk
mempertahankan klien. KAP yang besar mempunyai kemampuan untuk
menawarkan pelayanan kualitas audit dengan tingkat yang lebih tinggi
kepada sejumlah klien.
KAP besar identik dengan KAP bereputasi tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan ukuran perusahaan mempengaruhi kualitas audit. Ukuran
KAP yang besar menjelaskan kemampuan auditor untuk bersikap
independen dan profesional terhadap klien, sebab kurang tergantung pada
klien berharga. Klien kurang dapat mempengaruhi opini yang akan
diberikan oleh auditor (Efraim Giri, 2010). Berdasarkan beberapa pendapat
diatas menjelaskan hubungan ukuran KAP dengan kualitas audit yaitu
semakin besar ukuran suatu KAP maka semakin tinggi kualitas audit.

30
Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Hubungan Pengetahuan Auditor Terhadap Kualitas Audit
Auditor dalam melaksanakan audit harus menggunakan kompetensi
yang dimilikinya. Kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan yang
akan membentuk pengetahuan auditor dan harus dipelihara melalui
pelatihan – pelatihan auditor. Auditor harus mempunyai pengetahuan yang
baik di bidang akuntansi, auditing, sistem, analisis dan pengetahuan yang
berkaitan dengan bisnis klien.
Auditor yang memilki pengetahuan yang tinggi cenderung lebih
cepat memahami lingkungan bisnis klien. Auditor yang berpendidikan
tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal.
Auditor akan semakin mempunyai banyak pengetahuan mengenai bidang
yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara
lebih mendalam selain itu dengan ilmu pengetahuan yang cukup luas,
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin
kompleks. Analisis audit yang kompleks membutuhkan spektrum yang
luas mengenai keahlian, pengetahuan dan pengalaman (Meinhard et al,
1987) dalam Harhinto (2004) dalam Indah (2010). Pernyataan di atas
menunjukkan bahwa pengetahuan dengan kualitas audit memiliki
hubungan positif yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan auditor maka
semakin tinggi kualitas auditnya.
2.3.5 Hubungan Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit
Selain pengetahuan, pengalaman juga mempengaruhi kompetensi
auditor dalam melaksanakan audit. Auditor yang berpengalaman

31
Universitas Sumatera Utara

mempunyai pemahaman yang baik atas laporan keuangan. Pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki audit akan memudahkan audit dalam
menemukan kesalahan - kesalahan dalam laporan keuangan dan
memudahkan auditor untuk memberikan penjelasan, penyesuaian,
rekomendasi

serta

menentukan

opini.

Auditor

yang

mempunyai

pengetahuan dan pengalaman yang tinggi dengan mudah memecahkan
masalah kompleks yang ditemui dalam proses audit. Hal ini dikarenakan,
auditor tersebut sudah sering menghadapi masalah yang hampir sama atau
sama kompleksnya selama menjadi auditor.
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi.
Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi
banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang yang pernah ditangani (Suraida, 2005) dalam septriani
(2012) . Libby dan Frederick (1990) dalam Suraida (2005), dalam septriani
(2012) menemukan bahwa semakin banyak pengalamannya, auditor
semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit.
Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Indah (2010) yang
menyatakan bahwa pengalaman mungkin penting bagi keputusan yang
kompleks tetapi tidak untuk keputusan yang sifatnya rutin dan tersturktur.

32
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh pengalaman akan, signifikan ketika tugas yang dilakukan
semakin kompleks.
Pengalaman membuat auditor memiki pengetahuan yang lebih luas
yang tidak didapatkan secara pendidikan formal maupun pelatihan namun
langsung praktik lapangan sehingga auditor yang memiliki pengalaman
lebih mudah dalam memecahkan masalah yang kompleks di dalam proses
pelaksanaan audit. Pernyataan – pernyataan diatas menyatakan hubungan
positif antara pengalaman auditor dengan kualitas audit dimana semakin
tinggi pengalaman auditor maka semakin tinggi kualitas audit.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji
secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat
dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan atau memprediksi fenomena – fenomena (Erlina, 2011). Sesuai
dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka hipotesis dalam penelitian ini.
H1 : peer review, audit tenure, ukuran KAP dan pengalaman serta pengetahuan
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun
parsial pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Medan.

33
Universitas Sumatera Utara