Analisis pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan ukuran kantor akuntan publik segabai variabel moderating: studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta

(1)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS

AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Oleh: NOVRIZAH 106082002649

JURUSAN AKUNTANSI

KONSENTRASI AKUNTANSI AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2010 M


(2)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS

AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: NOVRIZAH 106082002649

JURUSAN AKUNTANSI

KONSENTRASI AKUNTANSI AUDITING FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2010 M


(3)

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Novrizah

NIM : 106082002649

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila teryata di kemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur paksaan.

Jakarta, Nopemeber 2010


(4)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR

AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Novrizah NIM: 106082002649

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Amilin, SE., Ak., MSi Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM NIP: 197306150 200501 1 009 NIP:

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(5)

Pada hari Jumat Tanggal Tiga September Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Novrizah NIM: 106082002649 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 3 September 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA Fitri Damayanti, SE., M.Si Penguji II Penguji III

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji I


(6)

Pada hari Jumat Tanggal Sepuluh Nopember Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Novrizah NIM: 106082002649 dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Nopember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Novrizah

2. Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Nopember 1988 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Swadharma Raya Gg. H. Rohimin RT 017/003 No. 26A, Ulujami –

Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12250. 6. Telepon : 021-94519463 / 085692648146 7. E-Mail : - novrizah_UIN@yahoo.com

- riza.ika08@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Al Athfal - Jakarta 1993 - 1994

2. SDN 04 Pagi Pesanggrahan - Jakarta 1994 - 2000

3. SMP Negeri 267 Jakarta 2000 - 2003

4. SMU Negeri 32 Jakarta 2003 - 2006


(8)

III. PENDIDIKAN INFORMAL

1. Pelatihan Brevet Pajak A&B Artha Bhakti Nagara Jakarta 2010

IV. PENGALAMAN KERJA

1. Staff Incharge input data pada Karim Business Consulting 2009 2. Magang/ KKS-BT BTM Berkah Mentari Pamulang 2009 3. Auditor Incharge pada KAP Nunuk Saryadi 2010

V. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Paskibra SMP Negeri 267 Jakarta 2001 – 2002 2. Basket SMA Negeri 32 Jakarta 2003 – 2004 3. Anggota Divisi Sosial dan Agama BEM Jur. Akuntansi 2007 – 2008 4. Koordinator Div. Litbang BEM Jur. Akuntansi 2008 – 2009

Hormat Saya,


(9)

THE ANALYSIS OF THE EFFECT OF COMPETENCY AND

INDEPENDECY TO THE AUDIT QUALITY AND AUDIT FIRM SIZE AS A MODERATING VARIABLE

(An Empirical Study At Audit Firm In DKI Jakarta) ABSTRACT

This research aimed to evaluate the relation of competency and independency to the quality of audit and also want to know the impact of moderating variable (audit firm size) to competency, audit quality and independency, considering some years lately frequent auditor profession related to various scandal befalling big companies. In this study, used primary data by dissemination of the questionnaires conducted audit firm in Jakarta with auditor who working in audit firm as a respondent.

Questionnaire in this research were distributed and collected from September 20th, 2010 until November 4th, 2010 done to 21 audit firm in Jakarta. 132 questionnaires were distributed, total questionnaires that return and could be statistic as 120 questionnaires (91%). The result of this research indicates that competency and independency effected audit quality significantly. This research found evidence that interaction between audit firm size and competency do not have significantly effect to the audit qualtity. And that interaction between audit firm size and independency do not have significantly effect to the audit quality. Future research expected can extend survey area coverage, categorize research object, and include behavioral and conditional variable as moderating variable, influencing independency and competency and also the quality of audit


(10)

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN UKURAN KANTOR

AKUNTAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah DKI Jakarta)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dan juga ingin mengetahui dampak dari variabel moderating (ukuran kantor akuntan publik) dengan kompetensi, kualitas audit dan independensi, mengingat beberapa tahun belakangan ini profesi auditor sering terkait dengan berbagai skandal menimpa perusahaan besar. Dalam studi ini, digunakan data primer dengan penyebaran kuesioner yang dilakukan pada kantor akuntan publik di Jakarta dengan auditor yang bekerja di kantor akuntan publik sebagai responden.

Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan dan dikumpulkan dari tanggal 20 September 2010 sampai dengan tanggal 4 November 2010 pada 21 kantor akuntan publik di Jakarta. Kuesioner disebar sebanyal 132 kuesioner, total kuesioner yang kembali dan dapat diolah secara statistik adalah sebanyak 120 kuesioner (91%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini menemukan bukti bahwa interaksi antara ukuran kantor akuntan publik dan kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dan menemukan juga interaksi antara ukuran kantor akuntan publik dan independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas cakupan wilayah survei, mengkategorikan objek penelitian, dan termasuk variabel perilaku dan kondisional sebagai variabel moderating, yang sekiranya dapat mempengaruhi independensi dan kompetensi serta kualitas audit Kata Kunci: Kompetensi, Independensi, Kualitas Audit, Ukuran KAP


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengangkat bahasan tentang “Analisis Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai Variabel Moderating”.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi sebagaian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari orang-orang terdekat, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Orang tua, yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya.

2. Keluargaku yang telah menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Amilin, Ak., M.Si. selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M.A. Bintoro Dibyoseputro, Ak., MBM. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(12)

8. Zulaika Hajar Sukmarani, SE. yang telah memberikan semangat dan doa tiada henti untuk penulis sampai skripsi ini selesai.

9. Muhammad Firdaus, Murniasari, Siti Nur Aisyah, dan sahabat-sahabat yang lain, terima kasih atas doa kalian.

10.Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi bantuan kepada penulis.

11.Seluruh teman-teman jurusan akuntansi tahun 2006 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah bersedia menjadi tempat berkeluh kesah selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang dapat membangun guna memperbaiki kekurangan tersebut.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan disetujui.

Jakarta, 28 Nopember 2010


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lember Pengesahan Uji Komprehensif……… ... ii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitan ... 11

2. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13


(14)

1. Pengertian Auditing ... 13

2. Standar Auditing ... 14

a. Standar Umum ... 14

b. Standar Pekerjaan Lapangan ... 15

c. Standar Pelaporan ... 15

B. Teori Keagenan ... 16

C. Kompetensi ... 17

D. Independensi ... 20

E. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 25

F. Kualitas Audit ... 29

G. Penelitian Terdahulu ... 30

H. Keterkaitan Antar Variabel ... 33

1. Kompetensi Auditor dengan Kualitas Audit ... 33

2. Independensi dengan Kualitas Audit ... 34

3. Ukuran KAP dengan Kualitas Audit ... 36

4. Kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP dengan kualitas audit ... 36

I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 36

1. Kerangka Pemikiran ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38


(15)

C. Metode Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis ... 40

1. Statistik Deskriptif ... 40

2. Uji Kualitas Data ... 40

a. Uji Validitas ... 41

b. Uji Reliabilitas ... 41

3. Uji Asumsi Klasik ... 42

a. Uji Multikolinieritas ... 42

b. Uji Heteroskedastisitas ... 42

c. Uji Normalitas Data ... 43

4. Uji Hipotesis ... 43

a. Koefisien Determinasi ... 45

b. Uji Signifikansi Simultan ... 45

c. Uji Signifikansi Parameter Individual ... 46

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 46

1. Variabel Bebas (Independent Variable) ... 46

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 47

3. Variabel Moderating (Moderating Variable) ... 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

2. Karakteristik Profil Responden ... 56


(16)

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan ... 58

d. Deskripsi Responden Berdasarkan pengalaman Kerja .... 59

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 59

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59

2. Hasil Uji Kualitas Data ... 60

a. Hasil Uji Validitas ... 60

b. Uji Reliabilitas ... 64

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 65

a. Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

b. Hasil Uji Normalitas ... 67

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 68

4. Hasil Uji Hipotesis ... 69

a. Uji Koefisien Determinasi ... 69

b. Hasil Uji Statistik t ... 70

c. Hasil Uji Statistik F ... 73

C. Pembahasan ... 74

1. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit ... 74

2. Pengaruh interaksi kompetensi dan ukuran KAP terhadap kualitas audit 75 3. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ... 76

4. Pengaruh interaksi independensi dan ukuran KAP terhadap kualitas audit ... 77


(17)

6. Pengaruh kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP terhadap

kualitas audit ... 78

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Keterbatasan ... 81

C. Implikasi dan Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 52 Lampiran-lampiran


(18)

Daftar Tabel

Tabel Keterangan Hal

2.1 Peringkat Auditor Internasional ... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 48

4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 55

4.2 Data Sampel Penelitian ... 56

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 57 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan 57 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan .... 58

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman 59 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

4.8 Hasil Uji Validitas Sebelum Penghapusan Item ... 61

4.9 Hasil Uji Validitas Setelah Penghapusan Item ... 63

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Sebelum Penghapusan Item ... 64

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Setelah Penghapusan Item ... 65

4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 66

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 70

4.14 Hasil Uji Statistik t ... 71


(19)

Daftar Gambar

Gambar Keterangan Hal

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 37 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot ... 67 Gambat 4.2 Grafik Scatterplot ... 68


(20)

Daftar Lampiran

Lampiran Keterangan Hal

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 87

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 89

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari KAP ... 99

Lampiran 4 Daftar Skor Jawaban Responden ... 105


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berawal dari mega skandal antara KAP Arthur Andersen yang notabene merupakan anggota dari KAP “The Big Five” yang melakukan konspirasi dengan Enron yang merupakan salah satu perusahaan energi terbesar di dunia dalam kejahatan keuangan yaitu manipulasi keuangan. Arthur Andersen melakukan pemusnahan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan hasil auditnya pada laporan keuangan Enron. Selanjutnya timbul kasus-kasus baru seperti WorldCom, Tyco, dan Global Crossing. Di Indonesia timbul juga kasus seperti ini, yaitu kasus Telkom. Eddy Pianto yang saat itu mangaudit Telkom untuk keperluan Telkom Listing di New York tidak diakui hasil auditnya oleh SEC karena KAP Eddy Pianto tidak terdaftar sebagai KAP yang diakui oleh SEC. Mungkin SEC masih meragukan kompetensi dan independensi dari KAP tersebut. Karena kompetensi dan independensi merupakan dua hal yang harus dijunjung tinggi dalam profesi audit.

Ernst&Young (EY) dianggap berperan dalam jatuhnya Lehman Brothers. Ernst&Young dianggap memberikan laporan audit “palsu” soal keuangan Lehman Brothers. Menurut laporan, Lehman menggunakan rekayasa laporan keuangan atas utangnya yang mencapai US$ 50 miliar. Apabila semua ini terbukti maka ini merupakan sebuah tamparan keras yang


(22)

kesekian kalinya atas profesi akuntan. Publik merasa dibohongi kembali atas tindakan para akuntan kotor ini dan mungkin sebenarnya masih banyak lagi kasus-kasus audit yang masih belum terungkap.

Tahun 2009 lalu Menteri Keuangan telah membekukan izin operasi beberapa kantor akuntan publik dan akuntan publiknya. Diantaranya adalah akuntan publik Drs. Basyiruddin Nur, Drs. Hans Burhanuddin Makarao dan Drs. Dadi Muchidin. Serta beberapa KAP yang dikenakan sanksi dibekukan izin usahanya selama tiga bulan sampai enam bulan. Diantaranya adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Dadi Muchidin, KAP Matias Zakaria, KAP Drs. Soejono, KAP Drs. Abdul Azis B., dan KAP Drs. M. Isjwara.

(sumber:http://putra-1388.blogspot.com/2009/10/8-kap-kantor-akuntan-publik-yang_10.html).

Sebagai profesi kepercayaan akuntan harus selalu menyadari bahwa fungsinya adalah tempat bersandingnya kepercayaan masyarakat yang harus selalu dijaga. Kelangsungan profesinya akan tetap terjaga apabila seorang akuntan dapat menjaga amanah ini yaitu kepercayaan masyarakat yang disandingkan kepadanya, dengan cara mempertaruhkan nama baik serta kredibilitasnya sebagai seorang akuntan dan auditor. Dalam akuntabilitas manajemen publik harus dibarengi profesionalisme yang tinggi, dan itu saja tidak menjamin akan membawa manfaat yang lebih besar jika tidak didukung moral dan etika yang baik (Darmoko (2004: 128)).

Dalam era globalisasi ini perusahaan dituntut harus selalu siap untuk menghadapi persaingan. Dengan adanya pasar bebas, batasan suatu negara


(23)

sudah tidak lagi menjadi penghalang suatu organisasi/entitas untuk melebarkan sayap bisnisnya. Hal ini menyebabkan persaingan menjadi semakin ketat di berbagai lini dan sektor industri, baik sektor industri barang maupun jasa. Kantor Akuntan Publik (KAP), yang juga termasuk dalam kategori industri jasa akan mengalami persaingan yang ketat pula. Dengan era globalisasi ini, maka KAP di berbagai belahan dunia pun dapat masuk ke berbagai negara, termasuk pula ke Indonesia. Persaingan yang ketat ini, baik antar KAP dalam negeri maupun persaingan dengan KAP luar negeri, semakin menuntut KAP untuk terus meningkatkan pelayanannya secara optimal kepada klien demi mempertahankan keberlangsungan usahanya.

Kualitas audit menurut penelitian DeAngelo (1981) adalah suatu kemungkinan dimana seorang auditor dapat memperoleh temuan-temuan di dalam laporan keuangan dan sistem akuntansi klien, dan kemungkinan untuk menyampaikan atau melaporkan temuan tersebut berdasarkan kepada independensinya. Hal tersebut akan dapat mudah ditemukan apabila seorang auditor dapat melaksanakan auditnya sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan SPAP. Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yangng tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Deis dan Giroux (1992: 462) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan yang kuat dengan kualitas audit, yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama dan sering seorang auditor telah melaksanakan tugas audit pada klien yang sama maka kualitas yang dihasilkan akan semakin rendah, (2)


(24)

jumlah klien, semakin banyak jumlah klien yang diaudit maka kualitas auditnya akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk memberi tekanan kepada auditor agar tidak mengikuti standar dan prosedur, (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di-review oleh pihak ketiga.

Mukhlasin (2004: 41) melakukan penelitian tentang faktor atau atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien. Terdapat 14 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu (1) pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas kebutuhan klien, (4) taat terhadap standar umum, (5) independensi, (6) bersikap hati-hati (exercised due care), (7) komitmen terhadap kualitas audit, (8) melibatkan pimpinan/rekan KAP dalam penugasan audit, (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat dan layak, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika yang tinggi, (12) bersikap skeptis/tidak mudah percaya dalam penugasan audit, (13) portofolio jasa audit, (14) reputasi kantor akuntan publik.

Berdasarkan uraian diatas, hasil penelitian menunjukkan yang memiliki hubungan signifikan terhadap kualitas audit dan kepuasan klien ada 11 (sebelas), diantaranya adalah pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, taat pada standar yang


(25)

berlaku umum, independensi, sikap hati-hati (due care), komitmen terhadap kualitas, melakukan pekerjaan lapangan yang tepat, keterlibatan komite audit, standar etika yang tinggi, reputasi kantor akuntan publik. sedangkan 3 (tiga) atribut lainnya yaitu, keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan, sikap tidak mudah percaya (Skepticism), dan portofolio jasa audit tidak berpengaruh terhadap kepuasan kliennya (Mukhlasin, 2004: 41). Dalam penelitian ini hanya mengambil 6 (enam) atribut saja, diantaranya adalah pengalaman melakukan audit, independensi, komitmen terhadap kualitas audit, standar etika yang tinggi, dan reputasi/ukuran kantor akuntan publik.

Selain 14 (empat belas) atribut diatas, sebelumnya penelitian dari DeAngelo (1981) telah menyatakan bahwa KAP dengan ukuran besar lebih cenderung mempertahankan kliennya dengan kualitas auditnya. Hal ini dikarenakan KAP dengan ukuran besar memiliki lebih banyak sumber daya manusia dibandingkan dengan KAP dengan ukuran kecil dan sedang disamping itu KAP juga memiliki lebih banyak klien, sehingga KAP besar tidak tergantung dengan satu klien saja. Oleh karena KAP besar sudah dipandang memiliki kualitas audit yang baik oleh masyarakat maka KAP besar akan terus berusaha untuk menjaga reputasinya. Sehingga dengan kata lain KAP kecil memiliki kualitas audit yang lebih rendah dibanding dengan KAP ukuran besar. Serta KAP ukuran besar juga lebih komitmen untuk selalu menjaga reputasinya.

Pengukuran besarnya KAP juga dapat dilihat dari reputasinya. Menurut Tjondro (2007) dalam Redithe (2009: 2) menyatakan bahwa reputasi KAP


(26)

dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) KAP bertaraf internasional, termasuk dalam kategori ini adalah KAP dengan kriteria: a) brand name the big four (Belver et all, 1988), b) Audit Firm Grouping Based On Size (Beatty, 1989); dan 2) KAP bertaraf lokal yang belum jelas reputasinya. Penggunaan kriteria ini didasarkan dari penelitian DeAngelo (1981). Penilaian reputasi di atas didukung oleh penelitian Beatty (1989) yang menunjukkan bukti bahwa penilaian pasar terhadap perusahaan klien berhubungan positif dengan nama atau reputasi auditornya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pasar menganggap KAP big four memiliki kualitas audit yang lebih baik akibat dari reputasi.

KAP dengan reputasi baik menurut Meutia (2004: 347) akan memiliki kemampuan lebih untuk menemukan salah saji dalam laporan keuangan dan punya pengaruh yang melebihi kliennya. Selanjutnya, KAP dengan ukuran kecil, yang menurut DeAngelo (1981) memiliki ketergantungan terhadap klien, dibuktikan dengan hasil penelitian dari Meutia (2004: 347), dimana KAP kecil sering gagal dalam menemukan salah saji dalam laporan keuangan karena KAP kecil mempunyai auditor yang kurang pengalaman dan kurang berkualitas.

Christiawan (2002: 83) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Auditor dalam melaksanakan penugasan audit harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian atau kompetensi ini dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP, 2001: seksi 210). Selain itu auditor harus menjalani


(27)

pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Penelitian mengenai independensi sebelumnya sudah banyak dilakukan, diantaranya Murtini (2003: 6) yang menerangkan hasilnya bahwa KAP yang beroperasi di lingkungan yang sangat kompetitif sekalipun, lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan telaah dari rekan auditor tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Selanjutnya adalah Ishak (2003: 68) yang menghasilkan sebuah pendapat bahwa independensi yang dituntut tersebut, adalah dikarenakan adanya kebutuhan keobjektifan dan keintegritasan dalam setiap pelaksanaan tugas audit. Kemudian Lavin (1976) dalam Alim (2007: 8) menerangkan hasil penelitiannya secara lebih mendalam mengenai konsep independensi dalam hal hubungan antara klien dan auditor melalui pengamatan pihak ketiga. Telah banyaknya penelitian mengenai independensi ini menunjukkan bahwa atribut/faktor independensi ini merupakan faktor yang penting untuk auditor dalam menjalankan profesinya.

Oleh karena banyaknya penelitian mengenai independensi sebelumnya maka itu menunjukkan bahwa independensi merupakan salah satu komponen/faktor yang sangat penting dan harus selalu dijaga dan dijunjung tinggi oleh para auditor dalam menjalankan profesinya. Independen berarti auditor tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Auditor berkewajiban untuk selalu jujur kepada semua pihak, bukan hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan tetapi auditor


(28)

juga harus jujur kepada semua pihak lain yang menaruh kepercayaan atas profesi akuntan publik. Sikap independen ini harus dilaksanakan oleh auditor dalam fakta (in fact) maupun dalam pelaksanaan (in appearance). Fenomena mengenai independensi ini sering terjadi dalam pelaksanaan audit (in appearance). Sekurang-kurangnya ada dua hal yang sering mengakibatkan auditor kehilangan independensinya, yaitu (1) Kantor Akuntan Publik (KAP) sering melakukan multi service kepada klien yang sama dan periode lebih dari satu tahun dan (2) kurangnya pengawasan terhadap KAP yang memberikan jasa selain jasa non-audit yang terkadang juga melakukan jasa audit kepada klien yang sama, walaupun ada peraturan yang mengatur lamanya KAP dalam melakukan audit kepada klien yang sama tetapi terkadang praktek tersebut hanya pergantian tanda tangan rekan saja (Christiawan, 2002: 88).

Christiawan (2002: 84) menyatakan bahwa kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang akuntansi dan auditing. Keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas dengan pengalaman kerja dalam praktek audit. Selain itu, akuntan publik juga harus memiliki keahlian teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Akuntan junior/akuntan pemula dalam penugasan audit harus dan wajib mendapat supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik juga harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis dan profesinya.


(29)

Dengan mempelajari dan memahami ketentuan-ketentuan baru yang nantinya akan diterapkan ke dalam penugasan auditnya agar kualitas auditnya dapat terus terjaga (Christiawan, 2002: 83).

Berdasarkan fenomena dan isu di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena sangat penting untuk mengetahui apakah Kantor Akuntan Publik (KAP), khususnya para auditornya telah menerapkan standar Auditing secara tepat dan layak serta menguji komitmen untuk selalu menjaga reputasi dan kualitas auditnya. Karena berdasarkan kasus-kasus di atas dan yang telah terjadi selama ini yang menimpa Kantor Akuntan Publik (KAP) berukuran besar maka menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar bisa melakukan dan terjerumus hal tersebut. Karena akan menjadi sebuah ironi yang besar apabila kita bandingkan dengan hasil penelitian yang dilakuan oleh DeAngelo (1981) yang menyatakan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang dilakukannya.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini penulis beri judul “Analisis Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai Variabel Moderating” (Studi Empiris pada KAP di Jakarta). Penelitian ini merupakan kompilasi atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh M. Nizarul Alim, et al. (2007). Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan sebelumnya yaitu:


(30)

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian sebelumnya yang menjadi Variabel Moderating adalah Etika Auditor. Sedangkan penelitian ini menggunakan ukuran KAP sebagai Variabel Moderating. Alasan memakai ukuran KAP adalah karena ingin melihat apakah variabel ukuran KAP sebagai variabel moderating dapat mempengaruhi variabel kompetensi dan independensi terhadap variabel kualitas audit.

2. Periode Penelitian

Tahun penelitian berbeda dengan tahun yang dilakukan penelitian sebelumnya yaitu adalah tahun 2007. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2010.

3. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jawa Timur.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka ruumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?


(31)

3. Apakah ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh terhadap kualitas auditnya?

4. Apakah ukuran kantor akuntan publik (KAP) memoderasi hubungan antara kompetensi dan independensi terhadao kualitas audit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit. 2. Untuk menganalsis pengaruh interaksi antara kompetensi dan ukuran

KAP terhadap kualitas audit.

3. Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit. 4. Untuk menganalisis pengaruh interaksi antara independensi dan

ukuran KAP terhadap kualitas audit.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, diantaranya:

a. Kantor Akuntan Publik (KAP)

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya praktik yang dapat menurunkan kompetensi dan independensi, dengan tetap


(32)

meningkatkan kualitas audit melalui peningkatan kualitas informasi yang disajikan.

b. Auditor

Bagi Akuntan Publik (auditor) sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk tetap meningkatkan kualitas auditnya.

c. Pemakai Laporan Keuangan Auditan (klien)

Bagi perusahaan atau user diharapkan sebagai informasi dalam menilai kualitas audit sebuah KAP.

d. Penulis

Bagi penulis, dapat menjadi sebuah sumber ilmu dalam menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. e. Dapat dijadikan referensi pada penelitian selanjutnya.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai kualitas audit mungkin penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi penelitiannya.

   


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Atas Audit 1. Pengertian Auditing

Auditing menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4) adalah sebagai berikut:

“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut Halim (2008:1), definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Accounting Concepts) adalah sebagai berikut:

“Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.

Berdasarkan definisi di atas, pengertian auditing adalah suatu proses sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai informasi 


(34)

dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

2. Standar Auditing

Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAI, 2001:150.1).

a. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(35)

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip tersebut dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi


(36)

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Standar audit diatas harus dijalankan auditor dalam menjalankan kewajiban profesionalnya. Standar audit ini merupakan suatu kriteria untuk mempertahankan kualitas audit. Audit dikatakan berkualitas apabila auditor telah melaksanakan standar profesi yang ada.

B. Teori Keagenan

Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam mengelolah perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan.

Manajemen dan pemegang saham mengalami asimetri informasi. Manajemen lebih diuntungkan karena memiliki informasi lebih banyak dari pemegang saham sehingga manajemen akan berbuat apapun untuk memenuhi utilitasnya. Akibat asimetri informasi ini pemegang saham tidak begitu saja


(37)

percaya dengan laporan pertanggung jawaban manajemen dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemegang saham membutuhkan pihak ketiga untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen, yaitu auditor atau akuntan publik.

Auditor selaku pihak ketiga yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham (principal) untuk memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen dianggap ahli dalam bidang akuntansi, auditing dan perpajakan. Dari kepercayaan yang diberikan ini maka auditor dituntut untuk dapat menjaga independensinya sehingga pekerjaan yang dilakukannya pun akan dianggap berkualitas.

Apabila auditor tersebut dapat menjaga independensinya maka audit yang dilakukannya dapat dianggap berkualitas walaupun ukuran kualitas audit bukan hanya sikap mental independen saja. Audit yang berkualitas akan membuat pemegang saham (principal) puas sehingga hubungan auditor dan pemegang saham pun akan baik. Berawal dari kepuasan tersebut pemegang saham akan tetap mempercayakan penugasan audit selanjutnya kepada kantor akuntan tersebut sehingga audit tenure yang panjang dapat teradi.

C. Kompetensi

Menurut penelitian dari Ida Suraida (2005) dalam Senjani (2009: 8) mengenai Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit, Risiko Audit dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik, bahwa atribut kompetensi auditor dan pengalaman audit


(38)

auditor memiliki hubungan positif yang signifikan sehingga atribut tersebut menentukan kualitas auditor.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) dalam Alim (2007: 6) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Sedangkan menurut Syafei (2007) kompetensi adalah keterampilan-keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensial untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan dalam Susanto (2000) dalam Alim (2007: 6) definisi mengenai kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk melakukan suatu pekerjaan superior.

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan suatu karakteristik dan keterampilan individu yang mencerminkan kemampuan potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan superior. Karakteristik dan keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil dari menempuh jalur pendidikan formal maupun non-formal, serta ujian, sertifikasi maupun keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya, dan lain-lain. Berarti kompetensi dalam audit berarti seorang auditor setelah menempuh pendidikan formalnya serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan akan semakin terasah keahliannya tersebut dengan melakukan praktek audit.

Kompetensi auditor juga dapat diukur melalui banyaknya sertifikat atau ijazah yang dimiliki serta banyak/seringnya keikutsertaan dalam pelatihan/seminar yang berkaitan dengan profesinya. Semakin sering seorang auditor yang bersangkutan hadir dan mengikuti pelatihan/seminar maka


(39)

auditor yang bersangkutan diharapkan dan seharusnya akan lebih cakap dan lebih lihai dalam melaksanakan tugas auditnya (Senjani, 2009: 8).

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidangnya, yakni auditing dan akuntansi. Akuntan publik harus terus bersikap dinamis dalam menanggapi perubahan dan perkembangan dari suatu standar. Auditor sebagai seorang yang ahli harus selalu mempelajari dan memahami semua perkembangan ketentuan maupun ketentuan baru yang diterapkan dalam bisnis maupun organisasi profesi. Selain itu juga dapat diketahui bahwa kualitas auditor juga dapat diukur dari tingkat kompetensi dan independensinya (Christiawan, 2002: 89).

Anis (2008: 10) mengenai Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) bahwa terdapat pengaruh yang kuat dalam kelangsungan usaha KAP. Secara parsial, kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP karena klien akan menilai kompetensi dari suatu KAP dalam menggunakan jasanya. Sedangkan independensi tidak berpengaruh secara signifikan dalam kelangsungan usaha suatu KAP karena klien sebelum menggunakan jasa suatu KAP tidak memperhitungkan apakah KAP tersebut akan berlaku independen atau tidak.

Penelitian Choo dan Trotman (1991: 470) menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara pengalaman dan kompetensi dimana seorang


(40)

auditor yang memiliki pengalaman yang banyak akan menemukan lebih banyak kesalahan yang tidak umum dibandingkan dengan auditor dengan pengalaman yang sedikit namun tidak ada perbedaan yang besar dalam menemukan kesalahan yang umum baik bagi auditor yang berpengalaman banyak maupun yang berpengalaman sedikit. Bahwa pengalaman akan tampak lebih jelas pengaruhnya apabila yang menjadi pertimbangan adalah tingkat kompleksitas suatu pekerjaan.

Dari hasil penelitian-penelitian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa kompetensi seorang auditor itu sangat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang pernah dilakukan. Tingkat pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti juga berpengaruh terhadap kompetensi seorang auditor. Kantor Akuntan Publik yang memiliki auditor dengan kompetensi yang baik akan mendapat reputasi yang baik pula, sehingga klien akan lebih sering menggunakan jasa KAP tersebut.

D. Independensi

Definisi independensi dalam The CPA Handbook dalam Alim (2007: 8) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Apabila seorang auditor tidak dapat menjaga independensinya maka opini yang diberikan atas audit keuangan klien tidak akan memberikan apapun, tidak menambah kredibilitas atas laporan keuangan klien. Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi


(41)

adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Menurut Mulyadi et al (1988: 82) dan Susiana (2007: 6), ada dua aspek independensi, yaitu:

1. Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.

2. Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.

Definisi independensi menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001: seksi 220) adalah suatu keadaan dimana auditor tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian auditor eksternal diharapkan dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

Dalam Mukhlasin (2004: 31) menyebutkan bahwa setiap auditor harus memelihara integritas dan keobyektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau


(42)

pengaruh yang tidak layak. Setiap auditor harus dapat menghindar dari keadaan yang dapat membuat opini masyarakat/pihak ketiga bahwa auditor tidak lagi dapat menjaga independensinya bahwa auditor sudah terlibat dalam suatu konflik/pertentangan kepentingan sehingga auditor sudah tidak lagi bersikap obyektif.

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi dalam profesi audit sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik itu sendiri. Masyarakat tidak akan lagi percaya jika terdapat bukti bahwa auditor sudah kehilangan independensinya. Untuk bertindak independen, auditor harus menjaga sikap mentalnya yaitu sikap mental intelektual jujur. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat independensi dan aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya (SPAP, 2001: seksi 220).

Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi akuntan publik, yaitu : (1) Akuntan publik memiliki mutual atau conflictinginterest dengan klien, (2) Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, (3) Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan (4) Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya (Elfarini, 2007: 34).

Mulyono (1988) dalam Alim (2007: 9) telah melakukan penelitian mengenai independensi auditor di Indonesia. Penelitian tersebut mempelajari atribut-atribut yang mempengaruhi independensi auditor yaitu (1) ikatan


(43)

keputusan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) persaingan antar KAP; (3) permberian jasa lain selain jasa audit; (4) lama penugasan audit; (5) besar kantor akuntan; (6) besarnya audit fee. Responden dalam penelitian tersebut adalah direktur keuangan perusahaan yang telah go public, partner KAP, pejabat kredit bank dan lembaga keuangan non-bank, dan Bapepam.

Penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan di lain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain (Susiana, 2007: 7).

Deis dan Giroux (1992: 465) mengatakan bahwa dalam konflik kekuatan, klien dapat menekan auditor untuk melawan standar profesional dan dalam ukuran yang besar, kondisi keuangan klien yang sehat dapat digunakan sebagai alat untuk menekan auditor dengan cara mengancam akan melakukan pergantian auditor. Hal tersebut akan membuat auditor tidak nyaman sehingga dapat menyebabkan auditor kehilangan independensinya. Posisi auditor dalam keadaan ini sangatlah dilematis karena auditor mendapat tekanan untuk memenuhi keinginan klien yang apabila dipenuhi maka auditor akan melanggar standar profesionalnya.

Selain disebabkan oleh konflik kepentingan dan hubungan khusus antara perusahaan dan akuntan publik, independensi juga dipengaruhi oleh


(44)

budaya setempat. Penelitian yang dilakukan pada beberapa auditor di satu kantor akuntan publik yang berlatar belakang budaya Jawa, menyatakan bahwa nilai-nilai budaya Jawa bukanlah ancaman terhadap independensi, atau dapat memperlemah independensi, tetapi justru memperkuatnya dengan cara yang khas (Christiawan, 2002: 87).

Hasil penelitian Anis (2008: 10) menyatakan bahwa independensi tidak memiliki pengaruh terhadap kelangsungan bisnis KAP tetapi variabel kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan usaha KAP. Dengan kata lain dalam pemilihan atau penggunaan jasa KAP, klien tidak memperhatikan atribut independensi, apakah KAP tersebut independen atau tidak, melainkan mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman KAP tersebut.

Dari penelitian di atas dapat dilihat bahwa independensi auditor sangatlah penting. Auditor akan kehilangan nilainya apabila dia tidak dapat menjaga independensinya. Independensi auditor inilah yang terkadang membuat auditor berada dalam keadaan yang dilematis. Apabila kita mendasarinya dengan teori keagenan, maka audit fee yang diterima auditor akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Auditor selaku penerima penugasan (agen) akan mendapatkan kontra prestasi dalam bentuk audit fee.


(45)

E. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Skandal akuntansi yang terjadi pada kasus Enron, WorldCom, Tyco, Telkom, dan lainnya, merupakan skandal akuntansi antara klien dan KAP yang mengauditnya. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memberikan jasa audit kepada mereka merupakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berukuran besar dan bertaraf internasional serta memiliki reputasi di bidang keuangan. Namun hal tersebut tidak memberikan jaminan bahwa KAP tersebut dapat memberikan jasa yang berkualitas yang mencerminkan nilai dan taraf perusahaan mereka yang sebenarnya. (Riyatno, 2007: 148).

Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan proksi kualitas audit dengan acuan ukuran dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) sudah banyak dilakukan. Diantaranya DeAngelo (1981), Mayangsari (2004), dan Riyatno (2007), memberikan hasil bahwa kualitas audit akan meningkat sejalan dengan besarnya Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut. Kualitas audit dapat dilihat dari besarnya ukuran KAP yang melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) besar (big four accounting firms) dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP kecil (non-big four accounting firms), dikarenakan KAP besar lebih mempertimbangkan reputasinya dibandingkan dengan KAP kecil.

Namun dengan terjadinya kasus skandal-skandal keuangan yang melibatkan KAP besar yang bertaraf internasional dengan perusahaan-perusahaan besar dengan motif untuk memperindah tampilan keuangan dalam laporan keuangannya dengan tujuan akan menaikkan nilai saham mereka


(46)

sehingga para investor akan membeli saham mereka di pasar modal semakin membuat masyarakat dan investor semakin mempertanyakan kualitas audit yang telah dilakukan KAP, terutama KAP besar dengan taraf internasional yang memiliki reputasi baik. Sehingga telah terciptanya pandangan masyarakat bahwa KAP besar pun tidak menjamin laporan keuangan yang diauditnya tidak mengandung salah saji yang material (Riyatno, 2007: 149).

Penelitian-penelitian yang menggunakan ukuran KAP sebagai proksi dari kualitas audit berhasil membuktikan secara empiris bahwa terdapat perbedaan kualitas antara KAP berukuran besar (big four accounting firms) dengan KAP berukuran kecil (non-big four accounting firms). Lennox (1999) dalam Senjani (2009: 13) melihat pada dua penjelasan mengenai hubungan yang positif antara ukuran KAP dan kualitas audit, yaitu alasan reputasi dan deep pocket yang dimiliki oleh KAP besar. Penelitiannya membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar mempunyai insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Selain itu karena KAP besar memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga mereka memiliki resiko terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak akurat atau keliru.

Saat ini KAP dengan label the big five telah berubah menjadi KAP dengan label the big four dikarenakan setelah kasus skandal akuntansi besar


(47)

yang melibatkan Enron dengan KAP yang mengauditnya yaitu Arthur Andersen yang merupakan saat itu salah satu dari KAP the big five dicabut izin usahanya. Berdasarkan sumber dari directory KAP IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), di Indonesia ada empat KAP besar yang berafiliasi dengan KAP the big four, berdasarkan sumber dari IAPI diantaranya adalah:

1. KAP Osman Bing Satrio & Rekan afiliasi dari Deloitte & Touche. 2. KAP Purwanto, Sarwoko & Sandjaja afiliasi dari Ernst & Young. 3. KAP Haryanto Sahari & Rekan afiliasi dari Pricewaterhouse & Cooper. 4. KAP Sidharta Sidharta & Harsono afiliasi dari KPMG.

Keempat KAP the big four diatas dianggap memiliki kualitas audit yang diberikan lebih baik dibandingkan dengan KAP-KAP lain di Indonesia (KAP non-big four). Sehingga keempat KAP tersebut diatas diberi label KAP the big four. Hal tersebut juga didasarkan pada ukuran dan reputasi KAP tersebut dalam memberikan jasa audit.

Wikipedia (2008) menjelaskan Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Auditor Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya:


(48)

Tabel 2.1

Peringkat Auditor Internasional

Firma Pendapatan Karyawan

Tahun Fiskal PriceWaterhouseCoopers $ 28.2 miliar 146.700 2008 Deloitte Touche Tohmatsu $ 27.4 miliar 165.000 2008 Ernst & Young $ 24.5 miliar 130.000 2008 KPMG $ 19.8 miliar 123.000 2008

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/The_Big_Four_auditors.html 

Pada penelitian ini, penulis mengacu pada indikator yang digunakan oleh Riyatno (2007: 151) yaitu Ukuran KAP sebagai proksi kualitas membedakan KAP menjadi KAP besar (Big four accounting firms) dan KAP kecil (Non big four accounting firms). Pembedaan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP, jumlah rekan/anggota yang bergabung, serta total pendapatan yang diperoleh dalam satu periode yaitu tahun 2008-2009. Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, penulis hanya menggunakan data jumlah rekanan/anggota yang bergabung sebagai ukuran KAP. Kantor Akuntan Publik (KAP) dikatakan besar menurut Majalah Akuntan Indonesia Edisi No. 16/tahun III/April 2009 apabila memiliki minimal 10 (sepuluh) akuntan publik, sedangkan KAP dikatakan sedang apabila memiliki 3 (tiga) – 10 (sepuluh) akuntan publik, dan KAP dikatakan kecil apabila memiliki 1 (satu) – 3 (tiga) akuntan publik.


(49)

F. Kualitas Audit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-2 (1994), kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan pengertian audit adalah pemeriksaan tentang keuangan atau pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang dihasilkan.

Menurut Rahayu (2010: 1), auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan, auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah tingkat baik buruknya suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas suatu informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar dan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai suatu probabilitas dimana seorang auditor dapat menemukan serta melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien serta hasil penelitiannya tersebut juga menyimpulkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.


(50)

Deis dan Giroux (1992: 462) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan, semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan di-review oleh pihak ketiga.

Dari beberapa definisi dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti untuk menemukan apakah terjadi misstatement dan pelanggaran serta auditor mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas dalam audit adalah auditor yang mampu menemukan salah saji dan pelanggaran serta juga mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kualitas audit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti kompetensi, independensi, audit fee, kepuasan klien dan kontrol kualitas oleh KAP, reputasi KAP telah banyak dilakukan


(51)

oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan bagi auditor untuk mendeteksi dan mengatasi terjadinya audit yang tidak berkualitas. Tabel 2.2 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai kualitas audit.

Tabel 2.2

Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari, dan Liliek Purwanti (2007) Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderating 1. Kompetensi (X1) 2. Independensi (X2)

3. Etika Auditor (X3)

4. Kualitas Audit (Y)

Sampel: auditor yang bekerja di KAP di Jawa Timur.

Metode analisis data

menggunakan Analisis Regresi Moderat Two Way Interactions. 1. Kompetensi (X1) dan Independensi(X2) memiliki memiliki pengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit (Y). 2. Interaksi Kompetensi (X1) dan Etika Auditor (X3) tidak dapat dianalisis karena kedua variable tersebut dikeluarkan dari model penelitian 3. Interaksi Independensi (X2) dan Etika Auditor (X3) berpengaruh signifikan terhadap Kualitas audit (Y) Nurkholis (2003) Atribut Kualitas Audit: Persepsi Auditor, Manajer Akuntansi dan Pemakai Laporan Keuangan

1.Atribut Kualitas Audit

Sampel: Manajer Akuntansi pada perusahaan Go Public, Auditor Big Five Accounting Firm, dan

Terjadi perbedaan persepsi di antara ketiga kelompok responden. Faktor pengalaman KAP, kemampuan merespon kebutuhan klien,


(52)

Tabel 2.2 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Pemegang Saham Metode analisis data menggunakan Analisis Faktor pemahaman terhadap industri klien dan keterlibatan komite audit menjadi factor penting dalam meningkatkan kualitas audit Mukhlasin (2004) Pengaruh Atribut Kualitas Audit, Portofolio Jasa Audit, dan Reputasi KAP terhadap Kepuasan Klien

1. Kualitas Audit (X1)

2. Portofolio Jasa Audit (X2) 3. Reputasi KAP

(X3) 4. Kepuasan Klien (Y) Sampel: Kontroler atau Internal Auditor Perusahaan Metode analisis data menggunakan Analisis Regresi Berganda Kualitas Audit (X1), Portofolio Jasa Audit (X2), dan Reputasi KAP (X3) berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Klien (Y) Sri Murtini (2003) Persepsi Auditor tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor

1. Audit Tenure (X1)

2. Tekanan dari Klien (X2) 3. Review Rekan Auditor (X3) 4. Independensi (Y) Sampel: Random Sampling Auditor yang bekerja pada KAP Audit Tenure (X1), Tekanan dari Klien (X2), dan Review Rekan Auditor (X3) berpengaruh signifikan terhadap Independensi (Y) HW Darmoko (2004) Profesionalisme Auditor KAP dilihat dari Perbedaan Gender, Tipe KAP, dan Hirarki Jabatannya 1. Perbedaan Gender (X1) 2. Tipe KAP (X2) 3. Hirarki Jabatan

(X3) 4.Profesionalisme Auditor (Y) Sampel: auditor yang bekerja pada KAP Analisis data menggunakan analisis t-test, ANOVA dan non metrik

1. Gender (X1) tidak menentukan Profesionalisme (Y)

2. Tipe KAP (X2) menentukan Profesionalisme (Y)

3. Hirarki Jabatan (X3) menentukan Profesionalisme seorang Auditor Marini Purwanto dan Simon Pengaruh Kualitas Audit, Pergantian

1. Kualitas Audit (X1)

2. Pergantian

Sampel: Internal Auditor pada perusahaan

1. Kualitas Audit (X1) berpengaruh terhadap


(53)

Tabel 2.2 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Haryanto (2004) Auditor terhadap Kepuasan Klien KAP di Indonesia Auditor (X2) 3. Kepuasan Klien (Y)

Industri yang go public Analisis data menggunakan Analisis Regresi Berganda Kepuasan Klien (Y) 2. Pergantian Auditor (X2) berpengaruh terhadap Kepuasan Klien (Y) Yulius Yogi Christiawan (2002) Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi hasil Penelitian Empiris 1. Kompetensi (X1) 2. Independensi (X2)

3. Kualitas Audit (Y) Studi terhadap literature dan kajian ilmiah Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi

Sumber: Diolah dari berbagai refrensi  

H. Keterkaitan Antar Variabel

1. KompetensiAuditor denganKualitas Audit

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alim, et al. (2007: 18), kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kualitas audit dapat tercapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa audit yang berkualitas dapat tercapai apabila auditor yang ditugaskan dalam penugasan audit memiliki kompetensi yaitu dari segi pengalaman dan pengetahuan yang sudah memadai. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Libby dan Libby (1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam Mayangsari (2003).


(54)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2002), pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada di perusahaan yang menjadi kliennya dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian akuntan publik dalam melaksanakan audit. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi yang dapat diukur dari pengalaman dan pengetahuan akan mempengaruhi kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003) dan Christiawan (2002), dapat disimpulkan bahwa kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Ha1 : Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Selanjutnya, Senjani (2009) meneliti mengenai pengaruh kualitas auditor yang dimoderasi oleh variabel ukuran KAP membuktikan bahwa kualitas auditor yang salah satu tolak ukurnya adalah kompetensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Seperti penelitian Redithe (2009) membuktikan bahwa ukuran KAP belum tentu membuktikan kualitas audit mereka.

Ha2 : Interaksi kompetensi dan ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.

2. Independensi dengan Kualitas Audit

Menurut penelitian Alim et al. (2007), independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Shockley (1981), DeAngelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992), dan Mayangsari (2003). Dari hasil penelitian di atas


(55)

dapat dilihat bahwa sikap independen merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam penugasan audit. Seorang auditor harus selalu menjaga independensinya karena profesi auditor merupakan suatu profesi yang menjadi tempat bersandarnya kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, apabila seorang auditor tidak dapat menjaga independensinya maka laporan keuangan yang diauditnya tidak dapat diakui kredibilitasnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

Ha3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Selanjutnya, Redithe (2009) menemukan bahwa ukuran KAP yang besar belum tentu membuktikan audit yang dilakukannya juga berkualitas karena banyaknya tuntutan hukum setelah perusahaan klien diaudit oleh KAP besar. Menurut penelitian yang dilakukan Mukhlasin (2004), ia meneliti 14 kriteria kualitas audit yang salah satunya adalah sikap mental yang independen. Sikap mental independen ini sangat penting yang dibuktikan dengan banyaknya penelitian mengenai independensi auditor. Hasil kerja auditor tidak akan dianggap apabila auditor tersebut kehilangan independensinya.

Ha4 : Interaksi independensi dan ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.


(56)

3. Ukuran KAP dengan Kualitas Audit

Salah satu yang diduga mempengaruhi kepuasan klien adalah reputasi dan ukuran KAP. Reputasi dan ukuran KAP terbentuk sejalan dengan perkembangan keahlitan spesifik industri. Klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang bekerja pada KAP sedang akan memberikan audit yang berkualitas dibandingkan dengan auditor yang bekerja pada KAP kecil. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP dapat berpengaruh terhadap kualitas audit.

Ha5 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit.

4. Kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan ukuran KAP, dan interaksi independensi dan ukuran KAP dengan kualitas audit

Ha6 : kompetensi, independensi, ukuran KAP, interaksi kompetensi dan ukuran KAP, dan interaksi independensi daun ukuran KAP secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.

I. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh mengenai model penelitian ini dapat ditunjukkan dengan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model skema sebagai berikut:


(57)

Model (a)

Ukuran Kantor Akuntan Publik

(KAP)

Kualitas Audit Kompetensi

Model (b)

Kualitas Audit Independensi

Ukuran Kantor Akuntan Publik

(KAP)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran  


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002: 27). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel, yaitu variabel independen (Kompetensi dan Independensi), variabel dependen (Kualitas Audit), dan variabel moderating (Ukuran KAP).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah auditor kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta. Teknik penentuan sampel yang peneliti gunakan adalah metode Convenience Sampling dengan pertimbangan kesediaan auditor untuk berpartisipasi dalam penelitian sehingga data mudah diperoleh (Indriantoro dan Supomo, 2002: 130). Berdasarkan data KAP dalam directory KAP dan akuntan publik tahun 2009 diketahui jumlah auditor di Jakarta sebanyak 665 orang, dari jumlah tersebut penulis memilih 120 responden dari 30 KAP di


(59)

Jakarta dengan asumsi terdapat minimal 4 (empat) akuntan publik di setiap KAP. 


(60)

Jakarta dengan asumsi terdapat minimal 4 (empat) akuntan publik di setiap KAP. 

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengiriman kuesioner kepada responden. Pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dalam kuesioner, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah mengenai data diri auditor KAP yang menjadi responden yang akan diukur dengan skala nominal, sedangkan bagian kedua adalah pilihan jawaban atas pertanyaan mengenai Kompetensi, Independensi, dan Kualitas Audit.

Penulis menyusun elemen kuesioner penelitian dengan mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan indikator-indikator lain yang diambil dari buku, literatur, dan teori lainnya yang penulis dapatkan mengenai kualitas audit. Kemudian elemen kuesioner penelitian ini dikirimkan secara langsung kepada auditor dengan mengunjungi KAP yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengirimkan kuesioner melalui e-mail (pesan elektronik).

Peneliti juga menggunakan data sekunder yang berupa data daftar KAP di Jakarta yang diperoleh dari directory database KAP yang disusun oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Agar penelitian ini dapat berjalan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan harapan, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:


(61)

1. Penelitian Kepustakaan dengan mengumpulkan data-data teoritis serta mempelajari dengan teliti teori yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas sebagai dasar dalam menganalisis masalah dalam penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan dengan melakukan survei untuk mendapatkan tanggapan secara langsung dan pendapat dari para responden melalui media kuesioner.

D. Metode Analisis 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden. Statistik deskriptif variabel penelitian menjelaskan skor jawaban responden pada setiap variabel penelitian dengan ukuran tendensi sentral (mean, median, modus) dan standar deviasi demografi responden. Penelitian ini menggunakan ukuran frekuensi absolut (f) dan proporsi (%) ditinjau dari kategori jenis kelamin, jenjang pendidikan, jabatan, dan lama kerja.

2. Uji Kualitas Data

Data-data yang diperoleh, berupa jawaban atas kuesioner yang disebarkan, akan diuji keandalan dan keakuratannya melalui uji validitas dan uji realibilitas. Uji validitas adalah pengujian yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sementara itu, uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menampilkan suatu nilai


(62)

yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Husein Umar, 2003: 113).

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian ini menggunakan Reliability Analysis, yaitu dengan menghitung antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total item correlation (Nisfiannoor, 2009). Kriteria valid atau tidak valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total item correlation mempunyai skor diatas 0,2 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat skor dibawah 0,2 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Untuk menguji reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan digunakan teknik uji Croncbach’s Alpha. Croncbach’s Alpha adalah patokan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan semua skala variabel yang ada. Hasil uji reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Croncbach’s Alpha dibawah 0,5 maka data tersebut memiliki keandalan (reliable) yang relatif rendah. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Croncbach’s Alpha di atas 0,6 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2005).


(63)

3. Uji Asumsi Klasik

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi. Metode yang menghubungkan satu variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen, sesuai dengan hipotesis yang diuji dalam penelitian. Selain dari pada itu penelitian ini juga menggunakan uji asumsi klasik, diantaranya adalah:

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (tidak terjadi multikolinieritas) (Ghozali, 2005). Uji multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan variance inflantion factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai tolerance lebih besar dari 0,1, maka apabila VIF lebih 10 dan mempunyai tolerance lebih besar dari 0,1, maka apabila VIF lebih kecil dari 0,1 dan lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di


(64)

mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit (Ghozali, 2005).

c. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dalam model regresi bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Asumsi normalitas ini dilakukan dengan menggunakan kurva normal, dengan cara membuat titik temu antara data interval yang diletakkan pada sumbu X dan jumlah frekuensi pada sumbu Y. Jika titik-titik temu tersebut membentuk kurva normal, maka memang sampel maupun populasi dapat dianggap berdistribusi normal (Umar, 2005 dalam Senjani, 2009).

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai variabel moderating, alat uji yang akan digunakan adalah dengan teknik analisis Uji Nilai Selisih Mutlak yang dikembangkan oleh Frucot dan Shearon (1991, dalam Ghozali, 2005 dalam Senjani, 2009). Model ini akan menguji pengaruh moderasi dengan


(65)

selisih mutlak dari variabel independen dengan rumus persamaan regresi sebagai berikut:

KA = a + b1 Kt + b2 Ind + b3 UK + b4 | Kt-UK| + b5 |Ind-UK| + e

Keterangan:

KA : Kualitas Audit KtA : Kompetensi Auditor

Indp : Independensi Auditor

UK : Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

|KtA-UK| : Merupakan interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara Kt dan UK

|Ind-UK| : Merupakan interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara Ind dan UK

Persamaan regresi tersebut untuk menguji (1) apakah Kompetensi auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit, (2) apakah Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit, (3) apakah Ukuran KAP berpengaruh terhadap Kualitas Audit, dan (4) apakah Kompetensi Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai variabel moderating.

Alasan digunakan uji nilai selisih mutlak ini adalah karena menurut Furcot dan Shearon (1991, dalam Ghozali, 2005), interaksi seperti ini lebih disukai karena ekspektasi sebelumnya berhubungan dengan kombinasi antara X1 (Kompetensi), X2 (Independensi), dan X3 (Ukuran KAP) serta berpengaruh terhadap Y (Kualitas Audit). Selain itu penggunaan metode


(66)

regresi dengan uji interaksi umumnya menimbulkan masalah terjadinya multikolinieritas antara variabel-variabel independen.

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali, 2005).

b. Uji Signifikansi Simultan

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipotesis yang diuji adalah berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05 yang merupakan probabilitas kesalahan sebesar 5 %. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika probabilitas > 0,05 dan nilai F< 4, maka Ha ditolak 2. Jika probabilitas < 0,05 dan nilai F> 4, maka Ha diterima

Dimana Ha : ρ≠ 0 ~ semua variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.


(1)

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

kualitas1 138.27 120.285 .345 .849

kualitas2 138.18 122.067 .390 .847

kualitas3 138.54 122.116 .288 .851

kualitas4 138.47 119.798 .427 .846

kualitas5 138.45 123.241 .246 .852

kualitas6 138.22 123.957 .398 .848

kualitas7 138.42 121.220 .386 .848

kualitas8 138.22 122.159 .414 .847

kualitas9 139.03 126.083 .165 .853

kualitas10 138.09 122.504 .406 .847

kualitas11 138.08 123.936 .390 .848

kualitas12 137.99 124.849 .373 .848

kualitas13 138.47 125.898 .209 .852

kualitas14 138.27 123.844 .438 .847

kualitas15 138.22 124.209 .389 .848

kualitas16 138.13 123.713 .347 .849

kualitas17 138.03 122.469 .506 .845

kualitas18 138.22 121.554 .506 .845

kualitas19 138.12 121.364 .512 .845

kualitas20 137.97 124.923 .357 .849

kualitas21 138.44 124.820 .237 .851

kualitas22 138.23 121.273 .531 .844

kualitas23 138.02 122.874 .491 .846

kualitas24 138.02 122.646 .512 .846

kualitas25 139.22 129.336 -.011 .859

kualitas26 138.32 123.496 .430 .847

kualitas27 138.22 124.428 .404 .848

kualitas28 138.23 125.155 .242 .851

kualitas29 138.08 124.127 .433 .847

kualitas30 138.44 126.955 .145 .853

kualitas31 138.27 124.352 .304 .850

kualitas32 138.25 122.189 .481 .846

kualitas33 138.12 121.892 .449 .846

kualitas34 138.50 120.891 .412 .847

kualitas35 138.27 122.264 .478 .846

kualitas36 138.49 125.025 .250 .851


(2)

Hasil uji validitas dan reliabilitas Kualitas Audit

(setelah butir pertanyaan No. 9, 25, 30, dan 37 dikeluarkan)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

kualitas1 3.88 1.119 120

kualitas2 3.97 .840 120

kualitas3 3.61 1.063 120

kualitas4 3.68 .989 120

kualitas5 3.70 1.042 120

kualitas6 3.93 .637 120

kualitas7 3.73 .932 120

kualitas8 3.93 .790 120

kualitas10 4.06 .770 120

kualitas11 4.08 .650 120

kualitas12 4.16 .580 120

kualitas13 3.83 .599 120

kualitas14 3.88 .597 120

kualitas15 3.93 .624 120

kualitas16 4.02 .745 120

kualitas17 4.12 .638 120

kualitas18 3.93 .712 120

kualitas19 4.03 .721 120

kualitas20 4.18 .594 120

kualitas21 3.83 .613 120

kualitas22 3.92 .705 120

kualitas23 4.13 .621 120

kualitas24 4.13 .616 120

kualitas26 3.83 .640 120

kualitas27 3.93 .582 120

kualitas28 3.92 .784 120

kualitas29 4.07 .576 120

kualitas31 3.88 .751 120

kualitas32 3.90 .691 120

kualitas33 4.03 .761 120

kualitas34 3.65 .913 120

kualitas35 3.88 .688 120

kualitas36 3.66 .783 120

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.880 33

Scale Statistics Mean Variance

Std.

Deviation N of Items


(3)

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

kualitas1 125.48 117.411 .359 .879

kualitas2 125.39 119.988 .363 .877

kualitas3 125.75 120.794 .233 .882

kualitas4 125.68 116.823 .448 .875

kualitas5 125.66 120.513 .252 .881

kualitas6 125.43 120.802 .440 .876

kualitas7 125.63 118.035 .418 .876

kualitas8 125.43 118.634 .471 .875

kualitas10 125.30 119.086 .458 .875

kualitas11 125.28 120.894 .424 .876

kualitas12 125.20 121.405 .441 .876

kualitas13 125.53 123.798 .242 .879

kualitas14 125.48 120.974 .461 .876

kualitas15 125.43 121.559 .394 .877

kualitas16 125.34 121.823 .304 .878

kualitas17 125.24 119.714 .520 .874

kualitas18 125.43 119.643 .464 .875

kualitas19 125.33 118.709 .518 .874

kualitas20 125.18 122.062 .378 .877

kualitas21 125.53 120.638 .473 .875

kualitas22 125.44 118.181 .567 .873

kualitas23 125.23 119.756 .532 .874

kualitas24 125.23 119.542 .554 .874

kualitas26 125.53 120.655 .449 .876

kualitas27 125.43 121.743 .412 .876

kualitas28 125.44 122.366 .253 .880

kualitas29 125.29 120.746 .498 .875

kualitas31 125.48 122.050 .287 .879

kualitas32 125.46 119.292 .504 .874

kualitas33 125.33 119.501 .438 .876

kualitas34 125.71 118.595 .399 .877

kualitas35 125.48 119.831 .469 .875


(4)

Hasil Uji Hipotesis

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

kualitas 129.3583 11.28604 120

Zscore: kompetensi .0000000 1.00000000 120 Zscore: independensi .0000000 1.00000000 120

Zscore: ukuran .0000000 1.00000000 120

Absx1_x3 .9416 .67742 120

Absx2_x3 1.0415 .84774 120

Variables Entered/Removed Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Absx2_x3,

Zscore: independensi, Absx1_x3, Zscore: kompetensi, Zscore: ukurana

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .459a .211 .176 10.24307 1.469

a. Predictors: (Constant), Absx2_x3, Zscore: independensi, Absx1_x3, Zscore: kompetensi, Zscore: ukuran


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3196.650 5 639.330 6.093 .000a

Residual 11960.941 114 104.921

Total 15157.592 119

a. Predictors: (Constant), Absx2_x3, Zscore: independensi, Absx1_x3, Zscore: kompetensi, Zscore: ukuran

b. Dependent Variable: kualitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 129.346 1.956 66.128 .000

Zscore: kompetensi

3.105 1.033 .275 3.004 .003 .826 1.211

Zscore: independensi

2.774 .978 .246 2.836 .005 .921 1.085

Zscore: ukuran 1.575 1.056 .140 1.491 .139 .790 1.265

Absx1_x3 -1.877 1.408 -.113 -1.333 .185 .969 1.032

Absx2_x3 1.709 1.241 .128 1.377 .171 .797 1.255

a. Dependent Variable: kualitas

Collinearity Diagnosticsa

Model Dime

nsion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions (Constant)

Zscore: kompetensi

Zscore: independensi

Zscore:

ukuran Absx1_x3 Absx2_x3

1 1 2.567 1.000 .03 .00 .00 .01 .04 .04

2 1.470 1.322 .01 .23 .14 .16 .01 .00

3 .911 1.678 .00 .00 .63 .32 .00 .00

4 .629 2.021 .00 .75 .22 .34 .00 .00

5 .277 3.046 .00 .01 .01 .06 .59 .54

6 .148 4.169 .96 .01 .00 .11 .36 .42


(6)