Pengaruh Financial Leverage Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini
disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di seluruh dunia. Bisnis
yang kuat dan berpengalaman akan semakin mendapat keuntungan akan
meluasnya pengaruh globalisasi. Akan tetapi di sisi lain, sebagai bisnis yang baru
tumbuh ataupun bisnis yang berskala nasional akan sulit untuk bersaing dengan
perusahaan asing, sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil
akan mengalami krisis keuangan dalam perusahaan mereka.
Modal adalah sumber daya yang sangat penting bagi sebuah perusahaan
untuk pendanaan bisnisnya. Ada tiga sumber modal pendanaan jangka panjang
yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu retained earning, penerbitan saham
baru, dan hutang jangka panjang (Zhao dan Wijewardana, 2012). Untuk
mendapatkan pendanaan modal itu semua, perusahaan harus membuktikan
performanya agar menarik minat investor dalam berinvestasi. Sebagai investor
tentunya tidak mengharapkan investasi pada perusahaan yang akan mengalami
kebangkrutan akibat masalah keuangan (financial distress). Kebangkrutan secara
umum dapat diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan

operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Semua perusahaan tentu tidak
lepas dari risiko mengalami kebangkrutan.

Universitas Sumatera Utara

Pada satu sisi penggunaan financial leverage pada struktur modal
perusahaan yang jauh lebih besar daripada ekuitasnya akan tidak menguntungkan
karena akan meningkatkan risiko perusahaan, tetapi pada sisi yang lain,
perusahaan dengan hutang yang kecil atau tidak memiliki hutang, akan membuat
perusahaan sulit untuk berkembang karena modal sendiri yang terbatas. Menurut
Brigham dan Houston (2011), financial leverage adalah tingkat sampai sejauh
mana hutang digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan. Financial
leverage juga berkaitan erat dengan financial risk (risiko keuangan). Risiko
keuangan adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada pemegang saham biasa
maupun risiko insolvabilitas yang mungkin ada yang disebabkan oleh penggunaan
leverage keuangan. Ketika sebuah perusahaan meningkatkan proporsi pendanaan
hutang dalam struktur modalnya, maka arus kas keluar juga akan meningkat yang
akibatnya juga meningkatkan kemungkinan risiko insolvabilitas. Semakin besar
financial leverage yang diberikan oleh investor, maka semakin besar harapan
tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Tingkat pengembalian ini

mempengaruhi biaya modal perusahaan. Sebenarnya pendanaan dengan cara
hutang tidak selamanya buruk, yaitu seperti kasus Kellogg Co (Brigham dan
Houston, 2011). Adapun data total hutang dan laba perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai 2014, disajikan dalam
Tabel 1.1 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Total Hutang dan Laba Perusahaan Pertambangan Tahun 2012-2014
HUTANG
LABA
KODE
NO
EMITEN

2012

2013


2014

2012

2013

2014

1

ADRO

3.697.211 3.521.758 3.155.500 1.066.661 1.196.797 1.309.707

2

ARTI

576.480


649.516

806.258

51.857

60.432

30. 077

3

ESSA

29.190

28.317

39.550


5.211

12.573

10.318

4

GEMS

538

1.053

841

132

228


134

5

MITI

53.731

45.430

88.899

-19.61

-0.4

-65.42

Sumber: data olahan Peneliti, 2016.
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perusahaan ADRO memiliki

hutang pada tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan pada tahun
2012 sebesar 3.697.211, pada tahun 2013 sebesar 3.521.758, dan tahun 2014
sebesar 3.155.500, namun pada laba pada tahun 2012 sampai tahun 2014
mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 1.066.661, pada tahun 2013 sebesar
1.196.797, dan pada tahun 2014 sebesar 1.309.707. Sama halnya dengan
perusahaan ARTI, ESSA, GEMS, dan MITI yang memiliki peningkatan hutang
setiap tahun dari tahun 2012 hingga 2014 namun jumlah laba yang diperoleh
mengalami penurunan setiap tahun muali dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap financial distress dan sangat berbanding terbalik
dengan tujuan mendasar perusahaan menggunakan hutang adalah untuk
menghasilkan laba.Laba yang dihasilkan perusahaan ini diharapkan oleh investor
untuk mengalami pertumbuhan. Menurut Brigham dan Houston (2011), financial
leverage adalah tingkat sampai sejauh mana hutang digunakan dalam struktur
modal suatu perusahaan. Financial leverage juga berkaitan erat dengan financial

Universitas Sumatera Utara

risk (risiko keuangan). Berdasarkan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa
semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan laba suatu
perusahaan dengan demikian maka perusahaan tersebut berkemungkinan akan

tidak mengalami financial distress.
Selain itu ini kondisi di Indonesia saat ini yang rawan dengan krisis
keuangan. Hal tersebut disebabkan karena pada akhir tahun 2013 dan awal tahun
2014 nilai tukar rupiah semakin melemah dan mencapai Rp. 13.400 per dolar AS.
Dengan melemahnya nilai tukar rupiah, maka jika suatu perusahaan mengimpor
barang dari luar negeri, harga barang tersebut akan menjadi lebih mahal,
sedangkan jika suatu perusahaan mengekspor barang hasil produksinya ke luar
negeri, maka harga barang yang diekspor tersebut akan menjadi lebih murah.
Karena kondisi seperti itulah suatu perusahaan di Indonesia akan lebih rentan
terhadap ancaman financial distress.
Selain fenomena diatas, Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali
beberapa faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi kondisi financial
distress perusahan karena dalam penelitian terdahulu yang hasilnya diperoleh ada
yang berbeda, seperti dalam penelitian telah dilakukan oleh Ahmad (2011) selama
periode 2005-2010. Financialleverage yang diukur dengan menggunakan total
debtto asset ratio (DAR) signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan
terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Hasil yang sama ditunjukkan
dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) yang
menunjukkan bahwa financialleverage (notes payable/total assets) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan


Universitas Sumatera Utara

bahwa semakin besar kegiatan perusahaan yang didanai oleh hutang, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan mengalami financial distress, ini
karena semakin besar kewajiban perusahaan untuk membayar hutang tersebut. Di
sisi lain, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Alifiah, et al (2012), dimana dalam
penelitiannya menyatakan bahwa financialleverage yang diukur dengan
menggunakan debt ratio justru mempunyai nilai koefisien negatif, dimana hal
tersebut bertentangan dengan penelitian-penelitian lainnya yang menyebutkan
bahwa rasio leverage mempunyai arah hubungan yang positif terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Dalam
penelitiannya tersebut menyatakan hal itu bisa terjadi karena perusahaanperusahaan di Malaysia dalam pendanaannya terlalu bergantung pada hutang,
sehingga jika semakin kecil hutang yang dimiliki perusahaan, maka malah
semakin besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan mengalami financial
distress. Penelitian yang dilakukan oleh Eliu (2014) menyatakan bahwa financial
leverage baik secara simultan maupun parsial memliki pengaruh yang signifikan
terhadap financial distress, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
ahmad (2011) yang menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa financial
leverage yang menggunakan rasio DAR dan DER memiliki pengaruh signifikan

terhadap financial distress berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud
dan Srengga(2015) menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh
terhadap financial distress.Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan

Universitas Sumatera Utara

variabel financialleverage untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh
financialleverage terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.
Variabel financial indicators yang digunakan untuk memprediksi financial
distress adalah financialleverage. Rasio ini dianggap dapat menunjukkan kinerja
keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya
financial distress. Dalam penggunaannya, financialleverage juga sering disebut
dengan rasio solvabilitas, dimana di dalamnya termasuk solvabilitas jangka
pendek dan solvabilitas jangka panjang (Hanifah, 2013). Financialleverage
mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang
dipinjam dari kreditur. Pentingnya prediksi financial distress perusahaan yang
digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang,
maka penulis tertarik mengambil judul “PengaruhFinancial Leverage terhadap
Financial Distress pada perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012 - 2014”.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan,maka perumusan masalah
penelitian adalah :
Apakah debt to total asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), long term debt
to total asset ratio (LDAR) dan long term debt to equity ratio (LDER)
berpengaruh secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?

Universitas Sumatera Utara

1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :
Untuk mengetahui pengaruh debt to total asset ratio (DAR), debt to equity ratio
(DER), long term debt to total asset ratio (LDAR) dan long term debt to equity
ratio (LDER) secara simultan terhadap financial distress pada perusahaan
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial.

1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat di dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengelola
keuangannya dengan baik dan membantu dalam pengambilan keputusan yang
tepat pada situasi keuangan perusahaan dalam kondisi apapun.
2. Bagi Investor
Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam memilih perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga investasi menjadi tepat dalam
menghasilkan profit yang diharapkan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara