Pengaruh Financial Leverage Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan assetaset nyata yang mendasari angka-angka tersebut. Laporan keuangan dari
perusahaan sangat diperlukan oleh berbagai pihak, misalnya, Bankir dan
Investor lain membutuhkan informasi akuntansi yang terdapat pada laporan
keuangan

untuk

membuat

keputusan

yang

cerdas,

manajer


membutuhkannya untuk mengoperasikan bisnis secara efisien dan badan
perpajakan membutuhkannya untuk menilai pajak dengan cara yang wajar
(Brigham dan Houston, 2011: 44).
Laporan

ini

melaksanakan

beberapa

fungsi.Pertama,

Neraca

(Balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu
perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal.
Laporan laba rugi (Income statement) meringkas pendapatan dan biaya
perusahaan selam satu periode waktu tertentu yang biasanya untuk periode

satu tahun atau kuartal. Laporan laba ditahan (Statement of retained
earning) melaporkan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam
usahanya dan tidak dibayarkan ke dividennya. Laporan arus kas adalah
laporan yang melaporkan dampak dari aktivitas-aktivitas operasi, investasi,

Universitas Sumatera Utara

dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas selama satu periode
akuntansi. Jika disajikan bersama, semua laporan ini memberikan gambaran
akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan(Horne, 2005:193).

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan.Rasio keuangan ini hanya
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos
tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai
secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya
dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan
memberikan penilaian (Harahap, 2010:297).

Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya
didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio
(Sawir, 2005: 6).
Manfaat Analisis Rasio keuangan menurut Kasmir(2008:154) :
1. Untuk menganalisis kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
2. Untuk menganalisis kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
yang bersifat tetap ( seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal
4. Untuk menganalisis seberapa besr aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh hutang
5. Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva
6. Untuk menganalisis atau mengukur berapa bagian dari setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka
panjang.

2.1.3. Financial Leverage
2.1.3.1. Pengertian Leverage
Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit,
pengungkit digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu
manajemen keuangan juga dikenal leverage, namun dalam makna
yang berbeda tentunya. Menurut Sartono (2001:257) “leverage adalah
penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan
yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan

potensial

pemegang

saham”.

Dengan


kata

lain,

penggunaan leverage ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih
besar daripada biaya aset dan sumber dananya, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan perusahaan atau pemegang saham.

Universitas Sumatera Utara

Dampak dari penggunaan leverage bagi perusahaan yaitu
“Results from the use of fixed-cost or funds to magnify returns to the
firms owners. Generally increases in leverage result in increased
return and risk, whereas decreases in leverage result in decreases
return and risk”. Artinya bahwa akibat dari penggunaan biaya tetap
untuk memperoleh return bagi pemilik perusahaan secara umum juga
akan meningkatan risiko. Sebaliknya, penurunan leverage akan
menurunkan return dan risk. Dari pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu perusahaan bukan

hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung beban tetap
melainkan juga untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage
tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis
keuangan dalam melihat trade-off (persimpangan) antara risiko dan
tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

2.1.3.2. Jenis-jenis Leverage
Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman
operasional dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut
masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan
mengenai kedua jenis pinjaman tersebut dikemukakan oleh Van Horne
(2005;440,445) sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

1. Leverage Operasi (Operating Leverage)
Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya
tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup
untuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan
profitabilitas. Leverage operasi timbul setiap saat perusahaan memiliki

biaya-biaya tetap tanpa memperhatikan jumlah biaya tersebut.
Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul dari
penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset
tetap.
2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial
tetap dalam arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial
eksternal dalam hal pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen
saham preferen. Biaya-biaya ini harus ditutupi, berapapun nilai EBIT
(Earning Before Interest and Tax) yang tersedia untuk membiayai
biaya-biaya tersebut. Financialleverage dapat didefenisikan sebagai
kemampuan perusahaan perusahaan dalam menggunakan kewajibankewajiban keuangan yang sifatnya tetap untuk mempengaruhi
perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa.
Financial leverage atau leverage keuangan timbul karena
adanya kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus
di bayar oleh perusahaan. Kewajiban-kewajiban keuangan yang tetap
ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan pada tingkat EBIT dan

Universitas Sumatera Utara


harus dibayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai
oleh perusahaan. Ada dua kewajiban keuangan yang sifatnya tetap,
yaitu: 1) bunga atas hutang, dan 2) dividen untuk saham preferen.
Di dalam analisis financial leverage di asumsikan bahwa
dividen untuk pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap
periode. Asumsi ini diperlukan karena tujuan utama dari finacial
leverage adalah untuk mengetahui berapa jumlah uang yang
sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa setelah bunga dan
dividen untuk pemegang saham preferen dibayarkan.
Leverage

keuangan

menilai

sejauh

mana

perusahaan


menggunakan utang yang dipinjam. Jenis-jenis dari rasio leverage
keuangan adalah DAR, DER, LDAR dan LDER. Debt to Total asset
Ratio adalah rasio utang terhadap total aktiva didapat dari membagi
total utang perusahaan dengan total utang perusahaan. Rasio ini
menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan
dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung
oleh pendanaan utang. Besarnya hasil perhitungan rasio utang
menunjukkan besarnya total utang yang dapat dijamin oleh aktiva
total.
Semakin tinggi DAR semakin besar resiko keuangan yang
dihadapi perusahaan, karena utang membawa konsekuensi beban
bunga tetap, semakin rendah rasio ini, maka akan semakin rendah
resiko keuangannya. Para pemegang saham biasanya lebih menyukai

Universitas Sumatera Utara

rasio leverage lebih banyak karena akan memperbesar ekspektasi
keuntungan, sedangkan para kreditor lebih menyukai rasio leverage
yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang, maka resiko

kerugian yang dialami kreditor akan lebih rendah jika terjadi likuidasi.
Debt to Equity Ratio adalah rasio utang terhadap ekuitas
dihitung dengan hanya membagi total utang perusahaan (termasuk
kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan
kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas
menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin
dengan ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang
ditanggung perusahaan.
Para kreditor secara umum

menyukai jika rasio ini lebih

rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perusahaan yang tersedi bagi pemegang saham dan semakin besar
perlindungan bagi kreditor. Jika DER semakin meningkat maka
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin memburuk, selain itu
semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan lebih banyak
dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap

kreditur semakin meningkat.
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang
menggambarkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Long Term Debt To
Equity (LDER) merupakan perbandingan antara utang jangka panjang
dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio LDER, maka
semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham.
3. Leverage Total / Gabungan (Combination leverage)
Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh
perubahan penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan
per lembar saham (EPS). Leverage kombinasi terjadi apabila
perusahaan baik operating leverage maupun financial leverage dalam
usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham
biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari penggunaan
aset, sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada biaya tetap
atas penggunaan dana pinjaman.

2.1.4. Financial Distress
Menurut Fachrudin (2008), ada beberapa definisi financial distress
(kesulitan keuangan) menurut tipenya, antara lain sebagai berikut :
1. Economic Failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan dimana
pendapatan perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya, termasuk
cost of capital. Bisnis ini masih dapat melanjutkan operasinya sepanjang

Universitas Sumatera Utara

kreditur bersedia menerima tingkat pengembalian (rate of return) yang di
bawah pasar.
2. Business Failure
Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi
dengan alasan mengalami kerugian.
3. Technical Insolvency
Adapun sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan technical
insolvency apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban
lancarnya ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara
teknis menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kekurangan
likuiditas yang bersifat sementara, dimana jika diberikan beberapa waktu,
maka kemungkinan perusahaan bisa membayar hutang dan bunganya
tersebut. Di sisi lain, apabila technical insolvency merupakan gejala awal
kegagalan ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah tanda perhentian
pertama menuju bankruptcy.
4. Insolvency in Bankruptcy
Insolvency in bankruptcy bisa terjadi di suatu perusahaan apabila nilai
buku hutang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar asset saat ini.
Kondisi tersebut bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan
technical insolvency, karena pada umumnya hal tersebut merupakan
tanda kegagalan ekonomi, bahkan mengarah pada likuidasi bisnis.
Perusahaan yang sedang mengalami keadaan seperti ini tidak perlu
terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

Universitas Sumatera Utara

5. Legal Banckruptcy
Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara hukum
apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
2.1.5. DiskriminanAltmanZ-Score
Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009:19) dalam jurnal
penelitiannya, Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan
Multiple Discriminant Analysis. Prediksi yang diformulasikan oleh Altman
dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-Score
adalah sebagai berikut:
1. Model Altman Pertama
Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang
dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan

yang pertama.

Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah
perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman pertama
yaitu:
Z = 1,2XI + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5
Keterangan:
Z

= bankrupcy index

X1

= working capital / total asset

X2

= retained earnings / total asset

X3

= earning before interest and taxes/total asset

X4

= market value of equity / book value of total debt

X5

= sales / total asset

Universitas Sumatera Utara

Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant
analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada
masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
c. Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
2. Model Altman Revisi
Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan
agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan
manufaktur yang go publik melainkan juga dapat diaplikasikan untuk
perusahaan-perusahaan di sektor swasta. Model yang lama mengalami
perubahan pada salah satu variabel yang digunakan. Altman mengubah
pembilang Market Value Of Equity pada X4 menjadi book value of equity
karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar untuk ekuitasnya.
Z’= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,108X3 + 0,42X4 + 0,988X5
Keterangan:
Z’

= bankrupcy index

X1

= working capital / total asset

X2

= retained earnings / total asset

Universitas Sumatera Utara

X3

= earning before interest and taxes/total asset

X4

= book value of equity / book value of total debt

X5

= sales / total asset
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada

nilai Z-score model Altman (1983), yaitu:
a. Jika nilai Z’ < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,23 < Z’ < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
c. Jika nilai Z’ > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
3. Model Altman Modifikasi
Seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap
berbagai jenis perusahaan. Altman kemudian memodifikasi modelnya
supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, sepeti manufaktur, non
manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang. Dalam
Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel X5 (sales/total asset)
karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang
berbeda-beda. Berikut persamaan Z-Score yang di Modifikasi Altman dkk
(1995):
Z” = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:
Z”

= bankrupcy index

X1

= working capital/total asset

X2

= retained earnings/total asset

X3

= earning before interest and taxes/total asset

X4

= book value of equity/book value of total debt
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai

Z-score model Altman Modifikasi yaitu:
a. Jika nilai Z” < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,1 < Z” < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan
apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan).
c. Jika nilai Z” > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan financial
leverage dan financial distress dapat diuraikan dan diikhtisarkan dalam Tabel 2.1
berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

1.

Jiming dan
Weiwei
(2011)

Variabel Penelitian

Hasil Pembahasan

1. Total assets turn
Variabel Independen :
cash to current liabilities
overberpengaruhsignifikan
ratio, debt equity ratio,
negatif terhadap kondisi
debt assets ratio, inventory
financial distress.
turnover, total assets turn 2. Cash to current liabilities
over, board size,
ratio dan debt assets ratio
independent director ratio,
berpengaruh signifikan
position director ratio
positif terhadap kondisi
CR_5 indicator
financial distress.
Variabel Dependen :
financial distress

2.

Ahmad
(2011)

1. CAR, CR, ROA, ROE,
TATO, EDU, EXP, dan
Current assets to total
WCTA berpengaruh
negatif terhadap financial
assets (CATO), Current
distress.
ratio (CR), Debt to total
2. DAR dan DER
assets (DAR), Debt total
berpengaruh positif
equity (DER), Educational
terhadap financial distress.
background ratio (EDU),
Related experience ratio
(EXP), Return on assets
(ROA), Return on equity
(ROE), Total asset turn
over (TATO), Working
capital to total assets
(WCTA)
Variabel Independen:

Variabel Dependen :
financial distress
3.

Alifiah,
dkk
(2012)

Variabel Independen :
1. Debt ratio, total asset
leverage ratios, asset
signifikan dalam
management or activity
memprediksi financial
ratios, liquidity ratios, dan
distress.
profitability ratios
2. Turnover ratio signifikan

Universitas Sumatera Utara

dalam memprediksi
financial distress.
3. Working capital ratio
signifikan dalam
memprediksi financial
distress.
1.
Secara
simultan,
Variabel Independen:
financial leverage dan
Financial Leverage, Total
rasio pertumbuhan
perusahaan secara
Assets Growth, Sales
bersama-sama
Growth dan Operating
berpengaruh signifikan
Profit Growth.
terhadap financial
distress.
2. Secara parsial, financial
leverage dan rasio
Variabel Dependen:
pertumbuhan perusahaan
Financial Distress
(kecuali operating profit
growth) berpengaruh
secara signifikan
terhadap tingkat
financial distress.
1. Likuiditas tidak
Variabel Independen:
berpengaruh terhadap
Likuiditas, Profitabilitas,
kondisi financial distress.
2. Profitabilitas berpengaruh
Financial Leverage dan
terhadap kondisi financial
Arus Kas Operasi
distress.
Variabel Dependen :
financial distress

4.

Eliu
(2014)

5.

Mas’ud
dan
Srengga
(2015)

Variabel Dependen:
Financial Distress

3. Financial leverage
tidakberpengaruh terhadap
kondisi financial distress.
4. Arus kas dariaktivitas
operasi berpengaruh
terhadap kondisi financial
distress.

Sumber: data olahan Peneliti, 2016.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara
sistematis sebagai berikut :

Debt to Total Asset Ratio (DAR) (X1)

Debt to Equity Ratio (DER)

Long Term Debt to Total Asset Ratio
(LDAR)
( )
Long Term Debt to Equity Ratio
(LDER)

Financial
Distress
(Y)

( )

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.
Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui
kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan
tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan
(Mas’ud dan Srengga, 2015).Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan
antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva
diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset

yang dimiliki. Long Term Debt To Equity adalah rasio

yang

memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa.
Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para
pemegang saham.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Debt to Total Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to
Total Asset Ratio (LDAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
berpengaruh terhadap Financial Distress.

Universitas Sumatera Utara