Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Saving Group Di Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi
terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam
bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme
menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan
proses terbentuknya perilaku. Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya
rangsang

dari

lingkungan.

Jika

rangsang

dan


respon

dipasangkan

atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang
dikondisikan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 15 Februari
2015 pukul 10:28).

2.2 Persepsi
Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009).
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan
kehidupan. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari situasi rangsangan
tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu
rangsangan atau terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap dipengaruhi
oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.


Universitas Sumatera Utara

Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu :

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor
seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian,
dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang
terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai
tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.

2.3 Sikap
Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain
melalui perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu sumber

pembentukan sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata
dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang
yang memiliki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan
ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memiliki kepercayaan diri. Untuk mengetahui
bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen sikap,
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Pengetahuan (kognisi)
b. Perasaan (afeksi)
c. Perilaku (Konasi)

2.4 Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah
menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini.
Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan
keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara
pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang
memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat,

posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat tidak selalu di dikte
dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau keputusan dalam
pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun
dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang luas, dan penting,
karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya partisipasi
masyarakat penerima program.

2.5 Kemiskinan
2.5.1 Pengertian Kemiskinan
Mencher (2001) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan
kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi
daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik
waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak (Siagian,
2012:5). Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yg

Universitas Sumatera Utara

berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup.
(Siagian, 2012: 10).
Berdasarkan beberapa pernyataan para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa kemiskinan itu adalah gejala penurunan kemampuan yg dialami seseorang
maupun sekelompok orang sehingga ia tidak dapat hidup diatas standar kebutuhan hidup
minimum.
2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data
yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan
pengukuran yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan
yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang
panjang,bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat
sedikit pihak yang melakukannya.
Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran
gejala-gejala kemiskinan,seperti :
1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.
Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan
pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran,
sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk
mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian,
apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan
pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan


Universitas Sumatera Utara

bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang
tersebut miskin atau tidak.
2. Angka ketergantungan penduduk
Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil
usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain.Namun bagi
mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang
hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya,
angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi.
Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya
sering

hanya

satu

orang

yang


bekerja,

sedangkan

lima

orang

menggantungkan hidupnya pada satu orang.Gejala seperti ini sangat umum
dalam negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan kerja yang kecil
seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara
yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja.Tingginya angka
ketergantungan di Indonesia sangat nyata,dimana bekerja di negara lain saat
ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.
3. Kekurangan gizi.
Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup
yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat
digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup
secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai

dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari
berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.

Universitas Sumatera Utara

Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas
maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat.
Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya
wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang
kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat
miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur
terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan
kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan
fisik yang mengakibatkan seseorang

atau sekelompok orang itu

teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang
atau sekelompok orang itu.
4. Pendidikan yang rendah.

Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang
penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama
kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu, adalah wajar jika setiap orang
berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekadar pendidikan,
melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena pendidikan
dianggap sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin
ketat.
Hampir disemua sektor, termasuk sektor informal memerlukan
pengetahuan. Sektor pertanian pun membutuhkan inovasi dalam rangka
mempertahankan, terlebih meningkatkan produktivitas. Harus diakui,
berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan

Universitas Sumatera Utara

mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat
ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama
pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi (Siagian,2012: 15)
2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan
Kemiskinan sebagai suatu polemik di Indonesia terdiri dari beberapa
jenis. Adapun jenis-jenis kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan Absolut
Istilah

atau

mengidentifikasi

jenis

kemiskinan

kemiskinan

absolut

berdasarkan

dikenal
bagaimana


juga
kita

jika

kita

mengkaji

kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut
bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan
mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak
serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu
kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa
sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu
tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.
2. Kemiskinan Relatif
Seperti telah dikemukakan, kemiskinan relatif dikenal jika kita
melakukan kajian atas kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang

Universitas Sumatera Utara

dan mengkajinya. Kemiskinan relatif sendiri dipertentangkan dengan
kemiskinan absolut. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan
jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi
kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu
kelompok dengan kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan
antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian
dari kelompok tersebut.
Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata
perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu
desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang
mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut (Rp. 1.250.000) di
identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin.
Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata
di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang
yang tidak miskin.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa
penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa
identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau
lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang
yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di
dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin.
Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan
pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang

Universitas Sumatera Utara

sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok
orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau
daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari
Rp. 1.250.000.(Siagian,2012: 49)

3. Kemiskinan Massa
Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan
yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal
ini berarti, terdapat demikian banyak orang secara faktual tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba
kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dlihat dari
segi harkat dan martabat manusia.
Kemiskinan massa biasanya terjadi disebabkan daya dukung wilayah
terhadap kehidupan manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini
disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada
umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah
kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi
wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana
terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang
lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu
menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau
desa itu.

Universitas Sumatera Utara

4. Kemiskinan Non Massa
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa
adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal
konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian
kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang
serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya
manusia mempunyai harkat dan martabat.
5. Kemiskinan Alamiah
Jenis kemiskinan lain adalah kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah
dikemukakan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor
penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah
diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari
kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.
Lebih jauh lagi, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia
sangat tergantung pada potensi lingkungan atau wilayah dimana mereka
hidup. Dalam konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara
alamiah dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak
cukup menopang kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau
sekelompok orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau
masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan
dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu,

Universitas Sumatera Utara

akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah
kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).
6. Kemiskinan Kultural
Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan
budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab
terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan
dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari
fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki
wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang
menimbulkan polemik.
Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang
menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya
dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari
berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan
upaya mempertahankan hidup.
Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya
menghasilkan suatu konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut
sepertinya sering justru tidak atau kurang mendukung keberhasilan hidup
manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang rendah, yang pada
gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya
justru dapat menjadi suatu beban

bagi mereka, sehingga mereka sering

melakukan kegiatan yang mengindikasikan bahwa mereka justru menjadi
hamba dari budaya itu sendiri (Myrdal, dalam Siagian, 2012: 58).

Universitas Sumatera Utara

7. Kemiskinan Terinvolusi
Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah
sedemikian parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit
diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian
sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu :
a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu
sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka
kemiskinan itu bukanlah masalah yang esensial, dan mereka pun
tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari
standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan
mereka tidak layak dan mempermasalahkan.
b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan
miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang
tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan
bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya
menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak
pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi
kehidupan yang tidak layak ( Lipton, dalam Siagian, 2012: 60).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa
kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang sudah
semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana
yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang
dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental.

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari
kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah
terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok
orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka
menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak
dapat berubah.
8. Kemiskinan Struktural
Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan
struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktorfaktor penyebab kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep
kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial
masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut
mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).
Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang
digariskan oleh pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan
pembangunan. Dengan demikian adalah sangat antagonis, jika kita
mengemukakan

bahwa

kebijakan

pemerintah

justru

mengakibatkan

masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan
dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan
kualitas hidup masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris
membuktikan bahwa kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat
tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti
kelembagaan sewa-menyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik
lahan. Juga kelembagaan sistem upah disektor pertanian yang tidak
menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertanian
mengakibatkan posisi buruh tani makin power less.
Kemiskinan struktural juga dapat muncul sebagai akibat kelembagaan
upah disektor industri. Kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah
cenderung lebih memihak pengusaha daripada buruh mengakibatkan kondisi
kehidupan buruh tidak layak. Dalam kasus kemiskinan struktural yang terkait
dengan kelembagaan dapat dikemukakan bahwa kelembagaan tersebut
sedemikian rupa sehingga benar-benar menghambat mobilitas sosial
ekonomi secara vertikal.

9. Kemiskinan Situasional
Istilah kemiskinan situasional juga ditemukan jika kajian kemiskinan
menjadikan penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan
bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang
tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi
yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok
orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk
memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami
kondisi hidup yang tidak layak.
10. Kemiskinan Buatan

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian
kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara
khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah.
2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan
2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik
Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris
dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar,
yaitu :
1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri
individu yang mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah
dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi :
a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.
b. Intelektual,

seperti:

kurangnya

pengetahuan,

kebodohan,

miskinnya informasi.
c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah
menyerah dan putus asa.
d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu,serakah dan tidak disiplin
e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri,
depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari
dukungan.
f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja.

Universitas Sumatera Utara

g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah,
rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau
keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga
pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi :
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan
alat memenuhi kebutuhan hidup.
c. Terbatasnya

lapangan

pekerjaan

formal

dan

kurang

terlindunginya usaha-usaha sektor informal.
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat
bunga yang tidak mendukung sektor usaha formal.
e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas
sektor riil masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat
yang belum optimal, seperti zakat.
g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural
(structural adjustment program).
h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan.
i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah
bencana.
j. Pembangunan yang lebih beorientasi fisik material.
k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

Universitas Sumatera Utara

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah
dikemukakan memang pada awalnya berupaya memberikan sajian
sistematik, namun jika kita dalami, tidaklah keliru jika kita menyatakan
bahwa kandungan sajian itu justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian
berkategoris tersebut memang berupaya melakukan kajian dan mencoba
menyajikannya secara sistematik. Kompleksitas masalah kemiskinan
pada

umumnya

dan

masalah faktor-faktor

penyebab

terjadinya

kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan konsistensi dalam
sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga menunjukkan pada
umumnya faktor penyebab kemiskinan tidak bekerja sendiri, melainkan
berinteraksi dan terintegrasi dengan faktor-faktor lain. Bahkan tidak
jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks sehingga tidak jelas
mana pangkal dan ujungnya.

2.5.4.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan
1. Kemiskinan Massa dan Non Massa
Sulit untuk memvonis satu faktor tertentu dalam menetapkan
penyebab kemiskinan itu terjadi. Terutama karena kemiskinan itu
merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga antara sebab dan
akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam
menetapkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah berbedanya corak
kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang

Universitas Sumatera Utara

diderita oleh mayoritas masyarakat yang ada dalam suatu negara ataupun
dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan
yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun
di suatu wilayah.
2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya
Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari
interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang
serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya
kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang
bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut tidak
memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah
kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga
akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah.
Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena
itu, pernyataan yang menegaskan faktor alam sebagai penyebab
kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah
selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada
dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin,
ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas,
tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya.
Namun, anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima
sebagai suatu kebenaran seandainya negara Jepang miskin. Jepang, yang
negerinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang

Universitas Sumatera Utara

berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, mineral, tidak mempunyai
minyak bumi, bahkan luar biasa jumlah penduduknya. Demikian juga
halnya dengan Taiwan.
Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan
kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan
kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara
kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin di Indonesia, sering
kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk
miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini
menimbulkan kesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu
sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan.
Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa
mereka ternyata dapat menerima keadaan yang dihadapi. Dengan
demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar dari kondisi miskin
yang sedang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang
kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di
Indonesia. Konsep ini diilhami oleh suatu anggapan bahwa masyarakat
miskin

tidak

memilikki

kemampuan,

bahkan

motivasi

untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Pemberdayaan Masyarakat
2.6.1 Konsep Arti dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan
keterlibatan semua potensi.Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya
masyarakat madani yang majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak, saling
menghormati tanpa ada merasa asing dalam komunitasnya. Pemberdayaan masyarakat
dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan
kekuasaan, melalui pemberdayaan masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau
berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada
pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran
serta masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia.Konsep
pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah
paradigma pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
merupakan hal yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengalaman, dan pelaksanaan demokrasi.Ada dua alasan penting bagi
perencana pembangunan untuk melibatkan masyarakat dalam menyusun program
pembangunan yaitu alasan intristik dan alasan pragmatis (Sewell Coppock dalam
Suhendra, 2006: 76). Secara intristik,setiap anggota masyarakat berhak mengetahui dan

Universitas Sumatera Utara

menyampaikan pendapatnya terhadap issue pembangunan, sedang secara pragmatis,
pemerintah selaku perencana dapat menggali aspirasi masyarakat.Pemberdayaan
menurut Ife (dalam Suhendra, 2006: 77) adalah meningkatkan kekuasaan atas mereka
yang kurang beruntung “empowerment aims to increase the power of disadvantages”.
2.6.2 Metode dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat
Banyak sekali teknik-teknik pemberdayaan masyarakat yang telah dihasilkan.
Semuanya sangat bermanfaat dan membantu efektivitas dan efisiensi upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat. Setiap teknik pemberdayaan mempunyai karakteristik
tersendiri tinggal memilih untuk diaplikasikan sesuai faktor-faktor “endegenous”,
faktor-faktor setempat yang tepat. Dengan karakteristik tersebut maka dapat
dikemukakan beberapa teknik (hanya beberapa) pemberdayaan masyarakat diantaranya :
1. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu teknik pengkajian
pengembangan masyarakat desa yang di Indonesia diawali tahun 1993 di
lingkungan Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara
(KPDTNT). Teknik ini di uji cobakan mempelajari PRA di lembaga MyradaIndia yang telah mengembangkan metode ini. PRA ditafsirkan sebagai:
“Pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam proses-proses
pemikiran yang berlangsung slama kegiatan-kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi program pembangunan
masyarakat” (Driyamedia, dalam Suhendra, 2006: 105).
2. Metode Partisipatori dan Assesment

Universitas Sumatera Utara

Rencana ini sebenarnya sejalan bahkan hampir sama dengan metode
PRA. Metode ini diadopsi dari dua sumber yaitu Field Book WSLIC – 2
Project World Bank dan Partisipatory Analysis Techniques DFID – World
Bank masing-masing Januari 2002 (Bambang Rustanto, dalam Suhendra,
2006: 109). Metode Partisipatori Assesment (MPA) terdiri dari empat
langkah :
a. Menemukan masalah
b. Menemukenali potensi
c. Menganalisis Masalah dan Potensi
d. Memilih solusi Pemecahan Masalah
3. Metode Loka Karya
Metode

loka

karya efektif untuk

memotivasi

anggota

peserta

menyampaikan aspirasi dan kreativitas. Lokakarya bermanfaat untuk
mengambil keputusan untuk sesuatu fokus permasalahan secara musyawarah
dan ditemukannya suatu konsensus.
4. Teknik Brainstorming
Teknik ini mula – mula disampaikan oleh Alex F.Osborne yang dapat
memotivasi untuk munculnya kreativitas anggota dalam memecahkan
masalah atau persoalan yang dihadapi. Teknik ini merupakan wujud dari
“bottom up” hingga dapat memunculkan rasa memilikki dari rasa tanggung
jawab.
Adapun operasionalisasi dari teknik Brainstorming adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Kumpulkan kelompok – kelompok sekitar 10 orang dan ajukan fokus
yang akan dibahas.
b. Setiap peserta secara bertanggung jawab boleh mengajukan gagasannya
secara bebas.
c. Seorang berperan sebagai sekretaris selalu mencatat inti pembicaraan.
d. Resumekan dan refleksikan kembali pada peserta.
e. Temukan konsensus alternatif dan ambil suatu keputusan.
5. CO – CD (Community Organization – Community Development)
Community

Organization

(CO)merupakan

suatu

proses

untuk

mewujudkan dan membina suatu penyesuaian yang bertambah lama
bertambah efektif diantara sumber-sumber kesejahteraan sosial dan
kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan sosial di lingkungan suatu daerah
geografis atau bidang fungsional. Tujuannya sesuai dengan tujuan pekerjaan
sosial yaitu difokuskan pada kebutuhan – kebutuhan orang serta penyediaan
sarana untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan ini dengan cara yang sesuai
dasar kehidupan demokrasi” (Neil dalam Suhendra, 2006:112).
Untuk teknik Community Development (CD), PBB (Perserikatan Bangsa
– Bangsa ) menyampaikan defenisi (dalam Suhendra, 2006:113) :
“Community Development menunjukkan digunakannya berbagai pendekatan
dan teknik dalam suatu program tertentu pada masyarakat – masyarakat lokal
sebagai kesatuan tindakan dan mengusahakan perpaduan antara bantuan yang
berasal dari luar dengan keputusan dan upaya masyarakat lokal yang

Universitas Sumatera Utara

disorganisasi. Program ini dimaksudkan untuk mendorong prakarsa dan
kepemimpinan lokal sebagai sarana perubahan primer”.

2.7 Program Saving Group
2.7.1 Defenisi dan Tujuan Program Saving Group
Program Saving Group adalah program menabung yang terbagi dalam beberapa
kelompok menabung yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga dan difasilitasi langsung oleh
Yayasan Fondasi Hidup Indonesia dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga serta
memberdayakan keluarga miskin.
Tujuan Program Saving Group adalah untuk meningkatkan aktivitas menabung pada
keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga dengan pengelolaan usaha bagi anggota
masyarakat yang tertarik untuk memulai usaha kecil, serta mencegah penurunan kualitas hidup
dan keterpurukan perekonomian keluarga miskin, akibat ketidakstabilan perekonomian, serta
kelangkaan ketersediaan kebutuhan barang dan jasa menyebabkan kenaikan harga-harga pada
sejumlah kebutuhan pokok sehingga mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terutama
pada masyarakat miskin.
2.7.2 Landasan, Prinsip dan Tujuan Kelompok Menabung (Saving Group)
Landasan, Prinsip dan Tujuan dari Kelompok Menabung adalah sebagai berikut:
1. Kelompok menabung ini berlandaskan pada prinsip-prinsip kepercayaan,

keterbukaan, tanggungjawab, kepemimpinan, saling, kerjasama, saling
memperhatikan satu sama lain dan pengelolaan yang baik.
2. Tujuan dari kelompok menabung adalah (dikembalikan pada keputusan

masing-masing kelompok menabung)
3. Tujuan sosial dari kelompok menabung adalah (dikembalikan pada

keputusan masing-masing kelompok menabung)

Universitas Sumatera Utara

4. Tujuan dari keuangan dari kelompok menabung adalah (dikembalikan

pada keputusan masing-masing kelompok menabung)
2.7.3 Usaha Kelompok Menabung (Saving Group)
Untuk mencapai maksud dan tujuannya, maka kelompok menabung menyelenggarakan
usaha sebagai berikut:
a. Mendorong agar para anggota menyimpan pada kelompok menabung

secara teratur dan menggunakan uangnya secara hemat dan bijaksana
b. Mengusahakan agar pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok

menabung sesuai dengan kebutuhan produktif, serta dengan cara yang
tepat, cepat dan bunga yang rendah serta mengangsurnya tiap bulan.
c. Mendidik para calon anggota tentang prinsip-prinsip, tujuan kelompok

menabung, pengembangan usaha produktif seperti pertanian, peternakan
dan usaha lainnya yang dapat mendorong perkembangan ekonomi
anggota.
d. Membuat program/kegiatan untuk dapat mendorong kemajuan anggota

dan kelompok menabung secara umum.
e. Menjalankan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi para

anggota untuk menambah pengetahuan anggota tentang kelompok
menabung dan pengembangan kelompok menabung.

2.7.4 Mekanisme Pembentukan KelompokSaving Group
Adapun mekanisme pembentukan kelompok dalam program saving group adalah
sebagai berikut:
a. Satu kelompok menabung terdiri dari minimal 10 orang anggota

Universitas Sumatera Utara

b. Anggota kelompok menabung haruslah memiliki komitmen menabung
c. Setiap kelompok wajib memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua,
sekertaris dan bendahara, dan dalam pembentukan struktur organisasi
tersebut harus dipilih dari anggota dan oleh anggota kelompok menabung.
d. Kelompok menabung yang telah dibentuk wajib untuk memiliki nama
kelompok, menetapkan visi dan missi kelompok, serta peraturan menabung
e. Kelompok menabung harus menyepakati berapa nominal tabungan yang
harus dikumpulkan di setiap pertemuan menabung
f. Kegiatan menabung dilakukan 1 kali dalam 1 minggu dan di damping oleh
fasilitator lapangan Yayasan Fondasi Hidup.
2.7.5 Hak dan Kewajiban Anggota
Setiap anggota kelompok menabung memiliki hak dan kewajiban yang sama di dalam
kelompok menabung tanpa terkecuali, yaitu mendapatkan pelayanan dari kelompok menabung
dan tunduk. Adapun hak dan kewajiban anggota kelompok saving group adalah sebagai berikut:
1. Keanggotaan kelompok menabung melekat pada diri anggota sendiri dan tidak

dapat dipindahtangankan atau diwakilkan kepada orang lain.
2. Setiap anggota kelompok menabung harus mematuhi AD/ART dan peraturan-

peraturan khusus dan Keputusan Rapat Anggota
3. Seluruh anggota wajib hadir dalam setiap penabungan
4. Tabungan dapat di titipkan apabila alasan untuk berhalangan bisa di terima oleh

anggota (keputusan ada di tangan komunitas)
5. Penyimpanan saldo kelompok menabung di simpan di kotak kas
6. Kunci kotak kas di pegang oleh dua orang anggota secara bergiliran

Universitas Sumatera Utara

7. Penyimpanan penabungan dilakukan di rumah anggota dengan sistem pergantian

atau bergilir
8. Jika ada anggota yang mengundurkan diri atau berpindah tempat sebelum akhir

periode saldo tetap diberikan di akhir periode
9. Jika ada anggota yang meninggal dunia maka saldo di berikan ke ahli waris di

akhir periode tetapi dapat di teruskan oelh ahli waris yang bersangkutan
2.7.6 Sasaran Program Saving Group
Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga (ART) dikemukakan bahwasasaran program
saving group adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Dapat mengikuti dan mematuhi AD/ART kelompok menabung
2. Berkeinginan dan memiliki kemampuan untuk memahami AD/ART kelompok

menabung
3. Tidak tersangkut di dalam suatu usaha atau pekerjaan yang bertentangan dengan

kepentingan kelompook menabung.
4. Berminat untuk menyimpan secara terus menerus di dalam kelompok menabung
5. Bersedia mengikuti pendidikan dan dapat bekerja sama dalam rangka mencapai

tujuan bersama
6. Anggota kelompok menabung sedang tidak terlibat pada tindakan kriminal
7. Anggota kelompok tinggal pada lingkungan yang sama
8. Seseorang yang akan masuk menjadi anggota dapat menemui kelompok

menabung, mendaftarkan diri dan aktif setiap pertemuan rutin kelompok
menabung

Universitas Sumatera Utara

9. Permohonan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara lisan dan tulisan

kepada pengurus kelompok menabung
10. Perhentian anggota oleh pengurus harus mendapat persetujuan dari rapat anggota
11. Jika anggota yang bersangkutan melalui keputusan rapat anggota harus

mengakhiri keanggotaannya, maka segala hak anggota di dalam kelompok
menabung akan dikembalikan setelah terlebih dahulu melunasi segala
pinjamannya apabila melakukan peminjaman.
2.7.7 Struktur dan Pemilihan Pengurus Kelompok
Yayasan Fondasi Hidup Indonesia menentukan peraturan akan kepengurusan kelompok
menabung (saving group). Adapun kelompok saving group memiliki struktur kepengurusan
sebagai berikut:
1. Pengurus kelompok terdiri sekurang-kurangnya 3 orang dan sebanyak-

banyaknya 5 orang
2. Susunan pengurus minimal terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara dan

Pemegang Kunci
3. Pengurus kelompok tidak menerima gaji (keputusan ada di tangan komunitas)
2.7.8 Tugas-Tugas Pokok Pengurus Kelompok
Pengurus kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pemegang kunci
memiliki tugas pokok masing-masing.

1. Ketua bertugas sebagai berikut:
a. Mengemban kepemimpinan kelompok
b. Memastikan peraturan-peraturan kelompok dihormati
c. Membuka pertemuan, menyampaikan jadwal acara dan berpindah antara

kegiatan satu dan yang lainnya

Universitas Sumatera Utara

d. Memimpin diskusi
e. Menjaga ketentraman di dalam proses pertemuan kelompok menabung
f.

Membuat inisiatif pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang
muncul

g. Memberi nasihat kepada anggota
h. Menemukan dan menangani bersamapengurus yang lain untuk solusi

konflik anggota
2. Sekertaris bertugas sebagai berikut:
a. Mencatat dan mengingat kegiatan yang dilakukan oleh kelompok

sepanjang pertemuan
b. Memastikan bahwa seluruh kegiatan dilakukan saat anggota kelompok

hadir pada pertemuan kelompok menabung
c. Menjaga dan merawat pembukuan
d. Membacakan AD/ART
3. Bendahara bertugas sebagai berikut:
a. Mengelola dan menjaga dengan aman semua keuangan, barang lainnya

milik kelompok menabung
b. Memegang kunci kotak kas
c. Melakukan transaksi penerimaan dan memberi pinjaman kepada anggota

pada saat pertemuan kelompok menabung
d. Memastikan keamanan uang kelompok menabung

Universitas Sumatera Utara

2.7.9 Hak dan Kewajiban Pengurus Kelompok
Pengurus kelompok melaksanakan tugas masing-masing didasarkan pada hak dan
kewajiban yang ditetapkan oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia. Adapun hak dan kewajiban
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengurus kelompok menabung dipilih dari dan oleh rapat anggota dalam setiap

akhir periode kepengurusan
2. Jika salah seorang pengurus berhenti sebelum masa jabatannya berakhir maka

rapat pengurus dapat mengangkat penggantinya akan tetapi pengangkatan itu
harus disahkan oleh rapat anggota
3. Pengurus wajib mencatat setiap kejadian dan kegiatan di dalam kelompok

menabung
4. Pengurus wajib memberitahukan kepada seluruh anggota hasil segala kegiatan

yang berlangsung di dalam kelompok menabung demi kemajuan bersama
5. Pada akhir periode atau akhir siklus, masing-masing pengurus membuat laporan

pertanggungjawabannya
6. Pengurus bersama seluruh anggota mengevaluasi bersama program kelompok

dan menyusun rencana program kelompok
7. Setiap pengurus harus bekerjasama demi kemajuan kelompok menabung dan

dapat memberikan penjelasan tentang segala pembukuan, perbendaharaan,
seluruh inventaris yang menjadi dan merupakan kekayaan kelompok menabung
8. Setiap pengurus menanggung keruguian yang diderita oleh kelompok menabung,

karena kelalaian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing

Universitas Sumatera Utara

2.7.10 Sumber Keuangan dan Modal Usaha Menabung Saving Group
2.7.10.1 Sumber Keuangan Saving Group
Sumber keuangan saving group diperoleh dari:
a. Simpanan anggota atau tabungan anggota
b. Angsuran pinjaman dari anggota
c. Denda pinjaman dan denda ketidakhadiran dalam pertemuan
d. Bunga pinjaman anggota
e. Usaha-usaha lain yang disepakati bersama oleh anggota kelompok
f.

Bantuan yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kelompok
menabung serta tidak bertentangan dengan AD/ART
2.7.10.2 Modal Usaha Menabung Saving Group
Kelompok menabung mempunyai modal usaha tidak tetap dan tak terbatas yang

diperoleh dari uang tabungan anggota, bunga pinjaman, bantuan yang tidak mengikat (keputusan
ditanyakan kembali kepada komunitas).Buku Anggota Penerimaan dan Transaksi Keuangan
berisikan hal berikut:
1. Setiap transaksi keuangan harus dilakukan oleh anggota yang bersangkutan
2. Jika buku anggota hilang, anggota harus segera melaporkan kepada bendahara

atau pengurus dan menggantinya dengan biaya sendiri oleh anggota
3. Pengurus boleh meminta pernyataan tertulis seperlunya dari anggota yang

menerangkan bahwa buku tersebut hilang dan telah diterbitkan pengurus
duplikat/pengganti atas buku yang hilang tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2.7.11 Pinjaman Anggota Saving Group
Yayasan Fondasi Hidup Indonesia membuat ketetapantentang pinjaman anggota saving
group, yakni:
1. Pinjaman di dalam kelompok menabung diberikan kepada seluruh anggota

dengan tujuan mendukung usaha-usaha yang bersifat produktif
2. Pinjaman yang diberikan kepada anggota terlebih dahulu melalui persetujusn

keseluruhan pengurus
3. Khusus bagi anggota baru, selama 3 bulan pertama tidak dibenarkan mengajukan

permohonan peminjaman karena masih dalam tahap pendidikan setelah menjadi
anggota (keputusan ada di tangan komunitas)
4. Seluruh pinjaman harus dibukukan di dalam dokumen kelompokmenabung yang

telah ditentukan
5. Pinjaman pertama kelompok menabung akan terjadi pada (keputusan ada di

tangan komunitas)
6. Besar bunga pinjaman sebesar (keputusan ada di tangan komunitas)
7. Lama bunga yang dibayarkan adalah (keputusan ada di tangan komunitas)
8. Jumlah maksimum yang dapat diambil oleh kelompok adalah (keputusan ada di

tangan komunitas)
9. Yang dimaksud dengan melakukan penunggakan adalah tidak mengangsur

pinjaman beserta bunganya
2.7.12 Sanksi atau Denda Saving Group
1. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dikenakan sanksi karena merugikan

kepentingan kelompok menabung :

Universitas Sumatera Utara

a. Tidak mengikuti pertemuan pada kegiatan pertemuan kelompok

menabung

tanpa pemberitahuan dan atau hanya menitipkan

kewajibannya kepada orang lain tanpa alasan yang jelas dengan
sanksi (keputusan ada di tangan komunitas)
b. Melakukan penunggakan terhadap angsuran pinjaman dan atau

tidak mengindahkan peraturan yang berlaku di kelompok
menabung dengan denda (keputusan ada di tangan komunitas)
c. Datang terlambat pada pertemuan kelompok menabung dengan

denda (keputusan ada di tangan komunitas)
d. Menggunakan

nama kelompok untuk kepentingan pribadi

(keputusan ada di tangan komunitas)
2. Tindakan pemberian sanksi dapat dikenakan kepada semua anggota

kelompok menabung yang telah merugikan kepentingan kelompok
menabung atas dasar pertimbangan rapat anggota dan pengurus berupa:
a. Denda
-

Setiap anggota yang telah jatuh tempo pembayaran
angsuran pinjaman dikenakan sanksi sesuai

-

Anggota yang tidak hadir tanpa alasan dan pemberitahuan
serta tidak menitipkan kewajibannya dikenakan denda
(keputusan

ada

di

tangan

komunitas),

kecuali

sakit/keluarga sakit atau sedang berpergian dengan
pemberitahuan kepada pengurus secara tertulis dan lisan

Universitas Sumatera Utara

-

Anggota yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas walau
menitipkan kewajibannya, maka tetap dikenakan denda
sebesar (keputusan ada di tangan komunitas)

-

Anggota yang tidak membayar tabungan maka akan
dikenakan denda (keputusan ada di tangan komunitas)
a.Teguran tertulis
b.Teguran lisan
c.Pemberhentian

3. Pemberitahuan sanksi bagi anggota yang melakukan penunggakan
angsuran pinjaman:
a. Anggota yang melakukan penunggakan akan diberikan teguran sesuai

dengan ART.
4. Anggota yang melakukan penunggakan angsuran 3 bulan secara berturutturut akan (keputusan ada di tangan komunitas)
5. Tindakan pemberhentian atau pemecatan terhadap anggota diambil
melalui beberapa proses yaitu:
b. Teguran lisan sebanyak 1 kali
c. Teguran tertulis sebanyak 2 kali dilengkapi dengan bukti-bukti
d.

Pemberhentian yang teknis pelaksanaanya akan diatur melalui rapat
pengurus

e.

Khusus bagi anggota yang 3 kali tidak hadir secara berturut-turut
dalam mengikuti pertemuan kelompok menabung dalam 1 tahun
maka akan dikenakan sanksi di berhentikan

Universitas Sumatera Utara

6. Anggota yang dikenakan sanksi diberhentikan maka saldo tabungan akan
dikembalikan setelah seluruh pinjamannya lunas Sisa Hasil Usaha
(Yayasan Fondasi Hidup Indonesia,2012)

2.8 Kerangka Pemikiran
Ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan karena kelangkaan ketersediaan kebutuhan
barang dan jasa yang beredar di pasaran menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan bahan
pokok yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan keperluan hidup sehari-hari.
Ketidakstabilan ekonomi tersebut jelas mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat
Indonesia, terutama untuk kalangan menengah ke bawah.Untuk tetap menjaga kualiatas hidup
masyarakat serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor
keluarga dibentuklah oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia yaitu Program Saving Group ini.
Masyarakat juga berharap melalui program ini, uang yang ditabungkan dari proses saving group
ini mampu meningkatkan pemenuhan kebutuhan hidup mereka baik dan cukup atas
ketidakstabilan ekonomi tersebut.
Adapun respon masyarakat meliputi 3 hal: yaitu persepsi masyarakat, sikap masyarakat
dan partisipasi masyarakat, yang kemudian akan menghasilkan respon positif, netral, maupun
negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan
hubungan atau konsep-konsep atau variable-variabel peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk
skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (2011:
132).
Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Bagan Alir Pikir

PERSEPSI
Program Saving
Group

a. Pengetahuan masyarakat tentang
saving group
b. Pengetahuan masyarakat tentang
tujuan saving group
c. Atensi masyarakat terhadap saving
group
SIKAP

a. Bagaimana penilaian masyarakat
terhadap saving group
b. Apakah masyarakat menerima
atau menolak saving group
c. Apakah masyarakat
mengharapkan atau tidak saving
group

Masyarakat
PARTISIPASI

Desa Sumbul
Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli Serdang

a.
b.
c.
d.
e.

Menikmati
Melaksanakan
Menilai
Frekuensi
Kualitas

Universitas Sumatera Utara

2.9. Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut
dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138). Peneliti dapat memberikan batasan
mengenai konsep – konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan
konsep penelitian yang digunakan. Adapun batasan konsep di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya
diujudkan dalam bentukperilaku yang dimunculkan setelah dilakukan
perangsangan. Teori Behaviorisme menggunakan istilah respon yang
dipasangkan

dengan rangsang dalam

menjelaskan

proses

terbentuknya perilaku. Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan
adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon dipasangkan
atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap
rangsang yang dikondisikan.
2. Persepsi merupakan bagaian dari keseluruhan pro