MANFAAT DATA SPASIAL BAGI PENGEMBANGAN SIG

Tugas acara IX
RESUME HASIL JURNAL BERJUDUL “PERANAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS DALAM MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR” UNTUK
KAJIAN BENCANA
Disusun Bambang Sulistyo Guru Besar bidang Ilmu Survei dan Pemetaan / GIS dan Remote
Sensing
Oleh Muhammad Ari Purnomo Aji (17/411294/GE/08523)
Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat, dimanapun
dan kapanpun, sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan imaterial bagi kehidupan
masyarakat. Manusia sebagai mahluk Tuhan hanya bisa melakukan berbagai pencegahan agar
terjadinya bencana alam tidak terlalu merugikan manusia atau biasa dikenal dengan mitigasi
bencana. Mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007; PP No 21 Tahun 2008). Proses
mitigasi bencana terdiri dari beberapa tahap seperti mitigasi prabencana, kesiapsiagaan,
respons dan pemulihan (BNPB, 2012). Mitigasi bencana membutuhkan media dalam
pencegahan bencana seperti pemanfaatan pada teknologi berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG) sangatlah berarti dan berperan. Sistem informasi geografi dapat berperan dalam analisis
pada data spasial dalam mitigasi bencana, dalam hubungannya dengan penentuan kawasan
rawan bencana, SIG dapat digunakan untuk menentukan daerah atau lokasi dimana rawan
bencana kemungkinan terjadi.

Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat berperan dalam penentuan lokasi bencana
dimana bencana berpotensi akan terjadi maupun sudah terjadi. Fungsi SIG dalam mitigasi
bencana bisa digunakan dalam penentu potensi bencana suatu wilayah. Potensi bencana dapat
diketahui melalui penggabungan beberapa data yang berkaitan dengan bencana tanah longsor.
Potensi bencana pada suatu wilayah dapat menjadi fondasi masyarakat untuk melakukan
peminimalisiran terhadap ancaman bencana yang mungkin terjadi. SIG sebagai sebuah sistem
juga bisa digunakan sebagai sebagai pembuat rencana mitigasi. Rencana mitigasi bisa berupa
peta lokasi atau alur dalam melakukan penghindaran bencana alam, dengan menggunakan
SIG seorang geograf atau user
dapat dengan mudah menentukan beberapa jalur
penyelamatan apabila terjadi bencana alam semisal tsunami maupun gunung meletus yang
memerlukan penanganan dini. SIG mampu memetakan beberapa peta dengan tema berbeda
yang berkaitan dengan suatu bencana alam dalam satu gabungan atau biasa dikenal dengan
overlay peta. Overlay peta mampu membuat identifikasi terhadap bahaya yang ditimbulkan
oleh suatu bencana alam seperti tanah longsor.
Tanah longsor adalah perpindahan massa tanah secara alami sehingga termasuk dalam
kategori erosi dengan perbedaan dengan jenis erosi lainnya adalah bahwa longsor terjadi
dalam waktu singkat dan dalam volume yang besar (Arsyad, 2000). SIG sangat bermanfaat
dalam kajian mitigasi bencana dimana dengan SIG perenncanaan terhadap mitigasi baik
prabencana, bencana maupun pasca mudah dilakukan. SIG dapat digunakan dalam penentuan

wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana serta penerapan standar

bangunan yang sesuai, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap
masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan
kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk
mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Upayaupaya ini akan mengurangi dampak yang terjadi dari bencana alam khusunya tanah longsor
melalui bantuan SIG. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk
menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute
pengungsian alternatif yang mendasarkan pada skenario bencana yang berbeda, rute terbaik
ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain.
SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, obat, kedokteran dan lain lain
misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.
Cara untuk mengetahui sebaran daerah rawan tanah longsor dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak SIG, seperti ArcView 3.3, ArcGIS, MapInfo. Dengan
melakukan analisis tumpangsusun (map overlay) peta-peta tematik yang merupakan
parameter fisik penentu daerah rawan longsor, yaitu peta kelas lereng, peta geologi, peta jenis
tanah, peta curah hujan dan peta penutupan lahan. Penentuan tingkat daerah rawan longsor
diperoleh dari pengolahan dan penjumlahan bobot nilai dari masing-masing parameter.
Sehingga akan menghasilkan bobot nilai baru yang merupakan nilai potensi rawan longsor
setelah parameter-parameter tersebut ditumpangsusunkan (overlay). . SIG dapat melakukan

kajian overlay terhadap bentang lahan yang berpotensi terjadi tanah longsor yaitu dengan
melakukan tumpang susun peta-peta yang berkaitan dengan bencana tanah longsor(peta jenis
tanah, curah hujan, kemiringan lereng dan tutupan vegetasi). Pemanfaatan overlay akan
membantu masyarakat dalam mengurangi korban jiwa dan korban harta karena dampak
adanya bencana tanah longsor. Tanah longsor memiliki keterkaitan antara jenis tanah, curah
hujan, kemiringan lereng dan tutupan vegetasi dengan melakukan overlay pada beberapa
daerah maka akan diketemukan persebaran daerah yang rawan akan terjadinya tanah longsor.
Dalam kaitannya dengan mitigasi bencana tanah longsor, setelah diperoleh Peta
Lokasi Rawan Longsor melalui overlay ataupun beberapa aplikasi dari SIG maka dapat
dilakukan beberapa tindakan agar hasil ini bermanfaat bagi masyarakat. Menyebarluaskan
peta tersebut pada masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Fungsi SIG
paling utama adalah sebagai penyebar informasi kepada maasyarakat agar tercapai manfaat
dari informasi tersebut. Penyebaran informasi mengenai peta lokasi rawan longsor
masyarakat mampu mengakses dan dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari adanya
objek-objek di permukaan bumi(tanah) agar korban baik jiwa maupu harta dapat
diminimalisir. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan penyuluhan dan
penjelasan tentang kemungkinan bahaya yang terjadi dan pemberian saran-saran tindakan
untuk mengurangi dampaknya. Termasuk mengadakan pelatihan penanggulangan bencana
kepada warga di wilayah rawan bencana. Pelatihan penanggulangan bencana menjadi penting
dalam mencegah timbulnya korban sebagai wujud konkret dari adanya upaya pengurangan

terhadap resiko atau bahaya yang ditimbulkan bencana alam(tanah longsor).

Daftar Pustaka
BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 02
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Jakarta.
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bandung : IPB Press