Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Penuaan
merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah
dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari
rentang kehidupan (Fatimah, 2010). Perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi
sosial masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan usia
harapan hidup tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta
jiwa atau 7,78% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Jumlah lansia tahun
2014 di Sumatera Utara berjumlah 631.604 jiwa dan jumlah lansia di Medan
tahun 2014 adalah 77.837 jiwa (Data Statistik Indonesia, 2014).
Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan peningkatan risiko
lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, osteoatritis, gout,
hipertensi, dan penyakit paru. Sekitar 50%-80% lansia yang berusia≥60 tahun
akan menderita lebih dari satu penyakit kronis. Di Indonesia pada tahun 2008
jumlah penderita penyakit diabetes melitus mencapai 17 juta jiwa, dan lansia yang
menderita hipertensi berkisar 15 juta jiwa, sedangkan lansia yang menderita

penyakit rematod athritis berkisar 56,2% dari jumlah lansia (Fatimah, 2010)
Penyakit kronis yang berkepanjangan dan sangat jarang sembuh sempurna
sangat mempengaruhi lansia dalam hal kebutuhan spiritualnya karena kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit
fisik (Hamid, 2000). Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu berfokus
pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi :
dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang
menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Young,
2007).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Astaria tahun 2010 mengenai
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Tanjung Gusta Kecamatan Medan
Helvetia menyatakan bahwa 32,2% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam

kategori baik, 61,3% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori cukup
baik, 6,5% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori kurang baik dan
0% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori tidak baik. Data ini
menunjukan bahwa lansia sangat mementingkan kebutuhan spiritualnya. Sehingga
penting juga dilakukan penelitian mengenai spiritual lansia yang menderita
penyakit kronis. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini membuat
lansia mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadan di
dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu
kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui

Universitas Sumatera Utara

keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina
integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang
terharah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar
manusia yang positif (Hamid, 2000).
Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan
pada orang yang menderita penyakit kronis, spiritualitas memungkinkan
seseorang “untuk berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini,
menjaga pandangan hidup yang positif, dan mencapai kepuasan hidup (Young,

2007).
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lansia
dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bahwa terdapat 180 orang lansia yang
tinggal di tempat tersebut dan semua lansia memiliki keluhan menderita penyakit
kronis. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan
Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran spiritual
pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai
dan Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran spiritual
lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan
Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian ini perawat dapat memperhatikan kebutuhan spiritual
lansia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif untuk klien
lanjut usia khususnya yang menderita penyakit kronis.
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan
gerontik tentang kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga dapat dikembangkan
dalam praktek belajar lapangan keperawatan.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan spiritual lansia dengan permasalahan kesehatan yang lebih
spesifik.

Universitas Sumatera Utara