Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan
GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA
PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL
LANSIA DAN ANAK BALITA WILAYAH
BINJAI DAN MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Hotliana Daely
131121105
PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan skyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu pada waktunya dengan judul “Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan bimbingan, dorongan serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak Ismayadi S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan arahan, selama penyusunan proposal ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I dan Ketua Program Studi S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Luthfiani S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(5)
6. Bapak Ismayadi S.Kep,Ns, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam pembuatan skripsi ini, yang telah mengarahkan dan membimbing saya dalam pembuatan skripsi ini.
7. Ibu Nunung F. Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku Penguji I yang telah memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.
8. Ibu Wardiah daulay, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Penguji II yang telah memberikan masukan dalam penulisan proposal ini.
9. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
10.Rekan-rekan Program S-1 Keperawatan Ekstensi 2013 atas kekompakan, bantuan, dan kerjasama selama mengikuti pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
11.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masuka, saran dan kritik yang membangun demi perbaikan proposal ini. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Januari 2015
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Konsep Spiritual ... 5
2.1.1 Definisi Spiritual ... 5
2.1.2 Elemen-elemen Pokok Spiritual ... 6
2.1.3 Karekteristik Spiritua ... 7
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritual ... 8
2.1.4 Dimensi Spiritual ... 10
2.1.5 Perkembangan Spritual Lansia ... 12
2.2 Lansia ... 13
2.2.1 Definisi Lansia ... 13
2.2.2 Batasan-batasan Lanjut Usia ... 16
2.2.3 Klasifikasi Lansia ... 16
2.2.4 Karakteristik Lansia ... 17
2.2.5 Tipe Lansia ... 17
2.3 Penyakit Kronis ... 18
2.3.1 Definisi Penyakit Kronis ... 18
2.3.2 Kategori Penyakit Kronis ... 19
2.3.3 Fase-fase Penyakit Kronis ... 20
2.4 Panti Sosial. ... 21
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 23
3.1 Kerangka Konseptual ... 23
(7)
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 26
4.1 Desain Penelitian ... 26
4.2 Populasi dan Sampel ... 26
4.2.1 Populasi ... 26
4.2.2 Sampel ... 26
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampling ... 27
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 28
4.5 Instrumen Penelitian ... 29
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30
4.6.1 Uji Validitas ... 30
4.6.2 Uji Reliabilitas ... 30
4.7 Pengumpulan Data ... 31
4.8 Analisa Data ... 32
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 Hasil Penelitian ... 33
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden... 33
5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis berdasarkan hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain,Tuhan ... 35
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
6.1 Kesimpulan ... 40
6.2 Saran ... 41
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian ... 41
6.2.2 Bagi Masyarakat/Keluarga ... 42
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ... 42
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional ... 24 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 34 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia
yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan dengan
(9)
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis ... 25
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ... 45
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 46
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Validitas ... 49
Lampiran 4. Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 50
Lampiran 5. Surat Reliabilitas Kuesioner ... 51
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian ... 52
Lampiran 7. Surat Pengambilan Data ... 53
Lampiran 8. Surat Selesai Penelitian ... 54
Lampiran 9. Master Tabel Reliabilitas ... 55
Lampiran 10. Master Tabel Penelitian ... 56
Lampiran 11. Hasil Reliabilitas ... 59
Lampiran 12. Hasil Analisis Data ... 60
Lampiran 13. Rincian Biaya Penelitian ... 69
Lampiran 14. Jadwal Tentatif Penelitian ... 70
Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup ... 71
(11)
Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan
Nama : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.
(12)
Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan
Name : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2015
Abstract
Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.
(13)
Judul : Gambaran Spiritual Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis Di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilyah Binjai dan Medan
Nama : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2015
Abstrak
Pada saat ini banyak lansia yang menderita penyakit kronis sehingga kebutuhan akan spiritualnya perlu di perhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan besar sampel 64 orang dengan metode pengambilan sampel Purposive sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala likert. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 November sampai dengan19 Desember 2014. Karakteristik responden dan gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis dideskripsikan dengan analisa deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik responden laki-laki 51,6%, usia 60-70 tahun 57,8%, agama Islam 95,3%, tidak sekolah 59,4% Gambaran Spiritual lansia yang menderita penyakit kronis adalah cukup baik (56 orang, 87,5%), lansia yang mengatakan baik (8 orang, 12,5%). Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.
(14)
Title : Spritual Description of The Elderly People Who Suffer From Chronic Deseases In UPT Social Service For Elderly And Toddlers In Binjai And Medan
Name : Hotliana Daely
NIM : 131121105
Program : Bachelor of Nursing (S.Kep)
Year : 2015
Abstract
Nowadays many elderly people suffer from chronic deseases that is the reason why their spiritual needs are necessary to be concerned. The aim of this research is to getermine the spiritual description of the elderly people who seffer from chronic deseases in UPT Social Service for elderly and toddlers in Binjai and Medan. The research design used is descriptive with a large semple of 64 persons by using purposive Sampling Methode, the instrument used was questionnaire which were prepared using Likert Scale. The research was conducted from November 28 until December 2014. The characteristics of respondents and the spiritual description of the elderly people who suffer from chronic deseases were described with descriptive analysis to determine the percentage and the result. The result of this research shows that characreristics of male respondents are 51,6%, age 60-70 years 57,8%, moslems 95.3%, school drop out 59,4%. Spiritual description of elderly people who suffer from chronic deseases is good enough (56 persons, 87,5%) and the other said good (8 person, 12,5%). To be able to live a decreasing medical condition due to deseases suffered by elderly, all of family members as well as paramedics are suggested to understand the spiritual needs of the elderly. Therefore they can accept their conditions, able to socialize with people around them, enjoy the beauty of nature and also belive that God will give them strength to live their conditions.
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Lansia (lanjut usia) merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010). Perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi sosial masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup, peningkatan usia harapan hidup tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta jiwa atau 7,78% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Jumlah lansia tahun 2014 di Sumatera Utara berjumlah 631.604 jiwa dan jumlah lansia di Medan tahun 2014 adalah 77.837 jiwa (Data Statistik Indonesia, 2014).
Peningkatan jumlah lanjut usia akan diikuti dengan peningkatan risiko lansia yang menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, osteoatritis, gout, hipertensi, dan penyakit paru. Sekitar 50%-80% lansia yang berusia ≥60 tahun akan menderita lebih dari satu penyakit kronis. Di Indonesia pada tahun 2008 jumlah penderita penyakit diabetes melitus mencapai 17 juta jiwa, dan lansia yang menderita hipertensi berkisar 15 juta jiwa, sedangkan lansia yang menderita penyakit rematod athritis berkisar 56,2% dari jumlah lansia (Fatimah, 2010)
Penyakit kronis yang berkepanjangan dan sangat jarang sembuh sempurna sangat mempengaruhi lansia dalam hal kebutuhan spiritualnya karena kebutuhan
(16)
spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit fisik (Hamid, 2000). Spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi : dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Young, 2007).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Astaria tahun 2010 mengenai Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia menyatakan bahwa 32,2% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori baik, 61,3% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori cukup baik, 6,5% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori kurang baik dan 0% pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam kategori tidak baik. Data ini menunjukan bahwa lansia sangat mementingkan kebutuhan spiritualnya. Sehingga penting juga dilakukan penelitian mengenai spiritual lansia yang menderita penyakit kronis. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini membuat lansia mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadan di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui
(17)
keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang terharah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2000).
Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan pada orang yang menderita penyakit kronis, spiritualitas memungkinkan seseorang “untuk berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini, menjaga pandangan hidup yang positif, dan mencapai kepuasan hidup (Young, 2007).
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bahwa terdapat 180 orang lansia yang tinggal di tempat tersebut dan semua lansia memiliki keluhan menderita penyakit kronis. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran spiritual pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
(18)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian ini perawat dapat memperhatikan kebutuhan spiritual lansia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif untuk klien lanjut usia khususnya yang menderita penyakit kronis.
1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan gerontik tentang kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan keperawatan.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan spiritual lansia dengan permasalahan kesehatan yang lebih spesifik.
(19)
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Spiritual
2.1.1 Definisi Spiritual
Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual dapat juga didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan kesejahteraan setiap manusia (Skokan dan Bader, dalam Stenley, 2008). Spiritualitas adalah konsep dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang lain. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow, pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia.
Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan seseorang manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang lain akan tetap bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang kesehatan mencakup komponen fisik, mental dan spiritual. Seseorang menganut
(20)
keyakinan keagamaan atau tidak, ia dapat menghayati hidup dan menyelidiki pengaruh spiritualitasnya untuk kesehatan (Young, 2007).
2.1.2 Elemen-Elemen Pokok Spiritual
Pusat hubungan antara diri sendiri, sesama dan Tuhan selalu menjadi perhatian utama dalam diskusi tentang spiritual dan juga menjadi tema utama dalam pelbagai macam literatur.
1. Diri sendiri, jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental dan eksplorasi atau penyelidikan spiritual.
2. Sesama, hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesaling terhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi.
3. Tuhan, pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain. Manusia mengalami Tuhan dalam banyak cara seperti dalam relasi, alam, musik, seni, dan hewan peliharaan. Misalnya merawat bayi atau menyiangi tanaman dan merawat binatang dapat memberi perasaan puas akan diri sendiri serta kebahagian sejati (Young, 2007).
(21)
2.1.3Karakteristik Spiritualitas
Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Tuhan.
a. Hubungan dengan Diri Sendiri.
Maksudnya adalah kekuatan dari dalam diri sendiri dan self reliance. Hal ini meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang akan dilakukan, dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang menjadi fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas (Young, 2007).
b. Hubungan dengan Alam
Harmoni yang menggambarkan hubungan dengan seseorang dengan alam yang meliputi minat dan ketertarikan terhadap tanaman, pohon, margasatwa dan iklim, kesenangan dan keinginan menikmati pemandangan alam, melakukan meditasi, yoga, reatret serta melindungi alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
c. Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan sebagainya. Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri
(22)
sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesalingtergantungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi (Young, 2007).
d. Hubungan dengan Tuhan
Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam rangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup dan hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan yang lain (Young, 2007).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Young (2007), faktor-faktor mempengaruhi Spiritual seseorang adalah :
a. Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuaan berfukir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.
b. Peran keluarga dalam perkembangan spiritual individu.
Tidak begitu banyak yangdiajarka keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari
(23)
tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimanaindividu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia yang yangdiwarnai oleh pengalaman keluarganya.
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nlai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termaksuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya juga mempengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorangdianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia yang menguji imannya. e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika sesorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional.
(24)
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat kronik, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan .
g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.
2.1.5 Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu :
1. Dimensi psikologis (jiwa) mencakup kesadaran diri (self consciousness) dan identitas diri (self identity). Inilah aspek kepribadian yang berhubungan dengan masalah interaksi antarmanusia (dan berkaitan dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa bersalah) dan dialami jauh di lubuk jiwa (Young, 2007).
2. Dimensi fisik (tubuh) merupakan kesadaran akan alam (world conscions). Aspek inilah yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar, membau, meraba, dan disentuh orang lain (Young, 2007).
3. Dimensi rohani (spirit) dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan dalam diri manusia, mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya. Dimensi ini juga diberikan seabagai kesadaran akan Tuhan (God-
(25)
cosciousness) atau berkaiatan dengan kedawatan atau nilai-nilai mutlak. Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman, dan berhubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan (Young, 2007) . 2.1.6 Perkembangan Spiritual Lansia
Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual berawal sejak dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia rindu akan kebersatuan” (Young, 2007)
Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada pencapaian keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada produktivitas dan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari kehidupan mereka mencakup perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski demikian, tak seorang pun dapat mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, atau dengan alam, atau mencapai transendensi (Young, 2007).
Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut (Young, 2007)
1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri. 2. Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman.
(26)
3. Mewujudkan gaya hidup sehat.
4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman.
5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang yang dicintai.
Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan tugas-tugas perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego versus keputusasaan. Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua elemen masa lalu dan penerimaan bahwa hanya hidup semacam inilah yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan untuk melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-aspek positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat kontribusi mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika orang gagal untuk mencapai tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa mereka telah gagal menyelesaikan apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan. Kemarahan, kedengkian, dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul (Young, 2007).
James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan spiritual dari orang dewasa sebagai proses universal iman (Young, 2007). Fase ini menghadirkan titik puncak dari seluruh karya dari tahap iman sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan cinta dan keadilan yng absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini adalah seseorang yang “dapat mengorbankan dirinya sendiri untuk memenuhi
(27)
kebutuhan orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit orang yang pernah mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada tahap ini menjawab otoritas lebih daripada yang dikenal oleh dunia dan sering terlihat sebagai pribadi subvertif (Young, 2007).
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari enam puluh tahun (UU No. 13 Tahun 1998). Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001).
Penuan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana psoses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku (Stanley, 2007).
(28)
a. Teori biologis
Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termaksuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasikan oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau mehindari risiko dan memaksimalkan kesehatan (Stanley, 2007).
(29)
b. Teori genetika
Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, peruban rentang hidup dan panjang usiatelah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deokrisibonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi yang tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya menyebabkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termaksuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan Lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihuubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan seluler (stanley, 2007).
(30)
2.2.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun. b. Menurut Prof.Dr. Koesoemanto Setyonegoro
1. Usia dewasa muda (elderly adulhood) = 18/20-25 tahun. 2. Usia dewasa penuh (middle years) = 25-60/65 tahun. 3. Usia lanjut (geriatric age)= >65/70 tahun, terbagi:
- Untuk umur 70-75 tahun (young old) - Untuk umur 75-80 tahun (old) - Untuk umur >80 tahun (very old) 2.2.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Depkes RI, 2003 dalam Maryam (2008) ada lima klasifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Pralansia (prasenalis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. 2. Lansia
(31)
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial
Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia yang tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
2.2.4 Karakteristik Lansia
Lansia memiliki karakteristik (Maryam, 2008) sebagai berikut.
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritua, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi 2.2.5 Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
(32)
1. Tipe arif bijaksana
Karya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggub nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.
2.3 Penyakit Kronis
2.3.1 Definisi Penyakit Kronis
Penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan secara sempurna. Penyakit kronik ini sangat erat hubunganya deangan terhadap adanya kecacatan dan timbulnya kematian (Adelman & Daly,
(33)
2001). Sedangkan menurut Barrow (1996) penyakit kronis merupakan suatu penyakit yang cukup lama dan penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan penyebabnya tidak dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuah tidak dapat diketahui secara jelas dan umumnya penyembuhan tidak dapat dilakukan tujuannya hanya untuk mengontrol, menjaga supaya tidak terjadi komplikasi, dan rehabilitasi. Penyakit kronik juga merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan terganggunya fungsi kehidupan sehari-hari yang dialami selama tiga bulan atau lebih dalam setahun yang disebabkan oleh karena mendapat perawatan atau pengobatan di rumah sakit selama tiga puluh hari atau lebih dalam setahun (Christianson dkk, 1998).
2.3.2 Kategori Penyakit Kronis
Menurut Conrad (1987, dikutip dari christianson dkk, 1998) ada beberapa kategori penyakit kronis yaitu:
Lived with illness. Pada ketegori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup, dan biasanya mereka tidak mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diadetes, asma, asthritis dan epilepsi.
Mortal illness. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala dari penyakitnya dan mengancam kematian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
At risk illness. Kategori penyakit ini sangat berbeda dengan dua kategori sebelumnya. Pada ketegori ini tidak menekankan pada penyakitnya tetapipada
(34)
resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi, dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
2.3.3 Fase-Fase Penyakit Kronis
Ada sembilan fase dalam penyakit kronis yaitu
Fase pre trajectory. Individu beresiko terhadap penyakit kronis karena fakto-faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan sesorang terhadap penyakit kronis.
Fase trajectory. Adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostic sering dilakukan.
Fase stabil. Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol.
Fase tidak stabil. Adanya ketidakstabilan dari penyakit kronis, kekambuhan gejala-gejala dari penyakit.
Fase akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasiyang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk menanganinya.
Fase krisis. Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
Fase pulih. Pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
(35)
Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-gejala.
Fase kematian. Ditandai denganpenurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual (smeltzer & Bare, 2001)
2.4 Panti Sosial
Tujuan pelayanan ini adalah memberi arah dan memudahkan petugas dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, dan perawatan lanjut usia, serta meningkatkan mutu pelayanan bagi lanjut usia. Tujuan pelayanannya adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan lansia yang mencakup biologis, psikologis,sosial dan spiritual.
2. Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas lansia.
3. Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa tenang,tentram, bahagiadan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tugas pelayanan meliputi:
1. Memberi pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup,pembinaan fisik,mental, dan sosia, memberi pengetahuan serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan yang bermakna. 2. Memberi pengertian pada keluarga lanjut usia, masyarakat untuk mau dan
mampu menerima,merawat dan memenuhi kebutuhan lansia.
fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial lanjut usia, dan pusat pemberdayaan lanjut usia. Sasaran pelayanan ini adalah
(36)
lanjut usai potensial, yaitu lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain, keluarga lanjut usia, masyarakat, kelompok, dan organisasi sosial (Fatimah, 2010).
(37)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN 3.1Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan spiritual lansia yang menderita penyakit kronis. Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan pada orang yang menderita penyakit kronis, ia memberikan kepada penderita kemampuan untuk menanggulangi kondisi kesehatan mereka. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, kerendah-hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow, pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia. Adapun konsep spiritual terdiri dari dua konsep dimensi spiritual adalah dimensi vertikal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan dengan Tuhan, dimensi horizontal yaitu bagian dari elemen yang berhubungan dengan diri sendiri, sesama, dan alam (Young, 2007).
(38)
Berdasarkan landasan teoritis yang telah di uraikan di bab 2 maka kerangka konsep penlitian ini dapat di gambarkan sebagi berikut ini :
Skema 1. Kerangka Konsep Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis
Gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis
• Hubungan dengan Diri Sendiri
• Hubungan dengan Alam
• Hubungan dengan Sesama
• Hubungan dengan Tuhan
• Baik
• Cukup Baik
• Kurang Baik
(39)
3.2Definisi Operasional
Tabel 3.1.Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat
Ukur Skala Hasil
Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Spiritual merupakan komponen penting bagi orang yang menderita penyakit kronis, spiritual terdiri dari dua dimensi yatu dimensi horizontal berhubungan dengan diri sendiri, alam, dan orang lain, sedangkan dimensi vertikal berhubungan dengan Tuhan
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik jika responden menjawab dengan skor (65-80) 2. Cukup baik jika responden menjawab dengan skor (50-64) 3. Kurang baik jika responden menjawab dengan skor (35-49) 4. Tidak baik
jika responden menjawab dengan skor (20-34)
(40)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah usia lanjut yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan yang berjumlah 180 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2010). Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan besar sampel menurut Slovin (2005), yaitu sebagai berikut :
� = N
1 + N (d2) Keterangan n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
(41)
Maka:
� = 180
1 + 180 (0,12) � = 180
1 + 1,8 � =180
2,8 n= 64,28 = 64
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 64 orang lansia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wialayah Binjai dan Medan.
4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampling
Tehnik pengambilan sampel dengan non probability jenis purposive sampling yaitu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah) sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003)
Kritaria sampel yang digunakan dalam yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lanjut usia yang berumur ≥60 tahun
b. Lanjut usia dapat berbahasa Indonesia dan berkomunikasi dengan baik c. Lansia yang menderita penyakit kronis
(42)
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wialayah Binjai dan Medan, dengan pertimbangan bahwa di UPT ini terdapat banyak lanjut usia dengan usia 60-80 tahun yang menderita penyakit kronis sehingga memudahkan penelitian untuk mendapat data. Selain itu penelitian tentang gambaran Spiritual lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dimulai November-Desember.
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini di lakukan setelah permohonan izin diajukan kepada Fkep USU, selanjutnya izin penelitian di sampaikan kepada Kepala Dinas UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wialayah Binjai. Pada pelaksanaan penelitian, kepada calon responden diberikan penjelasan tentang informasi esensial dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, kegiatan penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Penelitian ini memperhatikan, menghormati dan memberikan sepenuhnya hak-hak perlindungan diri rresponden, yaitu hak atas privasi diri, kerahasian identitas diri dengan perlakuan yang sama dalam penelitian.
Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisipasi sampai akhir penelitian ini selesai atau menarik diri dari penelitian walaupun penelitian berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dengan jelas dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan pertisipasi secara lisan atau yang ditandatangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan.
(43)
Sebelum menandatangani informed consent tersebut, responden diberi waktu hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa dijalaninya dalam penelitian. 4.5 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman kepada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian: yang pertama kuesioner data demografi yang meliputi: nama, usia, jenis kelamin, agam, status perkawinan, pendidikan. Kuesioner kedua berupa kuesioner dalam bentuk skala likert untuk mengidentifikasi gambaran spiritual lansia yang menderita penyakiit kronis yang terdiri dari 20 pernyataaan, dengan pilihan jawaban yaitu: 1. Sangat tidak sering, 2. Tidak sering, 3. Sering , dan 4. Sangat sering, dengan skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1, dimana jawaban sangat sering bernilai 4, sering bernilai 3, tidak sering bernilai 2, sangat tidak sering bernilai 1. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 80.
Mengidentiikasi gambaran spiritual lansia yang mederita penyakit kronis maka digunakan 4 kategori dengan menggunakan rumus statistik menurut Sudjana (2002), yaitu:
�= ������� �����������
P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 60 dan banyak kelas 4. Sehingga di peroleh P=15. Dengan P= 15 dan nilai terendah adalah 20 sebagai batas bawah kelas pertama, maka penetahuan lanjut usia dikategorikan berdasarkan skor interval sebagai berikut:
(44)
65-80 = baik, 50-64 = cukup baik, 35-49 = kurang baik, 20-34 = tidak baik,
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim S, 2003). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Dalam penelitian ini digunakan uji content validity, yang mana instrumen diujikan pada dosen Departemen Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan USU dan dinyatakan valid.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Untuk diketahui bahwa perhitungan/uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat
(45)
uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas (Sibagariang, dkk, 2010).
Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data kepada sampel yang memenuhi kriteria seperti sampel sebanyak 10 orang di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Uji reabilitas ini menggunakan Cronbach Alpha. Teknik Cronbach Alpha ini akan menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas atau alpha lebih dari 0.70. Dan hasil dari koefisien reliabilitas gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis bernilai 0,71 maka dapat dikatakan reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara setelah itu izin penelitian tersebut diberikan ke Kepala Dinas UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan untuk mendapatkan izin penelitian. Kemudian peneliti meminta izin agar peneliti dapat mengumpulkan data di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan , selanjutnya peneliti menentukan responden sesuai kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian peneliti menjelaskan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban pasien, bila calon responden bersedia menjadi sampel penelitian maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan setelah itu responden diminta mengisi instrumen data demografi dan
(46)
instrumen gambaran Spiritual lansia, responden dipersilahkan bertanya jika ada yang kurang jelas setelah diberi penjelasan sebelumnya.
4.8 Analisa Data
Analisis data dilakukan setelah semua data sudah terkumpul, yang dimulai dari editing (memeriksa kelengkapan data), coding (memberi kode), entering (memasukan data) dan untuk mempermudah pengolahan data maka digunakan teknik komputerisasi dengan menggunakan SPSS 16,0. Data demografi akan disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Setelah gambaran Spiritual setiap sampel telah didapat tahap selanjutnya peneliti akan mengolah data tersebut untuk mendapatkan secara keseluruhan gambaran Spiritual pada lansia dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase, pada tahap selanjutnya peneliti mengidentifikasi nilai rata-rata keseluruhan responden pada setiap dimensi Spiritual yang selanjutnya disajikan dalam bentuk distribusi nilai rata-rata dan standar deviasi.
(47)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian setelah pengumpulan data yang dilakukan sejak 28 November sampai dengan 19 Desember 2014 di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan yang terdiri dari 64 responden. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden,dan gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur,jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, penyakit kronis yang di derita dan hal tersebut dapat di lihat pada tabel 5.1.1.
Tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (tabel 1) menunjukkan bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada wanita yaitu 33 responden (51,6%) sedangkan responden wanita berjumlah 31 responden (48,4%), dan umur responden paling banyak berada pada rentang 60-74 tahun sebanyak 37 responden (57,9%), kemudian berumur 75-90 tahun sebanyak 20 responden (31,2%) dan yang berumur >90 tanun sebanyak 7 responden (10,9%). Responden mayoritas beragama islam yaitu sebanyak 61 responden (95,3%) sedangkan yang beragama kristen protestan sebanyak 3 responden
(48)
(4,7%). Berdasarkan status perkawinan, sebanyak 29 responden (45,2%) yang berstatus duda, 25 responden (39,1%) yang berstatus janda dan yang lainnya 9 responden (14,1%) berstatus kawin, 1 responden (1,6%) yang tidak kawin. Bedasarkan pendidikan responden, kebanyakan responden tidak sekolah yaitu 38 responden (59,4%), yang berpendidikan SD sebanyak 23 responden (35,9%), responden yang menderita penyakit kronis yaitu ramatoid atrihtis 14 responden (21,8%), asam urat 13 responden (20,3%), diabetes melitus 13 responden (20,3%),dan penyakit stroke sebanyak 12 responden (18,8%).
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 33 31 51,6 48,4 Total 64 100,0 Umur
- 45-59 tahun - 60-74 tahun - 75-90 tahun - >90 tahun
0 37 20 7 0 57,9 31,2 10,9 Total 64 100,0 Agama - Islam - Protestan - Khatolik - Hindu - Bubdha 61 3 0 0 0 95,3 4,7 0 0 0 Total 64 100,0 Status perkawinan
- Kawin - Tidak kawin - Janda - Duda 9 1 25 29 14,1 1,6 39,1 45,2
(49)
Total 64 100,0 Pendidikan
- Tidak sekolah
- SD - SLTA - SMU - DIII - Sarjana 38 23 2 1 - - 59,4 35,9 3,1 1,6 - - Total 64 100,0
Penyakit kronis yang diderita
- Hipertensi - Asam urat - Rematoid atrithis - Diabetes melitus - Stroke 12 13 14 13 12 18,8 20,3 21,8 20,3 18,8 Total 64 100,0
5.1.2 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan dengan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan
Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis berdasarkan hubungan dengan diri sendiri, alam, orang lain, dan Tuhan tidak ada responden dalam kategori tidak baik dan kurang baik, dan kategori cukup baik sebanyak 56 responden (87,5%), serta dalam kategori baik ada 8 responden (12,5%). Hasil penelitian gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita di Wilayah Binjai dan Medan
(50)
Tabel 5.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis Berdasarkan Hubungan Diri-Sendiri, Alam, Orang Lain, dan Tuhan (n=64)
Gambaran spiritual Frekuensi Persentase
- Tidak baik - Kurang baik - Cukup baik - Baik
0 0 56 8
0 0 87,5
12,5
Total 64 100,0
5.2 Pembahasan
Hasil dari penelitian yang diperoleh, pembahasan akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
5.2.1 Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan
Berdasarkan penelitian didapat bahwa gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai Medan jika dilihat berdasarkan hubungan dengan diri sendiri,dari 64 responden menunjukkan bahwa 11 responden (17,2%) hubunganya kurang baik, hubungan dengan diri sendiri cukup baik 42 responden (65,5%), dan hubungan dengan diri sendiri termaksuk kategori baik ada 11 responden (17,2%) hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi penyakit lansia yang kronis terhadap hubungan dengan diri-sendiri seperti mengetahui kekurangan, mengatasi masalah
(51)
sendiri,meyakini hikmah dari penyakit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astaria (2010) hubungan dengan diri sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan seseorang, sehingga penerimaan akan kondisinya dapat dilihat bagaimana seseorang meyakini hikmah dari penyakitnya. Dan sesuai dengan teori Kozier Erb, Blains dan Wilkinson dalam Stanley (2007) kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadapmasa depan dan tujuan yang semakin jelas.
Berdasarkan hubungan dengan alam dari 64 responden sebanyak 3 responden (4,7%) hubungan dengan alam kategori kurang baik, hubungan dengan alam dalam kategori cukup baik sebanyak 52 responden (81,2%) dan ada 9 responden (14,1%) dalam kategori baik. Hubungan dengan alam dapat lihat bagaimana perasaan senang seseorang dengan lingkungan dan menjaganya, dan jika dilihat dari karakteristik demografi penyakit kronis yang di derita adalah sebagian besar mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan keterbatasan untuk menjaga lingkungan tetap bersih. Hal ini sesuai dengan teori Adelman (2004) penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau hilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ pengindraan.
(52)
responden (3,1%) dalam kategori kurang baik, dan menunjukkan bahwa mayoritas dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 39 responden (60,9%), dan sebanyak 23 responden (35,9%) dalam kategori baik. Hal ini bertentangan dengan penelitian Widiastuti (2007) diketahui 40% dari lansia yang tinggal di suatu daerah mengaku ada konflik dengan orang lain, dan sebagian kecilnya masih belum memahami tujuan hidupnya, dan mengungkapkan keraguan dalam sistem keyakinannya. Dan sesuai dengan pandangan hart dalam Sumiati (2009) keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melewati banyak penyakit.
Berdasarkan hubungan dengan Tuhan dari 64 responden 1 responden (6,1%) dalam kategori kurang baik, dan 43 responden (67,2) hubungan dengan Tuhan dalam kategori cukup baik, kategori baik sebanyak 20 responden (31,2%) .Hal ini juga sesuai dengan penelitian Destariana (2014) hubungan dengan Tuhan adalah sumber koping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika mengalami kesedihan dan penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat spiritualitas, maka lansia ada pada level dimana penyesalan dan tobat berperan dalam penebusan dosa-dosa. Tobat dan pengampunan dapat mengurangi kecemasan yang muncul dari rasa bersalah atau ketidaktaatan dan menumbuhkan kepercayaan dan kenyamanan
Mengingat pentingnya kebutuhan spiritual bagi lansia yang menderita penyakit kronis. Karena sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Sumiati
(53)
dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai harga diri serta dapat berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual maka seseorang memiliki kehidupan yang berkualitas, dengan demikian sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya.
(54)
BAB 6
KESIMPUALAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan dapat di ambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
6.1 Kesimpulan
Gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan dalam kategori cukup baik. Hal. Dari data demografi terlihat karakteristik responden: laki-laki , usia 60-70 tahun, agama Islam , tidak sekolah , berstatus duda , penyakit yang diderita rematoid artrhtis.
Gambaran spiritual lansia berdasarkan hubungan dengan diri sendiri, alam,orang lain dan Tuhan sangat dipengaruhi kondisi kesehatan seorang lansia,sehingga sangat mempengaruhi bagaimana seorang lansia memiliki hubungan dengan dirinya sendiri seperti meyakini hikmah dari kondisinya, memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Dan hubungan dengan alam yang memiliki keterbatasan gerak akibat dari penyaki yang di derita, bahkan hubungan dengan orang lain dengan cara bersosialisai dengan teman sebaya, dan berbagi mengenai kondisinya, serta hubungan dengan Tuhan, bagaimana tetap mengucap syukur mengenai kondisi,dan tetap berdoa mengenai kondisinya.
(55)
Untuk dapat menjalani kondisi kesehatan yang semakin menurun akibat penyakit yang diderita oleh lansia diharapkan bagi semua pihak baik keluarga, pelayan kesehatan memahami kebutuhan Spiritual lansia sehingga lansia dapat menerima kondisinya, bersosialisasi dengan orang sekitarnya, menikmati keindahan alam sekitarnya, serta percaya bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dalam menjalani kondisinya.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Lahan Penelitian
Petugas pengelolah dan pekerja sosial yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita hendaknya berupaya menciptakan sikap menghormati orang tua dengan menanamkan sifat dan budaya dalam merawat orang tua sebaik-baiknya, dengan segala keterbatasan yang melekat pada lansia, terlebih lansia yang menderita penyakit kronis.
6.2.2 Bagi Masyarakat/ Keluarga
Keluarga sebagai orang terdekat bagi lansia hendaknya mencurahkan segala perhatiannya bagi kesejahteraan lansia, khususnya pada kebutuhan spiritualnya. Sentuhan kasih sayang dapat meningkatkan harga diri lansia. Meluangkan waktu dengan lansia juga dapat menyampaikan kesan berharga dan bernilai.
6.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam mengkaji faktor-faktor yang dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan spiritual pada lansia, ataupun sebagai
(56)
bahan kajian untuk menyusun intervensi keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan spiritual lansia. Penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan adalah mencari atau mengidentifikasi faktor resiko distress spiritual pada lansia yang menderita penyakit kronis.
(57)
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, M., Alan., & Daly. P., Mel. (2001). 20 Common Problems In Geriatrics. USA: Mcgraw-Hill Medical Publishing Division.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astaria, R. (2010). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Lansia di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia: Skripsi
Berger, J.K. & Williams, M.B (1992). Fundamentals of Nursing Collaborating for Optimal Health. Connecticut: Appleton & Lange
Christianson,dkk.1998. Restructuring Cronic llness Management. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi, Jakarta: EGC. Dewi, Y, dkk. (2014). Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Diperoleh tanggal 10 oktober 2014 dari
Elderly Health Service. (2003). Healthy : Stress in the elderly.
Fatimah (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Hamid, A. Y. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
http://www.DepkesRI.com/portal/index.php?option=com_supas&task=&Itemid=5 2. Diperoleh 8 September 2014.
Maryam, R. S, Ekasari, M.F, Rosidawati, Jubaedi, A, Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatan. Jakarta: Salemba Medika.
(58)
Nugroho, H. Wahjudi, B.Sc.,SKM. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Nursalam (2003). Konsep dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.
Sibagariang, E. E., dkk. (2010). Buku Saku Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer & Bare. (2004). Buku ajar kepepawatan medical bedah-Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Stanley, M., & Beare, P.G., Alih Bahasa Juniarti, N., Kurnianingsih, S. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Sudjana, (2002). Methode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sumiati, T. (2009). Pemahaman Perawat Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien pada Lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Diperoleh tanggal 10 Oktober 2014 da
Watson, R. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Widiastuti. (2007). Dimensi spiritualitas dalam asuhan keperawatan. Diperoleh tanggal 28 Desember 2014 dari http://www.fik.ui.ac.id.
Young, C, Koopsen, C. (2007). Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan. Medan: Bina Media Perintis.
(59)
Lampiran 1 No. Responden: ………… Formulir Persetujuan Menjadi Responden
GAMBARAN SPIRITUAL LANSIA YANG MENDERITA PENYAKIT KRONIS DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANSIA DAN BALITA
WILAYAH BINJAI DAN MEDAN Oleh
Hotliana Daely
Saya adalah mahasiswa S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran spiritual lansia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. Saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu, berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas, Bapak/Ibu bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangi formulir ini.
Medan, Juni 2014
(60)
Lampiran 2 No. Responden:... Kode : Tgl/waktu : Petunjuk Umum Pengisian
Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:
1. Menjawab semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√) pada setiap tempat yang disediakan.
2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. 1. Kuesioner Data Demografi
1. Usia :... Tahun 2. Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
3. Agama
Islam Katolik
Protestan Hindu
Budha
4. Status perkawinan :
Kawin Janda/duda
Tidak kawin 5. Pendidikan :
Tidak sekolah SD
SMP SMU
(61)
6. penyakit kronis yang di derita:
hipertensi
gout/asam urat
rematoid atrihtis
diabetes melitus
stroke
2. Kuesioner Pemenuhan Kebutuhan Spiritual pada Lanjut usia
Pada bagian ini di harapkan kepada Bapak/Ibu dapat menjawab pernyataan di bawah ini dengan cara memberikan tanda check list (√) pada setiap tempat yang disediakan. Pernyataan berisi tentang bagaimana pengetahuan terhadap diri-sendiri, hubungan dengan orang lain serta hubungan dengan lingkungan.
N o
Pernyataan SS S TS STS
1 Saya senang menyediakan waktu untuk menenangkan diri
2 Saya mengetahui kekurangan yang ada dalam diri
3 Saya menyadari bahwa masih bisa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah saya sendiri
4 Saya percaya dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan yang saya rasakan. 5 Saya percaya bahwa sakit yang saya derita
adalah pelajaran kehidupan untuk diri saya 6 Saya senang dengan alam sekitar saya
7 Ketika saya jenuh, saya senang memandangi alam sekitar saya
8 Udara yang segar membuat saya merasa tidak jenuh
9 Saya senang kalau disekitar saya banyak pohon 10 Saya menjaga lingkungan sekitar saya agar
tetap bersih
11 Saya prihati melihat teman saya jika kondisinya sakit
(62)
12 Saya meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya
13 Saya senang jika ada keluarga yang menjenguk saya
14 Saya senang berbicara kepada temam saya mengenai keadaan saya
15 Saya mempunyai banyak teman dan merasa senang berkomunikasi dengan mereka
16 Walaupun kondisi saya sakit,saya tetap bersyukur kepada Tuhan
17 Saya berdoa kepada Tuhan mengenai kondisi penyakit saya
18 Saya senang menbaca kitab suci
19 Dengan tetap bersyukur kepada Tuhan membuat saya lebih tenang dalam menjalani penyaki yang saya derita
20 Saya percaya Tuhan akan memberikan kekuatan kepada saya untuk menghadapi penyakit yang saya derita
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
Lampiran 9 MASTER TABEL UJI RELIABELITAS
KODE P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3
2 1 1 1 3 1 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3
4 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3
5 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3
6 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3
7 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4
8 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4
9 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3
(70)
Lampiran 10 MASTER TABEL
KODE P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 Jumlah Kategori 1 2 2 3 2 2 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 54 CUKUP BAIK 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 66 BAIK 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3 59 CUKUP BAIK 4 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 61 CUKUP BAIK 5 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 64 CUKUP BAIK 6 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 57 CUKUP BAIK 7 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 57 CUKUP BAIK 8 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 58 CUKUP BAIK 9 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 1 4 4 64 CUKUP BAIK 10 3 2 2 4 3 3 3 4 4 2 2 2 2 4 4 4 2 3 1 3 57 CUKUP BAIK 11 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 1 3 3 2 2 2 4 4 58 CUKUP BAIK 12 3 3 2 4 4 3 3 3 2 4 4 2 2 3 2 2 2 1 3 4 56 CUKUP BAIK 13 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 4 4 52 CUKUP BAIK 14 3 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 57 CUKUP BAIK 15 3 3 3 3 2 2 2 3 1 3 2 3 4 2 2 3 3 3 4 4 55 CUKUP BAIK 16 3 2 2 4 4 3 3 3 2 2 3 4 4 2 1 2 3 2 2 4 55 CUKUP BAIK 17 2 3 3 2 2 1 3 3 4 4 2 3 4 2 2 3 3 3 4 4 57 CUKUP BAIK 18 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 4 4 3 2 2 3 3 3 2 53 CUKUP BAIK 19 3 3 4 4 4 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 65 BAIK 20 3 3 3 2 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 1 4 4 64 CUKUP BAIK 21 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 59 CUKUP BAIK 22 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 61 CUKUP BAIK 23 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3 59 CUKUP BAIK 24 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 58 CUKUP BAIK 25 2 2 3 2 2 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 54 CUKUP BAIK
(71)
26 3 3 2 2 2 4 4 4 1 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4 62 CUKUP BAIK 27 3 3 3 3 4 4 2 3 2 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 2 61 CUKUP BAIK 28 3 3 3 2 4 4 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 60 CUKUP BAIK 29 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 2 57 CUKUP BAIK 30 2 2 3 4 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 57 CUKUP BAIK 31 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 4 59 CUKUP BAIK 32 2 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 4 57 CUKUP BAIK 33 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 63 CUKUP BAIK 34 4 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 64 CUKUP BAIK 35 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 65 BAIK 36 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 65 BAIK 37 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 64 CUKUP BAIK 38 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 65 BAIK 39 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 65 BAIK 40 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 64 CUKUP BAIK 41 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 57 CUKUP BAIK 42 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 54 CUKUP BAIK 43 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 66 BAIK 44 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 4 60 CUKUP BAIK 45 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 60 CUKUP BAIK 46 3 4 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 59 CUKUP BAIK 47 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 58 CUKUP BAIK 48 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 2 4 3 63 CUKUP BAIK 49 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 62 CUKUP BAIK 50 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 64 CUKUP BAIK 51 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 63 CUKUP BAIK 52 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 62 CUKUP BAIK 53 3 2 2 2 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 59 CUKUP BAIK 54 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 4 3 3 2 2 2 4 4 57 CUKUP BAIK 55 3 3 2 4 4 4 2 2 2 2 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 60 CUKUP BAIK
(72)
56 3 3 3 3 4 4 3 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 61 CUKUP BAIK 57 3 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 2 3 4 3 60 CUKUP BAIK 58 2 3 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 59 CUKUP BAIK 59 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 57 CUKUP BAIK 60 3 3 3 2 4 4 4 4 3 2 2 3 4 4 2 3 4 4 4 3 65 BAIK 61 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 4 4 2 4 4 60 CUKUP BAIK 62 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 2 4 4 64 CUKUP BAIK 63 3 2 2 3 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 54 CUKUP BAIK 64 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 58 CUKUP BAIK Jumlah 184 182 178 182 186 204 197 186 183 171 193 208 210 189 183 202 202 156 214 220
(73)
Lampiran 11 Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(74)
Lampiran 12 Statistics Usia Respond en Jenis Kelamin Responden Agama Responden Status Perkawinan Responden Pendidikan Responden Penyakit Responde n
N Valid 64 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.53 1.48 1.05 3.09 1.47 3.00
Median 1.00 1.00 1.00 3.00 1.00 3.00
Mode 1 1 1 3 1 3
Minimum 1 1 1 1 1 1
Maximum 3 2 2 4 4 5
Sum 98 95 67 198 94 192
N
Mean Median Mode Minimum Maximum Sum
Valid Missing
Pernyataan 1 64 0 2.88 3.00 3 2 4 184
Pernyataan 2 64 0 2.84 3.00 3 2 4 182
Pernyataan 3 64 0 2.78 3.00 3 1 4 178
Pernyataan 4 64 0 2.84 3.00 3 2 4 182
Pernyataan 5 64 0 2.91 3.00 2 1 4 186
Pernyataan 6 64 0 3.19 3.00 3 1 4 204
Pernyataan 7 64 0 3.08 3.00 3 2 4 197
Pernyataan 8 64 0 2.91 3.00 3 2 4 186
Pernyataan 9 64 0 2.86 3.00 3 1 4 183
Pernyataan 10 64 0 2.67 2.50 2 2 4 171
Pernyataan 11 64 0 3.02 3.00 3 2 4 193
Pernyataan 12 64 0 3.25 3.00 3 2 4 208
Pernyataan 13 64 0 3.28 3.00 4 1 4 210
Pernyataan 14 64 0 2.95 3.00 3 2 4 189
Pernyataan 15 64 0 2.86 3.00 3 1 4 183
Pernyataan 16 64 0 3.16 3.00 3 2 4 202
Pernyataan 17 64 0 3.16 3.00 3 2 4 202
Pernyataan 18 64 0 2.44 2.00 2 1 4 156
Pernyataan 19 64 0 3.34 3.00 3 1 4 214
(75)
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 60-70 tahun 37 57.8 57.8 57.8
71-80 tahun 20 31.2 31.2 89.1
81-90 tahun 7 10.9 10.9 100.0
Total 64 100.0 100.0
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 33 51.6 51.6 51.6
perempuan 31 48.4 48.4 100.0
Total 64 100.0 100.0
Agama Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid islam 61 95.3 95.3 95.3
kristen protestan 3 4.7 4.7 100.0
Total 64 100.0 100.0
Status Perkawinan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kawin 9 14.1 14.1 14.1
tidak kawin 1 1.6 1.6 15.6
janda 29 45.3 45.3 60.9
duda 25 39.1 39.1 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pendidikan Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak sekolah 38 59.4 59.4 59.4
SD 23 35.9 35.9 95.3
SMP 2 3.1 3.1 98.4
SMA 1 1.6 1.6 100.0
(76)
Penyakit Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid hipertensi 12 18.8 18.8 18.8
gout 13 20.3 20.3 39.1
rematoid athritis 14 21.9 21.9 60.9
DM 13 20.3 20.3 81.2
Stroke 12 18.8 18.8 100.0
Total 64 100.0 100.0
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Statistics
Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis
N Valid 64
Missing 0
Mean 3.12
Median 3.00
Mode 3
Minimum 3
Maximum 4
Sum 200
Gambaran Spiritual Lansia yang Menderita Penyakit Kronis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup Baik 56 87.5 87.5 87.5
Baik 8 12.5 12.5 100.0
Total 64 100.0 100.0
Pernyataan 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak sering 16 25.0 25.0 25.0
sering 40 62.5 62.5 87.5
sangat sering 8 12.5 12.5 100.0
(1)
Statistics
HUBUNGAN DENGAN DIRI
SENDIRI
HUBUNGAN DENGAN ALAM
HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
HUBUNGAN DENGAN
TUHAN
N Valid 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0
Mean 3.00 3.09 3.33 3.30
Median 3.00 3.00 3.00 3.00
Mode 3 3 3 3
Std. Deviation .591 .426 .536 .494
Minimum 2 2 2 2
Maximum 4 4 4 4
(2)
Frequency Table
HUBUNGAN DENGAN DIRI SENDIRI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 11 17.2 17.2 17.2
CUKUP BAIK 42 65.6 65.6 82.8
BAIK 11 17.2 17.2 100.0
Total 64 100.0 100.0
HUBUNGAN DENGAN ALAM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 3 4.7 4.7 4.7
CUKUP BAIK 52 81.2 81.2 85.9
BAIK 9 14.1 14.1 100.0
Total 64 100.0 100.0
HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 2 3.1 3.1 3.1
CUKUP BAIK 39 60.9 60.9 64.1
BAIK 23 35.9 35.9 100.0
Total 64 100.0 100.0
HUBUNGAN DENGAN TUHAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid KURANG BAIK 1 1.6 1.6 1.6
CUKUP BAIK 43 67.2 67.2 68.8
BAIK 20 31.2 31.2 100.0
Total 64 100.0 100.0
(3)
Lampiran 13 RINCIAN BIAYA PENELITIAN
1. Persiapan Proposal
- Biaya kertas print proposal Rp. 100.000,-
- Biaya foto copy Rp. 50.000,-
- Biaya Internet Rp. 50.000,-
- Biaya Survey awal Rp. 100.000,-
- Transport Rp. 100.000,-
- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp. 60.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp. 130.000,-
2. Pengumpulan Data
- Izin penelitian Rp. 100.000,-
- Biaya transportasi Rp. 150.000,-
3. Biaya pada saat penelitian
- Foto copy informed consent Rp. 30.000,- - Konsumsi saat penelitian dan souvenir Rp. 200.000,-
4. Persiapan hasil penelitian
- Biaya print skripsi Rp. 100.000,-
- Foto copy perbanyak hasil penelitian Rp. 100.000,- - Foto copy sumber-sumber referensi Rp. 50.000,- - Konsumsi saat sidang Rp. 130.000,-
5. Biaya Tak Terduga Rp. 100.000,-
(4)
(5)
Lampiran 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hotliana Daely
Tempat Tanggal Lahir : Halimbe, 02 April 1992 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Jamin Ginting gg. kamboja No.7a Medan Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 117861 Jarinjing Tahun 1998-2004 2. SMP Parulian 3 Medan Tahun 2004-2007 3. SMA Negeri 21 Medan Tahun 2007-2010 4. DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2010-2013 5. Mengikuti S-1 Keperawatan Ekstensi
Fakultas Keperawatan Universitas
(6)