S GEO 1402773 Chapter 3
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
survei. “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data yang
pokok” (Singarimbun dan Effendi, 2001, hlm. 3). Sedangkan menurut Riduwan
(2010, hlm. 49) “penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.” Penentuan
metode penelitian survei didasarkan pada tujuan penelitian yang bermaksud untuk
mencari pengaruh lingkungan sekolah terhadap kecerdasan spasial peserta didik.
Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data dari suatu populasi dengan
memilih sampel. Hasil pengambilan data dari sampel akan digeneralisasi untuk
seluruh populasi. Secara teknis, penelitian ini menggunakan angket dan instrumen
lainnya untuk mengukur variabel penelitian kepada para responden. Ada beberapa
pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan metode survei dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut (1) penelitian ini membutuhkan pengukuran terhadap
populasi yang besar, sedangkan peneliti tidak mampu melakukan penelitian
terhadap seluruh populasi; (2) metode survei dapat mengakomodasi keberagaman
data/informasi dari setiap sampel melalui penggunaan angket; (3) kesimpulan
yang diperoleh dari analisis data sampel dapat digeneralisasikan pada seluruh
populasi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah atas negeri di wilayah Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pada wilayah penelitian,
terdapat dua puluh tujuh sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung dan
sembilan belas sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Bandung. Setiap
sekolah tersebar secara acak di wilayah penelitian. Berikut disajikan daftar nama
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
sekolah menengah atas negeri di Kota pada tabel 3.1 dan sekolah menengah atas
negeri di Kabupaten Bandung pada tabel 3.2.
Tabel 3.1. Daftar SMA Negeri di Kota Bandung
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
NAMA SEKOLAH
SMA Negeri 1 Bandung
SMA Negeri 2 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 4 Bandung
SMA Negeri 5 Bandung
SMA Negeri 6 Bandung
SMA Negeri 7 Bandung
SMA Negeri 8 Bandung
SMA Negeri 9 Bandung
SMA Negeri 10 Bandung
SMA Negeri 11 Bandung
SMA Negeri 12 Bandung
SMA Negeri 13 Bandung
SMA Negeri 14 Bandung
SMA Negeri 15 Bandung
SMA Negeri 16 Bandung
SMA Negeri 17 Bandung
SMA Negeri 18 Bandung
SMA Negeri 19 Bandung
SMA Negeri 20 Bandung
SMA Negeri 21 Bandung
SMA Negeri 22 Bandung
SMA Negeri 23 Bandung
SMA Negeri 24 Bandung
SMA Negeri 25 Bandung
SMA Negeri 26 Bandung
SMA Negeri 27 Bandung
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Cikancung
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Ciparay
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Kertasari
SMAN 1 Majalaya
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Rancaekek
ALAMAT
Jl. Ir. H. Juanda No. 93 Telp: 022-2503948
Jl. Cihampelas No. 173 Telp: 022-2032462
Jl. Belitung No. 8 Bandung Telp: 022-4235154
Jl. Gardu Jati No. 20 Telp: 022-4203861
Jl. Belitung No. 8 Telp: 022-4206921
Jl. Pasirkaliki No. 51 Telp: 022-6011309
Jl. Lengkong Kecil No. 53 Telp: 022-4239947
Jl. Solontongan No.3 Telp: 022-7304542
Jl. Suparmin No 1A Telp: 022-6123806
Jl. Cikutra No. 77 Bandung Telp: 022-7273109
Jl. Kembar Baru No. 23 Telp: 022-5201102
Jl. Sekejati Kiaracodong Telp: 022-7310256
Jl. Raya Cibeureum No. 52 Telp: 022-6011186
Jl. Yudhawastu Pramuka IV Telp: 022-7202744
Jl. Sarimanis I Sarijadi Telp: 022-2011975
Jl. Mekarsari No. 81 Kiaracondong Telp: 022-7102122
Jl. Caringin Bakan Ciparay Telp: 022-6078486
Jl. Madesa No. 18 Situ Gunting Telp: 022-6013514
Jl. Ir.H. Juanda Dago Pojok Telp: 022-2502465
Jl. Citarum No.23 Telp: 022-4205268
Jl. Rancasawo – Manjahlega Telp: 022-7565909
Jl. Rajamantri Kulon No. 17A Telp: 022-7302769
Jl. Malangbong Raya Antapani Telp: 022-7270750
Jl. A.H. Nasution Telp: 022-7800196
Jl. Baturaden VIII No. 21 Ciwastra Telp: 022-7560119
Jl. Sukaluyu No. 26 Cibiru Telp: 022-7806897
Jl. Cimencrang Gedebage
Sumber: http://ppid.bandung.go.id
Tabel 3.2. Daftar SMA Negeri di Kabupaten Bandung
ALAMAT
Jl. RAA Wiranatakusumah No. 30 Baleendah
Jl. Ciapus No. 7 Banjaran
Jl. Sapan Gudang No. 52 Desa Tegalluar Bojongsoang
Jl. H. Darham No.42 Cicalengka
Jl. Jaya Dikarta No. 57 Cihanyir Cikancung
Desa Cibiru Wetan Cileunyi
Jl. Raya Pacet Ciparay No.188
Jl. Babakan Tiga 125, Ciwidey
Jl. Sukapura Dayeuhkolot Kab. Bandung
Jl. Kiaraeunyeuh Ds. Banyusari Kec.Katapang
Jl. Raya Pacet Km.15,5 Desa Sukapura Kec.Kertasari
Jl. Panyadap No. 2 Kec. Solokanjeruk Majalaya
Jl. Raya Wangisagara Kec. Majalaya
Jl. Taman Kopo Indah III Mekarahayu Margaasih
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 387 Margahayu
Jl. Raya Nagreg Km.38 Gamblung
Jl. Kebon Kopi 145 Pangalengan
Jl. Walini Rancaekek
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
19.
SMAN 1 Soreang
Jl. Raya Soreang - Banjaran Km. 3
Sumber: Disdikbud Kabupaten Bandung, 2016
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:61). Populasi
penelitian ini adalah seluruh peserta didik sekolah menengah atas negeri di Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Dua wilayah ini dipilih
menjadi subjek penelitian karena kondisi wilayahnya yang representatif terhadap
masalah penelitian yang diajukan. Di wilayah ini dapat dijadikan perwakilan
kondisi sekolah desa dan kota sehingga memudahkan dalam proses penelitian.
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,
2006, hlm. 174). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua teknik, yaitu stratified random sampling dan accidental sampling. Stratified
random sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan membagi
populasi penelitian berdasarkan kategori tertentu, kemudian setiap kategori
ditentukan sampelnya secara acak. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel
SMA negeri yang berada di Kota dan Kabupaten Bandung. Accidental sampling
adalah teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang dipilih berdasarkan
kondisi lapangan pada saat penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengambil
sampel peserta didik di setiap sampel sekolah. Untuk gambaran yang lebih jelas
mengenai penggunaan teknik sampling, dapat dilihat pada tabel 3.3.
Pada stratified random sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan
cara mengelompokkan SMA negeri di Kota dan Kabupaten Bandung berdasarkan
passing grade sekolah dari tahun 2012-2014. Hasil dari pengelompokan tersebut
menghasilkan tiga kelompok sekolah, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang,
dan kelompok rendah. Tujuan penggunaan passing grade adalah untuk membagi
sekolah berdasarkan prestasi dari peserta didik baru. Sekolah dengan passing
grade tinggi menunjukkan bahwa sekolah tersebut berisi peserta didik baru yang
memiliki prestasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Berikut disajikan
data passing grade setiap SMA negeri di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung
pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Tabel 3.3. Teknik Sampling dalam Penelitian
NO
1.
POPULASI
SMA Negeri
Kota dan
Kabupaten
Bandung
TEKNIK SAMPLING
Stratified Random
Sampling
2.
Peserta didik
Accidental Sampling
DESKRIPSI
Populasi sekolah
dikelompokkan
berdasarkan passing grade
dan diambil pada kelompok
atas, tengah, dan bawah.
Responden ditentukan
berdasarkan izin sekolah
bagi peneliti untuk
memberikan instrumen tes
dan non tes kepada peserta
didik.
Sumber: Peneliti, 2016
Tabel 3.4. Data Passing Grade SMA Negeri di Kota Bandung Tahun 2012 - 2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Bandung
SMAN 2 Bandung
SMAN 3 Bandung
SMAN 4 Bandung
SMAN 5 Bandung
SMAN 6 Bandung
SMAN 7 Bandung
SMAN 8 Bandung
SMAN 9 Bandung
SMAN 10 Bandung
SMAN 11 Bandung
SMAN 12 Bandung
SMAN 13 Bandung
SMAN 14 Bandung
SMAN 15 Bandung
SMAN 16 Bandung
SMAN 17 Bandung
SMAN 18 Bandung
SMAN 19 Bandung
SMAN 20 Bandung
SMAN 21 Bandung
SMAN 22 Bandung
SMAN 23 Bandung
SMAN 24 Bandung
SMAN 25 Bandung
SMAN 26 Bandung
SMAN 27 Bandung
PASSING GRADE
RATARATA
2012 2013 2014 (DK) 2014 (LK)
37.35 33.70
30.10
35.50
34.16
37.90 34.75
30.60
36.55
34.95
39.10 36.70
36.15
37.95
37.48
37.25 33.45
20.00
36.10
31.70
38.90 35.50
34.55
36.95
36.48
36.55 30.85
19.75
33.85
30.25
36.60 28.15
19.50
31.85
29.03
38.20 35.35
33.50
32.10
34.79
36.85 30.80
20.10
33.95
30.43
36.90 29.45
25.50
32.15
31.00
37.15 31.50
25.65
35.10
32.35
36.85 29.70
31.25
33.25
32.76
36.05 25.95
24.60
31.50
29.53
37.00 30.35
30.60
31.20
32.29
36.15 29.05
26.30
29.55
30.26
35.70 24.35
24.75
20.10
26.23
35.60 26.10
22.65
30.20
28.64
34.95 24.55
24.65
28.55
28.18
36.00 25.55
25.00
28.35
28.73
37.50 33.90
28.65
35.45
33.88
35.25 22.65
23.20
26.60
26.93
37.00 31.00
25.75
33.75
31.88
36.70 27.90
29.05
31.80
31.36
37.65 32.65
33.70
36.15
35.04
36.00 26.35
25.35
30.65
29.59
35.20 21.10
25.00
26.35
26.91
34.45 23.90
25.50
Tak ada data
27.95
Sumber: https://bicarapassinggrade.wordpress.com
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Tabel 3.5. Data Passing Grade SMA Negeri di Kabupaten Bandung
Tahun 2012 - 2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Rancaekek
SMAN 1 Soreang
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Majalaya
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Cikancung
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Ciparay
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Kertasari
SMAN 1 Katapang
PASSING GRADE
RATARATA
2012
2013
2014
38.35
32.85
31.55
34.25
37.00
26.20
28.65
30.62
36.90
26.00
25.90
29.60
36.80
24.80
27.85
29.82
36.65
24.50
30.60
30.58
34.60
21.80
23.70
26.70
34.35
20.30
26.05
26.90
33.85
20.75
16.95
23.85
33.45
23.30
20.40
25.72
32.00
20.70
22.15
24.95
31.85
20.15
23.25
25.08
31.20
19.00
20.80
23.67
30.95
23.85
15.80
23.53
29.75
15.50
23.25
22.83
28.75
18.60
22.20
23.18
28.15
20.00
16.65
21.60
27.45
17.85
17.90
21.07
26.00
17.75
13.35
19.03
28.00
18.35
18.00
21.45
Sumber: http://sillaputrixesill.blogspot.co.id
Setelah mengetahui rata-rata nilai passing grade setiap sekolah, maka
sekolah tersebut dapat diurutkan dari rata-rata tertinggi hingga terendah.
Kemudian sekolah akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan asumsi
setiap kelompok bersifat homogen sehingga sampel dari setiap kelompok akan
diambil secara acak. Berikut ini disajikan hasil sampling pada tabel 3.6 dan tabel
3.7.
Tabel 3.6. Penentuan Sampel Sekolah di Kota Bandung
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
NAMA SEKOLAH
SMAN 3 Bandung
SMAN 5 Bandung
SMAN 24 Bandung
SMAN 2 Bandung
SMAN 8 Bandung
SMAN 1 Bandung
SMAN 20 Bandung
SMAN 12 Bandung
SMAN 11 Bandung
SMAN 14 Bandung
SMAN 22 Bandung
SMAN 4 Bandung
SMAN 23 Bandung
SMAN 10 Bandung
RATA-RATA
PASSING GRADE
37.48
36.48
35.04
34.95
34.79
34.16
33.88
32.76
32.35
32.29
31.88
31.70
31.36
31.00
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
TINGGI
SMAN 2
Bandung dan
SMAN 11
Bandung
SEDANG
SMAN 4
Bandung dan
SMAN 15
Bandung
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
NO
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA SEKOLAH
SMAN 9 Bandung
SMAN 15 Bandung
SMAN 6 Bandung
SMAN 25 Bandung
SMAN 13 Bandung
SMAN 7 Bandung
SMAN 19 Bandung
SMAN 17 Bandung
SMAN 18 Bandung
SMAN 27 Bandung
SMAN 21 Bandung
SMAN 26 Bandung
SMAN 16 Bandung
RATA-RATA
PASSING GRADE
30.43
30.26
30.25
29.59
29.53
29.03
28.73
28.64
28.18
27.95
26.93
26.91
26.23
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
RENDAH
SMAN 17
Bandung dan
SMAN 18
Bandung
Sumber: Data Penelitian, 2016
Tabel 3.7. Penentuan Sampel Sekolah di Kabupaten Bandung
NO
NAMA SEKOLAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Soreang
SMAN 1 Rancaekek
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Majalaya
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Cikancung
SMAN 1 Ciparay
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Kertasari
RATA-RATA
PASSING GRADE
34.25
30.62
30.58
29.82
29.60
26.90
26.70
25.72
25.08
24.95
23.85
23.67
23.53
23.18
22.83
21.60
21.45
21.07
19.03
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
TINGGI
SMAN 1
Margahayu
SEDANG
SMAN 1
Dayeuhkolot
RENDAH
SMAN 1
Katapang
Sumber: Data Penelitian, 2016
D. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan asumsi-asumsi yang ada dalam penelitian, maka dibuat
definisi operasional yang menjelaskan variabel-variabel yang terlibat.
1. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan peserta didik dalam ruang lingkup
sekolah yang memiliki pengaruh terhadap karakteristik peserta didik. Unsur
lingkungan sekolah dapat berupa program sekolah, proses pembelajaran,
sarana dan prasarana sekolah serta budaya warga sekolah. Agar penelitian
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
tidak bias, maka aspek lingkungan sekolah yang diteliti akan dibatasi pada
unsur yang berkaitan erat dengan kecerdasan spasial. Ada empat unsur yang
akan menjadi indikator lingkungan sekolah, yaitu (1) program sekolah dibatasi
pada aturan sekolah; (2) sarana dan prasarana sekolah dibatasi pada
ketersediaan media visual berupa gambar, rambu-rambu, peta, dan lain
sebagainya; (3) proses pembelajaran dibatasi pada penggunaan media
pembelajaran; (4) budaya sekolah dibatasi pada perilaku warga sekolah.
2. Peserta didik adalah peserta didik yang terdaftar di SMA negeri seluruh Kota
dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Peserta didik ini meliputi kelas
X, XI dan XII jurusan ilmu-ilmu alam (IIA) dan ilmu-ilmu sosial (IIS).
3. Student’s affordance adalah interpretasi peserta didik terhadap lingkungan di
sekitarnya sebagai kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Peserta didik
yang memiliki affordance tinggi mampu memikirkan banyak hal terhadap satu
objek atau satu tempat di lingkungan. Tentu kemungkinan tindakan tersebut
harus dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga peserta didik
benar-benar tahu apa yang harus dilakukan.
4. Geo-literacy adalah terminologi yang diadopsi oleh National Geographic
untuk menjelaskan cara seseorang untuk memahami sistem bumi berjalan
dalam konteks masyarakat modern. Geo-literacy merupakan kemampuan nalar
untuk menggambarkan sistem bumi dan interkoneksi sebagai usaha untuk
meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan.
5. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
peserta didik untuk mengamati bentuk, warna, lokasi dan hubungan antara
objek di dalam ruang. Kecerdasan ini direpresentasikan oleh tiga kemampuan,
yaitu cognitive map, cognitive collage, dan spatial mental. Cognitive map
merupakan kemampuan peserta didik untuk memetakan lokasi-lokasi beserta
rute-rutenya di dalam pikiran. Cognitive collage adalah kemampuan untuk
memvisualkan suatu kondisi ke dalam bentuk gambar di dalam pikiran.
Kemampuan ini tidak berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam
menggambar. Spatial mental adalah kemampuan untuk menalar atau
merasionalkan hubungan antara dua lokasi atau lebih di permukaan bumi.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Kemampuan ini dapat diukur melalui kemampuan peserta didik dalam
memprediksi peristiwa dan menjelaskan penyebab peristiwa dari sudut
pandang
lokasi.
E. Variabel Penelitian
Menurut Zuriah (2005, hlm. 144) “variabel didefinisikan sebagai konsep
yang mempunyai nilai, dan juga sebagai pengelompokan yang logis dari atribut
atau lebih.” Arikunto (2006, hlm. 118) mendukung pernyataan tersebut dengan
berpendapat bahwa “variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.” Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan hasil dari gabungan dua teori, yaitu theory of affordance dan theory of
crystalized intelligence.
Theory of affordance menyebutkan bahwa tindakan (action) manusia
ditentukan oleh affordance yang dihasilkan dari interpretasinya terhadap
lingkungan. Dengan kata lain, affordance merupakan variabel yang berada di
antara variabel lingkungan dan tindakan. Sedangkan theory of crystalized
intelligence menyebutkan bahwa kecerdasan seseorang, termasuk kecerdasan
spasial, dapat dilatih berdasarkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam diri seseorang. Kombinasi yang tepat antara pengetahuan dan keterampilan
seseorang dalam hal kemampuan spasial adalah geo-literacy. Geo-literacy
merupakan kemelekan seseorang terhadap fenomena permukaan bumi dengan
titik fokus lokasinya. Karena itu, konsep geo-literacy ini dapat dimasukkan ke
dalam variabel penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan empat variabel, yaitu
lingkungan sekolah (X1), student’s affordance (Y1), geo-literacy (Y2) dan
kecerdasan spasial (Y3). Hubungan antar variabel dapat digambarkan dalam
bentuk bagan seperti pada gambar 3.1. Kemudian untuk variabel penelitian dan
indikatornya dapat dilihat pada tabel 3.8.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dibuat untuk penelitian ini terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu instrumen observasi (lingkungan sekolah), instrumen non tes
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
(affordance), dan instrumen tes (geo-literacy dan kecerdasan spasial). Ketiga jenis
instrumen tersebut dikembangkan berdasarkan variabel dan indikator yang telah
ditentukan. Kemudian setiap indikator dituangkan dalam bentuk butir soal.
Sebelum instrumen siap digunakan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen terlebih dahulu.
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Gambar 3.1. Analisis Jalur Variabel Penelitian
Tabel 3.8. Variabel Penelitian
NO
1.
VARIABEL
Lingkungan sekolah (X)
a.
b.
c.
d.
2.
Affordance (Y1)
a.
b.
INDIKATOR
Sarana dan prasarana sekolah
Kondisi ruang kelas.
Kondisi fasilitas penunjang pembelajaran.
Ketersediaan rambu-rambu di lingkungan
sekolah.
Ketersediaan denah sekolah.
Ketersediaan lukisan, gambar, atau foto di
dinding sekolah.
Proses pembelajaran di kelas.
Penggunaan media pembelajaran visual.
Penggunaan media pembelajaran audio visual.
Penggunaan media pembelajaran interaktif.
Aturan sekolah.
Susunan ruangan di sekolah.
Aturan kelas berpindah.
Perilaku warga sekolah.
Pelaksanaan sistem kelas berpindah.
Kebiasaan melakukan sesuatu pada tempatnya
(misal: membuang sampah di tempatnya,
makan di kantin dan tidak di kelas, membaca di
perpustakaan, shalat di masjid, dsb).
Memiliki banyak kemungkinan tindakan di suatu
tempat.
Memahami karakteristik lingkungan.
Mengetahui tindakan yang tepat sesuai
karakteristik lingkungan.
Menguraikan langkah untuk melakukan tindakan di
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
NO
VARIABEL
c.
3.
Geo-literacy (Y2)
a.
b.
c.
2.
Variabel dependen (Y3)
Kecerdasan spasial
a.
b.
c.
INDIKATOR
suatu tempat.
Menyadari resiko dari sebuah tindakan.
Menyadari potensi dari sebuah tindakan.
Mengetahui alat bantu untuk melakukan tindakan di
suatu tempat.
Menilai kesesuaian alat dengan tindakan yang
diambil.
Mengetahui lokasi untuk memperoleh alat
tersebut.
Interactions
Mengetahui lokasi/objek/peristiwa yang saling
mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Menemukan
bukti-bukti
dari
lokasi/objek/peristiwa
yang
saling
mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Interconnections
Mengetahui faktor-faktor yang menentukan
hubungan antar lokasi/objek/peristiwa.
Memahami
hubungan
antar
lokasi/objek/peristiwa berdasarkan pola lokasi.
Implications
Memiliki kepekaan tinggi terhadap dampak dari
interaksi
dan
interkoneksi
antar
lokasi/objek/peristiwa berdasarkan data yang
ada.
Mengetahui tindakan untuk mengurangi risiko
dari dampak negatif dari suatu interaksi dan
interkoneksi.
Mengetahui tindakan untuk mengoptimalkan
potensi dari suatu interaksi dan interkoneksi.
Cognitive Map
Menentukan rute terhadap lokasi yang sudah
diketahui.
Menentukan rute terhadap lokasi yang belum
diketahui.
Menentukan rute yang paling pendek antara
dua lokasi
Menentukan rute yang paling pendek antara
lebih dari dua lokasi
Cognitive Collage
Mencocokkan gambar dengan lokasi yang
sesuai.
Mengubah informasi verbal menjadi gambar
dan sebaliknya.
Spatial mental
Menyimulasikan perubahan objek dalam ruang.
Memprediksikan pergerakan objek.
Menentukan hubungan antara satu objek
dengan objek lain dalam ruang.
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan agar instrumen penelitian
yang dikembangkan dapat memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu mengukur
apa yang ingin diukur serta pengukurannya konsisten untuk setiap responden.
Instrumen yang dikembangkan sebanyak empat buah, yaitu instrumen observasi
lingkungan, instrumen non tes affordance, instrumen tes geo-literacy dan
instrumen tes spatial intelligence. Instrumen observasi lingkungan tidak melalui
uji validitas dan reliabilitas karena instrumen ini mengukur hal yang konkret dan
jelas indikatornya. Sedangkan ketiga instrumen lainnya bersifat abstrak dan
memiliki indikator yang bersifat relatif. Karena itu, instrumen yang dilibatkan
dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah instrumen affordance, geo-literacy
dan spatial intelligence. Berikut disajikan hasil dari uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian pada uraian di bawah ini.
1. Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang dilibatkan dalam uji validitas terdiri dari instrumen tes dan
non tes. Instrumen tes adalah instrumen geo-literacy dan spatial intelligence.
Instrumen tes berisikan pertanyaan-pertanyaan dengan lima pilihan jawaban.
Responden diminta untuk memilih jawaban yang benar. Jika responden menjawab
benar maka akan mendapat satu poin. Namun jika responden menjawab salah
maka akan mendapat nol poin. Instrumen geo-literacy digunakan untuk mengukur
kesadaran Geografi responden melalui tiga aspek Geografi, yaitu interconnection,
interaction dan implication. Instrumen spatial intelligence digunakan untuk
mengukur potensi kecerdasan spasial responden melalui pengujian tiga
kemampuan yakni cognitive map, cognitive collage dan spatial mental. Instrumen
non tes merupakan instrumen afforndance yang bertujuan untuk mengukur
persepsi responden terhadap lingkungan. Instrumen ini berisikan pernyataan
dengan lima pilihan respons yang berbeda, yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Karena itu, pernyataan dalam instrumen ini tidak
memiliki jawaban yang benar atau salah.
Teknik penskoran dalam instrumen affordance adalah pemberian poin
untuk setiap respons. Poin yang diberikan adalah 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3
(netral), 4 (tidak setuju) atau 5 (sangat tidak setuju). Berdasarkan teknik
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
penskoran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai yang
diperoleh dalam instrumen affordance, maka semakin tinggi affordance
responden tersebut.
Setiap instrumen berisi tiga puluh soal yang harus diisi oleh responden,
sehingga total soal adalah 90 butir. Instrumen diuji coba kepada 45 responden
yang berstatus peserta didik kelas X di SMA Laboratorium Percontohan UPI Jl.
Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung. Setelah seluruh responden mengisi
instrumen, jawaban dari setiap responden ditabulasi untuk diuji validitasnya.
Pertama, jawaban setiap responden diperiksa untuk menentukan skor yang
diperoleh untuk setiap pertanyaan atau pernyataan. Perolehan skor tersebut
dijumlahkan sehingga didapat skor total untuk setiap butir soal.
Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor setiap
butir soal dengan skor total sehingga didapatkan nilai r hitung untuk setiap butir
soal. Nilai r hitung menunjukkan besarnya kontribusi butir soal terhadap
instrumen yang dikembangkan. Misalnya, sebuah instrumen tes memiliki 5 soal.
Instrumen tersebut diuji pada 10 orang responden. Jika semua responden
menjawab semua soal dengan benar, maka akan didapatkan skor sebesar 50
(setiap responden mendapatkan nilai maksimum 5). Skor 50 ini akan disebut skor
instrumen. Setelah diuji, soal nomor satu dijawab benar oleh 2 responden dari 10
responden. Kemudian skor instrumen adalah 45. Maka dapat diperkirakan bahwa
soal nomor satu tersebut tidak akan valid. Hal tersebut disebabkan skor instrumen
tinggi (45 dari maksimum 50) namun skor soal nomor satu rendah (dijawab benar
oleh 2 responden dari 10 responden). Namun jika soal nomor satu dijawab benar
oleh 8 responden dari 10 responden, maka dapat diperkirakan bahwa soal nomor
satu akan valid. Validitas tersebut akan diuji secara statistik dan menghasilkan
nilai korelasi atau nilai r hitung. Untuk mengetahui validitas suatu butir soal, nilai
r hitung akan dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel ditentukan menurut
jumlah responden yang dilibatkan dalam uji coba instrumen. Adapun nilai r tabel
untuk 45 responden adalah 0,294. Jika butir soal memiliki nilai r hitung lebih
besar dari r tabel (r hitung > 0,294) maka soal tersebut adalah valid. Sebaliknya,
jika butir soal memiliki nilai r hitung yang lebih kecil dari r tabel (r hitung <
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
0,294) maka soal tersebut adalah tidak valid. Tabel 3.9 menyajikan data nilai r
hitung dan validitas untuk setiap butir soal pada setiap instrumen.
Berdasarkan tabel 3.9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata soal valid adalah
50% dari keseluruhan butir soal dalam sebuah instrumen. jumlah soal yang valid
untuk setiap instrumen adalah 15 butir (instrumen affordance), 11 butir
(instrumen geo-literacy) dan 15 butir (instrumen spatial intelligence). Pada
instrumen spatial intelligence terdapat kesalahan pada soal nomor 8 dan 25. Soal
nomor 8 dan 25 tidak memiliki pilihan jawaban yang benar sehingga tidak sah dan
tidak dilibatkan dalam uji validitas.
Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
INSTRUMEN
NO
SOAL
AFFORDANCE
R HITUNG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
VALIDITAS
0.340
Valid
0.344
Valid
0.073
Tidak Valid
0.375
Valid
0.486
Valid
0.371
Valid
0.372
Valid
0.566
Valid
0.363
Valid
-0.051
Tidak Valid
0.231
Tidak Valid
0.237
Tidak Valid
-0.161
Tidak Valid
0.254
Tidak Valid
0.046
Tidak Valid
0.368
Valid
0.271
Tidak Valid
0.462
Valid
0.479
Valid
0.541
Valid
0.387
Valid
0.231
Tidak Valid
0.290
Tidak Valid
0.221
Tidak Valid
0.327
Valid
0.255
Tidak Valid
0.275
Tidak Valid
0.490
Valid
-0.288
Tidak Valid
-0.022
Tidak Valid
15
TOTAL VALID
15
TOTAL TIDAK VALID
*soal diperbaiki untuk digunakan kembali
GEO-LITERACY
R
HITUNG
-0.148
0.198
0.336
0.013
0.217*
0.444
0.002
0.378
0.141
-0.011
0.344
0.339
0.481
-0.058
0.167
0.167
-0.161
0.320
0.519
0.106
0.010
0.135
0.532
0.227*
0.225*
0.211*
0.400
0.395
-0.060
0.139
SPATIAL
INTELLIGENCE
VALIDITAS
R HITUNG
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
11
19
-0.052
0.015
0.028
0.056
0.605
0.410
-0.026
soal anulir
0.277
0.371
0.397
0.510
0.689
0.504
0.406
0.519
0.650
0.597
0.077
-0.134
0.585
0.357
0.546
0.249
soal anulir
0.450
0.074
0.235
0.212
-0.054
VALIDITAS
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
soal anulir
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
soal anulir
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
15
13
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
Selain data pada tabel 3.9, ada juga hal yang menjadi catatan penting dari
proses uji coba instrumen. Ada dua hal yang menjadi perhatian khusus untuk
memperbaiki instrumen tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Soal dirasa terlalu banyak karena waktu yang dibutuhkan oleh
responden untuk mengisi instrumen rata-rata satu jam.
2. Soal yang terlalu banyak membuat responden kurang serius dalam
memikirkan jawaban yang paling tepat.
Berdasarkan kedua hal tersebut, maka soal-soal pada instrumen akan
diseleksi agar jumlahnya berkurang. Hal tersebut dilakukan agar waktu
pengerjaan tidak terlalu lama sekaligus menjaga fokus responden agar tetap serius
mengerjakan soal. Adapun setiap soal dalam instrumen dipilih sebanyak 15 butir
(untuk instrumen affordance dan geo-literacy) dan 20 soal (untuk instrumen
spatial intelligence) sehingga total soal yang harus diisi responden adalah 50
butir. Pada instrumen affordance tidak memiliki masalah karena soal yang valid
berjumlah 15 butir. Instrumen geo-literacy memiliki soal yang valid sebanyak 11
butir. Untuk memenuhi 15 butir yang telah ditetapkan maka dipilih 4 soal dari
kelompok yang tidak valid dengan nilai r hitung tertinggi, yaitu soal nomor 5, 24,
25, dan 26. Keempat soal tersebut diperbaiki, baik dari sisi redaksi maupun
pilihan jawaban agar lebih mudah dipahami oleh responden. Sedangkan pada
instrumen spatial intelligence, jumlah soal yang valid adalah 15 butir. Namun
pada instrumen ini dibuat 5 soal baru agar memenuhi 20 butir. Hal tersebut
dilakukan karena pada butir soal yang tidak valid dirasa memiliki tingkat
keterbacaan yang rendah oleh responden. Karena itu, 5 soal baru yang dibuat
dirancang sesederhana mungkin agar mudah dipahami responden namun mampu
menguji indikator variabel yang akan diukur. Instrumen penelitian yang lengkap
pada tahap sebelum dan sesudah uji validitas dapat dilihat pada bagian lampiran.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah menentukan jumlah soal yang akan dijadikan instrumen penelitian,
maka
instrumen
pun
perlu
diuji
reliabilitasnya.
Reliabilitas
instrumen
menunjukkan konsistensi dan keajekan (kokoh, tetap) dari suatu instrumen. Suatu
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
instrumen dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama untuk setiap
responden dengan karakteristik yang sama. Artinya, jika sebuah instrumen yang
digunakan pada responden berusia 17 tahun di sekolah X memberikan hasil A,
maka instrumen tersebut akan memberikan hasil A juga pada responden berusia
17 tahun di sekolah Y. Reliabilitas suatu instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu
validitas setiap butir soal dan jumlah butir soal dalam suatu instrumen. Jika suatu
instrumen banyak terdapat soal yang valid maka instrumen tersebut akan reliabel.
Kemudian, semakin banyak butir soal pada suatu instrumen, maka akan semakin
reliabel instrumen tersebut.
Secara statistik, uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung nilai
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan reliabilitas suatu
instrumen jika dibandingkan dengan nilai r tabel. Adapun nilai r tabel yang
digunakan pada uji reliabilitas adalah nilai r yang sama dengan uji validitas. Nilai
r tabel untuk 45 responden adalah 0,294. Jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar
dari r tabel (Cronbach’s Alpha > 0,294) maka instrumen dinyatakan reliabel.
Namun jika nilai Cronbach’s Alpha kurang dari nilai r tabel (Cronbach’s Alpha <
0,294) maka instrumen tersebut tidak reliabel. Tabel 3.10 menyajikan data hasil
perhitungan nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap instrumen penelitian.
Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
INSTRUMEN
TAHAPAN
Instrumen Sebelum
Seleksi (30 soal)
Instrumen Setelah
Seleksi (15 soal)
AFFORDANCE
GEO-LITERACY
SPATIAL
INTELLIGENCE
Cronbach's
N of
Alpha
Items
Cronbach's
Alpha
N of
Items
Cronbach's
Alpha
N of
Items
0.652
31
0.654
31
0.702
29
0.718
16
0.710
16
0.748
16
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Pada tabel 3.9 dapat dilihat bahwa terdapat dua nilai Cronbach’s Alpha
untuk setiap instrumen, yaitu sebelum instrumen diseleksi dan setelah instrumen
diseleksi. Kolom N of items menunjukkan jumlah data yang dihitung, yaitu skor
untuk setiap butir soal dan skor total untuk seluruh instrumen. Kemudian, setiap
instrumen memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,294. Artinya,
baik pada tahap sebelum diseleksi maupun pada tahap setelah diseleksi, instrumen
penelitian sudah ditentukan sebagai instrumen yang reliabel. Namun jika
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
diperhatikan lebih teliti, nilai Cronbach’s Alpha mengalami peningkatan setelah
instrumen diseleksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen
meningkat setelah soal yang tidak valid tidak dimasukkan dalam perhitungan
statistik. Karena itu, setelah didukung oleh hasil dari uji validitas dan hasil dari uji
reliabilitas, instrumen penelitian ditetapkan akan dikurangi menjadi 50 butir soal
dengan jumlah butir untuk masing-masing instrumen adalah 15 butir (instrumen
affordance), 15 butir (instrumen geo-literacy) dan 20 butir (instrumen spatial
intelligence). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka ditetapkan soalsoal berikut menjadi instrument penelitian yang valid dan reliabel. Adapun nomor
soal yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut.
Affordance
: 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 18, 19, 20, 21, 25, 28
Geo-literacy
: 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28
Spatial Intelligence
: 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 26
G. Teknik Pengambilan Data
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam dan sosial di sekitar
lokasi penelitian yang dapat diidentifikasi oleh peneliti.
2. Angket
Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya. Angket akan digunakan untuk mengambil
data dari responden dan beberapa karyawan bidang teknologi informasi objek
wisata yang jumlahnya banyak dan memiliki keterbatasan waktu untuk
wawancara.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara ini akan digunakan untuk
memperoleh data dari pimpinan pengelola objek wisata.
4. Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen berfungsi sebagai data sekunder yang akan
mendukung data primer hasil survey lapangan.
H. Teknik Analisis Data
1.
Validitas
Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakan
tes tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
Pearson dengan rumus perhitungan sebagai berikut
Bila koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan
angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya
konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan
yang tegas. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi
adalah
mencari
harga
koefisien
korelasi
yang setinggi
mungkin
dan
menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien
yang mendekati nol (0).
2.
Reliabilitas
Analisis Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable). Reliabilitas merupakan
salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Kadangkadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Namun ide pokoknya dalam konsep
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh
mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement
error).
Tinggi rendahnya reliabiltias, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien
reliabilitas berkisaran 0.0-1.0; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas
sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek
pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan potensial. Di samping itu
walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif atau negatif, akan tetapi dalam
hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besar kurang dari nol (0.0) tidak ada
artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas
yang positif. Teknik perhitungan koefisien reliabiltias yang digunakan disini
adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha yang dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan:
k
= Banyaknya Pertanyaan
2
Sj
= Nilai Varians Jawaban Item ke-j
S2
= Nilai Varians Skor Total
Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan tingkat
reliabilitas dapat digunakan kriteria Guilford (1956) yaitu
a. Kurang dari 0,20 : reliabilitas sangat kecil
b. 0,20 - 0,39
: reliabilitas kecil
c. 0,40 - 0,69
: reliabilitas cukup erat
d. 0,70 - 0,89
: reliabilitas tinggi (reliable)
e. 0,90 - 0,99
: reliabilitas sangat erat (sangat reliable)
f. 1,00
: reliabilitas sempurna
3.
Normalitas
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan
(Chi-kuadrat)
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan
: frekuensi observasi
: frekuensi ekspektasi
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23,
kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu sebagai berikut.
a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data terdistribusi secara normal.
b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data terdistribusi secara tidak normal.
4.
Homogenitas
Menurut Ridwan (2010: 120), uji homogenitas merupakan uji yang
membandingkan nilai varians terbesar dengan varians terkecil. Fungsi uji
homogenitas ini adalah untuk menguji apakah data tersebut homogen atau tidak.
Untuk menguji homogenitas antara dua kelompok data maka digunakan uji F.
dimana: F
= Nilai Uji F
S12 = Varians kelompok 1
S22 = Varians kelompok 2
Sedangkan jika ada lebih dari dua kelompok data yang diuji, maka
menggunakan Rumus Bartlett seperti persamaan di berikut ini.
Keterangan: n
= Jumlah data
B
= (∑dk)log S2
Si2 = Varians data untuk setiap kelompok ke-i
dk = Derajat kebebasan
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan software SPSS versi 23,
kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu sebagai berikut.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data bersifat homogen.
b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data bersifat tidak homogen.
5. Method of Successive Interval (MSI)
Metode ini digunakan untuk mengubah data ordinal (pada data affordance)
menjadi skala interval berurutan (Successive Interval). Konversi data ordinal
menjadi data interval dilakukan agar data pada variabel affordance dapat
dilibatkan dalam analisis jalur yang menggunakan regresi linier. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Menentukan frekuensi setiap jawaban yang diberikan responden.
b. Menentukan proporsi setiap jawaban dengan membagi frekuensi dengan
jumlah sampel.
c. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon sehingga
diperoleh proporsi kumulatif. Kemudian tentukan nilai simpangan baku (z).
d. Menentukan densitas untuk simpangan baku (z) untuk masing-masing
proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.
Rumus yang digunakan adalah
e. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing respon. Rumus yang
digunakan adalah
f. Mengubah scale value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan
mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil
sehingga diperoleh transformed scale value (TSV).
6.
Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Prosedur statistik yang digunakan adalah analisis
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
jalur (path analysis). Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi
linier ganda. Menurut Kusnendi (2008: 147), analisis jalur digunakan untuk
“mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel
penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi secara langsung.”
Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal
antar variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z. Dalam
penggunaan analisis jalur, terdapat persamaan regresi multipel. Regresi multipel
menjelaskan hubungan pengeruh antara beberapa variabel independen terhadap
variabel dependen. Regresi multipel memiliki dua jenis persamaan, yaitu:
a. Regresi unstandardized (b)
Digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen (Y dan Z) dengan
menggunakan nilai variabel independen (X1, X2 dan X3). Persamaan yang
dihasilkan adalah sebagai berikut.
b. Regresi standardized (β)
Digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen (X1, X2 dan X3) terhadap variabel dependen (Y dan Z). Persamaan
regresi standardized adalah sebagai berikut.
Setelah melakukan analisis jalur, penelitian ini akan menghasilkan tiga
persamaan yang akan diuji hipotesisnya. Setiap persamaan memiliki dua hipotesis
yang perlu diuji kebenarannya, yaitu H0 (hipotesis awal) dan Ha (hipotesis
alternative). Hipotesis awal merupakan hipotesis yang merujuk pada teori, yaitu
kemungkinan yang terjadi apabila hasil penelitian sesuai dengan landasan teori.
Namun apabila hasil uji hipotesis tidak sesuai dengan kajian teori, maka
digunakan hipotesis alternative (Ha). untuk menentukan hipotesis mana yang akan
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
diterima maka dapat menggunakan uji F dan uji t. Uji F bertujuan untuk menguji
signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara bersama-sama. Sedangkan uji t
digunakan untuk menguji signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara
terpisah. Sekalipun berbeda, kedua jenis uji ini memiliki kriteria yang sama, yaitu
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig. < 0,05) maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Namun jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05) maka H0
ditolak dan Ha diterima. Adapun hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Model lingkungan sekolah (X) terhadap student’s affordance (Y1): Y1= f(X)
H0 : Lingkungan sekolah (X) berpengaruh positif terhadap affordance (Y1).
Ha
: Lingkungan sekolah (X) tidak berpengaruh terhadap affordance (Y1).
2. Model pengaruh lingkungan sekolah
(X) dan student’s affordance (Y1)
terhadap geo-literacy (Y2): Y2= f(X, Y1)
H0 : Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) berpengaruh positif
terhadap geo-literacy (Y2).
Ha
: Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) (salah satu atau kedua
variabel) tidak berpengaruh terhadap geo-literacy (Y2).
3. Model pengaruh student’s affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) terhadap
kecerdasan spasial (Y3): Y= f(Y1, Y2)
H0 : Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) berpengaruh positif terhadap
kecerdasan spasial (Y3).
Ha
: Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) (salah satu atau kedua variabel)
tidak berpengaruh terhadap kecerdasan spasial (Y3).
Sugiyono (2002: 134) mengemukakan bahwa “untuk sampel yang tidak
berkorelasi dengan jenis data interval, uji hipotesis yang digunakan adalah uji ttest.” Uji t dilakukan dengan syarat data harus homogen dan normal. Apabila data
tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka hipotesis diuji dengan
pengujian statistik non parametrik. Selain itu, uji t digunakan untuk mengukur
pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara terpisah.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
Uji hipotesis menggunakan uji t pada taraf signifikansi 5%. Persamaan uji t adalah
sebagai berikut.
dimana
= Koefisien jalur error variabel
= Koefisien determinasi
= Jumlah sampel
= Jumlah variabel
Sedangkan untuk menguji pengaruh bersama antar setiap variabel
independen terhadap variabel dependen, dapat menggunakan uji-F. Persamaan ujiF adalah sebagai berikut.
dimana
= Koefisien determinasi
= Jumlah sampel
= Jumlah variabel
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
survei. “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data yang
pokok” (Singarimbun dan Effendi, 2001, hlm. 3). Sedangkan menurut Riduwan
(2010, hlm. 49) “penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.” Penentuan
metode penelitian survei didasarkan pada tujuan penelitian yang bermaksud untuk
mencari pengaruh lingkungan sekolah terhadap kecerdasan spasial peserta didik.
Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data dari suatu populasi dengan
memilih sampel. Hasil pengambilan data dari sampel akan digeneralisasi untuk
seluruh populasi. Secara teknis, penelitian ini menggunakan angket dan instrumen
lainnya untuk mengukur variabel penelitian kepada para responden. Ada beberapa
pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan metode survei dalam penelitian ini,
yaitu sebagai berikut (1) penelitian ini membutuhkan pengukuran terhadap
populasi yang besar, sedangkan peneliti tidak mampu melakukan penelitian
terhadap seluruh populasi; (2) metode survei dapat mengakomodasi keberagaman
data/informasi dari setiap sampel melalui penggunaan angket; (3) kesimpulan
yang diperoleh dari analisis data sampel dapat digeneralisasikan pada seluruh
populasi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah atas negeri di wilayah Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pada wilayah penelitian,
terdapat dua puluh tujuh sekolah menengah atas negeri di Kota Bandung dan
sembilan belas sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Bandung. Setiap
sekolah tersebar secara acak di wilayah penelitian. Berikut disajikan daftar nama
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
sekolah menengah atas negeri di Kota pada tabel 3.1 dan sekolah menengah atas
negeri di Kabupaten Bandung pada tabel 3.2.
Tabel 3.1. Daftar SMA Negeri di Kota Bandung
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
NAMA SEKOLAH
SMA Negeri 1 Bandung
SMA Negeri 2 Bandung
SMA Negeri 3 Bandung
SMA Negeri 4 Bandung
SMA Negeri 5 Bandung
SMA Negeri 6 Bandung
SMA Negeri 7 Bandung
SMA Negeri 8 Bandung
SMA Negeri 9 Bandung
SMA Negeri 10 Bandung
SMA Negeri 11 Bandung
SMA Negeri 12 Bandung
SMA Negeri 13 Bandung
SMA Negeri 14 Bandung
SMA Negeri 15 Bandung
SMA Negeri 16 Bandung
SMA Negeri 17 Bandung
SMA Negeri 18 Bandung
SMA Negeri 19 Bandung
SMA Negeri 20 Bandung
SMA Negeri 21 Bandung
SMA Negeri 22 Bandung
SMA Negeri 23 Bandung
SMA Negeri 24 Bandung
SMA Negeri 25 Bandung
SMA Negeri 26 Bandung
SMA Negeri 27 Bandung
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Cikancung
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Ciparay
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Kertasari
SMAN 1 Majalaya
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Rancaekek
ALAMAT
Jl. Ir. H. Juanda No. 93 Telp: 022-2503948
Jl. Cihampelas No. 173 Telp: 022-2032462
Jl. Belitung No. 8 Bandung Telp: 022-4235154
Jl. Gardu Jati No. 20 Telp: 022-4203861
Jl. Belitung No. 8 Telp: 022-4206921
Jl. Pasirkaliki No. 51 Telp: 022-6011309
Jl. Lengkong Kecil No. 53 Telp: 022-4239947
Jl. Solontongan No.3 Telp: 022-7304542
Jl. Suparmin No 1A Telp: 022-6123806
Jl. Cikutra No. 77 Bandung Telp: 022-7273109
Jl. Kembar Baru No. 23 Telp: 022-5201102
Jl. Sekejati Kiaracodong Telp: 022-7310256
Jl. Raya Cibeureum No. 52 Telp: 022-6011186
Jl. Yudhawastu Pramuka IV Telp: 022-7202744
Jl. Sarimanis I Sarijadi Telp: 022-2011975
Jl. Mekarsari No. 81 Kiaracondong Telp: 022-7102122
Jl. Caringin Bakan Ciparay Telp: 022-6078486
Jl. Madesa No. 18 Situ Gunting Telp: 022-6013514
Jl. Ir.H. Juanda Dago Pojok Telp: 022-2502465
Jl. Citarum No.23 Telp: 022-4205268
Jl. Rancasawo – Manjahlega Telp: 022-7565909
Jl. Rajamantri Kulon No. 17A Telp: 022-7302769
Jl. Malangbong Raya Antapani Telp: 022-7270750
Jl. A.H. Nasution Telp: 022-7800196
Jl. Baturaden VIII No. 21 Ciwastra Telp: 022-7560119
Jl. Sukaluyu No. 26 Cibiru Telp: 022-7806897
Jl. Cimencrang Gedebage
Sumber: http://ppid.bandung.go.id
Tabel 3.2. Daftar SMA Negeri di Kabupaten Bandung
ALAMAT
Jl. RAA Wiranatakusumah No. 30 Baleendah
Jl. Ciapus No. 7 Banjaran
Jl. Sapan Gudang No. 52 Desa Tegalluar Bojongsoang
Jl. H. Darham No.42 Cicalengka
Jl. Jaya Dikarta No. 57 Cihanyir Cikancung
Desa Cibiru Wetan Cileunyi
Jl. Raya Pacet Ciparay No.188
Jl. Babakan Tiga 125, Ciwidey
Jl. Sukapura Dayeuhkolot Kab. Bandung
Jl. Kiaraeunyeuh Ds. Banyusari Kec.Katapang
Jl. Raya Pacet Km.15,5 Desa Sukapura Kec.Kertasari
Jl. Panyadap No. 2 Kec. Solokanjeruk Majalaya
Jl. Raya Wangisagara Kec. Majalaya
Jl. Taman Kopo Indah III Mekarahayu Margaasih
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 387 Margahayu
Jl. Raya Nagreg Km.38 Gamblung
Jl. Kebon Kopi 145 Pangalengan
Jl. Walini Rancaekek
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
19.
SMAN 1 Soreang
Jl. Raya Soreang - Banjaran Km. 3
Sumber: Disdikbud Kabupaten Bandung, 2016
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:61). Populasi
penelitian ini adalah seluruh peserta didik sekolah menengah atas negeri di Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Dua wilayah ini dipilih
menjadi subjek penelitian karena kondisi wilayahnya yang representatif terhadap
masalah penelitian yang diajukan. Di wilayah ini dapat dijadikan perwakilan
kondisi sekolah desa dan kota sehingga memudahkan dalam proses penelitian.
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto,
2006, hlm. 174). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua teknik, yaitu stratified random sampling dan accidental sampling. Stratified
random sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan membagi
populasi penelitian berdasarkan kategori tertentu, kemudian setiap kategori
ditentukan sampelnya secara acak. Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel
SMA negeri yang berada di Kota dan Kabupaten Bandung. Accidental sampling
adalah teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang dipilih berdasarkan
kondisi lapangan pada saat penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengambil
sampel peserta didik di setiap sampel sekolah. Untuk gambaran yang lebih jelas
mengenai penggunaan teknik sampling, dapat dilihat pada tabel 3.3.
Pada stratified random sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan
cara mengelompokkan SMA negeri di Kota dan Kabupaten Bandung berdasarkan
passing grade sekolah dari tahun 2012-2014. Hasil dari pengelompokan tersebut
menghasilkan tiga kelompok sekolah, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang,
dan kelompok rendah. Tujuan penggunaan passing grade adalah untuk membagi
sekolah berdasarkan prestasi dari peserta didik baru. Sekolah dengan passing
grade tinggi menunjukkan bahwa sekolah tersebut berisi peserta didik baru yang
memiliki prestasi belajar yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Berikut disajikan
data passing grade setiap SMA negeri di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung
pada tabel 3.4 dan tabel 3.5.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
Tabel 3.3. Teknik Sampling dalam Penelitian
NO
1.
POPULASI
SMA Negeri
Kota dan
Kabupaten
Bandung
TEKNIK SAMPLING
Stratified Random
Sampling
2.
Peserta didik
Accidental Sampling
DESKRIPSI
Populasi sekolah
dikelompokkan
berdasarkan passing grade
dan diambil pada kelompok
atas, tengah, dan bawah.
Responden ditentukan
berdasarkan izin sekolah
bagi peneliti untuk
memberikan instrumen tes
dan non tes kepada peserta
didik.
Sumber: Peneliti, 2016
Tabel 3.4. Data Passing Grade SMA Negeri di Kota Bandung Tahun 2012 - 2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Bandung
SMAN 2 Bandung
SMAN 3 Bandung
SMAN 4 Bandung
SMAN 5 Bandung
SMAN 6 Bandung
SMAN 7 Bandung
SMAN 8 Bandung
SMAN 9 Bandung
SMAN 10 Bandung
SMAN 11 Bandung
SMAN 12 Bandung
SMAN 13 Bandung
SMAN 14 Bandung
SMAN 15 Bandung
SMAN 16 Bandung
SMAN 17 Bandung
SMAN 18 Bandung
SMAN 19 Bandung
SMAN 20 Bandung
SMAN 21 Bandung
SMAN 22 Bandung
SMAN 23 Bandung
SMAN 24 Bandung
SMAN 25 Bandung
SMAN 26 Bandung
SMAN 27 Bandung
PASSING GRADE
RATARATA
2012 2013 2014 (DK) 2014 (LK)
37.35 33.70
30.10
35.50
34.16
37.90 34.75
30.60
36.55
34.95
39.10 36.70
36.15
37.95
37.48
37.25 33.45
20.00
36.10
31.70
38.90 35.50
34.55
36.95
36.48
36.55 30.85
19.75
33.85
30.25
36.60 28.15
19.50
31.85
29.03
38.20 35.35
33.50
32.10
34.79
36.85 30.80
20.10
33.95
30.43
36.90 29.45
25.50
32.15
31.00
37.15 31.50
25.65
35.10
32.35
36.85 29.70
31.25
33.25
32.76
36.05 25.95
24.60
31.50
29.53
37.00 30.35
30.60
31.20
32.29
36.15 29.05
26.30
29.55
30.26
35.70 24.35
24.75
20.10
26.23
35.60 26.10
22.65
30.20
28.64
34.95 24.55
24.65
28.55
28.18
36.00 25.55
25.00
28.35
28.73
37.50 33.90
28.65
35.45
33.88
35.25 22.65
23.20
26.60
26.93
37.00 31.00
25.75
33.75
31.88
36.70 27.90
29.05
31.80
31.36
37.65 32.65
33.70
36.15
35.04
36.00 26.35
25.35
30.65
29.59
35.20 21.10
25.00
26.35
26.91
34.45 23.90
25.50
Tak ada data
27.95
Sumber: https://bicarapassinggrade.wordpress.com
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Tabel 3.5. Data Passing Grade SMA Negeri di Kabupaten Bandung
Tahun 2012 - 2014
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
NAMA SEKOLAH
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Rancaekek
SMAN 1 Soreang
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Majalaya
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Cikancung
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Ciparay
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Kertasari
SMAN 1 Katapang
PASSING GRADE
RATARATA
2012
2013
2014
38.35
32.85
31.55
34.25
37.00
26.20
28.65
30.62
36.90
26.00
25.90
29.60
36.80
24.80
27.85
29.82
36.65
24.50
30.60
30.58
34.60
21.80
23.70
26.70
34.35
20.30
26.05
26.90
33.85
20.75
16.95
23.85
33.45
23.30
20.40
25.72
32.00
20.70
22.15
24.95
31.85
20.15
23.25
25.08
31.20
19.00
20.80
23.67
30.95
23.85
15.80
23.53
29.75
15.50
23.25
22.83
28.75
18.60
22.20
23.18
28.15
20.00
16.65
21.60
27.45
17.85
17.90
21.07
26.00
17.75
13.35
19.03
28.00
18.35
18.00
21.45
Sumber: http://sillaputrixesill.blogspot.co.id
Setelah mengetahui rata-rata nilai passing grade setiap sekolah, maka
sekolah tersebut dapat diurutkan dari rata-rata tertinggi hingga terendah.
Kemudian sekolah akan dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan asumsi
setiap kelompok bersifat homogen sehingga sampel dari setiap kelompok akan
diambil secara acak. Berikut ini disajikan hasil sampling pada tabel 3.6 dan tabel
3.7.
Tabel 3.6. Penentuan Sampel Sekolah di Kota Bandung
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
NAMA SEKOLAH
SMAN 3 Bandung
SMAN 5 Bandung
SMAN 24 Bandung
SMAN 2 Bandung
SMAN 8 Bandung
SMAN 1 Bandung
SMAN 20 Bandung
SMAN 12 Bandung
SMAN 11 Bandung
SMAN 14 Bandung
SMAN 22 Bandung
SMAN 4 Bandung
SMAN 23 Bandung
SMAN 10 Bandung
RATA-RATA
PASSING GRADE
37.48
36.48
35.04
34.95
34.79
34.16
33.88
32.76
32.35
32.29
31.88
31.70
31.36
31.00
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
TINGGI
SMAN 2
Bandung dan
SMAN 11
Bandung
SEDANG
SMAN 4
Bandung dan
SMAN 15
Bandung
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
NO
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NAMA SEKOLAH
SMAN 9 Bandung
SMAN 15 Bandung
SMAN 6 Bandung
SMAN 25 Bandung
SMAN 13 Bandung
SMAN 7 Bandung
SMAN 19 Bandung
SMAN 17 Bandung
SMAN 18 Bandung
SMAN 27 Bandung
SMAN 21 Bandung
SMAN 26 Bandung
SMAN 16 Bandung
RATA-RATA
PASSING GRADE
30.43
30.26
30.25
29.59
29.53
29.03
28.73
28.64
28.18
27.95
26.93
26.91
26.23
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
RENDAH
SMAN 17
Bandung dan
SMAN 18
Bandung
Sumber: Data Penelitian, 2016
Tabel 3.7. Penentuan Sampel Sekolah di Kabupaten Bandung
NO
NAMA SEKOLAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
SMAN 1 Cicalengka
SMAN 1 Baleendah
SMAN 1 Margahayu
SMAN 1 Soreang
SMAN 1 Rancaekek
SMAN 1 Cileunyi
SMAN 1 Banjaran
SMAN 1 Pangalengan
SMAN 1 Majalaya
SMAN 1 Dayeuhkolot
SMAN 1 Bojongsoang
SMAN 1 Ciwidey
SMAN 1 Cikancung
SMAN 1 Ciparay
SMAN 2 Majalaya
SMAN 1 Margaasih
SMAN 1 Katapang
SMAN 1 Nagreg
SMAN 1 Kertasari
RATA-RATA
PASSING GRADE
34.25
30.62
30.58
29.82
29.60
26.90
26.70
25.72
25.08
24.95
23.85
23.67
23.53
23.18
22.83
21.60
21.45
21.07
19.03
KELOMPOK
SAMPEL
SAMPEL
SEKOLAH
TINGGI
SMAN 1
Margahayu
SEDANG
SMAN 1
Dayeuhkolot
RENDAH
SMAN 1
Katapang
Sumber: Data Penelitian, 2016
D. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan asumsi-asumsi yang ada dalam penelitian, maka dibuat
definisi operasional yang menjelaskan variabel-variabel yang terlibat.
1. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah adalah lingkungan peserta didik dalam ruang lingkup
sekolah yang memiliki pengaruh terhadap karakteristik peserta didik. Unsur
lingkungan sekolah dapat berupa program sekolah, proses pembelajaran,
sarana dan prasarana sekolah serta budaya warga sekolah. Agar penelitian
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
tidak bias, maka aspek lingkungan sekolah yang diteliti akan dibatasi pada
unsur yang berkaitan erat dengan kecerdasan spasial. Ada empat unsur yang
akan menjadi indikator lingkungan sekolah, yaitu (1) program sekolah dibatasi
pada aturan sekolah; (2) sarana dan prasarana sekolah dibatasi pada
ketersediaan media visual berupa gambar, rambu-rambu, peta, dan lain
sebagainya; (3) proses pembelajaran dibatasi pada penggunaan media
pembelajaran; (4) budaya sekolah dibatasi pada perilaku warga sekolah.
2. Peserta didik adalah peserta didik yang terdaftar di SMA negeri seluruh Kota
dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Peserta didik ini meliputi kelas
X, XI dan XII jurusan ilmu-ilmu alam (IIA) dan ilmu-ilmu sosial (IIS).
3. Student’s affordance adalah interpretasi peserta didik terhadap lingkungan di
sekitarnya sebagai kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Peserta didik
yang memiliki affordance tinggi mampu memikirkan banyak hal terhadap satu
objek atau satu tempat di lingkungan. Tentu kemungkinan tindakan tersebut
harus dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga peserta didik
benar-benar tahu apa yang harus dilakukan.
4. Geo-literacy adalah terminologi yang diadopsi oleh National Geographic
untuk menjelaskan cara seseorang untuk memahami sistem bumi berjalan
dalam konteks masyarakat modern. Geo-literacy merupakan kemampuan nalar
untuk menggambarkan sistem bumi dan interkoneksi sebagai usaha untuk
meningkatkan kualitas dalam pengambilan keputusan.
5. Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
peserta didik untuk mengamati bentuk, warna, lokasi dan hubungan antara
objek di dalam ruang. Kecerdasan ini direpresentasikan oleh tiga kemampuan,
yaitu cognitive map, cognitive collage, dan spatial mental. Cognitive map
merupakan kemampuan peserta didik untuk memetakan lokasi-lokasi beserta
rute-rutenya di dalam pikiran. Cognitive collage adalah kemampuan untuk
memvisualkan suatu kondisi ke dalam bentuk gambar di dalam pikiran.
Kemampuan ini tidak berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam
menggambar. Spatial mental adalah kemampuan untuk menalar atau
merasionalkan hubungan antara dua lokasi atau lebih di permukaan bumi.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Kemampuan ini dapat diukur melalui kemampuan peserta didik dalam
memprediksi peristiwa dan menjelaskan penyebab peristiwa dari sudut
pandang
lokasi.
E. Variabel Penelitian
Menurut Zuriah (2005, hlm. 144) “variabel didefinisikan sebagai konsep
yang mempunyai nilai, dan juga sebagai pengelompokan yang logis dari atribut
atau lebih.” Arikunto (2006, hlm. 118) mendukung pernyataan tersebut dengan
berpendapat bahwa “variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.” Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan hasil dari gabungan dua teori, yaitu theory of affordance dan theory of
crystalized intelligence.
Theory of affordance menyebutkan bahwa tindakan (action) manusia
ditentukan oleh affordance yang dihasilkan dari interpretasinya terhadap
lingkungan. Dengan kata lain, affordance merupakan variabel yang berada di
antara variabel lingkungan dan tindakan. Sedangkan theory of crystalized
intelligence menyebutkan bahwa kecerdasan seseorang, termasuk kecerdasan
spasial, dapat dilatih berdasarkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam diri seseorang. Kombinasi yang tepat antara pengetahuan dan keterampilan
seseorang dalam hal kemampuan spasial adalah geo-literacy. Geo-literacy
merupakan kemelekan seseorang terhadap fenomena permukaan bumi dengan
titik fokus lokasinya. Karena itu, konsep geo-literacy ini dapat dimasukkan ke
dalam variabel penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan empat variabel, yaitu
lingkungan sekolah (X1), student’s affordance (Y1), geo-literacy (Y2) dan
kecerdasan spasial (Y3). Hubungan antar variabel dapat digambarkan dalam
bentuk bagan seperti pada gambar 3.1. Kemudian untuk variabel penelitian dan
indikatornya dapat dilihat pada tabel 3.8.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dibuat untuk penelitian ini terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu instrumen observasi (lingkungan sekolah), instrumen non tes
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
(affordance), dan instrumen tes (geo-literacy dan kecerdasan spasial). Ketiga jenis
instrumen tersebut dikembangkan berdasarkan variabel dan indikator yang telah
ditentukan. Kemudian setiap indikator dituangkan dalam bentuk butir soal.
Sebelum instrumen siap digunakan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas
instrumen terlebih dahulu.
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Gambar 3.1. Analisis Jalur Variabel Penelitian
Tabel 3.8. Variabel Penelitian
NO
1.
VARIABEL
Lingkungan sekolah (X)
a.
b.
c.
d.
2.
Affordance (Y1)
a.
b.
INDIKATOR
Sarana dan prasarana sekolah
Kondisi ruang kelas.
Kondisi fasilitas penunjang pembelajaran.
Ketersediaan rambu-rambu di lingkungan
sekolah.
Ketersediaan denah sekolah.
Ketersediaan lukisan, gambar, atau foto di
dinding sekolah.
Proses pembelajaran di kelas.
Penggunaan media pembelajaran visual.
Penggunaan media pembelajaran audio visual.
Penggunaan media pembelajaran interaktif.
Aturan sekolah.
Susunan ruangan di sekolah.
Aturan kelas berpindah.
Perilaku warga sekolah.
Pelaksanaan sistem kelas berpindah.
Kebiasaan melakukan sesuatu pada tempatnya
(misal: membuang sampah di tempatnya,
makan di kantin dan tidak di kelas, membaca di
perpustakaan, shalat di masjid, dsb).
Memiliki banyak kemungkinan tindakan di suatu
tempat.
Memahami karakteristik lingkungan.
Mengetahui tindakan yang tepat sesuai
karakteristik lingkungan.
Menguraikan langkah untuk melakukan tindakan di
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
NO
VARIABEL
c.
3.
Geo-literacy (Y2)
a.
b.
c.
2.
Variabel dependen (Y3)
Kecerdasan spasial
a.
b.
c.
INDIKATOR
suatu tempat.
Menyadari resiko dari sebuah tindakan.
Menyadari potensi dari sebuah tindakan.
Mengetahui alat bantu untuk melakukan tindakan di
suatu tempat.
Menilai kesesuaian alat dengan tindakan yang
diambil.
Mengetahui lokasi untuk memperoleh alat
tersebut.
Interactions
Mengetahui lokasi/objek/peristiwa yang saling
mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Menemukan
bukti-bukti
dari
lokasi/objek/peristiwa
yang
saling
mempengaruhi berdasarkan ciri-ciri tertentu.
Interconnections
Mengetahui faktor-faktor yang menentukan
hubungan antar lokasi/objek/peristiwa.
Memahami
hubungan
antar
lokasi/objek/peristiwa berdasarkan pola lokasi.
Implications
Memiliki kepekaan tinggi terhadap dampak dari
interaksi
dan
interkoneksi
antar
lokasi/objek/peristiwa berdasarkan data yang
ada.
Mengetahui tindakan untuk mengurangi risiko
dari dampak negatif dari suatu interaksi dan
interkoneksi.
Mengetahui tindakan untuk mengoptimalkan
potensi dari suatu interaksi dan interkoneksi.
Cognitive Map
Menentukan rute terhadap lokasi yang sudah
diketahui.
Menentukan rute terhadap lokasi yang belum
diketahui.
Menentukan rute yang paling pendek antara
dua lokasi
Menentukan rute yang paling pendek antara
lebih dari dua lokasi
Cognitive Collage
Mencocokkan gambar dengan lokasi yang
sesuai.
Mengubah informasi verbal menjadi gambar
dan sebaliknya.
Spatial mental
Menyimulasikan perubahan objek dalam ruang.
Memprediksikan pergerakan objek.
Menentukan hubungan antara satu objek
dengan objek lain dalam ruang.
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan agar instrumen penelitian
yang dikembangkan dapat memenuhi syarat instrumen yang baik, yaitu mengukur
apa yang ingin diukur serta pengukurannya konsisten untuk setiap responden.
Instrumen yang dikembangkan sebanyak empat buah, yaitu instrumen observasi
lingkungan, instrumen non tes affordance, instrumen tes geo-literacy dan
instrumen tes spatial intelligence. Instrumen observasi lingkungan tidak melalui
uji validitas dan reliabilitas karena instrumen ini mengukur hal yang konkret dan
jelas indikatornya. Sedangkan ketiga instrumen lainnya bersifat abstrak dan
memiliki indikator yang bersifat relatif. Karena itu, instrumen yang dilibatkan
dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah instrumen affordance, geo-literacy
dan spatial intelligence. Berikut disajikan hasil dari uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian pada uraian di bawah ini.
1. Uji Validitas Instrumen
Instrumen yang dilibatkan dalam uji validitas terdiri dari instrumen tes dan
non tes. Instrumen tes adalah instrumen geo-literacy dan spatial intelligence.
Instrumen tes berisikan pertanyaan-pertanyaan dengan lima pilihan jawaban.
Responden diminta untuk memilih jawaban yang benar. Jika responden menjawab
benar maka akan mendapat satu poin. Namun jika responden menjawab salah
maka akan mendapat nol poin. Instrumen geo-literacy digunakan untuk mengukur
kesadaran Geografi responden melalui tiga aspek Geografi, yaitu interconnection,
interaction dan implication. Instrumen spatial intelligence digunakan untuk
mengukur potensi kecerdasan spasial responden melalui pengujian tiga
kemampuan yakni cognitive map, cognitive collage dan spatial mental. Instrumen
non tes merupakan instrumen afforndance yang bertujuan untuk mengukur
persepsi responden terhadap lingkungan. Instrumen ini berisikan pernyataan
dengan lima pilihan respons yang berbeda, yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak
setuju, sangat tidak setuju. Karena itu, pernyataan dalam instrumen ini tidak
memiliki jawaban yang benar atau salah.
Teknik penskoran dalam instrumen affordance adalah pemberian poin
untuk setiap respons. Poin yang diberikan adalah 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3
(netral), 4 (tidak setuju) atau 5 (sangat tidak setuju). Berdasarkan teknik
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
penskoran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai yang
diperoleh dalam instrumen affordance, maka semakin tinggi affordance
responden tersebut.
Setiap instrumen berisi tiga puluh soal yang harus diisi oleh responden,
sehingga total soal adalah 90 butir. Instrumen diuji coba kepada 45 responden
yang berstatus peserta didik kelas X di SMA Laboratorium Percontohan UPI Jl.
Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung. Setelah seluruh responden mengisi
instrumen, jawaban dari setiap responden ditabulasi untuk diuji validitasnya.
Pertama, jawaban setiap responden diperiksa untuk menentukan skor yang
diperoleh untuk setiap pertanyaan atau pernyataan. Perolehan skor tersebut
dijumlahkan sehingga didapat skor total untuk setiap butir soal.
Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor setiap
butir soal dengan skor total sehingga didapatkan nilai r hitung untuk setiap butir
soal. Nilai r hitung menunjukkan besarnya kontribusi butir soal terhadap
instrumen yang dikembangkan. Misalnya, sebuah instrumen tes memiliki 5 soal.
Instrumen tersebut diuji pada 10 orang responden. Jika semua responden
menjawab semua soal dengan benar, maka akan didapatkan skor sebesar 50
(setiap responden mendapatkan nilai maksimum 5). Skor 50 ini akan disebut skor
instrumen. Setelah diuji, soal nomor satu dijawab benar oleh 2 responden dari 10
responden. Kemudian skor instrumen adalah 45. Maka dapat diperkirakan bahwa
soal nomor satu tersebut tidak akan valid. Hal tersebut disebabkan skor instrumen
tinggi (45 dari maksimum 50) namun skor soal nomor satu rendah (dijawab benar
oleh 2 responden dari 10 responden). Namun jika soal nomor satu dijawab benar
oleh 8 responden dari 10 responden, maka dapat diperkirakan bahwa soal nomor
satu akan valid. Validitas tersebut akan diuji secara statistik dan menghasilkan
nilai korelasi atau nilai r hitung. Untuk mengetahui validitas suatu butir soal, nilai
r hitung akan dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel ditentukan menurut
jumlah responden yang dilibatkan dalam uji coba instrumen. Adapun nilai r tabel
untuk 45 responden adalah 0,294. Jika butir soal memiliki nilai r hitung lebih
besar dari r tabel (r hitung > 0,294) maka soal tersebut adalah valid. Sebaliknya,
jika butir soal memiliki nilai r hitung yang lebih kecil dari r tabel (r hitung <
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
0,294) maka soal tersebut adalah tidak valid. Tabel 3.9 menyajikan data nilai r
hitung dan validitas untuk setiap butir soal pada setiap instrumen.
Berdasarkan tabel 3.9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata soal valid adalah
50% dari keseluruhan butir soal dalam sebuah instrumen. jumlah soal yang valid
untuk setiap instrumen adalah 15 butir (instrumen affordance), 11 butir
(instrumen geo-literacy) dan 15 butir (instrumen spatial intelligence). Pada
instrumen spatial intelligence terdapat kesalahan pada soal nomor 8 dan 25. Soal
nomor 8 dan 25 tidak memiliki pilihan jawaban yang benar sehingga tidak sah dan
tidak dilibatkan dalam uji validitas.
Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
INSTRUMEN
NO
SOAL
AFFORDANCE
R HITUNG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
VALIDITAS
0.340
Valid
0.344
Valid
0.073
Tidak Valid
0.375
Valid
0.486
Valid
0.371
Valid
0.372
Valid
0.566
Valid
0.363
Valid
-0.051
Tidak Valid
0.231
Tidak Valid
0.237
Tidak Valid
-0.161
Tidak Valid
0.254
Tidak Valid
0.046
Tidak Valid
0.368
Valid
0.271
Tidak Valid
0.462
Valid
0.479
Valid
0.541
Valid
0.387
Valid
0.231
Tidak Valid
0.290
Tidak Valid
0.221
Tidak Valid
0.327
Valid
0.255
Tidak Valid
0.275
Tidak Valid
0.490
Valid
-0.288
Tidak Valid
-0.022
Tidak Valid
15
TOTAL VALID
15
TOTAL TIDAK VALID
*soal diperbaiki untuk digunakan kembali
GEO-LITERACY
R
HITUNG
-0.148
0.198
0.336
0.013
0.217*
0.444
0.002
0.378
0.141
-0.011
0.344
0.339
0.481
-0.058
0.167
0.167
-0.161
0.320
0.519
0.106
0.010
0.135
0.532
0.227*
0.225*
0.211*
0.400
0.395
-0.060
0.139
SPATIAL
INTELLIGENCE
VALIDITAS
R HITUNG
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
11
19
-0.052
0.015
0.028
0.056
0.605
0.410
-0.026
soal anulir
0.277
0.371
0.397
0.510
0.689
0.504
0.406
0.519
0.650
0.597
0.077
-0.134
0.585
0.357
0.546
0.249
soal anulir
0.450
0.074
0.235
0.212
-0.054
VALIDITAS
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
soal anulir
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
soal anulir
Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
15
13
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
Selain data pada tabel 3.9, ada juga hal yang menjadi catatan penting dari
proses uji coba instrumen. Ada dua hal yang menjadi perhatian khusus untuk
memperbaiki instrumen tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Soal dirasa terlalu banyak karena waktu yang dibutuhkan oleh
responden untuk mengisi instrumen rata-rata satu jam.
2. Soal yang terlalu banyak membuat responden kurang serius dalam
memikirkan jawaban yang paling tepat.
Berdasarkan kedua hal tersebut, maka soal-soal pada instrumen akan
diseleksi agar jumlahnya berkurang. Hal tersebut dilakukan agar waktu
pengerjaan tidak terlalu lama sekaligus menjaga fokus responden agar tetap serius
mengerjakan soal. Adapun setiap soal dalam instrumen dipilih sebanyak 15 butir
(untuk instrumen affordance dan geo-literacy) dan 20 soal (untuk instrumen
spatial intelligence) sehingga total soal yang harus diisi responden adalah 50
butir. Pada instrumen affordance tidak memiliki masalah karena soal yang valid
berjumlah 15 butir. Instrumen geo-literacy memiliki soal yang valid sebanyak 11
butir. Untuk memenuhi 15 butir yang telah ditetapkan maka dipilih 4 soal dari
kelompok yang tidak valid dengan nilai r hitung tertinggi, yaitu soal nomor 5, 24,
25, dan 26. Keempat soal tersebut diperbaiki, baik dari sisi redaksi maupun
pilihan jawaban agar lebih mudah dipahami oleh responden. Sedangkan pada
instrumen spatial intelligence, jumlah soal yang valid adalah 15 butir. Namun
pada instrumen ini dibuat 5 soal baru agar memenuhi 20 butir. Hal tersebut
dilakukan karena pada butir soal yang tidak valid dirasa memiliki tingkat
keterbacaan yang rendah oleh responden. Karena itu, 5 soal baru yang dibuat
dirancang sesederhana mungkin agar mudah dipahami responden namun mampu
menguji indikator variabel yang akan diukur. Instrumen penelitian yang lengkap
pada tahap sebelum dan sesudah uji validitas dapat dilihat pada bagian lampiran.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah menentukan jumlah soal yang akan dijadikan instrumen penelitian,
maka
instrumen
pun
perlu
diuji
reliabilitasnya.
Reliabilitas
instrumen
menunjukkan konsistensi dan keajekan (kokoh, tetap) dari suatu instrumen. Suatu
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
instrumen dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama untuk setiap
responden dengan karakteristik yang sama. Artinya, jika sebuah instrumen yang
digunakan pada responden berusia 17 tahun di sekolah X memberikan hasil A,
maka instrumen tersebut akan memberikan hasil A juga pada responden berusia
17 tahun di sekolah Y. Reliabilitas suatu instrumen ditentukan oleh dua hal, yaitu
validitas setiap butir soal dan jumlah butir soal dalam suatu instrumen. Jika suatu
instrumen banyak terdapat soal yang valid maka instrumen tersebut akan reliabel.
Kemudian, semakin banyak butir soal pada suatu instrumen, maka akan semakin
reliabel instrumen tersebut.
Secara statistik, uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung nilai
Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha menunjukkan reliabilitas suatu
instrumen jika dibandingkan dengan nilai r tabel. Adapun nilai r tabel yang
digunakan pada uji reliabilitas adalah nilai r yang sama dengan uji validitas. Nilai
r tabel untuk 45 responden adalah 0,294. Jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar
dari r tabel (Cronbach’s Alpha > 0,294) maka instrumen dinyatakan reliabel.
Namun jika nilai Cronbach’s Alpha kurang dari nilai r tabel (Cronbach’s Alpha <
0,294) maka instrumen tersebut tidak reliabel. Tabel 3.10 menyajikan data hasil
perhitungan nilai Cronbach’s Alpha untuk setiap instrumen penelitian.
Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
INSTRUMEN
TAHAPAN
Instrumen Sebelum
Seleksi (30 soal)
Instrumen Setelah
Seleksi (15 soal)
AFFORDANCE
GEO-LITERACY
SPATIAL
INTELLIGENCE
Cronbach's
N of
Alpha
Items
Cronbach's
Alpha
N of
Items
Cronbach's
Alpha
N of
Items
0.652
31
0.654
31
0.702
29
0.718
16
0.710
16
0.748
16
Sumber: Analisis Peneliti, 2016
Pada tabel 3.9 dapat dilihat bahwa terdapat dua nilai Cronbach’s Alpha
untuk setiap instrumen, yaitu sebelum instrumen diseleksi dan setelah instrumen
diseleksi. Kolom N of items menunjukkan jumlah data yang dihitung, yaitu skor
untuk setiap butir soal dan skor total untuk seluruh instrumen. Kemudian, setiap
instrumen memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,294. Artinya,
baik pada tahap sebelum diseleksi maupun pada tahap setelah diseleksi, instrumen
penelitian sudah ditentukan sebagai instrumen yang reliabel. Namun jika
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
diperhatikan lebih teliti, nilai Cronbach’s Alpha mengalami peningkatan setelah
instrumen diseleksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas instrumen
meningkat setelah soal yang tidak valid tidak dimasukkan dalam perhitungan
statistik. Karena itu, setelah didukung oleh hasil dari uji validitas dan hasil dari uji
reliabilitas, instrumen penelitian ditetapkan akan dikurangi menjadi 50 butir soal
dengan jumlah butir untuk masing-masing instrumen adalah 15 butir (instrumen
affordance), 15 butir (instrumen geo-literacy) dan 20 butir (instrumen spatial
intelligence). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas, maka ditetapkan soalsoal berikut menjadi instrument penelitian yang valid dan reliabel. Adapun nomor
soal yang digunakan untuk pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut.
Affordance
: 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 16, 18, 19, 20, 21, 25, 28
Geo-literacy
: 3, 5, 6, 8, 11, 12, 13, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28
Spatial Intelligence
: 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 26
G. Teknik Pengambilan Data
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya
mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).
Teknik ini digunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam dan sosial di sekitar
lokasi penelitian yang dapat diidentifikasi oleh peneliti.
2. Angket
Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang
dijadikan responden untuk dijawabnya. Angket akan digunakan untuk mengambil
data dari responden dan beberapa karyawan bidang teknologi informasi objek
wisata yang jumlahnya banyak dan memiliki keterbatasan waktu untuk
wawancara.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara ini akan digunakan untuk
memperoleh data dari pimpinan pengelola objek wisata.
4. Dokumentasi
Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen berfungsi sebagai data sekunder yang akan
mendukung data primer hasil survey lapangan.
H. Teknik Analisis Data
1.
Validitas
Validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakan
tes tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
Pearson dengan rumus perhitungan sebagai berikut
Bila koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan
angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya
konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan
yang tegas. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi
adalah
mencari
harga
koefisien
korelasi
yang setinggi
mungkin
dan
menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien
yang mendekati nol (0).
2.
Reliabilitas
Analisis Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu
pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable). Reliabilitas merupakan
salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Kadangkadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Namun ide pokoknya dalam konsep
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh
mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement
error).
Tinggi rendahnya reliabiltias, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka
yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien
reliabilitas berkisaran 0.0-1.0; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas
sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek
pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan potensial. Di samping itu
walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif atau negatif, akan tetapi dalam
hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besar kurang dari nol (0.0) tidak ada
artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas
yang positif. Teknik perhitungan koefisien reliabiltias yang digunakan disini
adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha yang dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini.
Keterangan:
k
= Banyaknya Pertanyaan
2
Sj
= Nilai Varians Jawaban Item ke-j
S2
= Nilai Varians Skor Total
Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan tingkat
reliabilitas dapat digunakan kriteria Guilford (1956) yaitu
a. Kurang dari 0,20 : reliabilitas sangat kecil
b. 0,20 - 0,39
: reliabilitas kecil
c. 0,40 - 0,69
: reliabilitas cukup erat
d. 0,70 - 0,89
: reliabilitas tinggi (reliable)
e. 0,90 - 0,99
: reliabilitas sangat erat (sangat reliable)
f. 1,00
: reliabilitas sempurna
3.
Normalitas
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Uji normalitas yang digunakan adalah uji kecocokan
(Chi-kuadrat)
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan
: frekuensi observasi
: frekuensi ekspektasi
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23,
kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu sebagai berikut.
a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data terdistribusi secara normal.
b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data terdistribusi secara tidak normal.
4.
Homogenitas
Menurut Ridwan (2010: 120), uji homogenitas merupakan uji yang
membandingkan nilai varians terbesar dengan varians terkecil. Fungsi uji
homogenitas ini adalah untuk menguji apakah data tersebut homogen atau tidak.
Untuk menguji homogenitas antara dua kelompok data maka digunakan uji F.
dimana: F
= Nilai Uji F
S12 = Varians kelompok 1
S22 = Varians kelompok 2
Sedangkan jika ada lebih dari dua kelompok data yang diuji, maka
menggunakan Rumus Bartlett seperti persamaan di berikut ini.
Keterangan: n
= Jumlah data
B
= (∑dk)log S2
Si2 = Varians data untuk setiap kelompok ke-i
dk = Derajat kebebasan
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan software SPSS versi 23,
kriteria pengujian pada uji homogenitas yaitu sebagai berikut.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
a. Ho diterima jika nilai sig. > 0,05 artinya data bersifat homogen.
b. Ho ditolak jika nilai sig. < 0,05 artinya data bersifat tidak homogen.
5. Method of Successive Interval (MSI)
Metode ini digunakan untuk mengubah data ordinal (pada data affordance)
menjadi skala interval berurutan (Successive Interval). Konversi data ordinal
menjadi data interval dilakukan agar data pada variabel affordance dapat
dilibatkan dalam analisis jalur yang menggunakan regresi linier. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Menentukan frekuensi setiap jawaban yang diberikan responden.
b. Menentukan proporsi setiap jawaban dengan membagi frekuensi dengan
jumlah sampel.
c. Menjumlahkan proporsi secara berurutan untuk setiap respon sehingga
diperoleh proporsi kumulatif. Kemudian tentukan nilai simpangan baku (z).
d. Menentukan densitas untuk simpangan baku (z) untuk masing-masing
proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.
Rumus yang digunakan adalah
e. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing respon. Rumus yang
digunakan adalah
f. Mengubah scale value (SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan
mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil
sehingga diperoleh transformed scale value (TSV).
6.
Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Prosedur statistik yang digunakan adalah analisis
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
jalur (path analysis). Analisis jalur adalah suatu teknik pengembangan dari regresi
linier ganda. Menurut Kusnendi (2008: 147), analisis jalur digunakan untuk
“mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel
penyebab terhadap variabel akibat yang dapat diobservasi secara langsung.”
Teknik ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang
ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal
antar variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y serta dampaknya terhadap Z. Dalam
penggunaan analisis jalur, terdapat persamaan regresi multipel. Regresi multipel
menjelaskan hubungan pengeruh antara beberapa variabel independen terhadap
variabel dependen. Regresi multipel memiliki dua jenis persamaan, yaitu:
a. Regresi unstandardized (b)
Digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen (Y dan Z) dengan
menggunakan nilai variabel independen (X1, X2 dan X3). Persamaan yang
dihasilkan adalah sebagai berikut.
b. Regresi standardized (β)
Digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen (X1, X2 dan X3) terhadap variabel dependen (Y dan Z). Persamaan
regresi standardized adalah sebagai berikut.
Setelah melakukan analisis jalur, penelitian ini akan menghasilkan tiga
persamaan yang akan diuji hipotesisnya. Setiap persamaan memiliki dua hipotesis
yang perlu diuji kebenarannya, yaitu H0 (hipotesis awal) dan Ha (hipotesis
alternative). Hipotesis awal merupakan hipotesis yang merujuk pada teori, yaitu
kemungkinan yang terjadi apabila hasil penelitian sesuai dengan landasan teori.
Namun apabila hasil uji hipotesis tidak sesuai dengan kajian teori, maka
digunakan hipotesis alternative (Ha). untuk menentukan hipotesis mana yang akan
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
diterima maka dapat menggunakan uji F dan uji t. Uji F bertujuan untuk menguji
signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara bersama-sama. Sedangkan uji t
digunakan untuk menguji signifikansi variabel dari sebuah persamaan secara
terpisah. Sekalipun berbeda, kedua jenis uji ini memiliki kriteria yang sama, yaitu
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig. < 0,05) maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Namun jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05) maka H0
ditolak dan Ha diterima. Adapun hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Model lingkungan sekolah (X) terhadap student’s affordance (Y1): Y1= f(X)
H0 : Lingkungan sekolah (X) berpengaruh positif terhadap affordance (Y1).
Ha
: Lingkungan sekolah (X) tidak berpengaruh terhadap affordance (Y1).
2. Model pengaruh lingkungan sekolah
(X) dan student’s affordance (Y1)
terhadap geo-literacy (Y2): Y2= f(X, Y1)
H0 : Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) berpengaruh positif
terhadap geo-literacy (Y2).
Ha
: Lingkungan sekolah (X) dan affordance (Y1) (salah satu atau kedua
variabel) tidak berpengaruh terhadap geo-literacy (Y2).
3. Model pengaruh student’s affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) terhadap
kecerdasan spasial (Y3): Y= f(Y1, Y2)
H0 : Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) berpengaruh positif terhadap
kecerdasan spasial (Y3).
Ha
: Affordance (Y1) dan geo-literacy (Y2) (salah satu atau kedua variabel)
tidak berpengaruh terhadap kecerdasan spasial (Y3).
Sugiyono (2002: 134) mengemukakan bahwa “untuk sampel yang tidak
berkorelasi dengan jenis data interval, uji hipotesis yang digunakan adalah uji ttest.” Uji t dilakukan dengan syarat data harus homogen dan normal. Apabila data
tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka hipotesis diuji dengan
pengujian statistik non parametrik. Selain itu, uji t digunakan untuk mengukur
pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen secara terpisah.
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
Uji hipotesis menggunakan uji t pada taraf signifikansi 5%. Persamaan uji t adalah
sebagai berikut.
dimana
= Koefisien jalur error variabel
= Koefisien determinasi
= Jumlah sampel
= Jumlah variabel
Sedangkan untuk menguji pengaruh bersama antar setiap variabel
independen terhadap variabel dependen, dapat menggunakan uji-F. Persamaan ujiF adalah sebagai berikut.
dimana
= Koefisien determinasi
= Jumlah sampel
= Jumlah variabel
Faiz Urfan, 2016
Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Kecerdasan
Spasial Peserta Didik Melalui Affordance Dan Geo-Literacy
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu