PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA ORANG YANG SERING PERGI KE TEMPAT IBADAH DAN ORANG YANG JARANG PERGI KE TEMPAT IBADAH

PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA ORANG YANG

  

SERING PERGI KE TEMPAT IBADAH DAN ORANG YANG

JARANG PERGI KE TEMPAT IBADAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Rr. Th. Avila Debby Herawati Is Swastanti

  

NIM : 009114139

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN

  

HALAMAN PENGESAHAN

  Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Jesus Sang Maestro

Terima kasih atas hidupku yang indah ini…

Bapakku Petrus Yoseph Heru Kuntjoro Budi Susetyo

  

Ibuku Vincentia Tries Tantie Wibowati

…terimakasih mengenalkan tentang perjuangan hidup yang

indah…

Kakakku Richardus Derry Hertanto Is Setyawan

  

Adikku Dominicus Dhikka Perguri Is Galihing Tyas

…makasih atas persaudaraan yang indah…

…semoga karya ini cukup indah untuk kupersembahkan.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

Yogyakarta,

Penulis,

Th. Avila Debby Herawati Is Swastanti

  Jejak-jejak yang tersamar

memaksa tatapku melebar meraba-baca.

  

Takut aku melangkah

…akupun tak bergerak.

  

Debu menebal, jejak memudar

panik dan gemetar

…gentar.

Mengapa harus kutelusur jejak itu untuk kupergi ke sana

Jalan bisa ada dimana saja.

  

Kulangkahkan kaki

tanpa membaca jejak-jejak

karna yakinku

pun ku sampai.

  

Saat kulihat ke belakang

Ada jejak-jejak baru di sana

yang kubuat sendiri

untuk menuntunmu

  

Yang mungkin belum temukan keyakinan.

  • -debby-

  ABSTRAK

Theresia Avila Debby Herawati Is Swastanti (2007). Perbedaan Religiositas

Antara Orang yang Sering Pergi ke Tempat Ibadah dan Orang yang Jarang Pergi ke Tempat Ibadah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan religiositas antara

orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat

ibadah. Religiositas adalah perilaku tampak maupun tidak tampak yang

mengekspresikan keimanan manusia kepada Allah, diungkap dalam agama dan

diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan kekuatan jiwa

bagi seseorang dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberi bantuan

moral dalam menghadapi krisis serta menimbulkan kerelaan manusia menerima

kenyataan sebagaimana telah ditakdirkan Tuhan. Asumsinya adalah ada

perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang

yang jarang pergi ke tempat ibadah.

  Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang sering pergi ke tempat

ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah yang berjumlah 80 orang

dengan rincian 40 orang sering pergi ke tempat ibadah dan 40 orang jarang pergi

ke tempat ibadah.

  Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala religiositas

yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti sendiri. Dari data statistik item dan

reliabilitas skala religiositas diperoleh 45 item yang dinyatakan lolos seleksi

dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,9173. Untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah

dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah menggunakan metode analisis data

uji. t (Independent Sample Test).

  Dari hasil penelitian diperoleh t. hitung sebesar 4,78 dan probabilitas

0,000. Apabila p< 0,05 maka Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p<

0,05 maka Ho ditolak atau kedua mean religiositas antara orang yang sering pergi

ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah benar-benar

berbeda. Maka dapat diartikan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah

diterima.

  ABSTRACT

Theresia Avila Debby Herawati Is Swastanti (2007). The difference of

Religiousity Among People Who Often Go To The House of Worship and People Who Rarely Go To The Housew of Worship. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Psychology Departement, Psychology Study Program, Sanata Dharma University. This research has a goal to find out the difference of religiousity among

people who often go to the house of worship and people who rarely go to the

house of worship. Religiousity are overt and covert behavior that expressing

human faith of God, expressed in religion and daily life that give spiritual power

for someone to face the challenge and life trial, giving moral support in facing

crisis and making human’s favor to receive the facts as God has predestined. The

assumption is there a difference among people who often go to the house of

worship and people who rarely go to the house of worship.

  The subjects of this research are 80 people, 40 people who often go to the house of worship and 40 people who rarely go to the house of worship in details. The measurement being used in this research is the scale of religiousity

which being arranged and developed by the researcher herself. From the statistic

data item and the reliability of the religiousity scale, there are 45 item that pass the

selection with alpha reliability coefficient 0, 9173. To find out the existence of the

difference of religiousity among people who often go to the house of worship and

people who rarely go to the house of worship, the researcher uses t. test analysis

data method ( Independent Sample T. Test).

  From the research, the researcher has a result of t. arithmetics 4,78 and

probability 0,000. When p < 0,05 then H0 is unacceptable or both means of the

population of the difference of religiousity among people who often go to the

house of worship and people who rarely go to the house of worship are totally

different. That is the reason why the hyphothesis of the research is acceptable.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur yang teramat dalam kuhunjukkan kehadirat-Nya, karena berkat limpahan kasihNya yang melebihi batas kemampuan pemahaman pikir sempitku ini, akhirnya dapat kuselesaikan juga karya sederhana ini. Tak ada sesuatu yang berarti, yang mampu kupersembahkan kepada orang-orang rendah hati, yang telah berkenan membantuku dari awal hingga akhir proses panjang ini. Hanya ucapan terima kasih yang tulus kupersembahkan kepada:

  

1. Sang Maestro Jeshua Hamasiach dan Bunda Maria yang tak bosan

mengasihiku.

  2. P. Eddy Suhartanto, S. Psi. , M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  

3. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. , bapak pembimbingku yang teramat sabar

menuntunku dan selalu memahami kesulitanku. Terima kasih telah menjadi Dosen paling humanis di Fakultas Psikologi. Juga Pak Didik dan Pak Heri, pengujiku yang baik hati.

  

4. Semua dosen yang rela membagikan ilmunya dengan murah hati selama

aku di Fakultas Psikologi.

  

5. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi, beserta seluruh

keceriaan di sekretariat, dan ketulusan dalam setiap pelayanan pada kami,matur nuwun sanget.

  

6. Mbak Ning, Mbak Kris, Mas Sunu, Mas Yuli, Mas Suradi, Mas Suwadi, Mas Jumar, Mas Darto di UPT Perpustakaan, makasih untuk cemilannya. bahagia…he…he..kalau rindu boleh koq..^,^

  

7. Mas Poles, Mas yang manggil aku Er-er, di parkiran Paingan..horee..aku

lulus tenan!! Makasih atas sapaan “Wis lulus?”-nya tiap melihatku. Aku jadi tergelitik neh…hiks..hiks..sedih juga perpisahan ini. ^,^

  

8. Pak Markus, Pak Paena, Pak Pirngadi yang memberi banyak bantuan

selama penelitian di SMA PL Sedayu, terima kasih. Juga adik-adik yang rela berkurang jam belajarnya buat ngisi skalaku, makacih…

  

9. Ibu terbaikku…,”mbok, gendhukmu lulus…bernafaslah..!!” Mas Derry

“Ndhols” dan Dik Dhikka “Lampbe_muach”…aahh kita ini keluarga bahagia koq...aku sayang kalian.

  

10. Sahabat-sahabat centilku Aini, Asti, Etty, Astri (PSI ‘00). Aku selalu jadi

korban tapi aku sayang kalian. Ingat, namaku sekarang juga pakai S.Psi..catet! Lulus bukan berarti akhir persahabatan kan? As, nuwun banget printernya. ^,^

  

11. Max. Brahms J. B (Dobleh alias Brambang Gosong alias Topeng Ireng),

makasih buat perhatianmu. Berjiwa sosial itu bagus, tapi ingat Brahms, pedulikan juga orang-orang dekatmu. Merapi dan gempa membawa berkah.

  

12. Bubie yang pernah rajin menyemangatiku dengan “ayo…ayo…ayo..!”-nya

makasih banyak. Ingat kata-kataku pada bulan? Bintang jatuh juga masih ada koq. Ucup, makasih pernah jauh-jauh dari Jakarta untuk ngajak nonton sekaten. Heri Kenthir, makasih puisi-puisi dan lagunya, semoga bahagia.

13. Josh Jr (Mas Tedy, Mas John, Mas Gato) yang selalu jadi kakak- kakak yang baik.

  

14. Kang Dito ‘Paijo Jret’ yang setia menampung keluh kesahku dan selalu

mengingatkanku pada Sang Khalik..terimakasih atas banyak pujian yang kurasa terlalu berlebihan hingga aku serasa bagai orang hebat.

  

15. Kawul (Pak Dukuh yang nyasar ke sekolah) yang sampai nawarin mau

ngetikin, katanya biar bisa segera nglamar kerjaan lewat aku, makasih sudah setia berteriak: ”Tangi..tangi..tangi!!!” tiap jam 05.00. Kang, aku sido lulus..

  

16. Para donatur misterius yang dermawan dan yang paling berjasa dalam

mengantarku ke garis finish, tanpa kalian perjalanan ini mungkin masih panjang. Terima kasih dari hatiku yang terdalam.

  

17. Sheggy yang dah bantuin nunggu satu kelas saat penelitian, kamu selalu

jadi kawan baik meski aku sering kurang care ma kamu…makasih dan maaf ya.

  

18. Blue-koethoequ, AB 4384 EG si Kaze R biru yang setia nemani aku

menyusuri jalan-jalan buat cari inspirasi. Juga Cuprut si motor cinta yang tangguh meski kian renta. Hey, Kaze R tua, aku_padamu.

  

19. Gubug reot A5.55 yang selalu menghadirkan dan menampung banyak

cinta.

  20. Theresia Gaudeta Choir dan Volante Voice, ajang gossip paling asyik.

  

21. Lina ‘Si Boss’ (P.Mat ’00), Anna yang sudah tidak takut brambang (PBI putihnya, Andre Q-ser yang punya banyak kasus (P.Sej ’00), Tjatur ‘Tajur Sing’ (S.ING ’99), Yanto ‘Cowok Kabel’ (PBSID ’00)…Karen

menyatukan kita, hebohnya Pepsi Blue dan Parangtritis…kapan lagi?

  

22. Bulik Ambar, Om Yanto, Wulan, Tyas, Dik Icha yang dah ngebolehin aku

jedhal-jedhul numpang ngetik sebelum di rumah ada kompi, matur nuwun nggih..

  23. Murid-muridku di TK PGRI Janti yang lucu-lucu dan aneh-aneh, horeee…Bu Guru dah lulus..jangan bilang lagi murid punya murid yach..

  24. Angel, sumber inspirasiku. Kita memang harus terus belajar…semoga kamu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anak lain. Berbicaralah dengan semua orang, setiap kata adalah berharga..

  

25. Danang (Omponk) n zeni (nyienk2) makasih pinjaman dananya. Aku jadi

bisa daftar ulang deh…mbak Novi Eksi, makasih dah masarin produkku sampe Semarang , hasilnya bisa tak pake buat ngrampungin skripsi neh.

  26. Semua saja yang membantuku berproses, terima kasih banyak.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna karena

memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan.

  Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

  

Yogyakarta,

Penulis,

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….....………i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….……ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………....….iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………....……..v

ABSTRAK………………………………………………………...………….…..vi

ABSTRACT……………………………………………………...…………..…..vii

KATA PENGANTAR……………………………………………………..........viii

DAFTAR ISI………………………………………………………...………......xiii

DAFTAR TABEL……………………………………………………….....……xvi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...…..……...xvii

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………………......1 B. Rumusan Masalah…………………………………………..……….…..8 C. Tujuan Penelitian……………………………………………..…….…...8 D. Manfaat Penelitian……………………………………………..….…….8 BAB II : LANDASAN TEORI A. Remaja………………………………………………...………….……...9

  1. Pengertian Remaja……………………………………………...……9

  B. Religiositas…………………………………...…………….….….12

  1. Pengertian Religiositas…………………………………………......12

  2. Aspek-Aspek Religiositas………………………………………….15

  3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Religiositas………….…….…18

  C. Tempat Ibadah dan Beribadah………………………………...….…...20

  1. Pengertian Tempat Ibadah………………………………...….…....20

  2. Pengertian Beribadah………………………………………….…...21

  D. Dinamika Perbedaan……………………………………..….....…..…..22

  E. Hipotesis……………………………………………....……..……...…24

  BAB III :METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………....………...25 B. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………….....….25 C. Subyek Penelitian………………………………………..……..……...26 D. Metode Pengumpulan Data…………………………………....……....27

  1. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………....…….…27

  2. Pengembangan Alat Pengumpul Data…………………………..…29

  E. Pengujian Kelayakan Alat Penelitian…………………………….....…35

  1. Uji Preliminer…………………………….……..........…………....35

  2. Uji Validitas ……………………………………….….....………..36

  3. Uji Seleksi Item……………………………………......…………..37

  4. Uji Reliabilitas……………………………….…………..………..37

  F. Metode Analisis Data…………………………………………..…..….38

  2. Uji Hipotesis Penelitian…………………………...…………..39

  BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian………………………………..……..……………41

  1. Persiapan Penelitian………………………....………...........….…..41

  2. Orientasi Kancah…………………………….........………........………..41

  3. Uji Coba Alat Ukur……………………………....……........……...43

  B. Pelaksanaan Penelitian…………………………………..………..……46

  C. Hasil Penelitian…………………………………………………....…...47

  1. Uji Asumsi Penelitian………………………………..…..………...47

  2. Uji Hipotesa……………………………………..…..……………..49

  3. Kategorisasi Skor Penelitian…………………….…….…..……….52

  D. Pembahasan………………………………………….……...………....55

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………....………………61 B. Saran………………………………………………….………...……..61

DAFTAR PUSTAKA ………………………………........……….…………….64

LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Blue Print Skala Religiositas…………………………………………32

Tabel IV.1 Distribusi Item Skala Religiositas Setelah Uji Coba…………...……44

Tabel IV.2 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorof_Smirnov………….48

Tabel IV.3 Hasil Uji Homogenitas……………………………………………….49

Tabel IV.4 Rangkuman Hasil Hipotesa……………………………...…………..50

Tabel IV.5 Norma Kategori Skor……………………………………...………....53

Tabel IV.6 Kategori Religiositas Remaja yang Sering Pergi ke Tempat Ibadah...53

Tabel IV.7 Kategori Religiositas Remaja yang Jarang Pergi ke Tempat Ibada.…54

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Skala Uji Coba Lampiran 2 Skor Kasar Skala Uji Coba Lampiran 3 Reliabilitas Data Skala Uji Coba Lampiran 4 Skor Setelah Seleksi Item Lampiran 5 Reliabilitas Setelah Seleksi Item Lampiran 6 Skala Penelitian Lampiran 7 Data Skala Penelitian Lampiran 8 Reliabilitas Data Skala Penelitian Lampiran 9 Tabel Uji Normalitas Lampiran 10 Tabel Uji Homogenitas Lampiran 11 Tabel T-Test Lampiran 12 Data Subyek Penelitian Lampiran 13 Surat Pengantar Penelitian Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan perubahan jaman yang sangat pesat

  membawa dampak yang luar biasa bagi peradaban manusia. Kebutuhan manusia semakin kompleks sehingga menuntut setiap individu untuk giat bekerja tanpa henti. Produsen berlomba -lomba menciptakan produk terbaru, diikuti oleh konsumen yang berlomba -lomba memiliki produk terbaru tersebut. Dalam hal ini, uang menjadi sangat penting bagi tia p individu, karena merupakan alat paling ampuh untuk mendapatkan segala yang diinginkan. Praktis setiap orang menghabiskan waktunya untuk mencari uang dan sisa waktu yang ada untuk mencari kesenangan dengan uang yang telah didapat. Menghibur diri penting s etelah orang bekerja keras, sehingga tak ada lagi waktu tersisa untuk hal lain. Manusia mampu merubah jaman dan jaman mampu merubah manusia. Orang yang tak mampu mengikuti perkembangan jaman akan tersisih dengan sendirinya. Dampak pergeseran itu, kehidupan religius menjadi terbengkelai., bahkan Shihab (2003) menyatakan bahwa manusia Indonesia tidak religius. Semakin jarang orang yang masih memperhatikan kehidupan religiusnya.

  Di lain pihak, banyak pengurus tempat ibadah yang giat mencari dana mendatangi rumah-rumah untuk meminta sumbangan dengan atau tanpa membawa proposal pembangunan Mesjid. Dewan Paroki sebuah gereja bahkan ada yang sampai hati membagi kartu sumbangan pembangunan bulanan pada umatnya seperti layaknya kartu SPP milik anak sekolah. Hal itu dilakukan untuk membuat bangunan Gereja menjadi lebih megah dan banyak dikunjungi oleh umat.

  Monks (1989) mengatakan bahwa jumlah kaum muda yamg mengunjungi Mesjid atau Gereja secara te ratur semakin bertambah. Hal ini juga dikemukakan oleh Subandi (1994), yang mengungkapkan bahwa dalam dua dasawarsa ini terlihat adanya fenomena peningkatan kehidupan beragama di seluruh dunia. Kalangan generasi muda Negara -negara timur memperlihatkannya dengan membanjiri rumah -rumah ibadat. Adanya gejala - gejala ini seakan menunjukkan suatu ironi dalam religiusitas dewasa ini (Martalena, 2004).

  Kata “religi” berasal dari bahasa latin religio yang akar katanya adalah religare yang berarti mengikat (Driyar kara, 1988). Maksudnya adalah bahwa di dalam religi (agama) terdapat aturan -aturan dan kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.

  Banyak ahli berpendapat bahwa agama atau religi memiliki peran yang istilah agama lebih menunjuk kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan -peraturan dan hukumnya, serta keseluruhan organisasi tafsir kitab -kitab keramat dan sebagainya yang melingkupi segi-segi kemasyarakatan (Gessellschaft, bahasa Jerman).

  Zimbardo (dalam Dwiatmoko, 1993) berpenda pat bahwa religiositas memainkan peranan penting dalam cara hidup dan mengalami kehidupan.

  Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam libuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena merupakan intimitas jiwa, du Coeur dalam arti pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) kedalaman si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiositas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak, fo rmal, resmi. Religiositas lebih bergerak dalam tata paguyuban ( Gemeinschaft) yang cirinya lebih intim (Mangunwijaya, 1986).

  Religiositas menurut Scneiders (dalam Caroline, 1999) merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu .

  Religiositas dapat diartikan sebagai kehidupan beragama. Rm. Tom Jacobs (2002) mengatakan bahwa religiositas, khususnya sebagai iman persona, diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari -hari.

  Menurut Hartoko (1987) religiositas dapat ta mpil sebagai overt

  

behavior (perilaku tampak) dan covert behavior (perilaku tak tampak). Dalam tertentu yang mengekspresikan keimanan manusia kepada Allah, misal: gerakan tubuh tertentu umat Islam saat menjalankan sholat, membuat tanda salib sebelum berdoa bagi umat Katolik. Perilaku tak tampak dari religiositas dapat terekspresikan dari pandangan individu yang diwarnai oleh ajaran agamanya. Tiap-tiap agama dan kepercayaan memilik i cara-cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religius penganutnya.

  Glock (Paloutzian, 1996) membagi religiositas menjadi 5 aspek atau dimensi:

  

a) Religiositas belief , merupakan dimensi ide ologi, memberi gambaran

  sejauh mana seseorang menerima hal -hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya.

  

b) Religiositas practice , merupakan dimensi ritual, yakni sejauh mana

seseorang mengerjakan kewajiban -kewajiban ritual agamanya.

  

c) Religiositas feeling , merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran

tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu.

  

d) Religiositas knowledge , merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa

  jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci.

  

e) Religiositas effect , merupakan dimensi konsekuensial, yakni mengungkap kehidupan sehari-hari.

  Kelima aspek di atas tidak dapat berdiri sendiri, mereka berhubungan satu dengan yang lainnya. Orang yang memiliki religiositas belief yang tinggi bisa dikatakan memiliki religiositas feeling dan menunjukkannya dalam religiositas practice (Paloutzian, 1996).

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi religiositas. Thouless (1992) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap religiositas menjadi:

  a) Faktor sosial, yang meliputi pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial. Hal ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap religius, yaitu pendidikan dari orang tua, tradisi - tradisi sosial, tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati lingkungan itu.

  b) Berbagai pengalaman yang membangun sikap religius, terutama pengalaman-pengalaman yang termasuk dalam: 1) Faktor alami, yang meliputi keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain.

  2) Faktor moral, yaitu konflik moral. 3) Faktor afektif, meliputi pengalaman emosional keagamaan.

  c) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan - kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan keamanan, d) Faktor-faktor intelektual, yaitu berbagai proses pemikiran verbal. Tiap orang memiliki perkembangan sikap religius yang berbeda karena proses pemikiran verbal tiap orang berbeda -beda pula.

  Dari uraian tersebut, Hurlock (1991) menganggap pentingnya tingkat perkembangan manusia sebagai faktor yang mempengaruhi kadar religiositas seseorang. Masa dewasa dini dianggap sebagai masa yang paling tidak religius, hal ini ditandai dengan menurunnya minat keagamaan, dan ini seringkali menimbulkan hambatan dalam bidang keagamaan .

  Tiap-tiap agama atau kepercayaan memiliki cara -cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religiositas penganutnya. Setiap agama juga memiliki tempat ibadah sendiri dimana umat dapat melaksana kan salah satu kewajibannya sebagai salah satu makhluk religius, yakni pergi ke tempat ibadah untuk beribadah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), tempat berarti ruang yang tersedia untuk melakukan sesuatu, sedangkan ibadah artinya perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan -Nya. Jadi tempat ibadah berarti tempat yang tersedia untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah -Nya dan menjauhi larangan-Nya. Setiap agama memiliki tempat ibadah sendiri, misalnya: Mesjid milik umat Islam, Gereja milik umat Kristen dan Katolik, Pura milik umat Hindu dan

  Di Mekah, ada Batu Hitam yang dihormati oleh orang -orang Arab sebelum Muslim, oleh Muhammad digabungkan ke dalam Mesjid yang paling penting dalam dunia Islam. Batu itu dipasang dalam bangunan Ka’ba (‘kubus’) di sebuah lapangan Mekah dan tak seorang nonMuslim pun boleh mendekatinya. Adalah harapan setiap muslim untuk melakukan pezi arahan sekurang-kurangnya sekali selama hidupnya dan menyentuh atau mencium Batu itu. Peziarahan ke rumah Allah itu adalah satu dari ‘rukun Islam’. Mesjid adalah rumah Allah dan sedemikian suci. Seseorang yang tidak dalam keadaan bersih tidak boleh memasuk i suatu Mesjid. Lagi pula hanyalah mereka yang murni yang dapat memperoleh manfaat dengan mengunjunginya.

  Sebagai tempat-tempat untuk ibadat-ibadat Ilahi, mesjid-mesjid pada prinsipnya adalah ‘rumah -rumah di mana Allah mengijinkan pendiriannya dan penyebutan nama-Nya di dalamnya’. Itu berarti bahwa mesjid -mesjid dimaksudkan untuk pelayanan sebagaimana dituntut oleh hukum, untuk ibadah, doa, dan kewajiban -kewajiban religius lain. Sangat mulialah pergi ke Mesjid, karena untuk setiap langkah yang diambil, sese orang mendapat ampun bagi dosa-dosanya, Allah melindunginya pada penghakiman terakhir dan para malaikat juga membantunya (Dhavamony, 1995).

  Dari paparan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa ada perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke t empat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.

  B. Rumusan Masalah

  Penelitian ini untuk menggali, apakah ada perbedaan religiusitas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris yang menunjukkan ada tidaknya perbedaan religiositas antara orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Memberikan wacana tambahan bagi bidang Psikologi, khususnya Psikologi Agama, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang lebih relevan di masa yang akan datang.

  2. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi para pemuka agama, kaum religius maupun umat awam dalam menjalani dan mengimani kehidupan religiositasnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja

1. Pengertian Remaja

  Remaja (Adolescene) berasal dari bahasa Yunani (pada akhir abad ke-16) yaitu Adolescere , yang berarti tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Hurlock (1990) dan Rita (dalam Pengantar Psikologi, ed.XI jilid I) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang penuh gejolak dan tekanan serta perubahan yang penuh dengan perkembangan baru. Masih menurut Hurlock (1990), ada 8 ciri remaja yaitu: masa remaja sebagai periode yang penting, sebagai periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik, dan masa r emaja sebagai ambang masa dewasa. Masa remaja disebut sebagai ambang masa dewasa karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa agar mereka dianggap dewasa oleh lingkungannya. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang merokok, minum minuman keras, menggunakan obat - obatan terlarang, dan mulai memperhatikan penampilan ataupun merubah penampilan agar mereka dianggap sudah dewasa.

  WHO (dalam Sarwono, 1991) menyebutkan 3 hal mengenai masa remaja, yaitu: sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seks.

  2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

  3. Individu mengalami peralihan dari ketegantun gan sosial ekonomi yang penuh ke keadaan yang relatif lebih mandiri.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan tentang remaja yaitu bahwa remaja berarti tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, sedangkan masa remaja merupakan masa pe ralihan dari kanak- kanak ke dewasa yang penuh gejolak, tekanan, dan perubahan -perubahan bentuk-bentuk fisik, yang dapat menyebabkan timbulnya konsep diri kurang baik karena ketidakpuasan terhadap fisiknya.

2. Tahap Perkembangan Remaja

  Hurlock (dalam Andi, 1982), memberikan rentangan usia remaja antara 13-21 tahun, yang dibagi menjadi dua yaitu remaja awal (13/14 tahun sampai 17 tahun), dan remaja akhir (17 -21 tahun).

  WHO (dalam Sarwono, 1991), membagi tahapan perkembangan remaja menjadi dua yaitu remaja awal (10 -14 tahun) dan remaja akhir (15 - 20 tahun). Remplein (dalam Monks, 1996), memberikan batasan usia remaja yaitu 12-21 tahun, dan menambah masa krisis diantara masa pubertas dan

  adolescene. Remplein memberikan 4 tahapan dalam pembent ukan/

  perkembangan remaja, yaitu:

  (laki-laki).

  2. Pubertas, pada umur 13 -15,5 tahun (wanita) dan 14 -16 tahun (laki-laki).

  3. Masa kritis, pada umur 15,5 -16,5 tahun (wanita) dan 16 -17 tahun (laki- laki).

  4. Adolescene / remaja, pada umur 16,5 -20 tahun (wanita) dan 17 -21 tahun (laki-laki).

  Hurlock (1990), membedakan usia remaja menjadi d ua periode yaitu: awal (13-16/16 tahun) dan akhir (16/17 -18/19 tahun) dengan diawali / dimulai dengan masa pubertas pada umur 12,5 -14,5 tahun (wanita) dan 14 - 16,5 (laki-laki). Berbeda dengan Hurlock, Thornburg (1982) mengacu pada masyarakat Amerika, usia r emaja terbagi dalam pandangan masyarakat yaitu: modern (11-22 tahun) dan tradisional (13 -18 tahun). Pada masyarakat modern anak-anak sudah memiliki pengetahuan seperti orang dewasa, sedangkan masyarakat tradisional menganggap usia 13 tahun masuk ke usia remaja yang diperpendek, karena anak -anak sudah dipaksa untuk hidup mandiri dan tidak tergantung pada orang tua.

  Hurlock (1990) menyatakan garis pemisah antara masa remaja awal dan masa remaja akhir sekitar 17 tahun. Pada masa ini mereka memasuki sekolah menengah tingkat atas, dan saat ini diakui secara hukum di Indonesia sebagai usia remaja.

  Menjadi remaja menurut Furter (Monks, 1994) berarti juga mengerti menjalankannya. Diharapkan sej alan dengan taraf perkembangan intelektualnya, remaja sudah dapat menginternalisasi penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi sendiri, termasuk nilai dan ajaran agama. Nilai dan ajaran tersebut kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Pada penelitian ini, remaja yang akan diambil sebagai sampel penelitian adalah remaja menurut definisi dari Hurlock, yakni remaja akhir atau remaja yang berusia 17 -21 tahun.

B. Religiositas

1. Pengertian Religiositas

  Kata “religi” berasal dari bahasa lati n religio yang akar katanya ialah religare yang berarti mengikat (Driyarkara, 1988). Maksudnya ialah bahwa di dalam religi (agama) terdapat aturan -aturan dan kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semuanya itu berfungsi mengikat dan mengutuhkan diri seseo rang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.

  Banyak ahli berpendapat bahwa agama atau religi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Mangunwijaya (1986), istilah agama lebih menunjuk kepada Tuhan atau kepada “Dunia Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan - kitab-kitab keramat dan sebagainya yang melingkupi segi -segi kemasyarakatan (Gessellschaft, bahasa Jerman). Zimbardo (dalam Dwiatmoko, 1993) berpendapat bahwa religiositas memainkan peranan penting dalam cara hidup dan mengalami kehidupan. Religiositas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati”, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, du Coeur dalam arti pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiositas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak, formal, resmi. Religiositas lebih berg erak dalam tata paguyuban (Gemeischaft) yang cirinya lebih intim (Mangunwijaya, 1986).

  Dalam Bambang Sugiharto (2004), Kierkegaard menyatakan bahwa religius adalah tahap dimana orang sepenuhnya hidup dalam iman.

  Motivasi dasar perilaku orang dalam tahap in i adalah bagaimana menjalankan kehendak Tuhan. Hidup religius yang sejati adalah hidup tersenyum dalam duka, damai dalam aneka ketegangan, melangkah ringan dalam saat-saat yang berat dan menyesakkan. Baginya hidup, betapapun bopengnya selalu merupakan pera yaan yang tak berkesudahan. Terlepas dari pendapat tersebut, J. B. Pratt (dalam Ahmad N. P., 2000) mengartikan religi sebagai sikap yang serius dan sosial dari individu - mereka anggap memiliki kekuasaan tertinggi terhadap kepentingan dan nasib mereka.

  Manusia religius menurut Mangunwijaya (1986) adalah orang yang cinta pada kebenaran dan benci segala kebohongan serta kemunafikan. Dia seorang perasa yang halus, peka terhadap getaran - getaran sedih orang lain, dan suka menolong. Dia banyak merenung tentang hakikat hidup dan mencari dengan tekun serta kritis lika -liku perangkap penipuan pada dirinya maupun masyarakat sekelilingnya. Dia dapat bergema terhadap segala yang indah dan luhur, sampai orang lain merasakan kedamaian dan kepastian bila dekat dengannya. Dia boleh jadi bukan orang yang sempurna atau teladan, akan tetapi toh terasa dan jujur harus diakui, dia manusia baik, dia punya antena religius.

  Religius menurut Scneiders (dalam Carolin e, 1999) merupakan salah satu unsur yang turut mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Religiositas dapat diartikan sebagai kehidupan beragama. Rm. Tom Jacobs (2002) mengatakan bahwa religiositas, khususnya sebagai iman personal, diungkapkan dalam agama dan diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.

  Menurut Hartoko (1987) religiositas dapat tampil sebagai overt

  

behaviour (perilaku tampak) serta covert behaviour (perilaku tak

  tampak). Dalam perilaku tampak, religius dapat dilihat dari gerak tubuh kepada Allah, misal: gerakan tubuh tertentu umat Islam saat menjalankan sholat; membuat tanda salib sebelum berdoa bagi umat Katholik. Perilaku tak tampak dari religiositas dapat terekspres ikan dari pandangan individu yang diwarnai oleh pandangan agamanya. Tiap -tiap agama atau kepercayaan memiliki cara -cara yang khas dalam mengungkapkan imannya kepada Allah, hal ini memberi corak khas pula bagi penampilan religiositas penganutnya.