Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku dalam penggunaan antibiotika pada pekerja seks komersial di lokasi jalanan Yogyakarta - USD Repository

  

PENGARUH EDUKASI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

TERHADAP PERILAKU DALAM PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA

PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKASI JALANAN YOGYAKARTA

TAHUN 2006

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi

  Oleh : Ferawati Klaudia Ida

  NIM : 018114091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  2007

  

I have been crucified with Christ and i no longer live,

but Christ lives in me. The life i live in the body, i live

by faith in the Son of God, who loved me and gave

Himself for me. Galatians 2 : 20

  Karya ini kupersembahkan untuk : Bapa di Surga Mama, Papa dan Nita Marie Claire Barth

  Sahabat dan Teman-temanku Almamaterku PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan anugerah serta bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah, yang hanya dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

  2. Bapak Mukhotib, Md selaku direktur PKBI DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lokasi Pasar Kembang.

  3. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  4. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  5. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

  6. Bapak Yosef Wijoyo,M.Si., Apt selaku dosen penguji, atas kritik dan saran

  7. Papa dan Mama tercinta atas kasih sayang, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungannya baik moril maupun materiil.

  8. Kakakku tersayang Milka Sionita Ida yang telah membimbing dan menjagaku serta yang selalu memberi keceriaan dan semangat.

  9. Teman-teman di jalan Badran dan jalan Magelang Yogyakarta yang sudah mau menjadi responden dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

  10. Relawan PKBI DIY, Dhini, Dewi, Maulana, Riza, mba Titin, Dudi, Mala, Indy atas bantuan dan kerjasamanya saat pengambilan data.

  11. Sahabat-sahabatku, Benny, Ivie, Corry, Tata, Denny, Ryan, Andreas, Dimas, Sulo.

  12. Teman-teman seperjuangan, Michay dan yang selalu memberi masukan & semangat, Adistyawan yang sabar memberi masukan, Ano yang ceria, dan Ririn yang manis, makasih ya untuk kebersamaan, masukan dan semangat dalam penelitian ini.

  13. Teman-teman angkatan 01 kelas B, kelompok D atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini.

  14. Hai Artist Management dan Bulletin Music yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi .

  15. FLOW band atas pengertian dan kebersamaan selama ini.

  16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, 8 Oktober 2007 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 8 Oktober 2007 Penulis

  Ferawati Klaudia Ida

  

INTISARI

  Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit kelamin yang ditularkan lewat hubungan seksual. Penyakit ini sering timbul di kalangan PSK dan pengguna jasa PSK, karena perilaku mereka yang sering barganti-ganti pasangan. Hasil penelitian Sutama (2005) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik di kalangan Pekerja Seks Komersial di Pasar Kembang masih belum rasional.

  Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan sikap PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotik yang rasional. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi, dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian pretest-posttest. Teknik sampling yang digunakan yaitu: Quota sampling, dengan mengambil responden sebanyak 29 orang untuk mengisi kuesioner dan melakukan wawancara terstruktur terhadap 6 orang. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan statistik uji menggunakan Paired Sampel T Test dengan taraf kepercayaaan 90%.

  Hasil untuk uji dengan Paired Sampel T Test menunjukkan perbedaan yang signifikan pada perilaku dalam penggunaan antibotik pada PSK Jalanan Yogyakarta sebelum dan sesudah pemberian edukasi. Persentase perubahan perilaku ditinjau dari tingkat pendidikan, umur dan lama bekerja yang menunjukkan peningkatan paling tinggi adalah SD (12,5%), 21-40 tahun (16,25%), dan lama kerja 3 tahun (45%).

  Kata kunci: edukasi, pekerja seks komersial, antibiotik.

  

ABSTRACT

  Sexual transmitted disease is a sex disease that infected though sexual relationship. This disease was most occurs on commercial sexual worker and its consumers, because their behavior that most flitting in sex relationship. The Sutama research announcing that the using of antibiotic on commercial sexual worker at Pasar Kembang was still irrational.

  The objective of this research is to understanding the knowledge change and the attitude of commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education about sexual contagion and the using of rational antibiotic. This research was included in queasy experimental research, with research plan which used is pretest–posttest research plan. The sampling technique which used is quota sampling, with collected the respondent as much as 29 persons to filling the questionnaire and performing the structured interview toward 6 persons. the analysis which performed is descriptive analysis and statistical test with using Paired Sample T Test by 90% confident level.

  The result for test with Paired Sample T Test was referring the significance differentiation to the using behavior of antibiotic on commercial sexual worker at Yogyakarta before and after the education. The change percentage of behavior was reviewed from education, age, and working duration level, that referring the highly increasing is elementary school (12,5%), 21 – 40 years old (16,25%) and 3 years working duration (45%).

  Keywords: education, commercial sexual worker, antibiotic.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv PRAKATA................................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ viii

  INTISARI ................................................................................................................ ix ................................................................................................................. x

  ABSTRACT

  DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR………...………………….………………………………….. xv

  BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

  1. Perumusan masalah............................................................................. 3

  2. Keaslian penelitian.............................................................................. 4

  3. Manfaat penelitian .............................................................................. 4

  B. TUJUAN ................................................................................................... 5

  1 Tujuan Umum ..................................................................................... 5

  2 Tujuan Khusus .................................................................................... 5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................................... 6 A. Pekerja Seks Komersial ............................................................................ 6

  1. Pengertian ........................................................................................... 6

  D. Resistensi .................................................................................................... 17

  D. Teknik Sampling ....................................................................................... 23

  C. Subyek Penelitian...................................................................................... 23

  2. Definisi Operasional ........................................................................... 22

  1. Variabel Penelitian.............................................................................. 21

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 21 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 21 B. Variabel dan Definisi Operasional............................................................ 21

  G. Hipotesis ................................................................................................... 20

  F. Landasan Teori.......................................................................................... 19

  E. Pemakaian Antibiotika yang Rasional ...................................................... 18

  5. Pengobatan Trikomoniasis......................................................................16

  2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ........................................................ 6

  4. Pengobatan Klamidia..............................................................................15

  3. Pengobatan Herpes Genital................................................................... 14

  2. Pengobatan Sifilis ................................................................................. 12

  1. Pengobatan Gonore .......................................................................... ....11

  C. Penatalaksanaan PMS ................................................................................. 11

  2. Gejala-gejala PMS .................................................................................. 9

  1. Pengertian.......... ................................................................................. ....9

  B. Penyakit Menular Seksual........................................................................... 9

  E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 23

  F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 24

  1. Analisis Situasi ................................................................................... 24

  2. Pembuatan Kuesioner ......................................................................... 24

  3. Pembuatan Booklet.................................................................................26

  4. Penyebaran Kuesioner ........................................................................ 26

  5. Pemberian Edukasi.............................................................................. 27

  6. Wawancara Terstruktur....................................................................... 27

  7. Pengolahan Data ................................................................................. 28

  G. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 28

  H. Kesulitan Penelitian..................................................................................... 29

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 31 A. Karakteristik PSK Di Lokasi Jalanan Yogyakarta Tahun 2006…..…….. 31

  1. Tingkat Pendidikan ............................................................................. 31

  2. Umur ................................................................................................... 32

  3. Lama Bekerja ...................................................................................... 33

  B. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang PMS dan Kerasionalan Penggunaan Antibiotika terhadap Perubahan Perilaku PSK di lokasi Jalanan Yogyakarta.................................................................................................. 34

  C. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama Kerja terhadap Perilaku (pengetahuan dan sikap) PSK Perempuan dalam Pengunaan Antibiotika yang Rasional.............................................................................................. 35

  1. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 36

  2. Umur ............................................................................................... 36

  3. Lama Kerja...................................................................................... 37 Rangkuman Pembahasan……………………………………………………...38

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40 A. Kesimpulan ................................................................................................ 40 B. Saran ......................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 42 LAMPIRAN............................................................................................................. 44 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 71

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Karakteristik Tingkat Pendidikan PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ........................................................................................................ 31 Gambar 2. Karakteristik Umur PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006 ................... 32 Gambar 3. Karakteristik Lama Kerja PSK Jalanan Yogyakarta Tahun 2006.......... 33 Gambar 4. Persentase Jawaban Kuisioner Pretest dan Posttest PSK Jalanan

  Yogyakarta Tahun 2006 ......................................................................... 35 Gambar

  5. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................................ 36 Gambar

  6. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Umur .................................................................................. 37 Gambar

  7. Persentase Perubahan Perilaku PSK Jalanan Yogyakarta berdasarkan Lama Kerja ........................................................................ 38

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Di jaman sekarang ini, istilah Pekerja Seks Komersial (PSK) tidak asing

  lagi di telinga kita. Pekerja Seks Komersial merupakan kumpulan orang-orang yang berprofesi melakukan aktifitas seksual dengan pasangan yang tidak tetap, dengan kompensasi bayaran atau imbalan berupa uang dengan jumlah yang telah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).

  Akibat dari seringnya berganti-ganti pasangan, serta mobilitas yang tinggi, para PSK sangat berisiko tertular dan menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau virus penyebab penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).

  Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit kelamin yang ditularkan lewat hubungan seksual. Penyakit ini sering timbul di kalangan PSK dan pengguna jasa PSK, karena perilaku mereka yang sering barganti-ganti pasangan (Aprilianingrum, 2002).

  Berdasarkan catatan klinik Griya Lentera angka kasus HIV/AIDS hingga Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencapai 308 kasus, sedangkan angka kasus PMS dari bulan Januari sampai dengan September 2006 mencapai 23 kasus untuk infeksi gonore, dan penderita klamidia sebanyak 3 kasus.

  Umumnya, para PSK memiliki riwayat pendidikan yang rendah, sehingga mereka tidak memahami bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Akibatnya, para PSK sering melayani tamu tanpa menggunakan alat pengaman, yaitu kondom, sehingga tidak sedikit PSK yang tertular PMS dari tamunya, kemudian menularkan ke tamu yang lain. Selain itu, faktor umur dan lama kerja para PSK juga mempengaruhi pemahaman mereka terhadap bahaya PMS.

  Menyadari akibat fatal yang dapat ditimbulkan dari ketidakpahaman para PSK ini, maka sangat penting dilakukannya edukasi/pemberian informasi untuk para PSK dengan cara penyampaian yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga mereka dapat menyadari tingginya risiko bahaya dari pekerjaan mereka, dan timbul kesadaran untuk memulai menggunakan kondom pada saat melayani tamu.

  Faktor pengalaman yang diperoleh secara turun temurun dari para senior juga mempengaruhi kebiasaan para PSK, yaitu mengkonsumsi obat antibiotika untuk mengobati rasa sakit yang dirasakan setelah melakukan hubungan seksual. Mereka memperoleh obat tersebut dengan membelinya di warung atau apotik. Sangat sedikit yang menggunakan antibiotik berdasarkan rekomendasi dari dokter. Menurut pengertian mereka, dengan menggunakan antibiotik, maka akan mencegah terjangkitnya mereka dari penyakit kelamin. Antibiotik tersebut juga dikonsumsi tanpa memperhatikan dosis penggunaannya, serta lama pemakaiannya. Kebanyakan dari mereka hanya mengkonsumsinya setiap kali mereka merasa sakit. Akibat yang dapat timbul dari kebiasaan mereka tersebut adalah bakteri yang ada di dalam tubuh mereka menjadi kebal atau resisten.

  Dari penelitian sebelumnya tentang penggunaan antibiotika di kalangan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta, ternyata tidak ada perbedaan profil antibiotika yang dulu pernah diteliti oleh Putranto (2002) dengan hasil penelitian Sutama (2005). Sebagian PSK mengobati penyakitnya hanya berdasarkan pengalaman masa lalu yaitu mengobati dan mencegah penyakit yang pernah mereka derita dengan antibiotika yang sama. Antibiotika tersebut mereka peroleh dari warung dan apotik, mereka gunakan seperlunya tanpa memperhatikan aturan pakai maupun dosisnya serta lama pemakaian.

  Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ada pengaruh edukasi/pemberian informasi bagi PSK terhadap penggunaan antibiotika yang rasional. Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi jalanan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian, yaitu pengaruh edukasi/pemberian informasi bagi PSK jalanan di Yogyakarta tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional, berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan lama kerja.

1. Perumusan Masalah

  a. Seperti apakah karakteristik PSK perempuan di lokasi jalanan Yogyakarta?

  b. Adakah pengaruh edukasi tentang PMS terhadap perubahan perilaku (pengetahuan dan sikap) PSK perempuan dalam penggunaan antibiotika yang rasional di lokasi jalanan Yogyakarta? c. Adakah pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK perempuan terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika yang rasional?

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh Putranto (2002) dengan judul “ Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan PSK Perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta” dan oleh Sutama (2005) dengan judul “ Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di PSK di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2005”.

  Penelitian kali ini memfokuskan pada pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta tahun 2006. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian ini, waktu penelitian, dan metode penelitian yang digunakan.

  3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

  Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dalam pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional.

b. Manfaat Praktis

  Memberi informasi bagi PSK di lokasi jalanan Yogyakarta mengenai PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional sehingga timbul kesadaran untuk berperilaku sehat di kalangan PSK jalanan Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Mengkaji pengaruh edukasi tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional terhadap perubahan perilaku PSK di lokasi jalanan Yogyakarta.

  2. Tujuan Khusus

  a. Untuk mengetahui karakteristik PSK perempuan di lokasi jalanan Yogyakarta.

  b. Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang PMS terhadap perubahan perilaku PSK perempuan dalam penggunaan antibiotika yang rasional di lokasi jalanan Yogyakarta.

  c. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja PSK perempuan terhadap perubahan perilakunya dalam penggunaan antibiotika yang rasional.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersial

  1. Pengertian

  Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah kelompok orang yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan kompensasi imbalan berupa uang yang sudah disepakati sebelumnya (Aprilianingrum, 2002).

  Profesi PSK perempuan sangat rawan terserang berbagai jenis PMS, mereka termasuk dalam kelompok beresiko tinggi terkena PMS. Seorang PSK dapat menjadi hospes ataupun dapat sebagai sumber dari penularan penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

  Sebagian besar pengetahuan PSK tentang cara pengobatan penyakit dengan menggunakan obat hanya berdasarkan pengalaman teman atau seniornya dalam komunitas tersebut. Informasi tentang penggunaan obat dan sistem pengobatan yang benar dan rasional jarang mereka dapatkan. Mitos yang berkembang di kalangan para PSK bahwa PMS dapat dicegah dengan mengkonsumsi antibiotika masih mereka yakini sampai saat ini (Putranto, 2002).

  2. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku.

  a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Jika penerimaan perilaku baru atau perilaku yang diadopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku seseorang akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003).

  b. Sikap Sikap merupakan suatu respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang mengenai suatu obyek (Notoatmodjo, 2003).

  c. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi reproduksi atau merangsang sensasi dalam reseptor-reseptor yang terletak di sekitar organ-organ reproduksi. Perilaku seksual seseorang dapat dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain, oleh lingkungan dan kultur yang dimiliki oleh individu tersebut tinggal.

  Perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) faktor predisposing Faktor meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

  predisposing norma dan unsur lain yang terkait pada individu.

  2) faktor enabling Faktor enabling meliputi semua karakter lingkungan dan semua fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku. Faktor pendukung ini adalah ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan kesehatan.

  3) faktor reinforcing Yaitu sikap perilaku di luar individu yang memperkuat perilaku seseorang, karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Aprillianingrum, 2002).

  Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang suatu hal akan berpengaruh terhadap sikap, kemudian mempengaruhi timbulnya niat seseorang untuk melakukan tindakan atau berperilaku. Dapat diartikan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupannya.

  Demikian pula dengan PSK, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK dalam melakukan hubungan seksual.

  Dalam hal ini, PSK dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mampu bersikap lebih hati-hati dalam melakukan hubungan seksual dan tindakan pencegahan penularan PMS (Aprilianingrum, 2002).

  Untuk mempengaruhi pengetahuan dilakukan upaya penyuluhan kesehatan, sikap dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan sehingga individu/kelompok/masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak mendukung nilai hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,1989). Menurut Health Belief Model, perubahan sikap dan perilaku PSK perempuan yang positif dipengaruhi oleh 5 komponen, yaitu: 1) kepercayaan PSK perempuan terhadap anggapan bahwa dirinya rentan terhadap PMS atau tidak.

  2) persepsi PSK perempuan apakah PMS merupakan ancaman yang serius. 3) kepercayaan terhadap pencegahan yang telah dilakukan.

  4) kemampuan pembiayaan untuk pencegahan yang dilakukan. 5) ada atau tidaknya kendala dan dorongan sosial dalam pencegahan PMS (Kurniawati, 1999).

B. Penyakit Menular Seksual

  1. Pengertian

  Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Beberapa PMS juga ditularkan melalui darah, seperti yang ditularkan oleh HIV, virus Hepatitis B, dan sifilis. Tanda-tanda PMS tidak selalu pada alat kelamin, tetapi juga pada alat penglihatan, saluran pencernaan, hati, otak, dan bagian tubuh lainnya. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Penyakit Menular Seksual sangat berbahaya karena dapat menimbulkan banyak penyakit, seperti mandul, keguguran, menimbulkan kanker leher rahim, merusak penglihatan, otak dan hati, bisa ditularkan pada bayi, menyebabkan mudah tertular HIV, dan juga dapat menyebabkan kematian (Anonim, 2005).

  2. Gejala-Gejala Penyakit Menular Seksual

  Oleh karena bentuk dan letak alat kelaminnya yang menonjol, pada laki- laki gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Gejala PMS pada laki-laki yaitu:

  a. bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin

  b. luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin

  c. adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam

  d. rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin

  e. rasa sakit yang hebat pada saat kencing

  f. kencing nanah atau darah yang berbau busuk

  g. bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok h. kehilangan berat badan yang drastis, disertai mencret terus-menerus dan sering demam serta berkeringat malam Gejala PMS pada wanita yaitu:

  b. rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual

  c. rasa nyeri pada perut bagian bawah

  d. keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya e. keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal

  f. timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks g. bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin (Anonim, 2005).

C. Penatalaksanaan PMS 1.

   Pengobatan gonore

  Gonore merupakan PMS yang disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman penyebab penyakit ini adalah Neisseria gonnorrhoeae. Kuman ini bersifat gram- negatif, tampak didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39 C dan tidak tahan zat disinfektan.

  Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis pipih yang belum berkembang (immatur). Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa. Pemilihan utama adalah penisilin ditambahkan probenesid. Macam-macam obat yang dapat dipakai adalah :

  a. Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit ditambah 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

  b. Ampisilin dan Amoksisilin Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram ditambah 1 gram probenesid, dan

  Amoksisilin 3 gram ditambah 1 gram probenesid. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. c. Sefalosporin Sefriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m.

  Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg merupakan obat pilihan baru dari golongan sefalosporm yang dapat diberikan secara oral. Dosis ini cukup aman dan efektif untuk mengobati gonore tanpa komplikasi disemua tempat. Obat ini dapat menutupi gejala sifilis.

  d. Spektinomisin Dosisnya ialah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.

  e. Kuinolon Obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg dan siprofloksasin 500 mg, secara oral (Daili, 2001).

  Obat dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk pengobatan gonore saat ini adalah tetrasiklin, streptomisin, dan spiramisin. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan galur N.gonorrhoeae penghasil penisilinase ialah spektinomisin, sefalosporin, ofloksasin, dan sefiksim.

  Peningkatan frekuensi timbulnya galur pengobatan gonore dengan penisilin dan derivatnya perlu dipikirkan efektivitasnya. (Daili, 2001).

2. Pengobatan Sifilis

  Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.

  Treponema pallidum merupakan spesies Treponema dari famili

Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales. Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena

  spesies Treponema tidak dibiakkan in vitro.

  Treponema pallidum berbentuk spiral, negatif-Gram dengan panjang rata- rata 11µm (antara 6-20 µm) dengan diameter antara 0,09 sampai dengan 0,18 µm.

  Pada umumnya dijumpai 10 busur dengan panjang gelombang sekitar 1 µm, amplitudo sekitar 0,2-0,7 µm. Treponema pallidum mempunyai titik ujung terakhir dengan aksial fibril yang keluar dari bagian ujung lapisan bawah.

  Hingga saat ini pengobatan sifilis menggunakan obat dengan pilihan utama ialah penisilin, bila ternyata alergi terhadap penisilin, diberikan antibiotika lain.

  Diperlukan konsentrasi yang cukup dalam serum untuk membunuh Treponema. Secara in vitro, T. pallidum sensitif terhadap penisilin dengan konsentrasi sekitar 0,01 µ/ml. Dengan demikian konsentrasi 0,03 µ/ml dalam serum dapat diperoleh dengan memberikan penisilin yang bersifat long acting. Pemberian penisilin oral tidak dianjurkan, sebab konsentrasi dalam serum rendah akibat absorbsi yang kurang baik. Pengobatan tidak hanya untuk membunuh Treponema di dalam darah, akan tetapi juga di dalam jaringan terutama limfe dan susunan syaraf pusat. Belum begitu jelas diketahui mengenai konsentrasi penisilin di dalam jaringan, karena setelah pemberian pengobatan masih ditemukan Treponema di dalam cairan sumsum tulang belakang.

  Pengobatan sifilis dini (primer, sekunder, laten dini tidak lebih dari 2 tahun).

  a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit satu kali suntikan intramuskular (IM), atau

  b. Penisilin G prokain dalam akua 600.000 µ IM selama 10 hari. Pemberian 10 hari pada sifilis primer seronegatif, sedangkan pada keadaan seropositf dan sifilis sekunder diberikan selama 14 hari. Pada laten dini sering sulit diketahui lamanya infeksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang, sebab bila ada kelainan, diagnosis sudah menunjukkan neurosifilis asimtomatik sehingga pemberian penisilin perlu selama 21 hari. Penderita sifilis sekunder sebaliknya dirawat inap selama 1-2 hari, sebab mungkin terjadi reaksi Jarish-Herxheimer. Penggobatan terhadap sifilis dini dan yang alergi terhadap penisilin Tetrasiklin hidrokarbon, 4 x 500 mg oral selama 30 hari (bukan estolat).

  Pengobatan terhadap sifilis lanjut, sifilis dengan waktu lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, atau lebih dari dua tahun, sifilis kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis.

  a. Penisilin G benzatin 2,4 juta unit , IM setiap minggu, selama 3 x berturut- turut, atau b. Dengan penisilin G prokain 600.000 IM hari selama 21 hari (Daili, 2001).

3. Pengobatan Herpes Genital

  Herpes genital adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan

  simplex virus dasar eritema dan bersifat rekurens.

  Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin adanya keputihan. Bintil- bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali (Qomariyah, 2003).

  a. Pengobatan non-spesifik

  1) Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian analgesik antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individual.

  2) Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik, seperti jodium povidon secara topikal mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan. 3) Antibiotika atau kotrimoksasol dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

  b. Pengobatan spesifik

  Berbagai macam obat antivirus telah pernah dipakai untuk mengatasi penyakit herpes genitalis, misalnya idoksuridin topical, sitarabin (Ara-C) dan vidarabin (Ara-A) secara intravena, inosipleks (isoprinosin), dan interferon. Obat antivirus yang kini telah banyak dipakai ialah asiklovir, dan saat ini ada 2 macam obat antivirus baru yaitu valasiklovir dan famsiklovir (Daili, 2001).

4. Pengobatan Klamidia

  Penyakit Klamidia disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, gejalanya bisa berupa: keluarnya cairan dari alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah hubungan seksual. Pada laki-laki gejalanya adalah: rasa nyeri saat kencing, keluar cairan bening dari saluran kencing bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah. Tidak jarang pula gejala tidak muncul sama sekali, padahal proses infeksi sedang berlangsung. Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang menjadi pembawa PMS dan menularkannya kepada pasangannya melalui hubungan seksual. Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah cacatnya saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur). Sementara pada laki-laki akibatnya adalah rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan, serta radang saluran kencing. Pada bayi, 60%-70% terkena penyakit mata atau saluran pernafasan (pneumonia) (Anonim, 2005).

  Pengobatan yang direkomendasikan untuk infeksi Chlamidia trachomatis adalah single-dose azithromisin (1 g peroral), doksisiklin 100 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari, dan eritromisin 50 mg/kg setiap hari 4 kali sehari selama 10- 14 hari (Wells, Dipiro, Schwinghammer dan Hamilton, 2003).

5. Pengobatan Trikomoniasis

  Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit Trichomonas . Gejala dan tanda-tandanya adalah: cairan vagina encer, berwarna

  vaginalis

  kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman, nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing (Anonim, 2005).

  Obat yang efektif untuk melawan infeksi T. vaginalis adalah metronidazole dengan dosis 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Efek samping yang biasa dirasakan adalah tidak bisa tidur, nausea, muntah dan diare (Wells, Dipiro, Schwinghammer dan Hamilton, 2003).

D. Resistensi

  Resistensi merupakan suatu sifat di mana suatu sel mikroba tidak terganggu oleh antimikroba, sebagai mekanisme alamiah sel mikroba tersebut untuk bertahan hidup (Setiabudy & Gan, 1995). Mekanisme terjadinya resistensi pada mikroba dapat terjadi dengan cara yang berbeda-beda, yaitu: 1. mikroorganisme menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat 2. mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap obat 3. mikroorganisme mengembangkan perubahan struktur sasaran bagi obat 4. mikroorganisme mengembangkan perubahan jalur metabolisme yang langsung dihambat oleh obat 5. mikroorgaisme mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat daripada enzim pada kuman yang rentan (Jawetz, 1987). Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya resistensi yaitu : 1. menghindari penggunaan antibiotika yang tidak tepat. 2. pemilihan antibiotika sedapat mungkin didasarkan pada pemeriksaan bakteriologis.

  3. menghindari penggunaan antibiotika yang menunjukan resistensi silang dengan antibiotika lainnya.

  4. mengkombinasikan satu atau lebih antibiotika yang dapat menghambat timbulnya resistensi, misalnya kotrimoksasol (Sastramihardja, 1997).

E. Pemakaian Antibiotika Yang Rasional

  Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.

  Obat yang dipakai untuk membasmi mikroba, yakni antibiotika, harus memiliki toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi tidak toksik untuk hospesnya (Mutschler, 1986). Penggunaan antibiotika yang rasional mencakup beberapa riteria berikut ini.

  1. Obat yang benar.

  2. Indikasi yang tepat.

  3. Obat yang tepat mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi pasien dan harga.

  4. Dosis pemberian, dan durasi pengobatan yang tepat.

  5. Pasien yang tepat yaitu, tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi merugikan adalah minimal

  6. Dispensing yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat yang ditulis.

  7. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2004).

  Penggunan obat golongan antibiotika yang tidak rasional seperti dosis yang keliru, rute pemberian yang salah, frekuensi pemberian yang tidak benar, akan memberikan dampak yang sangat beragam, seperti resiko efek samping dan efek toksis, resistensi terhadap kuman dan tingginya biaya pengobatan (Wijoyo,1999).

F. Landasan Teori

  Pengetahuan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Jika penerimaan perilaku baru atau perilaku yang diadopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku seseorang akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2003).

  Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pemberian informasi/edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap PSK terhadap PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

  Perubahan tingkat pengetahuan dan sikap PSK akan mempengaruhi perubahan perilaku PSK dalam menghadapi masalah PMS dan penggunaan antibiotika secara rasional.

  G.

  

Hipotesis

  Edukasi tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pengetahuan dan sikap PSK di lokasi jalanan Yogyakarta tahun 2006.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi- Experimental research ) dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest

  untuk melihat pengaruh edukasi tentang PMS terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta. Penelitian ini digabungkan dengan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian evaluatif, yaitu untuk melihat karakteristik PSK jalanan Yogyakarta, serta untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan, umur dan lama kerja terhadap pengetahuan dan sikap PSK jalanan Yogyakarta.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

  a. Variabel bebas Pemberian edukasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) dan penggunaan antibiotika yang rasional.

  b. Variabel tergantung 1) Tingkat pengetahuan PSK tentang PMS 2) Sikap PSK tentang PMS

2. Definisi Operasional

  a. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang disebarkan melalui hubungan seksual. Penyakit Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal.

  b. Antibiotika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi, salah satunya adalah PMS, yang digunakan oleh PSK perempuan di lokasi jalanan Yogyakarta.

  c. Pekerja Seks Komersial (PSK) jalanan Yogyakarta adalah perempuan yang memberikan pelayanan seksual dengan imbalan berupa uang yang bekerja di daerah Badran dan jalan Magelang Yogyakarta.

  d. Edukasi adalah pemberian informasi tentang PMS melalui program kamis sehat dan booklet pada PSK jalanan Yogyakarta untuk mempengaruhi pengetahuan mereka tentang PMS dan sikap mereka dalam penggunaan antibiotika secara rasional.

  e. Responden adalah PSK yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti baik dalam bentuk wawancara terstuktur maupun kuisioner.

  f. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman yang dimiliki oleh PSK jalanan Yogyakarta tentang PMS dan penggunaan antibiotika yang rasional.

  g. Sikap adalah suatu kesadaran yang timbul dari dalam diri PSK jalanan Yogyakarta dalam menghadapi PMS dengan menggunakan antibiotika secara rasional.

C. Subyek Penelitian

  Subyek penelitian yang digunakan adalah para PSK perempuan di Lokasi Jalanan Yogyakarta, yang termasuk dalam dampingan PKBI Yogyakarta berjumlah 91 orang, yakni 71 orang di daerah Badran dan 20 orang di daerah jalan Magelang. Peneliti mengambil 29 orang untuk dijadikan responden, yaitu 17 orang dari Badran dan 12 orang dari jalan Magelang. Jumlah subyek ditentukan berdasarkan syarat penelitian deskriptif oleh Gay (cit., Sevilla et al., 1993), yang menyatakan pengambilan sampel dapat dilakukan minimum 10% dari keseluruhan populasi atau 20% untuk populasi yang sangat kecil, sehingga dapat dikatakan memenuhi kriteria.

  D.

  

Teknik Sampling

  Teknik sampling yang dipergunakan pada penelitian ini adalah non-

  

random sampling , dengan jenis quota sampling, jadi peneliti terlebih dahulu

menentukan jumlah PSK yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.

  Peneliti sudah menentukan jumlah sampel yang akan diambil sesuai dengan hasil perhitungan, yaitu sejumlah 29 orang. Subyek penelitian dibatasi juga pada PSK perempuan yang memiliki kesediaan untuk bekerja sama, baik dalam pengisian kuisioner maupun pada saat wawancara.

E. Instrumen Penelitian

  Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuisioner, booklet dan panduan wawancara terstuktur. Kuisioner dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, mengingat tingkat pendidikan para PSK yang sangat minim, demikian juga untuk panduan wawancara. Booklet digunakan sebagai media edukasi yang berisi pengetahuan mengenai PMS. Booklet dibuat semenarik mungkin agar responden tertarik untuk membacanya.

F. Tata Cara Penelitian

  1. Analisis Situasi