Perspektif hukum Islam terhadap Perda No.05/2002 Pemda Kota Pekanbaru dalam upaya menanggulangi pekerja seks komersial (PSK)

(1)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PERDA

NO.05/2002 PEMDA KOTA PEKANBARU DALAM

UPAYA MENANGGULANGI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL (PSK)

Oleh K A T O N 103045128147

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

FAKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PERDA

NO.05/2002 PEMDA KOTA PEKANBARU DALAM

UPAYA MENANGGULANGI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL (PSK)

Oleh K A T O N 103045128147

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

FAKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PERDA

NO.05/2002 PEMDA KOTA PEKANBARU DALAM

UPAYA MENANGGULANGI PEKERJA SEKS

KOMERSIAL (PSK)

Oleh K A T O N 103045128147

JURUSAN JINAYAH SIYASAH

KONSENTRASI PIDANA ISLAM

FAKUTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah melepaskan umatnya dari lembah kebodohan ke arah yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada jurusan Jinayah Siyasah Program Studi Pidana Islam Fakultas Syariahdan Hukum. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa kemungkinan besar skripsi ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, maka penulis sangat mengahrapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif.

Disamping itu, penulis meyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besrnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis baik secara edukatif maupun administratif sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini. 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan/Program Studi Jinayah

Siyasah/Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu bapak Asamawi, M.Ag. dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk selalu semangat dalam penulisan skripsi ini.

3. Pembimbing dengan segala ketulusan hati telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini yaitu bapak Dedy Nursyamsi, SH,M.Hum dan Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA.


(5)

4. Pimpinan dan staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitasnya untuk memperoleh literature dan bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ayahanda tercinta Kabir dan Ibunda Syamsilar atas segala dukungan lahir dan batin demi kesuksesan anaknya menatap masa depan yang gemilang. 6. Kakak tercinta Eli Rosmita serta abang Anasril sekeluarga, Iwat Triliati,

Wila Wulantari dan Wanda

7. Kakak tercinta Ermawati serta abang Helmi sekeluarga, Roy Hidayat dan M. Fais

8. Udo Edi Siswarianto beserta kak Tuti sekeluarga, Diyo.

9. Adinda tersayang Nurhadisah yang telah memberikan bantuan moril kepada penulis selama kuliah sampai terselesaikannya skripsi ini.

10.Ombak Ujang Umar sekeluarga yang selalu memberi nasehat kepada penulis

11.M. Hendra Yunal, M.Si dan Ahmad Taridi, S.Hi, yang telah banyak memberikan nasehat kepada penulis.

12.Sahabatku Mahyudi, Yusuf Mahdani, Kajudin, Asef Margana, Karunial Akhyar, Ajhon, Deva, dan muridku tercinta Hadi Ismanto yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

13.Kawan-kawan Pidana Islam, khususnya angkatan 2003 yang tidak penulis sebutkan satu persatu.

14.Kawan-kawan Ikatan Pelajar Mahasiswa Kampar (IPMK) Jakarta, , Fajri, Pices, Salman, Yarnas, Hanafi, Yudi, Habib, dan Danil.

15.Kawan-kawan Himpunan Pelajar Mahasiswa Riau (HIPEMARI) Jakarta, Jamal, Dona, Anto, Ichan, Ides, Ncunk, Taufik, Inef, Rozy, Ali, dan Fahmi.


(6)

16.Semua pihak yang penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi kami sebagai penulis. Mohon maaf atas segala kekurangan. Mari kita berjuang untuk menatap masa depan yang gemilang, semoga senantiasa bahagia hidup di dunia maupun di akirat kelak. Amiin

13 November 2008


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian ...8

D. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan...9

E. Sistematika Penulisan...12

BAB II HUKUM ISLAM DALAM MENANGGULANGI PEKERJA SEKS KOMERSIAL...14

A. Pekerja Seks Komersial Dalam Hukum Islam...14

B. Sebab-sebab Yang Mempengaruhi Pekerja Seks Komersial...17

C. Isalam Dalam Penanggulangan Pekerja Seks Komersial...20

BAB III PERDA NO. 05 TAHUN 2002 PEMDA KOTA PEKAN BARU DALAM MENANGGULANGIN PEKERJA SEKS KOMERSIAL...32


(8)

B. Pekerja Seks Komersial dikota Pekan Baru...36

C. Perda No. 05 Tahun 2002 Pemda kota Pekanbaru...38

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL MELALUI PERDA NO. 05 TAHUN 2002 DI KOTA PEKAN BARU...47

A. Pandangan Terhadap Perda No. 05 Tahun 2002………...47

B. Pandangan Terhadap Kebijakan Preventif dan Represif………….…48

C. Analisa Penulis...52

BAB V PENUTUP...57

A. Kesimpulan...57

B. Saran-saran...59

DAFTAR PUTAKA...60 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum islam adalah titah Allah SWT yang berkaitan dengan aktivitas para mukallaf, baik berbentuk perintah (suruhan dan larangan), pilihan, maupun ketetapan. Hukum islam tersebut digali dari dalil-dalinya yang terperinci, yaitu al-quran dan sunnah, dan lain-lain yang diratifikasikan kepada kedua sumber tersebut.1 Disyari’atkannya hokum islam adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus menghindari mafsadatnya, ada lima tujuan disyari’atkannya hukum islam.

1. Memelihara Agama

2. Memelihara Jiwa 3. Memelihara Akal 4. Memelihara Keturunan 5. Memelihara Harta

Hukum Islam meupakan hukum yang sangat komprehensif (menyeluruh) yang mengatur kehidupan manusia baik secara vertical yaitu hubungan manusia dengan penciptanya maupun horizontal yakni hubungan manusia dengan manusia lainnya. Tentang penyaluran seksualpun telah diatur dalam hukum islam penerangannya banyak ditemui dalam al-Quran maupun dalam hadit-hadist nabi,


(10)

yaitu dengan jalan menika. Hal ini tidak laian merupakan salah satu tujuan untuk memelihara keturunan dan mencegah perbuatan perzinahan, bagi pelaku kejahatan atau penyimpangan dalam hokum islam tidak lain sebagai upaya tindakan preventif maupun represif agar manusia tidak melakukan kejahatan, sebagai mana para fuqoha menyatakan bahwa adanya syari’at islam atau hokum antara lain menjamin keamanan dari kebutuhan-kehidipan hidup.2

Dalam hukum islam pelacuran merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual, pelacuran merupakan perbuatan zina. Hukum islam memberikan sanksi yang jelas bagi pelaku tindakan perzinahan yaitu cambuk bagi pelaku yang ghairu mukhsan, sedangkan bagi pelaku yang mukhsan hukumannya adalah rajam. Upaya penanggulangan terhadap pekerja seks komersial merupakan manivestasi dalam pemeliharaan keturunan atau dalam hokum islam dikenal dengan sebutan Hifz Al-Nashl. Pekerja seks komersial adalah perilaku zina jelas-jelas dilarang dalam hukum islam.

Allah SWT berfirman :

!"#

Artinya :

Dan janganlah kamu menghampiri perbuatan zina itu adalah suatu perbuatanyang keji suatu jalan yang buruk (Q.S : Al- Isra : 32)


(11)

Meskipun sudah ada nash yang mengatur dan melarang, akan tetapi masih saja melakukan tetap memelakukan perzinahan atau seks bebas. Padahal dalam huku islam memerintahkan kepada manusia untuk melakukan pernikahan. Mernurut hokum pelacuran adalah perzinahan komersial yang akan berakibat buruk, tidak hanya tehadap keislamannya saja, akan tetapi hartanya pula yang diunakan untuk jalan haram. Disamping itu pula pelacuran juga bisa menghacurkan keharmonisan rumah tangga, merusak keturunan sebagai generasi kedepan serta mengotori perkembangan masyarakat.

Pelacuran merupakan problematika sepanjang zaman. Ia (pelacuran) bukanlah masalah baru kehidupan dunia, akan tetapi pelacuran telah membumi dan selalu hadir dari zaman ke zaman dalam paradigm yang berbeda. Hal ini senada dengan ungkapan Sarlito Wirawan, beliau berpendapat bahwa masalah pelacuran ini dari abad ke abad tidak pernah terselesaikan, ibarat rumah ia merupakan saluran kotoran, dan ibarat manusia pelacuran adalah alat pembuangan kotoran.3

Dalam siklus historisnya, pelacuran telah berkembang dengan pesat wanita-wanita penggoda yang beparas cantik dan mempesona telah diperdagangkan untuk memenuhi birahi hidung belang. Demikian juga sebaliknya, para pria tampan juga dijadikan pemuas hasrat seksual para nyonya-nyonya dikalangan elit.

Sarlto Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori Psikologi Sosisal, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997)


(12)

Pelacuran telah berkembang begitu pesatnya dari waktu ke waktu, hal ini disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah, tingginya angka perceraian, sulitnya perekonomian sehingga wanita rela menjajahkan tubuhnya. Apalagi dierah globalisasi ini penyaluran wanita pekerja seks komersial begitu mudah karena banyak konsumennya, baik dalam negeri yang notabenenya muslim apalagi Negara-negara lain diberbagai belahan dunia. Dewasa ini pelacuran sudah menjadi profesi bagi sebagian orang yang menekuninya, alaupun departemen tenaga kerja selama ini tidak mengakui pelacuran sebagai jenis pekerjaan. Sekarang para pekerja seks komersial tidak lagi susah ditemukan, tidak hanya di lokalisasi-lokalisasi resmi, tetapi juga di jalan-jalan, warung remang-remang di mall-mall maupun di salon-salon. Hal yang seperti itu merupakan suatu penyakit dalam masyarakat yang adapt mengganggu kenyamanan, ketertiban umum serta dapat meresakan warga sekitarnya.

Pelacuran bukan merupakan gejala individu tetapi sudah menjadi gejala social dari penyimpangan yang normal dan agama. Arena pelacuran bukan hanya memiliki dampak terhadap individu-individu pelakunya dan pemakai jasa ini secara personal, tetapi juga memeliki dampak terhadap masyarakat umum. Meskipun pelacuran jelas-jelas merupakan sebuah tindakan yang benar-benar menyimpang dari agama. Ternyata tidak mudah memponisnya begitu saja lantaran persoalan ini terkait dengan berbagai hal yang saling berkaitan. Menurut Soerjono Soekamto yang mengutip teoriu Edwin h. Suterland dengan teori differential association, dimana menurut teori ini bahwa sesungguh suatu perbuatan penyimpangan yang dilakukan oleh seseorag merupakan hasil dari proses


(13)

pembelajaran yang meruapakan alih budaya, berdasarkan pergaulan dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar dimana dia bertempat tinggal. Sehinga perilaku menyinpang dan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang pada dasarnya berasal dari interaksi social yang ia lakukan dalam kehidupannya.

Masyarakat yang mempunya tata cara aturan hidup berusaha menanggulangi penyakit social ini atau lebih dikenal dengan penyakit masyarakat (PEKAT) dengan berupaya melarang kegiatan praktek prositusi di wilayah sekitarnya. Usaha preventif dan represif oleh pemerintah telah dilakukan sebagai upaya mencegah atau menghambat perkembangan pekerja seks komersial semaksimal mungkin, karena dalam kenyataannya ditengah-tengah masyarakat praktek pelacuran dapat menimbulkan akibat negativ. Upaya ini pun dilegitimasikan dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) Pasal 296:

barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu.4

Di kota pekan Baru maslah pelacuran sudah ada sejak lama, sejak terdapat banyak tempat-tempat hiburan, baik itu cafe-café, warung remang-remang dan ada pula yang mangkal di pinggir-pinggir jalan ataupun pertokoan-pertokoan yang dianngap aman untuk melakukan transaksi seks mereka. Upaya pemerintah pekan


(14)

Baru dan aparat keamanan serta instansi terkait dalam menyikapi praktek pelacuran ini terus dilakukan dalam upaya penekanan serta penanggulangan jumlah wanita yang bekerja sebagai pekerja seks komersial di kota pekan Baru.

Pemerintah kota pekan Baru telah berusaha menekan dan memberantas praktek pelacuran yang terjadi di wilayah pekan Baru, salah satunya adalah dengan mengeluarkan peraturan daerah No. 05 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum di wilayah kota pekan Baru. Yang pada pasal 24 di nyatakan

1. Dilarang setiap orang melakukan atau menimbulakn persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan di rumah-rumah (gedung, hotel, wisma, penginapan, dan temapt-tempat usaha).

2. Dilarang setiap orang yang tingkah lakunya menimbulkan persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan untuk berda di jalan, taman, dan tempat umum.

3. Dilarang bagi setiap orang untuk menyuruh, menganjurkan dengan cara lain pada orang lain untuk melakukan perbutan asusila atau perzinahan di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum.5

Peraturan daerah kota pekan Baru yang berkaitan dengan penyakit masyarakat ini belum sepenuhnya dapat dipatuhi oleh masyarakat khususnya para pekerja seks komersial. Hal ini terlihat dengan masih adanya pekerja seks komersial yang mangkal di jalan-jalan mapun pertokaan-pertokaan serta tempat

5


(15)

umum lainnya, seperti dicafe-cafe dan diskotik. Apakah mereka tidak tahu peraturan yang ada, atau upaya pemerintah kota pekan Baru yang belum maksimal. Oleh karena itu berdasarkan alasan tersebut di atas penulis sangat tertarik untuk menegtahui pekerja seks komersial di kota pekan Baru serta bagaimana kebijkan pemerintah pekan Baru melalui undang-undang No. 05 tahun 2002 tentang ketertiban umum dalam menanggulanginya.

B. Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas seputar masalah pekerja seks komersial di wilayah kota pekan Baru, dan supaya pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek pekerja seks komersial diwilayah kota pekan Baru?

2. Bagaimana ketentuan pemerintah melalui perda No. 05 tahun 2002 pemda kota pekan Baru dalam menaggulangi Pekerja Seks Komersial?

3. Bagaimana analisis hukum islam terthadap penanggulangan pekerja seks komersial melalui perda No 05 Tahun 2002 Pemerintah Kota Pekanbaru

C. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian

1. Adapun yang mnenjadi tujuan dalam penulisan ilmiah ini adalah:

a. Untuk mengetahui praktek pekerja seks komersial dikota pekanbaru


(16)

b. Untuk mengetahui upaya pemerintah kota Pekan Baru serta instansi terkait dalam menanggulangi pekerja seks komersial melalui Perda No 05 Tahun 2002

c. Untuk mengetahui analisis hukum islam dalam menanggulangi Pekerja Seks Komersial melalui perda no 05 Tahun 2002 Pemda kota Pekanbaru

2. Mengenai mamfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah

a. mamfaat akademik menambah pengetahuan dibadang hukum islam khususnya mengenai perspektif hukum isalam terhadap perdano.05/2002 pemda kota pekanbaru dalam upaya menanggulangi pekerja seks komersial

b. Mamfaat bagi pemda kota Pekenbaru mereka tahu bagaimana pandangan hukum islam terhadap perda no 05 tahun 2002 tentang ketertiban umum

c. Mafaat bagi masyarakat umumnya, dan masyarakat kota Pekanbaru khususnya adalah, mereka mengetahui adanya larangan pemerintah setempat melalui perda no 05 tahun 2002 tentang ketertiban umum dan mereka juga tahu bagaimana hukum islam dalam menanggulangi Pekerja Seks Komersial


(17)

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Data

Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kualitatif yakni berupa kata-kata, ungkapan, norma atau aturan-aturan dari fenomena yang diteliti,6 olek karena itu penulis berupaya mengupas serta mencermati megenai pekerja seks komersial dikota Pekan Baru. Dan penelitian juga menggambarkan pekerja seks komersial secara sistematis, factual dan akurat berdasarkan data yang didapat dikota Pekan Baru. Metode penilisan yang dipergunakan adalah metode deskriftif, metode deskriftif bertujuan melukiskan sitematis fakta atau karakteristik populasi terentu secara factual dan cermat.7 Penelitian deskriptif juga bertujuan untuk menggmbarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekwensi atau penyebaran suatu gejala atau frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain di dalam masyarakat.8 Cara ini bertujuan untuk mendeskripsikan masalah penanulangan pekerja seks komersial dikota Pekan Baru.

6

Masri Singaribun, Sfian Effendi, Metode Penelitian Survai, Edisi revisi (Jakarta: LP3ES, 1989)

7

Jalaludin Rahamat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda, 2000) h, 22


(18)

Sedangkan sifat dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian yang bersifat deskrip analis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan imformasi dilapangan berdasarkan fakta yang diperoleh secara mendalam.9 Penelitian ini juga bertjuan untuk serta respon pemerintah dan instansi terkait kota Pekan Baru mengenai keberadaan pekerja seks komersial di wilayah kota Pekan Baru.

2. Sumber Data

Sumber data yang pergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, yakni data yang diperoleh dengan mengadakan wawancara secara mendalam terhadap obyek yang diteliti

b. Sumber Data Skunder, yakni bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan primer yaitu data yang diperoleh dari Al-quran, Sunnah, buku-buku umum, buku-buku islam dan data-data tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Penggunaan Bahan Dokumen


(19)

b. Observasi

c. Interview (wawancara)

Wawancara dilakukan dengan Tanya jawab langsung dengan aparat pemerintah an pekerja seks komersial dikota Pekan Baru

4. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data penelitian ini penulis hanya bersfat ekploratif, artinya analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh deskripsi obyek penelitian secara general, tanpa harus merinci kedalam detailnya (unsure-unsurnya)

5. Tehnik Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan Skrpsi,Tesis Fakutas Sysri’ah dan Hukum UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta. Diterbitkan tahun 2005

E. Sitematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan tiap bab diuraikan dalam berbagai sub bab

Adapun sistemaika penusunan secara garis besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut


(20)

Bab I. yang berisi pendahuluan, bab ini terdiri dari latarbelakang masalah, perumsan masalah, tujuan penelitian, metode peneltian dan tehnik penulisan serta sistematika penulisan

Bab II. yang berisi teori hukum islam dalam menangulang pekerja seks komersial, yang terdiri dari pekerja seks komersial menurut hukum islam, sebab-sebab yang mempengaruhi pekerja seks komersial dan islam dalam penanggulangan pekerja seks komersial

Bab III yang berisi mengenai perda No. 05 Tahun 2002 pemda kota Pekan Baru dalam menanggulangi pekerja seks komersial, yang terdiri dari gambaran umum kota Pekan Baru, pekerja seks komersial dikota Pekan Baru, serta penanggulangan pekerja seks komersial oleh pemda kota Pekan Baru dalam perda No 05 Tahun 2002

Bab IV menjelaskan tentang pandangan hukum islam terhadap penanggulangan pekerja seks komersial melalui perda No 05 Tahun 2002 dikota Pekan Baru, kebijakan preventif pemerintah, kebijakan represif serta analisa kasus

Bab V penutup, pada bab ini penulis mengungkapka beberapa kesimpulan didasarkan analisa data dari bab prebab,


(21)

disamping itu pula saran yang diharapkan menjadi follow up terhadap uraian di dalam skripsi ini


(22)

BAB II

HUKUM ISLAM DALAM MENANGGULANGI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

A.Pekerja Seks Komersial Dalam Hukum Islam

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pekerja adalah orang yang

melakukan pekerjaan, sedangkan pengertian seks adalah jenis kelamin. Komersial sendiri adalah yang berhubungan dengan perdagangan atau niaga dengan maksud untuk diperdagangkan atau berdagang.10 Dengan demikian defenisi dari pekerja seks komersial adalah seseorang yang melakukan pekerjaan atau perdagangan dengan bentuk penukaran kenikmatan seksual dengan benda-benda, materi dan uang atau biasa disebut dengan barter.11

Pekerja Seks Komersial merupakan sinonim dari kata pelacur. Pelacuran dari kata 'lacur' yang mempunyai arti celaka, sial, tidak baik kelakuannya, atau berarti menjual diri.12 Secara terminologis pelacuran adalah layanan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan antuk mendapatkan uang imbalan serta kepuasan.13

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka)

Dra. Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid I (Jakarta: CV. Rajawali, 1998)

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987)

Robert P. Masland, Jr, David Estridge, Apa Yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks,


(23)

Pengertian pelacuran menurut soedjono S. SH, adalah merupakan gejala sosial yang seolah-olah langgeng faktor penentunya terletak pada sifat-sifat alami manusia khususnya dari segi seksual biologis dan psikologis, sedangkan faktor-faktor lainya hanya bersifat factor pendamping yang dapat memperlancar dan menghambat pertumbuhan jumlah pelacuran.14

Sedangkan pelacuran menurut penulis adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan dalam bentuk melakukan hubungan badan untuk memuaskan nafsu seks dengan imbalan uang atau sesuatu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, tanpa ikatan tali pernikahan yang sah sesuai dengan peraturan agama, norma-norma, serta nilai-nilai lain yang berlaku dalam kehidupan msyrakat.

Pekerja Seks Komersial atau pelacuran adalah perilaku zina yang merupakan salah satu di antara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit-penyakit yang sangat berbahaya, mendorong orang untuk terus-menerus hidup membujang serta praktek hidup bersama tanpa pernikahan (kumpul kebo). Dengan demikian zina merupakan sebab utama dari pada kemelaratan, pemborosan, pencabulan dan pelacuran.15

Soedjono S. SH, Pelacuran Ditinjau dari Hukum dan Kenyataan Dalam Masyrakat, (Bandung: Karya Nusantara, 1977), h. 44

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 9, Terjemahan: Moh. Nabhan Husein, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995), h. 87


(24)

Secara umum zina adalah setiap persetubuhan yang dilakukan antara pria dan wanita di luar nikah. Baik persetubuhan itu dilakukan dengan perkosaan, pelacuran maupun yang lain, dengan prinsip bahwa hubungan seks (persetubuhan) itu dilakukan tanpa dengan pernikahan secara sah.16 Menurut etimologi zina itu berarti $ % &' ( ) persetubuhan yang diharamkan, atau persetubuhan antara pria dan wanita melalui faraj (vagina/anus) yang atara keduanya tidak ada ikatan tali pernikahan yang sah serta tidak ada unsur subhat.

M. Ali Hasan Umar, kejahatan Seks dan Kehamilan di Luar Nikah Dalam Pandangan Hukum Islam, (Semarang: CV. Panca Agung, 1990), h. 26


(25)

B. Sebab-Sebab Yang Mempengaruhi Pekerja Seks Komersial

Menelusuri latar belakang penyebab prostitusi di manapun sangat sulit, karena permasalahan yang melingkupinya sangat kompleks, dan saling berkaitan erat dari sebab yang satu kesebsb yang lainnya.

Namun secara garis besar dapat dikemukakan sebab-sabab atau faktor yang mempengaruhi pekerja seks komersial, antara lain adalah:

1. Faktor Moral atau Ahklak

a. Adanya demoralisasi atau rendahnya faktor, serta kurangnya ketakwaan dan ketaatan terhadap ajaran agama

b. Standar pendidikan dalam mereka pada umumnya rendah

c. Berkebangannya pornografi secara bebas17

2. Faktor biologis

Adanya nafsu seks yang abnormal dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, yang tidak merasa merasa puas melakukan hunbungan seks dengan satu lawan jenis saja, atau kerena kejenuhan yang ada dalam dirinya

Ending sedyaningsih, Perempuan-Perempuan Kramat Tunggak (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 70


(26)

3. Faktor Ekonomi

Keinginan untuk meraih kemewahan hidup dengan cara jalan pintas dan mudah, tanpa harus memiliki ketrampilan khusus walaupun kenyataannya mereka buta huruf, berpedidikan rendah, berpikiran pendek, sehungga menghalalkan segala cara sebagai pihan pekerjaan.

Berdasarkan hasil observasi yang lakukan Nurul Anggraini, para pekerja seks komersial umumnya melakukan pekerjaannya disebabkan oleh tekanan ekonomi yang tidak teratasi. Dengan kata lain mereka mempunyai masalah tanggungan okonomi yang berat. Seperti janda-janda muda yang dicerai suaminya dan harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil. Karena desakan ekonomi yang tak tertanggungkan kemudian menjadi sebab ia mudah tergoda oleh rayuan laki-laki yang bersedia membayar lebih untuk urusan pelepasan syahwat diluar nikah.18

4. Faktor Sosiologis

a. Melakukan Urbanisasi, karena mereka menginginkan perubahan nasib

b. Ajakan dari temannya yang sudah lebih dahulu terjun kedunia pelacuran

Nurul Anggraini YS, Menyikap Sisi Samping Liku-Liku Pelacuran, (Jakarta: PT. Golden Terayon, 1996), h. 82


(27)

c. Karena pengalaman dan pendidikan mereka yang sangat minim, akhirnya mereka mudah terkena bujukan dan tipuan dari para pria yang menjanjikan pekerjaan terhomat dengan gaji, yang pada akhirnya dijebloskan ketempat-tempat pelacuran.

d. Berkembangnya daerah tersebut menjadi sebuah daerah yang megah dan gemerlap, yang sekaligus akan dikikuti pula berkebangnya bisnis seks didaerah tersebut.19

5. Faktor psikologis

Adanya pengalaman traumatis (luka jiwa), shock, dan rasa ingin balas dendam yang diakibatkan oleh hal-hal seperti: kegagalan dakam perkawinan, di poligami (dimadu), dinodai sama pacarnya yang kemudian ditinggalkan begitu saja.20

Ibid, h. 75

20

Ibid, h. 78. Dan Hasil Wawancara Penulis Dengan PSK di Kota Pekanbaru pada tanggal 13 Maret 2008 di Teleju Pekanbaru


(28)

6. Faktor profesi

Karena pendidikan formal yang rendah dan tidak mempunyai keahlian tertentu, maka mereka menjadikan Pekerja Seks Komersial merupakan alternatif terakhir untuk dijadikan pekerjaan tetap.21

7. Faktor Keluarga22

a. Rumah tangga berantakan, yang terus-menerus dipenuhi konflik yang serius, sehingga membuat pecah keharmonisan dalam keluarga dan membuat anggota keluarga tidak betah tinggal dirumah

b. Penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jaeab sebagai orang tua. Dengan alasan anak dianggap sebagai beban dan menganggap anak cuma menghalang-halangi kebebasan dalam meniti karir orang tua.

Maka si anak menanamkan dendam kebencian terhadap orang tua dan akhirnya mereka mau hidup dengan caranya sendiri dan mencari kesenangan sendiri

Ibid Hasil Wawancara

Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 120


(29)

c. Pengaruh buruk dari orang tua, tindakan a susila oleh bapaknya yang merupakan kepala rumah tangga, seperti main perempuan (selingkuh), berjudi serta mabuk-mabukan. Yang pada akhirnya si anak ikut-ikutan melakukan tindakan a susils tersebut

C. Islam Dalam Penanggulangan Pekerja Seks Komersial

Masyarakat pada umumnya memandang perilaku zina adalah buruk karena manusia berakal sehat pada dasarnya mengingkan kehidupan dirinya dan keluarganya adalah kehidupan yang tertib, nyaman dan tidak banyak persoalan.

Masalah kebutuhan hidup ekonomi saja sudah merupakan persoalan besar, rumit yang membutuhkan ketekunan, pemutusan perhatian dan kerja keras. Untuk bisa memusatkan perhatian pada pekerjaannmencari nafkah secara halal, membutuhkan suasana kehidupan keluarga yang tenang dan nyaman serta berjalan secara normal dan kalau dapat tanpa gangguan. Setiap orang dewasa berakal sehat sudah pasti tidak menginginkan anak-anaknya sanak saudaranya, orang tuanya melakukan pebutan zina.

Karena itu seharusnya dirinya sendiri tidak melakukan perbutan zina dengan orang lain sebab dampak negatifnya sangat besar terutama baga kaum wanita, karena kaum wanita yang lebih banyak merasakan nestapanya. Setiap orang berakal sehat pasti tidak mengingkan nestpa terjadi bagi anggota keluarganya. Apa yang buruk bagi


(30)

kita buruk juga bagi orang lain dan apa yang diinginkan baik untuk kekuargan kita juga dingingkan baik oleh orang lain dan keluarganya.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak boleh berpikir subjektif untuk kepentingan dirinya dan keluarganya saja tetapi merugikan kepentingan orang lain. Hal ini ibarat pepatah orang Minangkabau mengatakan “ lamak di awak lamak diurang, elok di awak elok diurang, buruak di awak buruak diurang”.23 Atau sesui dengan hadist Nabi Muhammad S A W yang sangat popular yaitu:

ی

*

,

-ﺡ

/

0

12

ی

&

34

5

"

ی

&

34

67

8

Artinya:

“Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencitai dirinya sendiri” ( H.R. Muttafaq ‘alaih ).24

Jadi harus ada keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial. Hanya yang menjadi maslah adalah adakalanya oaring dalam kodisi tetentu yaitu dalam

DR. H. Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zuna Pandangan Hukum Islam dan KUHP, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 249


(31)

keadaan nafsu seksualnya kebih dominan dari akal sehatnya maka pada waktu itu akal sehatnya tidak ada atau tidak berpungsi sehingga dia melakukan pebuatan zina.

Dalam hadist dikatakan:

9 :#6

; ی < : ,=

>

*?ﻡ < : ی ,"ﺡ :

: ی @ A %

?,ﻡ

Artinya:

Tidak akan berzina orang yang bezina manakala dia beriman pada waktu dia berzina” ( H.R. Bukhari ) 25

Dalam situasi dan kondisi nafsu manusia yang memuncak, perbutan zina bukan saja menutupi akal sehat tapi juga akan menutpi keimanan yang telah bersemi di dalam hati manusia dan menghilangkan rasa malu.26

Jadi untuk mencegah terjadinya perbuatan zina tersebut atau untuk meminimalisasi terjadinya perbutan zina diperlukan adanya undang-undang ataupun peraturan-peraturan yang melarang perbuatan zina dilakukan oleh siapapun di dalam

Ibid, h. 12


(32)

masyarakat dengan sanksi hukum yang berat secara fisik dan mental spritual dan mempunyai daya preventif yang tinggi.

Dalam hadist dinyatakan:

B/" B "C"D

E6ﻡ 0?E6ﻡ F-G ,ﻡ

Artinya:

“Siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya melalui kekuasaan yang dimilikinya”. (H.R. Muslim dari Abu sa’id al-khuduri).27

Aturan hukum pidana Islam yang memandang perilaku zina sebagai perbuatan yang sangat buruk dan keji yang sifatnya yang diharamkan Allah merupakan aturan hukum yang sangat sesuai dengan akal sehat serta dapat dipandang adil karena di dalamnya terdapat keseimbangan antara yang hak dan kewajiban individu dengan individu yang dalam masyarakat dan adanya keseimbangan antara kejahatan yang dilakuka dengan hukuman terhadap pelakunya.

Adanya keseimbangan hak dan kewajiban individu dengan individu lain dalam masyarakat merupakan jaminan dapat terciptanya ketertiban, ketentraman dan kenyamanan dalam masyarakat sehingga terpelihara kehidupan beragama manusia (


(33)

,ی / H7ﺡ ), terpelihara hidup dan kehidupan manusia ( I76 H7ﺡ ), terpelihara kehidupan manusia berakal sehat ( J K H7ﺡ ), terpelihara kehidupan serta kehomatan keluargan dan anak keturunan manusia ( L K J86 H7ﺡ ), dan terpelihara harta benda kekayaaan manusia ( @ ' H7ﺡ ). Kesemuanya itu menjadi tujuan syri’at islam (

Kی /M ﻡ ).28

Terhindarnya masyarakat dari perbuatan zina berperanan bagi terwujudnya kelima tujuan syri’at tersebut karena maraknya perilaku perzinahan berperanaan bagi rusaknya kelima tujuan syari’at tersebut di dalam masyrakat.

Jika masyrakat atau akal sehat memandang perbuatan zina adalah perbuatan buruk atau sangat buruk maka sudah barang tentu mestinya masyarakat atau manusia yang berakal sehat menginginkan perbuatan zina itu tidak terjadi dalam masyarakat. Karena itu hukuman yang keras yang bernilai daya prevetif dan edukatif paling tinggi. Sebab apabila hukuman terhadap pelaku perbuatan zina tidak keras atau hanya ringan-ringan saja yang tidak bernilai daya preventif dan edukatif tinggi, maka harapan agar perbuatan zina itu tidak ada artinya hukuman tersebut karena masyarakat yang sekaligus merupakan tujuan syari’at tidak akan tercapai.

Dengan perkataan lain hukuman ringan yang diberikan itu sama saja dengan hukuman hukuman main-main karena hukuman ringan tersebut tidak akan mampu mematahkan hawa nafsu syahwat seksual manusia yang mendominasi akal sehatnya.


(34)

Pelaku pebuatan zina tidak akan jera mengulang perbutang zina dan anggota masyarakat yang rendah akhlaknya tidak akan ada rasa takut dan rasa malu sedikitipun untuk berbuat zina, agamapun akan menjadi permainnan mereka.

Hukum islam bagi pelaku zina antara lain adalah:

1. Hukuman Fisik

a. hukuman cambuk seratus kali didepan umum dan diasingkan selama satu tahun. Ini ditetapkan mereka pelaku zina laki-laki maupun perempuan yang belum menikah.

Nabi Muhammad SAW, bersabda:

0D "D= N DM N @ G

6= N :OG Pﻡ Q , ;R #= ,=

@ A

S

N JKT /A :6= U V E#

E# V!"# ,W JKT /A :6= U :6= U

X ﻡ /DT 4"Y 4"Y

6 7

X ﻡ /DT E# !"# ,W

0T


(35)

Dari Ubadah bin Shamit r. a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Amabillah dariku, ambillah dariku, mereka yang berbuat zina telah diberi jalan (hukuman) jejaka dan perawan yang melakukan zina hukumannya adalah jilid seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Sedangkan bagi pelaku yang sudah menikah hukumannya adalah jilid seratus kali dan dirajam”. ( H. R. Muslim dan Tirmidzi).29

b. Bagi pelaku pria dan wanita yang sudah menikah hukuman atas pebuatan zina yang dilakukannya hukuman rajam atau hukuman mati, melalui hukuman rajam didepan umum.

Firman Allah dalam surat An-Nur ayat 2 menjelaskan:

/DT :

"

? -G 'W 0 U 5

VZ;/DT Z X ﻡ 'W6ﻡ Z/ﺡ J

7X [ 'W U= /W "

\ % " N

6ﻡ* 026

N ,یR :

,ﻡ

,"6ﻡ *'

Artinya:

Abdul Muqsit Qhozali, Tubuh Seksualitas dan kedaulatan perempuan, (Yogyakarta: Lkis, 2002), h.210


(36)

perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah untuk menjalankan agama Allah, jika kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang yang beriman”. ( Q. S An-Nuur: 2 ).30

c. Penggabungan hukuman rajam dan jilid bagi pelaku zina yang berstatus sebagai suami atau istri dari suatu pekawinan.

2. Hukuman Moral Psikologis dan Sosial

Pelaksanaan hikuman terhadap pelaku perbuatan zina hendaklah disaksikan oleh sekelompok orang-orang beriman, karena dengan disaksikan oleh orang banyak berarti si pelaku perbuatan zina dipermalukan di depan orang banyak karena terjadinya perbuatan zina rasa si pelaku sudah luntur.

Oleh sebab itu rasa malu pelaku perlu ditumbuhkan kembali dan juga dipermalukan ini mempunyai nilai preventif terhadap sipelaku agar tidak mengulangi kembali perbuatannya tersebut, dan juga bernilai preventif bagi orang lain yang

Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang, PT Karya Toha Putra, 1995), Surat An-Nuur Ayat 2


(37)

berniat melakukan perbuatan zina.31 Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa rasa malu adalah bagian dari iman.32

Jadi mempermalukan itu merupakan hukuman moral psiklogis dan berdampak sosial yang efektif untuk mencegah terulangnya kembali perbuatan zina did lam masyarakat karena pelaksanaan hukuman disaksikan oleh orang banyak. Pelaksanaan hukuman zina disaksikan oleh orang banyak akan menumbuhkan malu bagi si pelaku dan juga bagi orang lain yang menyaksikan akan jera dan berpikir seribu kali untuk melakukan perbuatan zina dimasa yang akan dating

Dari segi hukum Islam rutinitas pekerjaan seks komersial masuk dalam kategori perzinahan. Sanksi yang diberikan bagi pelaku zina meurut hokum islam dilakukan secara berangsur-angsur seperti penetapan hokuman minuman keras dan pelaksanaan puasa. Untuk pertama kalinya berbentuk teguran, sesuai dengna firman Allah swt.

Surat An-Nisa’ ayat 16 berbunyi:

U

:

W

0E6ﻡ

] '< ^R5

_

&DM-O =

'W6=

N

'"ﺡG

Artinya:

DR.H. Muhammad Abduh Malik, Op,Cit, h. 104 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Op, Cit, h. 8


(38)

’’Dan terhadap dua orang diantara kamu yang melakukan perbuatan keji diantara kamu maka berilah hukuman keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki dir, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya

Allah Maha Penerima taubat Lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisak: 16)33

Pada tahap selanjutnya hukuman ini akan dikaitkan dengan hukuman kurungan rumah (tahanan rumah), sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:

:

,"

7

,ﻡ

8

0

/W 2

,W"D=

K G

0E6ﻡ

/Wﺵ

E8ﻡ

,<

a "#

2ﺡ

,W 2ی

a '

JKbی

N

,W

!"#

Artinya:

Dan terhadap para wanita yang melakukan keji, hendalah ada empat orang

saksi diantara kamu yang menyaksikannya, kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wamita itu) sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan lain kepadanya,” (QS. An-Nisa’: 15)

Hukuman pada tahap ini berlaku untuk beberapa waktu, untuk kemudian Allah memberikan jalan lainyaitu menetapkan hukuman zina dalam bentuk seratus kali jilid, jika yang melakukan perbuatan itu bagi laki-laki ataupun perempuan yang belum menikah. Dan ditetapkan pula hukuman rajam jika yang berzina telah


(39)

menikah. Mengenai hukuman zina tahap akhir menurut ulama fiqh didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah saw. Bersabda:

#= ,=

0D "D= N DM N @ G

6= N :OG Pﻡ Q , ;R

@ A

S

N JKT /A :6= U V E#

E# V!"# ,W JKT /A :6= U :6= U

0T

X ﻡ /DT 4"Y 4"Y

6 7

X ﻡ /DT E# !"# ,W

Artinya:

” dari Ubadah Shamit RA. Bhawa Rasulullah saw bersabda” ambillah dariku, ambillah dariku mereka yang berbuat zina tela hdiberi jalan (hukuman) jejaka dan perawan hykumannya adalah jikid seratus kali dan diasingka selama satu tahun.Sedangkan yang telah menikah hukuman meraka adalah jilid seratus kali dan dirajam”. (HR. Muslim dan Tirmidzi).34

Dijelaskan pula secara jelas dalam firman Allah:

? -G 'W 0 U 5

VZ;/DT Z X ﻡ 'W6ﻡ Z/ﺡ J

/DT :

"

7X [ 'W U= /W "

\ % " N

6ﻡ* 026

N ,یR :

*' ,ﻡ

,"6ﻡ

Artinya:


(40)

” Perempuan yang ber zina dan laki-laki yang berzina deralah tiap-tiap seorang keduanya seratus kali dera dan janganlah merasa kasihan kepada mereka keduanya mencegah untuk menjalankan agama, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat dan hendaklah hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang yang beriman. (QS. An-Nur: 2)35

Sesuai dengan paparan diatas jelas rutinitas pekerja seks komersial masuk ke dalam kategori perbuatan zina. Dalam pandangan hukum Islam, hukuman perbuatan zina diawali dengna ampunan jka pelaku bertaubat, kemudian dikurung dalam rumah jika pelaku bersedia mengakui perbuatan zina tersebut dan tahap akhir didera seratus kali bagi pelaku perawan atau yang masih perjaka dan dirajam bagi pelaku yang sudah menikah.


(41)

BAB III

PERDA NO 05 TAHUN 2002 PEMDA KOTA PEKAN BARU DALAM MENANGGULANGIN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru

Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya sebagai ladang, lambat laun menjadi perkampungan. Kemudian perkampungan Senapelan berpindah ke tempat pemukiman baru yang kemudian disebut Dusun Payung Sekaki yang terletak di tepi muara sungai Siak.

Nama payung sekaki begiti dikenal pada masanya melainkan senapelan. Perkembangan Senapelan berhubungan erat dengan perkembangan kerajaan Siak Sri Indrapura, semenjak Sultan Abdul Amaludin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun istnanya di Kampung Bukit berdekatan dengan perkampungan Senapelan. Diperkirakan istana tersebut terletak di sekitar Mesjid Raya sekarang, Sultan Abdul Jalil Amaludin Syah mempunyai inisiatif untuk membuat Pekan di Senapelan tetapi tidak berkembang. Usaha yang telah di rintis tersebut kemudian dilanjutkan oleh putranya Raja Muda Muhammad Alidi tempat baru yaitu sekitar pelabuhan sekarang.


(42)

Selanjutnya pada hari selasa tanggal Rajab 1204 H atau tanggal 23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku yaitu Pesisir, Lima Puluh, Tanah Datar dan Kampar Negeri Senapelan diganti namanya menjadi “Pekan Baharu”yang pada masa sekarang diperingati sebagai hari jadi kota Pekanbaru. Mulai saat itu sebutan Senapelan sudah ditinggalkan dan mulai populer sebutan “Pekan Baharu” yang dalam bahasa sehari-hari disebut PEKANBARU.36

Perkembangan selanjutnya tentang pemerintahan di kota Pekanbaru selalu mengalami perubahan, antara lain sebagai berikut:

1. SK Kerajaan Besluit van Her Inlanche Zelf Bestuur van Siak No. 1 tanggal 19 Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District

2. Tahun 1931 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dikepalai oleh seorang Controleur bekedudukan di Pekanbaru

3. Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dikepalai oleh seorang Gubernur Militer disebut Gukung, Distrik menjadi Gun dikepalai oleh Gunco

4. Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103 Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte atau kota b


(43)

5. UU No 1 tahun 1948 Kabupatetn Pekanbaru diganti dengan Kabuten Kampar, Kota Pekanbaru duberi status Kota Kecil

6. UU No. 8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai Kota Kecil

7. UU No. 1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja

8. Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi ibu kota Provinsi Riau

9. UU No. 18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya

10.UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sebutan Kotamadya berubah menjadi Kota37

Berdasarkan undang-undang tersebut kota pekabaru dalam rangka fungsi kotanya sesuai dengan potensi memenuhi kebutuhan masa-masa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota,serta kesatuan perenacanaan, pembinaan wilayah penduduk maka wilayah kota pekanbaru terbagi menjadi 12 (dua belas) Kecamatan dan 58 (lima puluh delapan) kelurahan.38

Ibid


(44)

Pembangunan Kota Pekanbaru terlihat berjalan perlahan tapi pasti, kondisi ini dapat dilihat dari Pekanbaru tempo dulu yang merupakan dusun kecil berada di pinggiran, kini telah disulap menjadi kota besar. Perkembangan kota mulai pesat sejak tahun 2005 hingga 2007 lalu

Dari sekian banyak peningkatan tentunya ada permasalahan yang terjadi selama tahun berjalan tersebut. Dari data yang diterima ada sebelas kendala yang kiranya perlu diperbaiki pemerintah pada 2008 ini. Kendala tersebut di antaranya laju pertumbuhan penduduk akibat arus imigrasi yang relatif cukup tinggi. Jumlah penduduk Pekanbaru menurut data statistik pada akhir tahun 2005 telah mencapai 754.467 jiwa. Sampai dengan tahun 2007 jumlah penduduk di kota bertuah sudah mencapai 799 ribu jiwa lebih. Masih dari data statistik selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan sebesar 4,31 persen. Pertambahan jumlah penduduk tersebut didorong arus migrasi karena besarnya harapan yang terlihat oleh pendatang terhadap

pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru.

Dengan jumlah sebesar itu dapat diartikan, maka kepadatan penduduk Pekanbaru saat ini adalah sebesar 1.139 jiwa per kilo meter persegi. Akibat yang ditimbulkan tidak lain adalah dalam peningkatan pelayanan, pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum. Laju pertumbuhan penduduk tersebut menimbulkan juga meningkatnya


(45)

jumlah pengangguran, kemiskinan dan pemukiman kumuh serta timbulnya rawan sosial.39

Salah satu dampak negatif dari pertambahan jumlah penduduk tersebut secara tidak langsung berdampak juga pada jumlah masyarakat miskin di Pekanbaru. Menurut data Balitbang Provinsi Riau tahun 2005 jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 7,33 persen. Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan angka kemiskinan 2004 sebesar 10,88 persen. Sampai dengan tahun 2007 angka kemiskinan di Pekanbaru masih berkisar dinilai tujuh persen.

Permasalahan lainnya, disebabkan keterbatasan dana APBD masih banyak usulan masyarakat yang belum tertampung, walaupun sudah disampaikan dalam Musrenbangda. Selanjutnya permasalahan tahunan yang selalu saja terjadi yakni banjir. Pembenahan titik rawan banjir secara menyeluruh belum dapat ditangani. Hal ini disebabkan besarnya kebutuhan biaya untuk menanggulanginya

Belum kondusifnya keamanan dan ketentraman masyarakat akhir ini disebabkan tingkat kriminalitas yang terus meningkat. Kondisi ini bisa dilihat dari banyaknya terjadi perampokan, pencurian dengan kekerasan, narkoba dan seks bebas.40

Koran Riau Pos 24 Maret 2008


(46)

B. Pekerja Seks Komersial di Kota Pekanbaru

Pekerja seks komersial yang beroperasi dikota pekanbaru merupakan satu persoalan asusila yang termasuk dalam lingkaran prostitusi diwilayah kota pekanbaru, mereka dikenal oleh masyarakat sebagai sampah yang mengotori kehidupan yang beradap dan norma yang baik.

Pekerja Seks Komersial menjadi salah satu persoalan permasalahan yang amat serius karena berhubungan dengan citra kota Pekanbaru, dimana kota pekanbaru yang merupakan ibukota provinsi Riau yang mayoritas penduduknya berbangsa melayu dan beragama Islam. Bahkan kota Pekanbaru dikenal dengan nama lain sebagai kota Bertuah. Karena kota Pekanbaru sudah banyak sarana pendidikan agama seperti Pesantren, TPA, dan lai sebagainya yang memang kurikulumnya lebih mengutamakan ajaran agama.41.

Timbulnya pekerja seks komersial merupakan imbas dari kemajuan kota pekanbaru, ditambah lagi kota Pekanbaru sangat dekat negeri jiran Malaysia dan Singapore membuat para Pekerja Seks Komersial berdatangan kekota pekanbaru. Mereka pekerja seks komersial rata-rata berasal dari pulau jawa dan pulau batam menurut mereka datang kekota Pekanbaru karena dari tempat asalnya sulit mendapatkan pekerjaan khususnya yang datang dari pulau Jawa. Akan tetapi, ada

Wawncara Langsung dengan bapak Yuliasman kepala Bagian hukum Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru, Maret 2008


(47)

pula Pekerja Seks Komersial yang memang dari kota Pekanbaru sendiri, namun persaingan di kota Pekanbaru belum terlihat karena masih jarang tempat hiburan seperti Bar, Café, dan Diskotik. Hanya ada beberapa tempat hiburan malam yang banyak menarik perhatian seperti dikotik Ozon, Permata dan Mal Pekanbaru.42

Beda halnya dengan kota Jakarta yang banyak sekali tempat-tempat hiburan seperti café-café, diskotik maupun bar. Pekanbaru yang merupakan ibukota provinsi Riau, masih belum terlihat banyak tempat-tempat hiburanseperti itu. Sehingga bagi para Pekerja Seks Komersial kota Pekanbaru adalah tempat yang mudah untuk mereka dalam mencari nafkahnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi bagi mereka suasana Pekanbaru berbeda dengan Jakarta,mereka para Pekerja Seks Komersil yang biasanya bekerja dicafe maupun bar harus siap ditempat yang baru yaitu dipinggiran pertokoan ataupun di jalanan. Seperti yang terdapat di jalan Arengka, jalan Paus, jalan Riau dan jalan Ponegoro.43

Dari permasalahan diatas dapat digambarkan seperti apa para Pekerja Seks Komersial kota Pekanbaru dalam melakukan kegiatannay. Pekerja Seks Komersial yang beroperasi diwilayah pekanbaru biasanya keluar dan duduk di pinggiran pertokoan jalan Arengka, Paus dan Ponegoro pada pukul 22.00 hingga subuh hari

Pengamatan langsung penulis di Mal Pekanbaru, Maret 2008


(48)

sampai mereka mendapatkan klien, ini bagi para pekerja seks komersial jalanan. Sedangkan para Pekerja Seks Komersial yang mangkal dicafe maupun warung remang-remang dalam melakukan kegiatanya tidak jauh beda dengan para pekerja seks jalanan, hanya saja jam kerjanya sedikit berbeda kalau Pekerja Seks Komersial yang mangkal dicafe ataupun warung remang-remang mereka mulai bekerja sekitar pukul 21.00 hingga pukul 03.00 pagi atu bisa saja tergantung dengan tutupnya café tersebut.

Setelah para pekerja seks komersial melakukan transaksinya, biasanya mereka langsung dibawa oleh laki-laki yang menginginkanya sesuai kesepakatan, ada yang dibawa kepenginapan atau hotel diwilayah kota Pekanbaru dan ada pula yang dibawa keluar kota seperti Sumatera Barat.44

Berdasarkan wawancara penulis dengan Sisil (bukan nama asli), pekerja seks komersial yang beroperasi dikota pekanbaru aktivitas mereka terhenti sebelum azan shubuh bekumandang, lalu mereka pulang kerumah dan kostnya masing-masing hingga malam hari kembali baru mereka bekerja lagi disekitar wilayah kota


(49)

pekanbaru tentunya baik dipinggiran pertokoan, warung remang-remang, cafr-café, dan lokalisasi.45

C. Perda No.05 Tahun 2002 Pemda Kota Pekanbaru

1. Latar Belakang dan Landasan Perda

Beragam perspektif masyarakat dalam menanggapi keberadan serata kehadiran pekerja seks komesial diwilayah kota Pekanbaru, dalam mencegah merebaknya serta menjamurnya Pekerja Seks Komersial diwilayah kota Pekanbaru, pemerintah selalu berupaya dan berusaha memberantas para Pekerja Seks Komersial yang berkeliaran di kota Pekanbaru. Mulai dari penertiban, pembinaan serta penyuluhan. Akan tetapi tetap saja para Pekerja Seks Komersial melakukan kegiatan mereka seperti tidak menghiraukan penanganan yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru.

Berdasarkan alasan tersebut diatas melalui pertimbangan walikota Pekanbaru: bahwa dengan telah disetujuinya rancangan peraturan daerah kota Pekanbaru tentang Ketertiban Umum, sesuai dengan surat keputusan dewan perwakilan rakyat daerah kota Pekanbaru Nomor 03/KPTS/DPRD/2002 tentang persetujuan terhadap rancangan perturan daerah kota Pekanbaru bahwa dalam rangka menjamin Ketertiban Umum, baik untuk melindungi warga kota maupun prasarana kota yang berupa

jalan-Wawancara Pribadi dengan Sisil PSK Kota Pekanbaru yang mangkal di Teleju, Maret 2008


(50)

jalan, jalur hijau dan tama-taman serta perlengkapan kota lainnya maka dianggap perlu untuk meninjau dan menyempurnakan ketentuan tentang Ketertiban Umum. Dan untuk mencapai tujuan tersebut datas perlu diatur dan ditetapkan dalam suatu peraturan daerah yang tersimpul dalam lembaran daerah kota Pekanbaru No 05 tahun 2002 tentang Ketertiban Umum.

Sebagai landasan hukum dalam penetapan Perturan Daerah Kota Pekanbaru tentang Keteriban Umum adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonomi Kota Kecil dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Nomor 19 Tahun 1956) jo. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 (Lembaran Negara Nomor 112 Tahun 1058).

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83)

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76)

4. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480)


(51)

5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan Pertanggung Jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah

7. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan46

2. Sistematika Perda

Maraknya pelanggaran tentan Ketertiban Umum yang terjadi di kota Pekanbaru sekarang ini sudah sangat meresahkan masyarakat. Kepedulian pemerintah, khususnya untuk kota Pekanbaru dalam menangani masalah pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah kota Pekanbaru, adalah dengan cara mengeluarkan sebuah peraturan untuk mengakomodir keresahan masyarakat terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut, yaitu dengan mengundangkan PERDA No. 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum.

Peraturan daerah ini diharapkan mampu menekan jumlah pelanggaran yang terjadi di kota Pekanbaru yang di identik dengan dunia kejahatan (kriminal), demi terciptanya ketentraman bagi masyarakat di lingkungan wilayah kota Pekanbaru.


(52)

Selanjutnya gambaran singkat bab demi bab Perda No. 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum, Seperti maksudnya adalah sebagai berikut:

BAB I terdiri dari 1 Pasal yang menerangkan Tentang Ketentuan Umum.

BAB II terdiri dari pasal 2 s/d pasal 8 yang menjelaskan tentang tertib jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum.

BAB III terdiri dari pasal 9 s/d pasal 12 yang menjelaskan tentang tertib sungai, saluran air dan kolam.

BAB IV terdiri dari pasal 13 s/d pasal 18 yang mengatur tentang tertib keamanan lingkungan.

BAB V terdiri dari pasal 19 s/d 22 yang mengatur tentang tertib usaha tertentu.

BAB VI terdiri dari pasal 23 s/d 24 yang mengatur tentang tertib susila.

BAB VII terdiri dari pasal 25 yang menerangkan tentang penyidikan.

BAB VIII terdiri dari pasal 26 yang menerangkan tentang ketentuan pidana .

BAB IX terdiri dari pasal 27 s/d 29 yang menjelaskan tentang ketentuan penutup.47


(53)

3. Penanggulangan Pekerja Seks Komersial.

Peraturan daerah ini (Perda No 05 tahun 2002 tengtang Ketertiban Umum) merupakan hasil peninjauan kembali dan penyempurnaan dari Peraturan Daerah Kotamadya Pekanbaru Nomor 5 tahun 1985 tentang Ketertiban Umum yang dirasa tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan keadaan kota Pekanbaru. Dasar pertimbangan dan penyempurnaan dari Peraturan Daerah mengenai Ketertiban Umum adalah merupakan salah satu syarat utama dalam menyukseskan pembangunan.

Dengan undangkannya Peraturan Daerah No 05 tahun 2002 tentang ketertiban umum, upaya permerintah kota pekanbaru dalam penanggulangan pekerja seks komersial diwilayah kota Pekanbaru melalui peraturan daerh No 05 tahun 2002 diharapkan mampu untuk meminalisir para Pekerja Seks Komersial diwilayah Kota Pekanbaru

Banyaknya Pekerja Seks Komersial yang berkeliaran di wilayah kota Pekanbaru membuat membuat warga masyarakat semakin resah dan mengganggu ketertiban umum. Sehingga pemerintah kota mengundangkan sebuah peraturan


(54)

daerah yang mengatur tentnag ketertiban umum dan lebih khusus lagi mengatur tentang Tertib Susila.

Dalam peraturan daerah kota Pekanbaru No. 5 Tahun 2002 terdapat UU mengatur tentang tertib Susila, yang tercantum dalam BAB VI pasal 23 yang memberikan wewenang kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk memerintahkan menutup sebuah rumah yang menurut keyakinan mereka merupakan tempat untuk melakukan perbuatan asusila (perzinahan). Untuk lebih jelasnya pasal 23 berbunyi sebagai berikut:

Selanjutnya dalam pasal 24 dilarang setiap orang melakukan atau menimbulkan persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan, masih terdapat pada pasal 24 setiap orang juga dilarang yang tingkah lakunya menimbulkan persangkaan akan baerbuat asusila untuk tidak berada di jalan, taman, dan tempat umum.48

Setelah Perda diberlakukan, aparatur pemerintah daerah kota Pekanbaru yang tetdiri dari Dinas Sosial, SatPol PP, Polres dan Kajari serta masyarakat yang terkait dan peduli pada penanganan masalah PSK semua menyatukan persepsi dan komitmen bersama dalam penanggulangan tersebut, dan memiliki upaya penanggulangan yaitu, penanggulangan secara Preventif, secara Represif dan dan penanggulangan secara terpadu.


(55)

a. Penanggulangan secara Preventif

Bentuk penanggulangan preventif terhadap pekerja seks komersial yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Pekanbaru dan instansi terkait yaitu dengan cara meningkatkan kegitan penertiban dan pembinaan dengan tujuan mempersempit ruang gerak para para pekerja seks komersial dalam melakukan transaksi seksnya.

Ada tiga macam cara penertiban yang dilakukan oleh pemerintah kota pekanbaru dan instansi terkait antara lain:

1) Penertiban yang bersifat rutin

Adalah jenis penertiban yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu serta daerah, tempat atau jalur-jalur tertentu seperti dijalan Arengka, di hotel Permata

2) Penertiban yang bersifat selektif

Adalah jenis penertiban yang dilakukan melalui pemilihan waktu dan pemilihan tempat secara selektif pada tempat-tempat yang dianggap adanya praktek prostitusi dan untuk menutup tempat atau daerah yang tanpa izin membangun sarana tersebut


(56)

3) Penertiban yang bersifat insidensif

Adalah penertiban yang dilakukan apabila ada msyarakat yang member laporan bahwa daerah yang di anggap tempat praktek prostitusi secara terselubung dan dapat menimbulkan efek yang kurang baik ditnngah masyarakat tersebut.49

b. Penanggulangan secara Represif

Bentuk upaya penangglangan secara represif adalah suatu tindakan penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat terutama pada pelanggaran-pelanggaran yang menbutuhkan penenganan khusus, seperti pekerja seks komersial mereka yang terkana razia atau yang tertangkap tidak hanya dihukum dengan kurungan atau denda saja.

Bagi mereka yang tertangkap, mereka akan dibawa kepengadilan dimana mereka akan disidangkan, dan mereka yang terbukti bersalah akan diancam dengan ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebesar-besarnya 5.000.000 yang lebih jelasnya terdapat dalam bab VIII pada pasal 26. Jika mereka tidak sanggup membayar denda maka mereka akan diberikan hukuman kurungan yang sesuai dengan perbutan mereka, selama mereka menjalani hukuman pihak pemerintak tidak hanyan sekadar mengurung akan tetapi mereka diberikan


(57)

ketrampilan seperti menjahit, membuat kue dan lain sebagainya. Dan mereka yang membayar denda sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan tidak langsung dilepas begitu saja tapi mereka juga diberikan penyuluhan serta ketrampilan yang sama dengan tujuan supaya mereka tidak mengulangi perbuatan mereka itu lagi.

Dalam upaya penanggulangan Pekerja Seks Komersial ini juga dibantu oleh Polres kota Pekanbaru dengan tugas dan peranannya adalah membantu keamanan apabila dalam penertiban ada oknum-oknum yang membekengi tempat atau para Pekerja Seks Komersial yang beroperasi di kota Pekabaru.50

c. Penanggulangan Terpadu

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru adalah dengan membuat program kerja melalui APBD kota Pekanbaru untuk setiap tahun dilaksanakan penertiban yang dibantu dinas terkait lainnya, dan rencana kegitannya terprogram di dalam Dinas Sosial.

Dalam menanggulangi Pekerja Seks Komersial Pemerintah kota Pekanbaru juga melakukan tindakan lain seperti operasi khusus dengan dengan melibatkan beberapa fungsi yang ada, disamping samping melakukan operasi rutin. Akan tetapi sebelum melakukan penertiban terlebih dahulu dilkukan pengamatan dan penyidikan


(58)

oleh pihak yang berwewenang terhadap daerah-daerah yang dicurigai adanya indukasi tempat prostitusi rterselubung atau tempat umum lainnya.51

Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menanggalangu Pekerja Seks Komersial sangat tekun dalam melakukan pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawab mereka, itu terlihat para Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) juga dibantu oleh Polres Kota Pekanbaru selalu menggelar patrol malam untuk mencari para Pekerja Seks Komersial yang mangkal di jalan-jalan, selain itu mereka juga melakukan penggrebekan di hotel-hotel dan café-café yang dicurigai melakukan transaksi seks.


(59)

BAB IV

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL MELALUI PERDA NO 05 TAHUN 2002

DIKOTA PEKANBARU

A. Pandangan Terhadap Perda No 05 Tahun 2002

Melalui Perda No 05 Tahun 2002 pemerintah kota Pekanbaru membuat peraturan tentang tertib susila yang tertuang dalam bab VI pasal 23 dan 24 yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 23

1. Wali kota atau pejabat yang ditunjuk dapat memerintah menutup sebuah rumah yang menurut keyakinannya merupakan tempat untuk melakukan perbuatan asusila (perzinahan)

2. Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Walikota atau pejabat yang ditunjuk menugaskan seseorang petugas untuk menempelkan salinan surat perintah penutupan tersebut pada rumah atau pekarangan sedemikian rupa, sehingga terlihat jelas dari jalan

3. Dilarang mengunjungi rumah yang telah ditutup berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini

4. Tidak dianggap sebagai pengunjung / tamu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini adalah


(60)

a. Mereka yang tinggal menetap bersama-sama di dalam rumah itu demikian pula keluarganya.

b. Mereka yang berada di rumah itu untuk melakukan pekerjaannya

c. Petugas yang berada ditempat tersebut untuk kepentingan Dinas

Pasal 24

4. Dilarang setiap orang melakukan atau menimbulakn persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan di rumah-rumah (gedung, hotel, wisma, penginapan, dan temapt-tempat usaha).

5. Dilarang setiap orang yang tingkah lakunya menimbulkan persangkaan akan berbuat asusila atau perzinahan untuk berda di jalan, taman, dan tempat umum.

6. Dilarang bagi setiap orang untuk menyuruh, menganjurkan dengan cara lain pada orang lain untuk melakukan perbutan asusila atau perzinahan di jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum

Selain dua pasal tersebut, pemerintah kota Pekanbaru menetapkan sanksi dalam pelanggaran Peraturan Daerah kota Pekanbaru, yang tertuang dalam bab VIII tentang ketentuan pidana pasal 26 yang berbunyi:


(61)

1. Pelanggaran tehadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebesar-besarnya Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah).

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. 52

Dalam hukum Islam pelacuran merupakan salah satu bentuk kriminalitas, pelacuran merupakan perbuatan zina. Hukum Islam memberikan sanksi yang jelas bagi pelaku tindakan perzinahan yaitu cambuk bagi pelaku yang ghairu mukhsan53, sedangkan bagi pelaku yang mukhsan54 hukumannya adalah rajam. Upaya penanggulangan terhadap pekerja seks komersial merupakan manivestasi dalam pemeliharaan keturunan atau dalam hukum Islam dikenal dengan sebutan Hifz Al-Nashl. Pekerja seks komersial adalah perilaku zina jelas-jelas dilarang dalam hukum.55

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Kertetiban Umum

Pelaku zina yang belum pernah menikah (jejaka)

Pelaku zina yang sudah pernah menikah

Soedjono S. SH, Pelacuran Ditinjau dari Hukum dan Kenyataan Dalam Masyrakat, (Bandung: Karya Nusantara, 1977), h. 44


(62)

Karena sebab tersebut diatas serta sebab lainnya, maka islam menetapkan hukuman yang sangat keras dan berat terhadap pelalku zina. Hukuman tersebut kelihatannya memang sangat berat namun masih lebih ringan jika dibandingkan dengan akibat kejahatan yang ditimbulkan dari perbuatan zina itu sendiri terhadap masyarakat. Untuk ini Islam memilih mana yang lebih ringan diatara memberikan hukuman berat kepada si pelaku zina dengan mempetimbangkan kepentingan umum.56 Maka hukuman rajam dan hukuman cambuk seratus kali bagi pelaku zina tidak berati apa-apa jika dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkannya, yaitu bisa merusak keturunan.

B. Pandangan Terhadap Kebijakan Preventif dan Represif

1. Kebijakan Preventif

Bentuk penanggulangan preventif terhadap pekerja seks komersial yang dilakukan oleh pemerintah daerah kota Pekanbaru dan instansi terkait yaitu dengan cara meningkatkan kegiatan penertiban yang bersipat rutin, selektif serta pernertiban insidensif dan pembinaan seperti memeberi bekal ketrampilan, dengan tujuan mempersempit ruang gerak para para pekerja seks komersial dalam melakukan

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 9, Terjemahan: Moh. Nabhan Husein, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1995), h. 87


(63)

transaksi seksnya, selain itu pemerintah kota Pekanbaru mengeluarkan undang-undang yang mengatur tentang pekerja seks komersial yang tertuang dalam perda Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum

Aturan hukum pidana Islam yang memandang perilaku zina sebagai perbuatan yang sangat buruk dan keji yang sifatnya yang diharamkan Allah, merupakan aturan hukum yang sangat sesuai dengan akal sehat serta dapat dipandang adil karena di dalamnya terdapat keseimbangan antara yang hak dan kewajiban individu dengan individu yang dalam masyarakat dan adanya keseimbangan antara kejahatan yang dilakuka dengan hukuman terhadap pelakunya.

Jika masyrakat atau akal sehat memandang perbuatan zina adalah perbuatan buruk atau sangat buruk maka sudah barang tentu mestinya masyarakat atau manusia yang berakal sehat menginginkan perbuatan zina itu tidak terjadi dalam masyarakat. Karena itu hukuman yang keras yang bernilai daya prevetif dan edukatif paling tinggi. Sebab apabila hukuman terhadap pelaku perbuatan zina tidak keras atau hanya ringan-ringan saja yang tidak bernilai daya preventif dan edukatif tinggi, maka harapan agar perbuatan zina itu tidak ada artinya hukuman tersebut karena

masyarakat yang sekaligus merupakan tujuan syari’at tidak akan tercapai.

Jadi untuk mencegah terjadinya perbuatan zina tersebut atau untuk meminimalisasi terjadinya perbutan zina diperlukan adanya undang-undang ataupun peraturan-peraturan yang melarang perbuatan zina dilakukan oleh siapapun di dalam


(64)

masyarakat dengan sanksi hukum yang berat secara fisik dan mental spritual dan mempunyai daya preventif yang tinggi.57

Dalam hadist dinyatakan:

B/" B "C"D

E6ﻡ 0?E6ﻡ F-G ,ﻡ

Artinya:

“Siapa diantara kamu sekalian melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubahnya melalui kekuasaan yang dimilikinya”. (H.R. Muslim dari Abu sa’id al-khuduri).58

Dari segi hukum Islam rutinitas pekerjaan seks komersial masuk dalam kategori perzinahan. Sanksi yang diberikan bagi pelaku zina meurut hukum islam dilakukan secara berangsur-angsur seperti penetapan hukuman minuman keras dan pelaksanaan puasa. Untuk pertama kalinya berbentuk teguran, sesuai dengna firman Allah swt.

Surat An-Nisa ayat 16 berbunyi:

U

W6"

0E6ﻡ

5

'< 3R

]

_

&DM-O =

'W6=

N

DR. H. Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zuna Pandangan Hukum Islam dan KUHP, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. cde


(65)

'"ﺡG

Artinya:

’’Dan terhadap dua orang diantara kamu yang melakukan perbuatan keji diantara kamu maka berilah hukuman keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki dir, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya

Allah Maha Penerima taubat Lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisak: 16)59

2. Kebijakan Represif

Masyarakat pada umumnya memandang perilaku zina adalah buruk karena manusia berakal sehat pada dasarnya menginginkan kehidupan dirinya dan keluarganya adalah kehidupan yang tertib, nyaman dan tidak banyak persoalan.

Dalam aturan hukum Isalam ada berbagai hukuman bagi pelaku zina yaitu cambuk seratus kali bagi pelaku yang belum menikah (ghairu muhsan) dan hukuman rajam atau hukuman mati bagi pelaku yang sudah menikah. Sedangkan hukuman moral psikologis dan sosial, pelaksanaan hukuman ini terhadap pelaku perbuatan zina hendaklah disaksikan oleh sekelompok orang-orang beriman, karena dengan

Depatemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Semarang, PT Karya Toha Putra, 1995), Surat An-Nisa, Ayat 16


(66)

disaksikan oleh orang banyak berarti si pelaku perbuatan zina dipermalukan di depan orang banyak karena terjadinya perbuatan zina rasa si pelaku sudah luntur.60

Oleh sebab itu rasa malu pelaku perlu ditumbuhkan kembali dan juga dipermalukan ini mempunyai nilai preventif terhadap sipelaku agar tidak mengulangi kembali perbuatannya tersebut, dan juga bernilai preventif bagi orang lain yang berniat melakukan perbuatan zina.61

Karena itu seharusnya pelaku sendiri tidak melakukan perbutan zina dengan orang lain sebab dampak negatifnya sangat besar terutama baga kaum wanita, karena kaum wanita yang lebih banyak merasakan nestapanya. Setiap orang berakal sehat pasti tidak mengingkan nestpa terjadi bagi anggota keluarganya. Apa yang buruk bagi kita buruk juga bagi orang lain dan apa yang diinginkan baik untuk kekuargan kita juga dingingkan baik oleh orang lain dan keluarganya.62

C. Analisa Penulis

DR. H. Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zuna Pandangan Hukum Islam dan KUHP, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 249

Ibid


(67)

Agama Islam mengharamkan perbuatan zina dan menghukumnya dengan hukuman yang sangat berat yaitu hukuman rajam sampai mati bagi pelaku yang muhsan dan hukuman cambuk seratus kali dan nafyu sanah bagi pelaku yang ghairu muhsan dengan pelaksanaan hukuman disaksikan orang banyak, karena perilaku zina merupakan perbuatan burukdan bahkan sangat buruk karena menimbulkan kemudharatan yang sangat besar kepada para pelaku, anggota keluarga, dan masyarakat luas.63

Perilaku zina menurunkan martabat manusia dari makhluk berakal sehat, berakhlak mulia, kepada martabat makhluk hewan yang tidak berakal dan tidak berakhlak. Hal ini itu disebabkan perilaku zina mencerminkan manusia pelaku membiarkan nafsu seksual dalam dirina mendominasi akal sehatnya. Dengan nafsu seksual mendominasi akal sehatnya manusia juga telah merusak agamanya, merusak aqidah tuhudnya, merusak hidup dan kehidupannya, merusak akal sehatnya, merusak keturunannya dan kehormatan keluagan, serta merusak atau menyalahgunakan harta kekayaan atau rezki yang diberikan Allah kepadanya dan bahkan jika keinginan nafsu seksualnya tidak mungkin atau khawatir tidak akan tercapai maka dia tidak segan-segan atau melakukan kekerasan atau menghabisi nyawa oaring lain.

Perilaku zina di lingkungan masyarakat Indonesia mendapat peluang yang besar karena KUHP sebagai pedoman hukum positif mengatur atau tidak melarang


(68)

perbutan zina secara lengkap dan jelas serta tidak memadai baik dari segi meteri hukum, proses penuntutan maupun bobot sanksi hukuman yang tidak pasati. Maka KUHP tersebut tidak bias diharapkan akan dapat membawa masyarakat ke arah yang berakhlak mulia, tapi justru akan menjuruskan kepada masyarakat yang bermorak rendah dan berakhlak buruk.

Hal ini terbukti dari semakin maraknya perilaku perzinahan dalam masyarakat dewasa ini, karena orang tidak takut akan ada sanksi dari hukum Negara yang pasti akan dikenakan pada pelaku tersebut. Oleh karena itu undang-undang hokum pidana yang ada dalam KUHP sekarang tidak ada mamfaatnya untuk mencegah perbutan zina dalam masyarakat, tapi justru telah berperanan member peluang maraknya perilaku zina dalam masyarakat.

Oleh karena itu undang-undang hukum pidana sebagaiman termuat dalam KUHP sekarang dan RUU-KUHP yang dipersiapkan oleh Departemen kehakiman RI harus segera diubah dan disempurnakan atau digantikan dengan yang baru dengan memasukkan aturan-aturan hukum pidana Islam (jarimah had zina) yang jelas, tegas, mencakup seluruh pelaku perbuatan zina dan mempunyai daya preventif dan edukatif serta kepastian hukum yang tinggi dan sesuai dengan rasa keadilan mayoritas masyarakat yang beragama Islam.

Upaya yang ditwarkan oleh hukum pidana Islam dalam upaya penanggulangan pekerja seks komersial melalui upaya meningkatkan kualitas akhlak


(69)

seseorang dengan menghilangkan atau memperbaikai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku perzinahan (pekerja seks komersial). Langkah dasar dalam upaya penanggulangan pekerja seks komersial dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memperbaiki kehidupan keluarga serta membina rumah tangga bahagia serta harmonis, sehingga dalam kondisi apapun anak-anak tetap dalam pengamatan, asuhan dan bimbingan orang tua

2. Pembinaan dan perkembangan yang sehat jasmani dan rohani

3. Campur tangan pemerintah dengan segala aparatur pemerintah, yaitu dengan melakukan penertiban fasilitas dan membatasinya. Contohnya melakukan kepada siapapun yang memberikan atau menunjukkan pornografi dan pornoaksi

4. Penyehatan dalam lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitar dari unsur-unsur perusak moral, baik secara preventif, promotif dan edukatif, termasuk didalamnya penertiban dan pembinaan seperti cara berpakaian dan cara bergaul

5. Pendidikan agama secara rutin penting bagi setiap pribadi seseorang, karena agama adalah keyakinan, pengabdian dan kepercayaan yang dianut oleh setiap, serta agama mengandung peraturanmengikat juga menghubungkan manusia dengan sang pencipta


(70)

Tujuan dari pendidikan Islam untuk setiap manusia adalah mendidik dan membina manusia agar berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Dan tujuan dari hukum Islam itu sendiri adalah untuk kemaslahatan umat.

Perbedaan antara hukum Islam dengan hokum positif signifikan sekali, dimana hukum pidana Islam lebih mengedepankan unsur-unsur kerjasama antara berbagai elemen, walaupun pada hal-hal tertentu pidana Islam bertindak secara tegas seolah-seolah tidak mentolerir dan memberikan ruang gerak bagi pelaku tindak kejahatan, bahkan dalam konsep hukum pidana Islam terdapat rekonsilasi antara korban dan pelaku tindak kejahatan.

Menurut analisis penulis upaya penanggulangan Pekerja Seks Komersial yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru sudah sangat baik yaitu dengan cara :

1. Membuat Peraturan Daerah No 05 tahun 2002 tetang ketertiban umum

2. Melakukan kegiatn penertiban yang terdiri dari:

d. Penertiban yang bersifat rutin

e. Penertiban yang bersifat selektif

f. Penertiban yang bersifat insidentif

Disamping itu pula, praktek prositusi di Kota Pekanbaru dapat ditekan populasinya dengan mengupayakan kerja sama antara pihak pemerintah daerah kota


(71)

Pekanbaru dengan masyarakat dalam mengurangi keberadaan pekerja seks komersial. Ditambah lagi harus ada penegasan hukum yang kongkrit secara yurudis formal dan sosialisasi kepada masyarakat tentang upaya yang ditawarkan oleh hukum pidana Islam dlam penanggulangan pekerja seks komersial di kota Pekabaru.64

Jadi syarat utama yang harus dipenuhi untuk upaya penanggulangan pekerja seks komersial melalui pandangan hokum Islam adalah dengan memasukkan pelanggaram zina yang dilakukan oleh semua orang dengan hukuman had zina yang keras dan pasti mengandung unsur represif (jawabir), preventif (zawajir) dan edukatif (ta’dib) yang tinggi dan juga memenuhi persyaratan filosofis serta sosiologis yang diperlukan untuk mejadi sebuah atuaran hukum.


(72)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Pekerja Seks Komersial di kota Pekanbaru maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Para Pekerja seks komerdil yang beroperasi diwilayah Pekanbaru biasanya keluar dan duduk dipinggiran pertokoan jalan Arengka, Paus dan Ponegoro pada pukul 22.00 hingga subuh hari sampai mereka mendapatkan klien, ini bagi para pekerja seks komersial jalanan. Sedangkan para pekerja seks komersial yang mangkal dicafe maupun warung remang-remang dalam melakukan kegiatanya tidak jauh beda dengan para pekerja seks jalanan, hanya saja jam kerjanya sedikit berbeda kalau pekerja seks komersial yang mangkal dicafe ataupun warung remang-remang mereka mulai bekerja sekitar pukul 21.00 hingga pukul 03.00 pagi atu bisa saja tergantung dengan tutupnya café tersebut.

Setelah para pekerja seks komersial melakukan transaksinya, biasanya mereka langsung dibawa oleh laki-laki yang menginginkanya sesuai


(1)

PERTANYAAN WAWANCARA

DENGAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

1. Bagaimana bentuk serta jenis Pekerja Seks Kokersial Kota Pekanbaru dalam melakukan kegiatannya?

2. Apa yang menjadi latar belakang sehingga mereka mereka menjadi Pekerja

Seks komersial?

3. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Pekanbaru dalam menangani serta

menanggulangi Pekerja Seks Komersial ?

4. Apakah upaya yang dilakukan sudah dapat mengurangi Pekerja Seks

Komersial diwilayah Kota Pekanbaru?

5. Apakah Perda No 05 tahun 2002 bedasarkan hukum Islam?

6. Bagaimana epektivitas Perda No 05 tahun 2002 dalam menanggulangi Pekerja

Seks Komersial?

Wawancara langsung penulis dengan bapak Yuliasman. S.H kepala bagian hukum Pemerintah kota Pekanbaru. Maret 2008


(2)

PERTANYAAN WAWANCARA DENGAN PSK KOTA PEKANBARU

1. Dalam menjalankan propesi sebagai Pekerja Seks komersial, biasanya mbak

keluar jam berapa dan sampai jam berapa?

2. Selain menjadi Pekerja Seks Komersial apakah mbak punya aktivitas lain?

3. Kenapa mbak memilih menjadi PSK?

4. Biasanya mbak dapat penghasilan dalam semalam itu berapa?

Wawancara langsung penulis dengan Sisil (nama samara) Pekerja Seks Komersial yang mangkal di Teleju (Pekanbaru) Maret 2008


(3)

HASIL WAWANCARA

DENGAN PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

Dalam menjalankan aktivitasnya para Pekerja Seks komersial melakukan transaksi seksnya dengan berbagai cara, salah satunya mereka yang sudah mendapatkan pelanggannya mereka langsung membawanya kepenginapan yang mereka anggap aman untuk melakukan hubungan seksusal. Tidak hanya seperti itu mereka juga ada yang melakukan pekerjaannya tergantung kepada laki-laki hidung belang yang mencari kepuasan sesaat.

Para pekerja seks komersial yang berada di kota Pekanbaru pada umumnya mereka adalah pendatang, jadi mereka banyak menjadikan alasan ekonomi sebagai alasan mereka memilih menjadi pekerja seks komersial.

Pemerintah sekarang ini memandang para pekerja seks komersial sebagai sampah masyarakat, makanya sekarang pemerintah sekarang sangat serius dalam menanggilangi para pekerja seks komersial dengan mengundangkan Perda No 05 tahun 2002 tentang Ketertiban Umum. Selain itu pemerintah juga melakukan penertiban yang dilakukan oleh instansi terkait seperti SATPOL PP.

Jika kita melihat beberapa tahun kebelakang para pekerja seks komersial yang berada di wilayah kota pekanbaru sangat banyak berkeliaran, seperti di jalan Arengka, jalan Paus dan Jalan Ponegoro. Tapi untuk saat ini setelah seringnya


(4)

pertiban yang dilakukan oleh SATPOL PP dan dibantu oleh Polisi Alhamdulillah sudah jarang terlihat di jalan-jalan kota.

Untuk mengeluarkan satu undang-undang kita tidak hanya melihat satu kepentingan umat beragama, penduduk kota pekanbaru memang banyak yang beragama Islam tapi yang memeluk agama selain Islam juga ada dan mereka harus terikat juga dengan satu undang-undang, jadi jika kita lihat Perda No 05 tahun 2002 memang tidak berdasarkan hukum Islam, tapi jika memandang lebih luas semua agama yang dianut di Indonesia memandang perbutan zina adalah perbutan yang salah.

Tentang epektivitas Perda, untuk saat sekarang perda yang ada sangat epektiv sekali, karena berdasarkan perda tersebu para SATPOL PP sangat berani melakukan operasional ketempat-tempat hiburan yang ada di Pekanbaru.

Wawancara langsung penulis dengan bapak Yuliasman. S.H kepala bagian hukum Pemerintah kota Pekanbaru. Maret 2008


(5)

HASIL WAWANCARA DENGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Saya biasanya keluar jam 21 malam, dan kebanyakan teman-taeman saya yang yang juga keluar pada jam 21 juga. Tapi biasanya saya pulang ke tempat penginapan jam 3 pagi kadang tergantung dari tamu, kalau seandainya saya dibawa nnginap terpaksa saya pulangnya siang.

Untuk saat sekarang saya memang tidak ada punya pekerjaan Cuma inilah yang saya lakukan setiap malam, saya tidak tahu sampai kapan saya menjalankan pekerjaan seperti ini.

Banyak dari teman-teman saya yang memberikan alasan kenapa mereka menjadi pelacur itu karena faktor ekonomi, tapi untuk saya pribadi itu Cuma alas an semata karena saya saya memilih jadi pelacur bukan Cuma karena ekonomi saja. Mungkin saya mlihat dunia in terkalu sempit karena itu saya memilih menjadi pelacur.

Penghasilan saya kadang-kadang tidak menentu, kalau tamu saya banyak ya saya dapat kadang 500 ribu semalam tapi kalau tamunya sedikit paling Cuma 100 ribu, kadang saya malah tidak ada mendapat uang dalam semalam namun apa boleh buat pekerjaan saya juga banyak yang tidak melarang.

Wawancara langsung penulis dengan Sisil (nama samara) Pekerja Seks Komersial yang mangkal di Teleju (Pekanbaru) Maret 2008


(6)