Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan

Profil Kota Balikpapan

2-1

2.1

WILAYAH ADMINISTRASI

Secara administratif luas keseluruhan Kota Balikpapan menurut RTRW Tahun 2012-2032
adalah 81.495 Ha, yang terdiri dari luas daratan 50.330,57 Ha dan luas lautan 31.164,03
Ha. Secara geografis Kota Balikpapan terletak pada posisi 116,50 Bujur Timur dan 117,00
Bujur Timur serta diantara 1,00 Lintang Selatan dan 1,50 Lintang Selatan dengan batasbatas sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Makassar.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1996 tentang Pembentukan 13
Kecamatan di Wilayah Kabupaten Dati II Kutai, Berau, Bulungan, Pasir, Kotamadya Dati
II Samarinda dan Balikpapan dalam Wilayah Provinsi Dati I Kalimantan Timur, Kota
Balikpapan terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh

Kelurahan dalam wilayah Kota Balikpapan dan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor
8 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota
Balikpapan, secara administratif wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 6 (enam)
Kecamatan dan 34 (tiga puluh empat) Kelurahan.

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Balikpapan Dirinci per Kecamatan dan Kelurahan
No
A.

B.

C.

Luas Daerah
(km²)

Kecamatan/ Kelurahan
Kec. Balikpapan Timur
1. Manggar

2. Manggar Baru
3. Lamaru
4. Teritip
Kec. Balikpapan Selatan
1. Damai Baru
2. Damai Bahagia
3. Sepinggan Baru
4. Sungai Nangka
5. Sepinggan Raya
6. Gunung Bahagia
7. Sepinggan
Kec. Balikpapan Tengah
1. Gunung Sari Ilir
2. Gunung Sari Ulu
3. Mekarsari
4. Karang Rejo
5. Sumber Rejo

2-2


Jumlah
RT

35,255
3,836
48,555
49,512

30
26
13
24

2,149
3,708
10,618
3,204
6,588
3,735
7,812


33
43
40
27
31
50
45

1,410
1,8252
1,2866
1,2050
2,205

69
34
35
66
44


No
D.

E

F

Luas Daerah
(km²)
3,411

Kecamatan/ Kelurahan
6. Karang Jati
Kec. Balikpapan Utara
1. Gunung Samarinda
2. Muara Rapak
3. Batu Ampar
4. Karang Joang
5. Gunung Samarinda Baru

6. Graha Indah
Kec. Balikpapan Barat
1. Baru Ilir
2. Margo Mulyo
3. Marga Sari
4. Baru Tengah
5. Baru Ulu
6. Karingau
Kec. Balikpapan Kota
1. Prapatan
2. Telaga Sari
3. Klandasan Ulu
4. Klandasan Ilir
5. Damai

Jumlah
RT
37

2,703

3,5272
10,553
93,0904
3,035
19,254

47
87
58
42
20
36

0,589
1,8453
0,665
0,5704
0,9548
175,3275


62
39
30
43
40
9

3,1412
2,538
0,89
1,435
2,221

36
38
53
57
16

Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar

2.1 berikut.

2-3

GAMBAR 2.1

2-4

2.2

POTENSI WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

Perbedaan kondisi geografis wilayah mengakibatkan perbedaan sumber daya alam
yang dimiliki, sehingga berdampak pada perbedaan komoditi unggulan yang diusahakan
di setiap wilayah.
Oleh karena itu Kota Balikpapan memiliki komoditi unggulan yang dihasilkan oleh
masing-masing wilayah, baik sektor pertanian maupun dari sektor Industri pengolahan
yang memanfaatkan bahan baku hasil pertanian.
Diantara komoditi-komoditi unggulan yang dimiliki masing-masing wilayah di Kota
Balikpapan, terdapat beberapa komoditi yang menjadi unggulan tidak hanya di tingkat

Kota Balikpapan tetapi sampai ke tingkat Provinsi dan Nasional. Komoditi-komoditi
tersebut diantaranya dapat dikategorikan sebagai komoditi khas Kota Balikpapan.
Khasnya komoditi unggulan tersebut dapat dilihat dari jenis komoditinya yang hanya
dihasilkan atau sebagian besar produksinya terpusat di Kota Balikpapan, dan juga dapat
dilihat dari cita rasa yang dimiliki berbeda dengan komoditi yang sama yang
dihasilkan daerah lain.
Komoditi-komoditi khas yang menjadi unggulan di Kota Balikpapan diantaranya dari
sektor pertanian yaitu pepaya mini, karet, salak, nenas. Sementara dari sektor Industri
diantaranya industri kerajinan manik-manik dan batu permata, industri rumput laut.

a.

Perikanan
Wilayah pesisir laut Kota Balikpapan masih menyimpan potensi sumberdaya yang
terbaharui (renewable resources) khususnya potensi sumber daya perikanan yang
belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu kawasan pesisir dan laut juga
memiliki berbagai fungsi ekonomi, antara lain dipergunakan untuk aktivitas
pemanfaatan sumberdaya perikanan, pertambangan, pertanian, rekreasi dan
pariwisata, kawasan industri, permukiman serta pelabuhan / transportasi.
Pembangunan yang berbasis potensi daerah menjadi relevan untuk dikaji dan

didorong pengembangannya. Dalam hal ini Kota Balikpapan yang memiliki potensi
perikanan dan kelautan yang cukup besar bisa memainkan peran strategis dalam
menopang dan membanguan pondasi ekonomi kota yang kuat. Arti dan peran
strategis penting sektor perikanan dan kelautan dalam pembangunan diantaranya:
1. Sumberdaya disektor perikanan dan kelautan merupakan sumberdaya yang selalu
dibaharui (renewable resources) sehingga bertahan dalam jangka panjang asal
diikuti dengan pengelolaan yang aktif.

2-5

2. Investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi dan daya serap
tenaga kerja relatif tinggi.
3. Produk perikanan dan kelautan memiliki prospek pasar yang baik dengan pangsa
pasar yang terus meningkat.
4. Industri di sektor perikanan dan kelautan memiliki keterkaitan yang kuat dengan
industri – industri yang lain.
5. Sumberdaya laut yang besar baik kuantitas maupun diversitas, bukan hanya di
perairan Balikpapan, tetapi juga perairan Selat Makasar.
6. Produk ekspor perikanan dan kelautan memiliki daya saing yang tinggi
sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikiya serta produksi yang
dihasilkannya.
Pada umumnya masyarakat nelayan Kota Balikpapan masih mengandalkan kegiatan
perikanan tangkap sampai sekarang, sedangkan kapasitas ruang dan volume ikan
semakin berkurang. Hal ini disebabkan kualitas perairan semakin menurun dan
kerusakan ekosistem yang terus meningkat. Akibatnya ketersediaan nutrien alam di
perairan mengalami keterbatasan sehingga sumberdaya laut berupa ikan, kerangkerangan, udang dan lain-lain tidak mampu bertahan sampai dapat dikonsumsi.
Salah satu komitmen yang perlu digalakkan oleh Kota Balikpapan untuk menjaga
kelestarian lingkungan pesisir dan meningkatnya income masyarakat nelayan
Balikpapan adalah dengan mengalihkan kegiatan penangkapan selama ini ditekuni
kebentuk usaha budidaya berbagai jenis biota laut yang cocok untuk dikembangkan.
Pengembangan sektor perikanan budidaya di Kota Balikpapan memiliki proses yang
baik dilihat dan ketersediaan lahan dan potensi pemasarannya.
Wilayah perairan yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya perikanan
adalah perairan Kariangau sampai Manggar, Teritip dan Lamaru. Jenis Budidaya ikan
selama ini dilakukan dalam tambak dan karamba jaring apung. Disisi lain pada
kawasan pesisir dan lautan Kota Balikpapan sangat potensial untuk dikembangkan
budidaya ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting selain udang dan bandeng
adalah ikan kerapu (kerapu tiks, kerapu macan, kerapu sunu, dan kerapu lumpur)
maupun rumput laut dan jenis kerang-kerangan.
b. Industri
Posisi strategis dan keunggulan kompratif yang dimiliki oleh Kota Balikpapan
menjadikan visi pembangunan kota kedepan sebagai sentra jasa, perdagangan dan
industri, sehingga perlu ditunjang dengan keberadaan prasarana dan sarana yang

2-6

memadai serta terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif untuk memacu
pertumbuhan dunia usaha kecil.
Melihat visi dan perkembangan kota yang cukup pesat, maka pengembangan kota
diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi yang potensial dan mempunyai unggulan,
termasuk industri kecil/ rumah tangga yang pada saat ini tersebar di beberapa
wilayah Kota Balikapapan.Pengembangan IK/IRT pada saat krisisekonomi yang
melanda

Indonesia,

merupakan

refleksi

dari

pemberdayaan

ekonomi

kerakyatan, namun demikian keberadaannya di pusat perkotaan akan menimbulkan
berbagai permasalahan lingkungan hidup akibat pengolahan hasil produksi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Pemerintah Kota Balikpapan sejak
tahun 1994 melalui Program Jangka Menengah menyusun rencana Relokasi Industri
kecil/rumah tangga yang pada tahap I diprioritaskan pada pengrajin tahu/tempe
Balikpapan. Pada tahun 1995 telah mulai dilakukan pembangunan berbagai
fasilitas KIKS tetapi pada tahun 1997 mengalami penundaan akibat pengaruh krisis
moneter.
Kemudian sejak tahun 2000 dilakukan lagi pembangunan sarana/prasarana yang
pada tahap awal Perumnas ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan rumah produksi
dan rumah tinggal yang telah selesai sebanyak 50 unit. Proyek Relokasi Industri ini
berlaku di Somber km.3,5 kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara
dengan luas lahan 9 ha yang mempunyai daya tampung 150 - 200 pengusaha industri
kecil, lokasi proyek telah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
Kota Balikpapan tahun 1994-2004 (pada saat lokasi KIKS ditetapkan).
c. Pariwisata
Dalam pengembangan sektor Pariwisata Kota Balikpapan mempunyai cukup banyak
potensi dan sebagian besar merupakan wisata alam dan Peninggalan Sejarah.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional,
Kota Balikpapan mengemban fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan
Strategis Nasional (KSN). Adapun fungsi dan peran Kota Balikpapan dalam konteks
perwilayahan pembangunan adalah sebagai berikut:
1.

Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional.
Aktivitas-aktivitas yang ada di Kota Balikpapan diarahkan mempunyai skala
pelayanan tingkat nasional serta diarahkan untuk dapat menjadi wilayah maju dan
mempunyai

peran

dominan terhadap

Indonesia.

2-7

perkembangan

perekonomian

Negara

Beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan tingkat nasional adalah status
Balikpapan yang merupakan produsen komoditi industri pengolahan minyak (1,3
juta ton) dalam lingkup nasional. Produsen dan konsumen komoditi industri
pengolahan non migas (852 ribu dan 679 ribu ton) dengan lingkup antar pulau dan
nasional. Dalam RTRW Provinsi disebutkan pula bahwa kota Balikpapan diarahkan
sebagai Pusat Pelayanan Orde I, sehingga Balikpapan berfungsi sebagai pusat yang
melayani

seluruh wilayah

Provinsi

Kalimantan

Timur

dan

Wilayah

Nasional/Internasional.
Adapun fungsi utama Kota Balikpapan sebagai Pusat Pelayanan Orde I yaitu:

2.



Pusat Perdagangan dan Jasa Regional



Pusat Distribusi dan kolektor barang dan jasa regional



Pusat Pelayanan Jasa Transportasi Laut, Udara, Sungai dan Darat



Pusat Industri Pengolahan



Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata

Peran Balikpapan sebagai lokasi Pelabuhan Laut Internasional
Untuk mendukung fungsi Kota Balikpapan sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional)
maka keberadaan sarana prasarana pendukung segala aktivitas yang berlangsung
dalam wilayah PKN itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut maka di wilayah Kota Balikpapan dikembangkan
Pelabuhan Laut Internasional sebagai transit point distribusi barang skala nasional
dan internasional. Kondisi ini didukung oleh lokasi Kota Balikpapan yang berbatasan
langsung dengan laut yang merupakan ALKI II.

3.

Peran Balikpapan sebagai Kawasan Lindung Nasional, yang memiliki:
1. Hutan Lindung S. Wain seluas 9.872,9 Ha.
2. Hutan Lindung S. Manggar seluas 4.999 Ha.

4.

Kawasan Andalan yang berada di kawasan Bontang-Samarinda TenggarongBalikpapan, Penajam dan sekitarnya dengan aktivitas seperti:
 Industri
 Perkebunan
 Pertambangan
 Kehutanan
 Perikanan
 Pariwisata

5.

Peran Kota Balikpapan Sebagai Pendukung MP3EI

2-8

Kota Balikpapan merupakan kota yang strategis dalam Master Plan Pengembangan
dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), mengingat di wilayah Kota Balikpapan
terdapat kegiatan ekonomi utama untuk minyak dan gas dikoridor Ekonomi
Kalimantan direncanakan terdapat di lokus Balikpapan berupa proyek-proyek utama
seperti

penambahan

kapasitas

produksi

BBM

dan berbagai

pembangunan

infrastruktur yang mendukung Kalimantan sebagai koridor III dalam pengembangan
perekonomian nasional.

2.3

DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1

Jumlah penduduk dan KK keseluruhan

A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Balikpapan mengalami peningkatan dari tahun 2013 jumlah
penduduk 599.685 jiwa dan pada tahun 2014 menjadi 610.313 jiwa.
Dari 6 (enam) kecamatan di Kota Balikpapan, Kecamatan Balikpapan Utara mempunyai
jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 134.146 jiwa atau sekitar 21,98% penduduk,
sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk paling sedikit
70.295 jiwa atau sekitar 11,5%.
Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah
Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah dengan luas wilayah
hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 103.254 jiwa, atau dengan kepadatan penduduk sekitar
9.324 jiwa per Km2 sedangkan Kecamatan Balikpapan Barat dengan wilayah terluas
179,95 Km2 hanya dihuni oleh 90.344 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 502
jiwa per Km2. Adapun rincian jumlah dan komposisi penduduk Kota Balikpapan dapat
diuraikan pada tabel berikut.

2-9

Tabel 2.2
Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015

Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2016

B. Jumlah KK Keseluruhan
Jumlah KK keseluruhan di Kota Balikpapan pada tahun 2015 adalah sekitar 123.115 jiwa.
Dengan rincian jumlah KK paling tinggi terdapat di Kecamatan Balikpapan Utara sekitar
27.135 KK sedangkan jumlah KK paling sedikit terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur
sebanyak 13.347 KK jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3
Data KK Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015
No

Kecamtan

1

Balikpapan Selatan

2
3

Jumlah Penduduk

Jumlah KK

123.778

24.756

Balikpapan Timur

66.735

13.347

Balikpapan Utara

135.675

27.135

4

Balikpapan Tengah

109.208

21.842

5

Balikpapan Barat

92.457

18.491

6

Balikpapan Kota

87.721

17.544

615.574

123115

Balikpapan
Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2016

2.3.2

Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk miskin di Kota Balikpapan pada tahun 2015 adalah sekitar 24.740
jiwa. Dengan rincian jumlah penduduk miskin paling tinggi terdapat di Kecamatan
Balikpapan Selatan sekitar 6.848 jiwa sedangkan jumlah penduduk miskin paling sedikit

2-10

terdapat di Kecamatan Balikpapan Kota sebanyak 2.169 jiwa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4
Data Keluarga Miskin Per Kecamatan di Kota Balikpapan Tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Balikpapan Timur
Balikpapan Utara
Balikpapan Selatan
Balikpapan Kota
Balikpapan Tengah
Balikpapan Barat
Jumlah

Jumlah KK
1.291
1.720
2.462
674
1.331
1.240
8.718

Jumlah Jiwa
3.725
4.641
6.848
2.169
3.804
3.573
24.740

Sumber: 6 Kecamatan Kota Balikpapan

2.3.3

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan

Bila diproyeksikan sampai dengan tahun 2034, maka jumlah penduduk Kota Balikpapan
mencapai 1.198.411 jiwa dan kepadatan 2.381 jiwa/km2.

Tabel 2.5
Proyeksi Penduduk Kota Balikpapan Per-Kecamatan s.d Tahun 2034
2034

KECAMATAN

Luas
(Km2)

2014
(Jiwa)

2015

2024

Balikpapan Selatan

33,93

145.915

159.915

187.854

220.673

245.680

7.241

2029

Jiwa

Jiwa/Km2

Balikpapan Kota

14,02

99.905

113.048

132.799

156.000

173.677

12.388

Balikpapan Barat

179,95

104.305

116.734

137.129

161.086

179.341

997

Balikpapan Timur

132,16

81.580

87.899

103.255

121.295

135.040

1.022

Balikpapan Tengah

11,07

119.801

134.701

158.235

185.880

206.944

18.694

Balikpapan Utara

132,17

154.908

167.758

197.066

231.496

257.729

1.950

Jumlah

503,30

706.414

780.055

916.338

1.076.430

1.198.411

2.381

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan, 2014, diolah.

2.3.4

Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah
Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah pada tahun 2015 dengan
luas wilayah hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 103.254 jiwa, atau dengan kepadatan
penduduk sekitar 9.324 jiwa per Km2.
Karakteristik urbanisasi di Balikpapan yakni merupakan migrasi jenis desa-kota dan
kota-kota dari pelbagai wilayah. Urbanisasi tersebut didominasi oleh tiga etnis, yaitu
Jawa, Bugis/Makassar dan Buton; yang dipengaruhi oleh pandangan yang menganggap
bahwa Kaltim memiliki kandungan sumber daya alam yang melimpah ruah, Balikpapan

2-11

menjadi kota utama pusat pertumbuhannya, dan dicap sebagai kota yang kaya raya.
Stigma seperti itu diharapkan akan bisa berkorelasi linier dengan pola penghidupan
ketika tinggal di Balikpapan, sehingga Balikpapan menjadi kota sasaran pendatang.
Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan permasalahan kependudukan yang pada
akhirnya semakin mendongkrak laju kemiskinan di Balikpapan. Berdasarkan proyeksi
jumlah penduduk, dengan adanya urbanisasi maka diperkirakan jumlah penduduk Kota
Balikpapan yang mendiami pusat kota yaitu Kecamatan Balikpapan Tengah pada tahun
2034 mencapai 206.944 jiwa.

2.4

ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

2.4.1

Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

1.

PDRB Harga Berlaku

Di antara sektor–sektor pembentuk PDRB di Kota Balikpapan, bahwa kontribusi sektor
Bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran memberikan kontribusi yang
besar

bagi

pertumbuhan

Produk

Domestik

Regional

Bruto

Kota

Balikpapan,

perkembangan kedua sektor tersebut menunjukan bahwa kota Balikpapan sedang giat
membangun yang mengindikasi meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Balikpapan
dengan kata lain semakin menggeliatnya perkembangan perekonomian kota. Sektor
bangunan merupakan sektor yang mengalami kenaikan Berdasarkan Harga berlaku, pada
tahun 2013 sektor ini mempunyai nilai sebesar Rp.10.961.496,08 juta, sektor ini
mengalami pertumbuhan sebesar 37,69% dari tahun sebelumnya sebesar 35,43%.
Diproyeksi nilai sektor ini pada tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 12,014,875,43 juta,
dan Rp. 13,430,324,17 juta. Sektor Perdagangan Hotel dan restoran pada tahun 2013
mempunyai nilai sebesar Rp. 8.302.663,84 Juta atau mengalami pertumbuhan sebesar
28,55% dari tahun sebelumnya sebesar 29,62% dan di proyeksikan nilai sektor ini pada
tahun 2014 dan 2015 sebesar Rp. 8,911,410,27 Juta dan Rp. 9,495,018,41. Juta.
Sektor ketiga penyumbang PDRB kota Balikpapan adalah sektor pengangkutan dan
komunikasi tahun 2013 adalah sebesar 4.155.198,64 juta rupiah, sehingga andilnya
mencapai 14,29 % Sektor ini mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dan cenderung
stabil dengan pertumbuhan rata-rata dari tahun 2008-2013 sebesar 14,38 %. Apabila
dilihat dari komponen penyusunnya, Nilai Tambah Bruto (NTB) yang disumbangkan dari
sektor ini adalah berasal dari Sub Sektor Angkutan khususnya angkutan udara dimana
sub sektor angkutan udara pada tahun 2013 memberi kontribusi kepada sektor

2-12

pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 3,86% dan proyeksi meningkat pada tahun
2014 dan 2015 sebesar 50,84% dan 53,29%.

2.

PDRB Harga Konstan

Sama halnya dengan PDRB harga berlaku, sampai dengan tahun 2013 sektor Bangunan
dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran masih merupakan sektor dominan dalam
pembentukan PDRB di Kota Balikpapan dengan peranannya sekitar 23,20% dan 26,64%
berdasarkan harga konstan. Pada urutan ketiga adalah sektor angkutan dan komunikasi
dengan peranannya sebesar 14,29%.
Secara keseluruhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun 2013 sebesar Rp.
18.779.453,86 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,06%. Diproyeksikan pada
tahun 2014 PDRB Kota Balikpapan berdasarkan harga Konstan sebesar 19,321,404,34
juta rupiah pada tahun 2015 sebesar 20,165,003,41 juta rupiah.

2.4.2


Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Pendapatan perkapita Kota Balikpapan jika dihitung dengan migas pada 2013
sebesar Rp 74,89 juta setahun. Hal ini didasarkan pada pendapatan per kapita
Balikpapan dari tahun ke tahun, di mana tahun 2010 sebesar Rp 47,17 juta, di tahun
2011 sebesar Rp 52,02 juta dan pada tahun 2012 sebesar Rp 62,42 juta.
Sedangkan pendapatan perkapita dengan non migas sebesar Rp 51,87 juta pada 2013,
yang didasarkan pendapatan per kapita Balikpapan di tahun 2010 sebesar Rp 27,65
juta, di tahun 2011 sebesar Rp 31,79 juta, dan di tahun 2012 sebesar 40,61 juta.



Proprsi penduduk miskin di Kota Balikpapan tahun 2015 adalah sebesar 3,66% dari
jumlah penduduk Kota Balikpapan tahun 2015 secara keseluruhan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6
Data kemiskinan di Kota Balikpapan Tahun 2013-2015
Tahun
2013

Jumlah Penduduk
669.685

Jumlah Penduduk Miskin
23.700

Tingkat Kemiskinan (%)
3,54%

2014

706.414

19.710

2,79%

2015

735.850

24.740

3,66%

Sumber: Disdukcapil Kota Balikpapan

2-13

2.4.3

Data Kondisi Lingkungan Strategis

A. Topografi
Secara umum Kota Balikpapan berada pada ketinggian 0 sampai 100 meter di atas
permukaan laut. Klasifikasi terbesar yaitu berada pada ketinggian 20-100 mdpl dengan
luas 20.090,57 ha atau 51,66 % dari luas wilayah, ketinggian >10-20 mdpl seluas 17.260
ha atau 34,17% dari luas wilayah dan ketinggian 0-10 mdpl seluas 6.980 Ha atau 13 %
dari luas wilayah. Berikut tabel luas wilayah Kota Balikpapan dirinci menurut topografi
(ketinggian).

Tabel 2.7 Luas Wilayah Kota Balikpapan
Dirinci Menurut Topografi (Ketinggian)
No
1.
2.
3.
Jumlah

Ketinggian
mdpl
0-10
>10-20
>20-100

Luas Wilayah
(Ha)
(%)
6.980,00
13,64
17.260,00
34,70
26.090,57
51,66
50.330,57 100,00

Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014

Lereng menggambarkan sudut kemiringan permukaan tanah terhadap bidang horisontal.
Besaran lereng merupakan faktor penting yang menentukan mudah tidaknya tanah
untuk diusahakan/ digunakan. Tanah dengan medan datar lebih mudah diusahakan
daripada tanah berlereng terjal. Kemiringan tanah juga menentukan sifat tanah yang
lain, yaitu menentukan kepekaan erosi dan drainase permukaan. Pada lereng yang besar
maka drainase permukaannya lebih cepat/ baik tetapi tanah lebih peka terhadap erosi.
Dari sisi topografis sebagian besar wilayah Kota Balikpapan berada pada kemiringan
lereng antara 15-40% yaitu seluas seluas 21.305,57 Ha atau 42,33% dari luas wilayah
keseluruhan. Tabel 2.2 berikut ini menunjukkan rincian luas wilayah Kota Balikpapan
berdasarkan kelerengan.

Tabel 2.8 Luas Wilayah Kota
Balikpapan Dirinci Menurut
Kelerengan
No
1.
2.
3.
4.

Kelas
Lereng
0-2
> 2-15
> 15-40
> 40 18.
Jumlah

Luas Wilayah
(Ha)
(%)
7.050,00
14,01
3.325,00
6,61
21.305,57
42,33
650,00
37,05
50.330,57 100,00

Sumber: Kota Balikpapan dalam Angka, 2014

2-14

Secara morfologis Kota Balikpapan terdiri dari 85% kawasan perbukitan dengan jenis
tanah podsolik merah kuning yang memiliki karakter topsoil tipis, struktur tanah mudah
tererosi. Sedangkan 15% lainnya merupakan daerah dataran yang terletak di sepanjang
pantai timur dan selatan wilayah Kota Balikpapan dengan jenis tanah umumnya adalah
alluvial.
Untuk mengetahui kondisi keleregan Kota Balikpapan berikut merupakan visualisasi dari
kondisi kelerengan Kota Balikpapan dalam bentuk peta kelerengan pada gambar 4.29 di
bawah ini:

Gambar 2.2

Peta Kelerengan Kota Balikpapan

B. Geohidrologi
Berdasarkan peta Hidrogeologi Lembar Balikpapan, Kota Balikpapan secara umum dapat
dilihat dari komposisi litologi batuan dan kelulusannya serta keterdapatan air tanah dan
produktivitas akuifer. Berdasarkan kondisi tersebut, Kota Balikpapan dapat dijelaskan
sebagai berikut
1. Komposisi Litologi Batuan dan Kelulusannya.
Berdasarkan komposisi litologi dan kelulusannya Kota Balikpapan seluruhnya masuk
dalam kategori batu pasir, batu lempung pasiran, serpih dan konglomerat dengan
sisipan napsi, batubara dan batu gamping.
2. Keterdapatan Airtanah dan Produktivitas Akuifer.

2-15

Berdasarkan keterdapatan airtanah dan produktivitas akuifer, Kota Balikpapan dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori besar, yaitu :
a. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, yaitu :
 Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas
Akuifer dengan keterusan beragam, muka air tanah umumnya kurang dari 3
meter di bawah muka tanah setempat, debit maair umumnya kurang dari 10
l/detik. Akuifer ini umumnya tersebar di Kecamatan Balikpapan Utara,
sebagian kecil dari Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah dan di
bagian selatan dari, Kecamatan Balikpapan Selatan
 Setempat, Akuifer produktif
Akuifer dengan keterusan sangat beragam, umumnya muka airtanahnya dalam,
dibeberapa tempat matair dengan debit kurang dari 2 liter/detik. Akuifer ini
pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Timur, sebagian Kecamatan
Balikpapan Selatan dan Tengah
b. Akuifer bercelah atau jarang, produktif kecil dan daerah air tanah langka, yaitu
akuifer produktif kecil, setempat berarti.
Akuifer ini umumnya keterusan rendah, setempat airtanah dangkal dalam jumlah
terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah dan zona pelapukan batuan padu.
Akuifer ini pada umumnya terdapat di Kecamatan Balikpapan Barat, sebagian kecil
di Kecamatan Balikpapan Utara, Barat dan Timur

C. Geologi
Berdasarkan struktur geologi, Kota Balikpapan dapat dibagi menjadi tiga satuan
geomorfik,

yaitu

satuan

perbukitan

bergelombang

sedang,

satuan

perbukitan

bergelombang lemah dan satuan dataran aluvial. Berikut merupakan penjelasan lebih
lanjut mengenai struktur geologi Kota Balikpapan.
1. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang Sedang
Satuan geomorfik ini menempati area dengan luas kurang lebih 55%, mempunyai
kemiringan lereng rata-rata 15-40% dengan beda tinggi kurang lebih 10-30 meter.
Satuan geomorfik ini menempati sebagian besar Kota Balikpapan terutama di bagian
Utara - Barat Laut yang merupakan daerah hutan lindung, sebagian di timur laut
meliputi sebagian dari Kecamatan Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara,
Kecamatan Balikpapan tengah, Kecamatan Balikpapan Selatan dan Kecamatan
Balikpapan Timur. Litologi penyusunan satuan geomorfik ini adalah perselingan
antara batupasir kuarsa, batu pasir, batu lempung, serpih dan sisipan batubara

2-16

dengan dikontrol struktur geologi berupa antiklin dan siklin dengan kemiringan
sayap-sayapnya yang relatif landai sampai sedang.
2. Satuan geomorfik Perbukitan bergelombang lemah
Satuan geomorfik ini membentuk pola selingan dengan perbukitan bergelombang
sedang yang membujur barat daya - timur laut dengan luas kurang lebih 30%,
umumnya mempunyai kemiringan lereng 5-15% dengan beda tinggi kurang lebih 3-15
meter. Satuan geomorfik ini menempati bagian tengah Kota Balikpapan tepatnya di
lembah Sungai Wain, Daerah Gunung Bahagia sampai Gunung Binjai yang masuk ke
dalam

wilayah

Kecamatan

Kecamatan

Balikpapan

Balikpapan

Tengah,

Barat,

Kecamatan

Kecamatan
Balikpapan

Balikpapan
Selatan,

Utara,

Kecamatan

Balikpapan Timur dengan litologi penyusunan batu pasir kuarsa, batupasir dengan
konkresi/nodul besi, serpih, batu lanau, sisipan batubara dan dikontrol struktur
geologi berupa homoklin yang merupakan sayap antiklin atau siklin dengan
kemiringan landai sehingga membentuk suatu lembah homoklin.
3. Satuan Dataran Alluvial
Satuan ini tersebar sebagian besar di pinggir pantai dan lembah-lembah sungai
dengan luas kurang lebih 15%, material penyusunnya merupakan endapan kerakal lempung yang belum terkonsolidasi atau bersifat lepas-lepas yang merupakan hasil
pengendapan aktivitas sungai dan air laut. Kemiringan lereng umumnya 0-5% dengan
beda tinggi kurang lebih 0-2 meter. Menempati pantai sebelah timur dari Sepinggan
hingga teritip, lembah-lembah disekitar S. Wain, S. Somber dan S. Manggar Besar dan
sebagian pantai di Teluk Balikpapan.
Berdasarkan stratigrafi menururt Hidayat dan Umar (1994), wilayah Kota Balikpapan
tersusun atas empat satuan batuan, yaitu :
a. Satuan Endapan Pasir (Endapan Alluvial)
Satuan ini sebagian besar tersebar disepanpang pantai timur dari Kota Balikpapan,
terutama daerah Manggar, Lamaru, Teritip demikian juga di kiri-kanan Sungai
Wien dan Sungai Somber.
b. Formasi Kampung Baru
Satuan ini terdiri dari perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa,
serpih dengan sisipan batubara, lignit dan napal. Singkapan batubara yang cukup
tebal (> 3 m) dapat dijumpai di Dusun Gunung Binjai. Adapun penyebarannya
meliputi wilayah di bagian utara dan tengah tepatnya Kecamatan Balikpapan Barat,
Balikpapan Utara, Balikpapan tengah dan Balikpapan Timur.
c. Formasi Balikpapan

2-17

Bagian atas dari satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa dengan sisipan-sisipan
batulempung, batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal,
batupasir gampingan, batu bara. Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di
bagian barat laut dan barat daya wilayah Kota Balikpapan, meliputi Kecamatan
Balikpapan Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah' dan sebgaian Kecamatan
Balikpapan Barat.
d. Formasi P. Balang
Satuan ini secara regional terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir gampingan,
batulanau dengan sisipan batubara. Satuan ini tersingkap di P. Balang serta bagian
ujung barat laut wilayah Kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tabel 2.9 Luas Wilayah Kota Balikpapan Menurut Jenis Batuan (Geologi)
No
1
2
3
4

Luas Wilayah
(Ha)
(%)
9.994,40
19,86

Jenis
Satuan Endapan Pasir
(Alluvial)
Formasi Kampung Baru
Formasi Balikpapan
Formasi Pulau Balang
Jumlah

31.100,76
8,561,16
671,25
50.330,57

61,79
17,01
1,33
100,00

Sumber: RTRW Kota Balikpapan, 2012 – 2032

Gambar 2.3

Peta Geologi Kota Balikpapan

2-18

D. Klimatologi
1.

Iklim
Kota Balikpapan beriklim tropis, mempunyai musim yang hampir sama dengan
wilayah yang ada di Kalimantan Timur pada umumnya., yaitu adanya musim
kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada Bulan Mei
sampai Bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada Bulan Nopember
sampai dengan Bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang
diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Seiain itu, karena
letaknya di daerah katulistiwa maka ikiim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi
oleh angin Muson, yaitu angin Muson barat Nopember - April dan Angin Muson Timur
Mei - Oktober.
Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Balikpapan kadang tidak
menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak
ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau
bahkan terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.

2.

Suhu dan Kelembaban
Secara umurn Kota Balikpapan beriklim panas dengan suhu udara sepanjang tahun
berkisar dari 22,4oC sampai 34,70C. Selain itu, sebagai daerah beriklim tropis, Kota
Balikpapan mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar
antara 82-93%.

3.

Curah Hujan dan Keadaan Angin
Curah hujan di Kota Balikpapan sangat beragam menurut bulan. Catalan curah
hujan bulanan sepanjang tahun 2010 terjadi pada Bulan Oktober sebesar 279,5 mm
dan rata-rata curah hujan paling rendah terjadi pada Bulan September yang hanya
mencapai 35,9 mm.
Keadaan angin di Kota Balikpapan pada tahun 2010 yang dipantau dari Stasiun
Meteorologi dan Geofisika Kota Balikpapan, menunjukkan bahwa kecepatan angin
berkisar antara. 4 sampai 7 knot. Kecepatan angin paling tinggi 7 knot terjadi pada
bulan September sedang terendah 4 knot terjadi pada bulan April dan Desember.

2.4.4

Data Risiko Bencana Alam

1. Banjir yang terjadi di Balikpapan, pada intinya ada 2 hal pokok penyebabnya.
Berdasarkan

survei

primer,

masalah

drainase

dan

pembukaan

lahan

baru

menyebabkan adanya genangan di sekitar jalan khususnya untuk beberapa daerah
yang dinilai berisiko tinggi seperti di jalan Beler dan di daerah Margosari. Sistem

2-19

drainase yang tidak berjalan sebagaimana mestinya mengakibatkan genangan
setempat. Hal ini perlu diwaspadai karena akan berbahaya jika tidak segera
ditangani. Permasalahan lain hasil dari konsultasi dengan warga, masalah
pembukaan lahan untuk perumahan baru mengakibatkan munculnya masalah
genangan. Daerah yang seharusnya dijadikan resapan justru dibuka lahan baru dan
ini memang berbahaya ketika daerah yang tadinya tidak banjir, menjadi daerah
banjir. Baru ilir dan Margasari menjadi salah satu daerah yang sering terkena banjir,
selain lokasinya di muara sungai, marga sari juga menerima banjir kiriman dari
muara rapak sehingga semakin sering terjadi genangan pasca hujan. Risiko terbesar
adalah daerah disepanjang jalan karena luapan air pada saluran drainase yang tidak
dapat menampung air. Selain itu, lokasi margasari yang memang di daerah muara
sungai menyebabkan pendangkalan karena sedimentasi di sungai dan di muara.
Untuk keluarahan damai bahagia, Damai, dan Damai Baru, risiko banjir ada di
sekitar jalan khususnya jalan Beler dimana daerah ini telah ditetapkan sebagai
daerah rawan bencana. Selain itu buruknya drainase yang menimbulkan banjir juga
menyebabkan beberapa kerusakan infrastruktur khususnya jalan. Bencana di jalan
beler ini memang rutin terjadi setiap tahun khsusunya pada musim penghujan dan
hal ini disebabkan karena drainase. Selain itu daerah berisiko disekitar daerah jalan
beler ini memang berada di bawah jalan, artinya jalan yang memang kondisinya
diatas lahan milik warga memberikan limpasan air dan hal ini diperparah oleh
buruknya drainase.
Sistem drainase sudah direncanakan dengan baik dan Balikpapan juga telah memiliki
masterplan drainase, namun pelaksanaan dan implementasi di lapangan masih
belum sesuai harapan, sehingga perlu adanya kontrol dari pemerintah dan
masyarakat dalam menjaga infrastruktur drainase supaya sesuai fungsinya dan dapat
membantu dalam proses pengaliran air limpasan.
Masalah-masalah banjir lainnya yang terjadi di Balikpapan seperti di kelurahan
Gunung sari dan gunung Samarinda, lebih disebabkan karena berkurangnya daerah
resapan air karena pembukaan lahan baru untuk permukiman, sehingga perlu adanya
pengetatan regulasi yang dapat melindungi berkurangnya lahan resapan dan alih
fungsi lahan. Hal ini perlu pengendalian khususnya untuk pembukaan lahan baru
yang dekat dengan sempadan sungai dan berada pada daerah resapan.
2. Bencana kedua yang sering terjadi di Balikpapan adalah tanah longsor. Tanah
longsor pada beberapa tahun terakhir terjadi bersamaan dengan bencana banjir.
Pada prinsipnya bencana longsor di Balikpapan lebih pada keberadaan bangunan dan

2-20

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan. Berikut
dokumentasi di beberapa tempat dengan risiko longsor tinggi.
3. Bencana Kebakaran Permukiman dan Hutan
Kebakaran merupakan bencana yang juga menjadi catatan khusus di kota
Balikpapan karena memiliki risiko yang besar. Khusus di perkotaan Balikpapan,
bencana kebakaran sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh kerapatan bangunan dan
kurangnya upaya yang ada dalam tanggap darurat khususnya penyediaan sarana
prasarana

pertolongan

pertama

kebakaran

sehingga

risiko

menjadi

besar.

Penyediaan sarpras seperti hidran setempat dan pompa siram menjadi hal yang
penting khususnya pada daerah yang susah dijangkau oleh mobil pemadam
kebakaran karena masalah lebar jalan seperti di beberapa kelurahan di Kecamatan
Balikpapan Selatan dan Balikpapan Kota.
Selain itu ada beberapa temuan menarik mengenai upaya pengurangan risiko
bencana di Kelurahan Margasari salah satu daerah dengan risiko tinggi dimana
kawasan ini dekat dengan areal Pertamina yang juga rawan terjadi kebakaran.
Temuan tersebut adalah konsep integrasi IPAL yang airnya dapat ditampung
sementara dengan membuatkan bak penampung serta menyediakan pompa yang
dapat menjadi hidran sementara sehingga akan sangat bermanfaat untuk warga
sekitar. Namun upaya meminimalkan risiko kebakaran ini membutuhkan dana yang
besar sehingga perlu peran pemerintah dan swasta dalam pendanaannya. Upaya
lain adalah menjadikan coastal road di selatan sebagai jalur evakuasi, hal ini sangat
menunjang khsusnya untuk daerah di balikpapan kota dan selatan yang padat
penduduk dan kurang akses sehingga jika coastal road dapat dimanfaatkan untuk
akses evakuasi maka akan sangat bermanfaat.
Selain bencana kebakaran permukiman, kebakaran hutan menjadi salah satu hal
yang harus diwaspadai, dari analisis risiko sebenarnya kebakaran hutan masuk
dalam kategori risiko rendah karena kerawanan titik kebakaran tidak langsung
berdampak pada kerugian, namun kondisi ini juga harus diperhatikan secara serius,
karena ada satwa langka khususnya di hutan lindung sungai Wein dan juga dekat
dengan Kebun Raya Balikpapan. Selanjutnya berikut pemetaan risiko untuk tiap
daerah rawan bencana kebakaran di Balikpapan secara makro dan detail tiap
kelurahan
4. Untuk risiko angin topan memang tidak dapat diprediksi zonasi daerah, namun
berdasarkan historis bencana, daerah berisiko adalah disepanjang pesisir Kota
Balikpapan. Dengan pendekatan tersebut makan buffer area yang digunakan untuk

2-21

memetakan laju arah angin juga dilakukan dimana daerah dengan permukiman
dengan konstruksi tidak tahan gempa menjadi daerah dengan risiko tinggi, termasuk
keberadaan permukiman kumuh di dekat Coastal road. Berikut analisis risiko dengan
pendekatan pemodelan GIS yang menghasilkan peta-peta risiko bencana.
5. Salah satu bencana yang cukup sering terjadi di Kota Balikpapan adalah bencana
abrasi. Pada prinsipnnya, bencana ini terjadi pada kawasan yang terletak di wilayah
pesisir. Sementara itu Kota Balikpapan merupakan lokasi pergerakan kulit bumi.
Berdasarkan analisis risiko diperoleh 3 tingkat klasifikasi yaitu resiko rendah seluas
931 ha, resiko sedang seluas 1.136 ha, dan resiko tinggi seluas 1.783 ha. Berikut
peta analisis dengan GIS modelling untuk daerah risiko bencana abrasi di Kota
Balikpapan.

2.4.5

Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Isu-isu strategis terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta karya Kota Balikpapan
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10
Isu-isu strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota
Balikpapan
SEKTOR

ISU STRATEGIS

Perumahan
dan
Permukiman

Adanya Permukiman kumuh di Kota Balikpapan, yaitu di Kelurahan Muara
Rapak Kecamatan Balikpapan Utara seluas 27,88Ha .

Air Minum

Pemerintah Kota Balikpapan telah memiliki Perusahaan Daerah yang
menangani air minum akan tetapi persen pelayanan air bersih yang
dilakukan oleh PDAM Kota Balikpapan sampai tahun 2014 mencapai 77 %.
Kondisi geografis, topografi dan geologis yang berbeda di setiap wilayah di
Kota Balikpapan, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan
air minum yang berbeda pada masing-masing wilayah.

Drainase

1.

2.

3.

4.

Sungai-sungai yang ada di wilayah Kota Balikpapan difungsikan sebagai
pembuangan akhir sistem drainase, sebagai saluran primer atau saluran
sekunder.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sistem drainase kota belum
memadai ditinjau dari segi jumlah (panjang) saluran yang dibutuhkan,
kapasitas saluran dan kondisi salurannya.
Wilayah perumahan, perkantoran atau pertokoan belum semuanya
memiliki sistem drainase tersier yang baik dan mencukupi untuk
menampung dan mengalirkan limpasan hujan.
Pemeliharaan saluran kurang mendapat perhatian dari masyarakat
sekitarnya. Hal ini terlihat dari banyaknya pasir dan sampah yang
mengurangi fungsi saluran.

2-22

SEKTOR
Air Limbah

ISU STRATEGIS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persampahan

Belum kuatnya legalisasi pengelolaan air limbah di Kota Balikpapan;
Belum kuatnya kualitas kelembagaan pengelolaan air limbah Kota
Balikpapan;
Masih rendahnya cakupan pelayanan IPAL Margasari (1.200 SR atau
sekitar 40 – 50% dari jumlah KK yang terdaftar di Kelurahan Margasari);
Belum berkembangnya sistem off-site skala kawasan;
Masih rendanya cakupan pelayanan dan efisiensi pengolahan IPLT
Manggar;
Kurangnya dana untuk pengelolaan air limbah Kota Balikpapan, baik
untuk pembangunan maupun operasional.

Pada saat ini pengelolaan sampah di Kota Balikpapan dikelola oleh DKPP.
Tapi sebagian besar sampah masih dibuang secara langsung ke sungaisungai, ditanam maupun dibakar.

Sumber: Hasil Analisis, 2016

2-23