KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

Bab 7
Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

7.1 SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses
kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan
berkeadilan sosial. Sistem permukiman di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki
karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan dua wilayah kabupaten kepulauan lainnya di Sulawesi Utara.
Pada umumnya permukiman membentuk pola linier dan berada di sepanjang pesisir yang mendekati ruas
jalan, sebagian kecil berada di tengah pulau dan memiliki orientasi pada pusat-pusat permukiman di
bagian pesisir. Tingkat kerapatan bangunan sangat tinggi terlihat di pusat-pusat permukiman seperti di Ulu
dan Ondong. Keberadaan ruang terbuka di pusat permukiman ini sangat kurang. Ini d ikarenakan sebagian
besar rumah-rumah penduduk mendekati ruas jalan sehingga sempadan bangunan terbatas/sempit.
Seluruh permukiman perdesaan yang berada di pesisir pada umumnya merupakan produsen hasil laut,
namun tidak semua penduduk yang tinggal dan bermukim di pesisir bekerja sebagai nelayan. Banyak
penduduk meninggalkan tempat bermukim mereka dan pergi ke kota untuk bekerja baik d i se kto r fo rmal
maupun non formal. Hal yang sama ditunjukan pada permukiman perdesaan yang menempati wilayah non

pesisir. Produksi pertanian tanaman pangan yang dihasilkan tidak dijual karena produksi yang dihasilkan
masih terbatas untuk konsumsi lokal saja –untuk komoditas tertentu seperti pala, cengkih dan kopra
menjadi komoditi unggulan yang diperdagangkan keluar wilayah kabupaten–. Berbeda halnya dengan
produksi perkebunan, produksi yang dihasilkan dibawa untuk dijual keluar wilayah.

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Kenyataan menunjukkan bahwa urusan perumahan dan permukiman sering tumbuh sebagai sumber
permasalahan yang seakan tidak berujung (the endless problems) bagi sebagian besar pemerintah
Daerah, hal ini ditunjukkan antara lain oleh :
1) Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang tidak disertai dengan
kemampuan untuk membangun atau merealisasikan tepat pada waktunya.
113

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

2) Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman yang
umumnya belum dilandasi pada kerangka penataan wilayah yang lebih menyeluruh.
3) Belum terorganisasikannya perencanaan dan pemograman pembangunan perumahan dan
permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumberdaya pembangunan dan
kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

4) Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang nampaknya belum menjadi
prioritas bagi banyak pemerintah Daerah karena berbagai sebab dan keterbatasan.
5) Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang memerlukan rumah termasuk
hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan.
6) Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi, pemb iayaan
dan kelembagaan masih memerlukan pengaturan yang dapat mengakomodasi muatan dan
kapasitas lokal.
7) Tidak seimbangnya pembangunan Desa dan Kota yang telah menumbuhkan berbagai
kesenjangan sosio-ekonomi, akibatnya desa menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup
prospektip untuk dihuni sedang kota semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.Ke
8) kurangsiapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan fisik dan fungsional
kawasan perkotaan, sehingga kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berke mbangnya pusatpusat kegiatan ekonomi.

Secara garis besar permasalahan di bidang Pembangunan Permukiman adalah :


Masih luasnya kawasan kumuh,




Masih terbatasnya Prasarana Sarana Dasar pada Daerah Tertinggal, Pulau Kecil, Daerah
Terpencil, dan Kawasan Perbatasan



Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Tujuan pokok pembangunan permukiman perkotaan adalah meningkatkan ketersediaan rumah dan
permukiman yang terjangkau oleh masyarakat perkotaan berpend apatan rendah, meningkatkan sistem
permukiman yang teratur layak huni, yang dapat mendukung produktivitasnya dan kreativitas masyarakat.

Permasalahan utama ketersediaan hunian di permukiman perkotaan (Raharjo, 2010) adalah :
a) Tingginya kebutuhan tempat tinggal, tempat usaha dan tempat berproduksi beserta prasarana
dan sarana pendukungnya.
b) Bagi masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat miskin
c) Masih rendahnya kualitas pelayanan prasarana air limbah, persampahan, drainase dan
penanggulangan banjir, jaringan jalan, lalu lintas dan transportasi umum, pasar, sarana sosial
serta taman dan jalur hijau.
Tantangan pokok yang dihadapi dalam mengatasi permasalahan permukiman perkotaan (Raharjo, 2010)
adalah :

114

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

a) Menciptakan sistem ketersediaan hunian yang mantap bagi masyarakat berpendapatan rendah
dan masyarakat miskin.
b) Meningkatkan pembangunan dan pelayanan prasarana dan sarana permukiman.
c) Menciptakan iklim usaha yang sehat, kompetitif dan dinamis dalam pembangunan permukiman
perkotaan.
d) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kerjasama investasi pembangunan dan manajemen
pelayanan prasarana dan sarana permukiman.
e) Menerapkan standar keselamatan bangunan dan keamanan bangunan, menegakkan hukum
dalam penataaan bangunan dan lingkungan.
f)

Menyelamatkan dan memugar bangunan bersejarah dan perkampungan kumuh.

Dari data di lapangan terlihat, bahwa dari segi kuantitas sudah banyak pengembang yang telah
mengantongi ijin dan bahkan sudah melakukan pengesahan rencana tapak (site plan) meskipun masih
terdapat beberapa lokasi yang oleh karena beberapa sebab belum dapat direalisasikan pembangunannya,

sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah tanah terlantar. Hal ini masih dimungkinkan bertambah
dengan adanya permohonan baru dari pengembang lainnya yang akan membangun perumahan di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Oleh karena itu, di masa mendatang aspek kualitas harus menjadi perhatian dan pertimbangan dalam
pembangunan perumahan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Dalam upaya mengurangi
permasalahan seminimal mungkin dan meningkatkan kualitas permukiman maka dalam penataan
pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, telah
diterapkan beberapa kebijakan. Kebijakan tersebut diharapkan tidak terlalu membebani pengembang
selaku badan usaha yang mengembangkan investasinya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro namun justru sebaliknya dalam jangka panjang akan terwujud lingkungan perkim yang sehat, aman,
lestari dan berkelanjutan.

Beberapa kebijakan yang diterapkan terhadap pengembang perumahan di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro saat ini antara lain :
1. Ketentuan luasan kapling minimal yaitu 200 m2
2. Menyediakan Damija (Daerah Milik Jalan) di lingkungan perumahan minimal 8 m,
3. Menyediakan sumur resapan/kolam resapan (mini bozem) dalam rangka pengendalian banjir di
lingkungan perumahan dan sekitarnya.


Adapun alasan diterapkannya kebijakan tersebut di atas adalah :
1. Ketentuan minimal 200 m2 yaitu :
a. Memungkinkan terwujudnya perumahan tumbuh,
b. Terwujudnya rumah sehat (sirkulasi udara lebih baik, aspek pencahayaan dan sirkulasi udara
sempurna, jarak antara sumber air bersih terhadap septictank cukup),
115

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

c. Dari hasil pengamatan kapling dibawah 200 m2 cenderung kumuh,
d. Kenyataan bahwa kawasan hunian dengan kapling kecil tidak mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi lokal secara signifikan,
e. Data di lapangan menunjukkan bahwa stock rumah kapling kecil masih banyak yang belum laku,
f.

Dengan kapling diatas 200 m2 ada upaya Pemerintah Kabupaten untuk dapat mengangkat
standard kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik

g. Dengan berkembangnya hunian kapling kecil mengakibatkan beban yang harus ditanggung
Pemerintah Kabupaten menjadi lebih besar terutama dalam sektor penyediaan infrastruktur

seperti ; penyediaan air bersih, jaringan jalan, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana
pengelolaan limbah domistik, fasilitas sosial budaya dsb.
h. Merupakan tanggungjawab moral Pemerintah Kabupaten untuk menjadikan hunian yang layak
dan nyaman.
2. Lebar jalan minimal 8 m yaitu :
a. Untuk keleluasaan dan kelancaran sistem transportasi di dalam lingkungan perumahan,
b. Mendorong terwujudnya estetika lingkungan yang lebih baik,
c. Dapat meningkatkan status sosial ekonomi penghuni perumahan,
d. Menghilangkan kesan kumuh.

A. Alternatif pemecahan dan rekomendasi
Perkiraan kebutuhan fasilitas rumah didasarkan pada perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro sampai dengan tahun 2014. Sedang kebutuhan luas lahan untuk setiap rumah
dibedakan pada kelas rumah yaitu rumah mewah, sedang dan sederhana dengan rata-rata setiap persil
seluas 200m2, dan setiap kepala keluarga (KK) terdiri dari 5 jiwa. Hal ini juga didasarkan pada tingkat soial
ekonomi masyarakat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang dibedakan menurut kriteria
BKKBN yaitu : Pra-Sejahtera, Sejahtera-1, Sejahtera-2, Sejahtera-3 dan Sejahtera-3+.

Mengingat ketersediaan lahan yang masih luas dan harga lahan yang relatif murah di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, maka luasan kapling rumah untuk masing -masing kelas tersebut

dibedakan sebagai berikut :
a) Kapling besar (tipe I) : minimum > 600 m 2
b) Kapling sedang (tipe II) : minimum 600 m 2
c) Kapling kecil (tipe III) : minimum 200 m 2

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Sesuai dengan Panduan Pengembangan Permukiman untuk penyusunan RPIJM, usulan dan prioritas
program pembangunan sistem infrastruktur sesuai dengan prioritas program, meliputi kegiatan :


Pembangunan jalan lingkungan/setapak yang menghubungkan antar rumah – rumah (RSH) dan
kawasan perumahan
116

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019



Pembangunan saluran air hujan lingkungan (saluran yang menampung air hujan dari rumah –
rumah)




Pembangunan jaringan – jaringan air minum perpipaan (jaringan distribusi ke rumah –
rumah)pengembangan sistem pengolahan air limbah

Dari hasil analisis dan kajian untuk pengembangan permukiman di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro, maka prioritas untuk pengembangan permukiman sampai tahun 2014 adalah sebag ai
berikut:
a) Pengembangan pusat-pusat pemukiman;
Beberapa pertimbangan dalam perumusan rekomendasi pusat-pusat pertumbuhan wilayah adalah
sebagai berikut :


Prospek pengembangan ekonomi atau produksi pada satuan wilayah tertentu yang mempunyai
kesamaan ataupun saling berkaitan sehingga dapat memacu pertumbuhan selanjutnya. Sejalan
dengan perkembangan ekonomi tersebut, kemudian secara fisik membentuk kesatuan
pemanfaatan ruang yang memudahkan bagi perkembangan lebih lanjut




Kebijaksanaan dalam pengembangan dan penyebaran penduduk atau permukiman yang dapat
mengarahkan tekanan penduduk secara seimbang



Pola interaksi internal dan eksternal yang akan berlangsung sehingga membentuk pola penjalaran
perkembangan antar bagian wilayah



Sistem pusat-pusat atau nodal system yang telah menampakkan kecenderungan pola pelayanan
terhadap wilayah.



Jaringan transportasi, terutama adalah jaringan jalan yang akan me nghubungkan antar wilayah
pertumbuhan dengan wilayah-wilayah sekitarnya, maupun dalam masing-masing wilayah
pertumbuhan tersebut.


b) Penataan dan peremajaan kawasan;
c) Pengembangan kawasan permukiman baru; dan
Pengembangan KASIBA/LISIBA.

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan
kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan

117

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Selengkapnya usulan program pengembangan permukiman Kabupaten Sitaro tersaji pada Tabel :
Tabel 7.1 Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,KEGIATAN/OUTPUT/SUB
OUTPUT/NAMA PAKET
2
Pembinaan dan
Pengembangan
Kawasan Permukiman
Pembangunan dan
Pengembangan
Kawasan Permukiman
Perkotaan
Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Kumuh
Pembangunan dan
Pengembangan

KAB/KOTA

DESA/KEC

PEMANFAAT
SAT
(Jiwa/Ha)

VOL

TAHUN
SWASTA Masy DAK

4

5

6

-

-

-

-

-

18.100.000

0

0

0

0

0

-

-

-

-

-

-

4.150.000

0

0

0

0

0

-

-

-

-

-

-

4.150.000

0

0

0

0

0

-

1

Ha

0

1.150.000

0

0

0

0

0

2019

1

Ha

0

1.000.000

0

0

0

0

0

2019

1

Ha

0

1.000.000

0

0

0

0

0

2018

1

Ha

0

1.000.000

0

0

0

0

0

2018

-

-

13.950.000

0

0

0

0

0

-

BUHA /
TAGULANDANG
SELATAN
BAWOLEU /
TAGULANDANG
UTARA

-

-

TOPE / BIARO

TULUSAN /
TAGULANDANG
-

8

APBD
APBD
KAB /
PROV.
KOTA
9
10

3

SIAU
TAGULANDANG
BIARO
SIAU
TAGULANDANG
BIARO
SIAU
TAGULANDANG
BIARO
SIAU
TAGULANDANG
BIARO

7

Rp.
MURNI

11

12

13

14

118

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

Kawasan Permukiman
Perdesaan
Pembangunan dan
Pengembangan
Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Penataan Lingkungan
Pemukiman Kawasan
Balehumara Desa
Balehumara Kecamatan
Tagulandang Kabupaten
Siau Tagulandang Biaro
Pembangunan Lapangan
Olahraga Desa Buise
(Lokasi : Lindongan II
Kampung Buise)
Kecamatan Siau Timur
Kabupaten Siau
Tagulandang Biaro
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan

-

-

-

-

-

12.950.000

0

0

0

0

0

-

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

PELING / SIAU
BARAT

1

Ha

0

1.000.000

0

0

0

0

0

2019

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

BUISE / SIAU
TIMUR

1

Ha

0

2.000.000

0

0

0

0

0

2019

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

BALEHUMARA /
TAGULANDANG

312 Ha kws

0

1.250.000

0

0

0

0

0

2018

BUISE / SIAU
1.000000 kws
TIMUR

0

500.000

0

0

0

0

0

2019

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

BUHIAS / SIAU
TIMUR
SELATAN

1

Ha

0

500.000

0

0

0

0

0

2018

SIAU

PUMPENTE /

1

Ha

0

500.000

0

0

0

0

0

2018
119

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan
Kawasan Permukiman
Perdesaan Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan
Permukiman Perdesaan
Potensial
Program Peningkatan
Kualitas Kawasan
Permukiman
Pembangunan
Infratruktur Sosial
Ekonomi Wilayah
Pembangunan Infratruktur
Sosial Ekonomi Wilayah

TAGULANDANG
BIARO
SIAU
TAGULANDANG
BIARO

TAGULANDANG

PEHE / SIAU
BARAT

1

0

2.000.000

0

0

0

0

0

2019

-

-

2.000.000

0

0

0

0

0

-

-

-

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

HUMBIA /
TAGULANDANG
SELATAN

1

Ha

0

500.000

0

0

0

0

0

2018

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

LIA / SIAU
TIMUR

1

Ha

0

1.500.000

0

0

0

0

0

2019

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

LAMANGGO /
BIARO

1

Ha

0

500.000

0

0

0

0

0

2018

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

SAWANG /
SIAU TIMUR
SELATAN

1

Ha

0

2.700.000

0

0

0

0

0

2019

-

-

1.000.000

0

0

0

0

0

-

Ha

0

1.000.000

0

0

0

0

0

2019

SIAU
TAGULANDANG
BIARO

TARORANE /
SIAU TIMUR

-

Ha

-

1

120

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
ISU STRATEGIS PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah,
RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi,
b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian
terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan
berkelanjutan.
Bangunan gedung dan lingkungannya merupakan tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai
peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas dan jati diri manusia.
Karena itu penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya perlu diatur dan dibina demi
kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan
bangunan gedung yang andal, berjati diri serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung dan lingkungannya merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena
itu, pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai dengan
peraturan

perundang-undangan.

Untuk

menjamin

kepastian

dan

ketertiban hukum

dalam

penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis bangunan gedung.

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari
upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik
diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak
huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah :
1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni,
berjati diri, serasi dan selaras
2) Memberdayakan masyarakat agar rnandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan
berkelanjuta

Permasalahan penataan bangunan
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara
lain:
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung


Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung
termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.



Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat
perhatian.
121

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019



Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya kualitas pelayanan
publik dan perijinan.



Proses pemberiaan Perijinan IMB yang tidak sesuai dengan Perda RDRTK.



Banyak bangunan tanpa IMB.



Banyak bangunan yang dibangunan melanggar Garis Sempadan Bangunan.

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Gedung.


Banyaknya Bangunan Gedung Pemerintah yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan.



Masih banyaknya aset Pemerintah Daerah yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan
gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat. Namun dalam pelaksanaannya d i
lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindak lanjutinya sebagaimana mestinya,
sebagaimana terlihat dari ;
1. Pemerintah Kabupaten sampai saat ini masih belum memiliki Peraturan Daerah Tentang Bangunan
Gedung yang mengacu dan sesuai dengan Undang-Undang Bangunan Gedung.
2. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro belum memiliki atau melembagakan
institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan
bangunan dan lingkungan;
3. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih belum
menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung yang ada terutama
bangunan yang baru hasil pembangunan sejak 2003-2006;
4. Pemerintah Kabupaten belum memiliki dan menyusun manajemen pencegahan kebakaran serta
belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya
kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;
5. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang
cacat;
6. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum didasarkan pada Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan;
7. Belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk
mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkung an permukiman yang
berkelanjutan.

122

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

Landasan hukum
Landasan hukum dalam penanganan penataan bangunan dan gedung, antara lain.
1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman
2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
5) Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
7) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat.
8) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
9) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap
Bangun yang berdiri sendiri .
10) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
11) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
12) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas , Fungsi, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.
13) Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden RI Nomor
9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia.
14) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08 Tahun 1996 tentang Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Permukikan di daerah.
15) Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/ Permen/ M/ 2005 Tahun 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 30
Tahun 1990 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Perumahan Kepada Pemerintah Daerah

Analisis permasalahan dan rekomendasi

Analisis kebutuhan penataan bangunan dan lingkungan
A. Aspek planologis dan arsitektur kota
1. Ketentuan Planologis
Ketentuan ini mengatur agar setiap perencanaan fisik kota yang dimohonkan :
a. Sesuai dengan jenis peruntukan dan penggunaan yang ditentukan
b. Memenuhi/atau tidak melampaui Batasan Intensitas Bangunan yang ditentukan
c. Jaringan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki (pedestrian) tersedia dengan baik sesuai yang
ditentukan.

123

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

d. Memenuhi penyediaan fasilitas pendukung dan atau fasilitas umum sesuai ketentuan termasuk juga
sarana untuk transportasi umum, shelter, jembatan penyeberangan dan sebagainya bila diperlukan.
e. Memenuhi ketentuan-ketentuan tentang kehandalan bangunan gedung (UUBG No. 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung) dalam persil maupun lingkungan di sekitarnya.
f.

Memperhatikan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang ditetapkan pada kawasan tersebut.

2. Pertimbangan Arsitektur Kota dan Lingkungan
Pertimbangan ini bertujuan untuk memberikan arah agar hasil perencanaan fisik dapat optimal pada
pembentukan ruang-ruang kota, yang antara lain mencakup tentang: jenis pemakai, jenis peruntukan,
fungsi bangunan gedung, daerah perencanaan dan intensitas.

B. Arahan Ketingglan Bangunan dan Intensitas Ruang
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang diukur dari rata-rata
permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring, atau sampai puncak dinding atau parapet;
dipilih yang tertinggi (Departemen Pekerjaan Umum, 1987). Arahan ketingg ian bangunan di kawasan
perkotaan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ditentukan berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Memperhatikan ketinggian ambang landasan untuk setiap jenis area KKOP Bandara yang telah
ditetapkan.
2. Batasan ketinggian bangunan menggunakan satuan meter yang diukur dari jalan utama yang
berhimpitan dengan kavling sebagai titik awal pengukuran (level 0). Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan interpretasi terhadap istilah lantai atau tingkat yang digunakan dalam
pengajuan perijinan.
3. Apabila pada suatu lokasi terdapat lebih dari satu nilai ketetapan batasan ketinggian bangunan, maka
nilai ketetapan batasan ketinggian bangunan paling besar yang menjadi arahan untuk ketinggian
bangunan yang baru dan berlaku pada keseluruhan lingkup lokasi tersebut.
4. Apabila terdapat pelampauan ketinggian bangunan, maka pengenaan denda/sanksi pelampauan
ketinggiannya diperhitungkan secara proporsional terhadap luas lantai yang melanggar tersebut.

Arahan intensitas ruang di Kawasan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro meliputi: penetapan
besaran Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, dan Koefisien Dasar Hijau untuk setiap
kegiatan pemanfaatan ruang yang dikembangkan.
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDBJ adalah angka persentase berdasarkan perbandingan antara
seluruh luas lantai dasar bangunan dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai dengan rencana yang ditetapkan. KDB diperlukan untuk membatasi luas lahan yang
tertutup perkerasan, sebagai upaya melestarikan ekosistem.
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai
seluruh bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai
124

RPIJM Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015-2019

dengan rencana yang ditetapkan. KLB ditetapkan sesuai dengan rencana intensitas penggunaan
lahan yang sekaligus dapat membatasi ketinggian bangunan. Dalam prakteknya, ada perbedaan
yang mendasar mengenai konsep penetapan KLB pada pembangunan sistem kavling dengan
pembangunan pada superblok. KLB rata-rata diberlakukan untuk keseluruhan lahan kawasan
perencanaan dan bukan untuk masing-masing sub-blok seperti pada pembangunan biasa (sistem
kavling).
3. Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah angka persentase berdasarkan perbandingan jumlah lahan
terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas tanah/daerah perencanaan
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang. Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan
Ruang, KDB dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. KDB sangat tinggi,yaitu KDB >75%;
b. KDB tinggi, yaitu KDB antara 50%-75%;
c. KDB sedang, yaitu KDB antara 20%-50%;
d. KDB rendah, yaitu KDB antara 5%-20%; dan
e. KDB sangat rendah,yaitu KDB