KONDISI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR

Analisis Kebijakan Spasial – RE142242

1

KONDISI DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN SEKTOR
PERSAMPAHAN KOTA SURABAYA
Andi Rachman Putra - 03211650020003
Program Magister, Bidang Keahlian Teknik Sanitasi Lingkungan, Departemen Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg
I. PENDAHULUAN

II. KONDISI SEKTOR PERSAMPAHAN

pengelolaan sampah dengan cara dibakar yaitu sebesar 3,20%.
Sistem pengangkutan sampah di Kota Surabaya telah
dilakukan dalam frekuensi yang teratur setiap hari. Sebesar
26,60% responden menyatakan bahwa sampah diangkut tiap
hari oleh petugas sampah. Namun sebesar 61,90% responden

mengatakan bahwa terkadang pengangkutan hanya dilakukan
beberapa kali dalam satu minggu. Data ini menunjukkan bahwa
proses pengangkutan sampah di Kota Surabaya sudah relatif
cukup baik dan terkoordinasi dan tidak menimbulkan
permasalahan.
Sebanyak 83,20% responden menyatakan tidak melakukan
pemilahan sampah, sedangkan sisanya sebesar 16,80%
melakukan pemilahan. Pemilahan sampah merupakan usaha
yang harus digalakkan dan dilakukan secara konsisten dimulai
dari tingkat rumah tangga sampai sistem pengangkutan ke TPA.

A. Studi EHRA 2015
Bagi beberapa kota di Indonesia, penanganan pengelolaan
sampah menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan.
Beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak
bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk itu
pengelolaan sampah melalui pemilahan dan pemanfaatan
sampah atau penggunaan ulang sampah sangat disarankan
untuk dilaksanakan, misalnya pembuatan pupuk kompos dari
sampah organik dianggap penting. Dengan latar belakang

semacam ini, maka melalui Studi EHRA ini kemudian
dimasukkan pertanyaan yang memuat kegiatan pemilahan
sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan
yang tertuju pada kegiatan pengomposan.
Dalam Studi EHRA Kota Surabaya Tahun 2015 terkait
pengelolaan sampah rumah tangga telah dilakukan wawancara
dan observasi dengan responden untuk mendapatkan informasi
tentang beberapa hal sebagai berikut, yakni :
1. Cara pembuangan sampah yang utama,
2. Frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan,
3. Praktik pemilahan sampah,
4. Penggunaan wadah sampah.
Berdasarkan hasil Studi EHRA, responden yang melakukan
pengelolaan sampah rumah tangganya dengan dikumpulkan
dan dibuang ke TPS sebesar 85,37%. Sedangkan yang
melakukan pengelolaan dengan cara dikumpulkan oleh
kolektor informal yang mendaur ulang hanya 5,80%. Hasil ini
cukup baik terkait dengan pengelolaan sampah di Kota
Surabaya. Namun masih ada rumah tangga yang melakukan


B. Sistem Persampahan Kota Surabaya
Pengelolaan sampah Kota Surabaya dilakukan dengan cara
kolektif oleh petugas kebersihan melalui pengumpulan sampah
yang dilakukan pada kawasan permukiman, pasar, pertokoan /
perdagangan & jasa, industri, fasilitas kesehatan, dan sampah
jalanan & ruang terbuka serta lokasi aktivitas lainnya.
Pengelolaan sampah secara umum yang telah dilakukan oleh
pemerintah Kota Surabaya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem Pengumpulan Sampah Domestik
2. Sistem Pemindahan dan Pengangkutan dari TPS menuju
TPA
3. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Pasar
4. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Pertokoan/
Perdagangan/ Jasa
5. Sistem Pengumpulan Sampah Kawasan Industri
6. Sistem Pengumpulan Sampah Fasilitas Kesehatan
Berdasarkan data dari DKP dan Analisa Pokja Sanitasi Kota
Surabaya 2016, timbulan sampah tertinggi ada di Kecamatan
Sawahan yaitu sebesar 420,99 m3/hari sedangkan timbulan
sampah terkecil ada di Kecamatan Bulak sebesar 56,66 m3/hari.

Jumlah sampah yang terangkut ke TPA Benowo adalah 54%
atau 5.238 m3/hari.
Cakupan layanan persampahan rata-rata 54% untuk seluruh
kota Surabaya yang merata di hampir seluruh wilayah Kota
Surabaya. Sistem yang ada dalam layanan persampahan di Kota
Surabaya terdiri dari Sistem Pengelolaan berbasis masyarakat,
Sistem Layanan langsung dan penyapuan jalan, Sistem
Layanan tidak langsung (RT-TPS-TPA) dan Sistem 3R.

A

rtikel ini berisikan tentang kondisi sektor persampahan
pada Kota Surabaya, serta strategi untuk mengembangkan
kondisi persampahan tersebut yang terdapat pada dokumen
Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Surabaya tahun
2016. Secara umum pengelolaan persampahan di Kota
Surabaya sudah berjalan dengan baik, hal ini dibuktikan dengan
teraihnya penghargaan Adipura, sebagai bukti atas terjaganya
kebersihan lingkungan. Namun demikian seiring dengan
perkembangan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya

pembangunan di Kota Surabaya, maka pengelolaan sampah
perlu ditingkatkan pelayanannya.

Analisis Kebijakan Spasial – RE142242

2

Gambar 1. Peta Area Berisiko Persampahan Kota Surabaya

(Sumber: Dokumen Pemutakhiran SSK Kota Surabaya tahun 2016)

C. Kelembagaan dan Peraturan
Penyelenggaraan pengelolaan sampah merupakan kewajiban
Pemerintah sebagai fungsi pelayanan umum. Pengelola sampah
di Kota Surabaya berbentuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan
yang diatur berdasarkan Perda No.20 Tahun 2014 yang
bertanggung jawab langsung ke Walikota melalui Sekda.
Dalam
satu
sistem

pengelolaan
sampah,
aspek
kelembagaan/organisasi sangat penting agar sistem bisa
berjalan dengan baik. Struktur organisasi harus dapat
memperlihatkan secara jelas alur koordinasi baik secara vertikal
maupun horizontal, kewenangan dalam penggunaan anggaran,
dan tata laksana kerja harus memuat jelas fungsi dan tugas
masing-masing personil. Organisasi dan manajemen
pengelolaan sampah merupakan faktor untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna dari sistem pengelolaan sampah.
D. Area Dengan Risiko Persampahan
Dari peta yang dapat dilihat pada gambar 1, dapat diketahui
area berisiko persampahan untuk risiko sangat tinggi ada di
wilayah Kota Surabaya bagian timur yang terdiri dari 2
kelurahan, sedangkan risiko tinggi ada di wilayah Kota
Surabaya bagian timur dan sebagian barat yang terdiri dari 10
kelurahan tersebar di 6 kecamatan, hal ini di sebabkan di
wilayah tersebut kepadatan penduduknya cukup tinggi.


III. KEBIJAKAN SEKTOR PERSAMPAHAN
Berdasarkan analisa Pokja Sanitasi Kota Surabaya 2016,
tujuan dari sektor persampahan Kota Surabaya adalah
mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan bersih di
Kota Surabaya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk
seluruh Kota di atas Standar Pelayanan Minimum /SPM.
Dengan tujuan tersebut, sasaran dari sektor persampahan Kota
Surabaya adalah:
1. Tersedianya dokumen perencanaan sistem Persampahan
(Rencana Induk Persampahan) yang terintegrasi di
tahun 2018
2. Meningkatnya efektivitas cakupan layanan pengelolaan
persampahan dari 54 % menjadi 100% (15,25%
pengangkutan dan 84,75% pengurangan sampah) pada
akhir tahun 2021
Berdasarkan tujuan dan sasaran dari sektor persampahan
yang telah ditetapkan, analisis SWOT dilakukan untuk
mengetahui kondisi penanganan persampahan di Kota
Surabaya dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dari

sektor persampahan. Berdasarkan analisis SWOT yang telah
dilakukan, penanganan persampahan di Kota Surabaya
dikategorikan sebagai pertumbuhan cepat. Dengan ini, strategi
pengelolaan persampahan sampai dengan tahun 2021 adalah
sebagai berikut:

Analisis Kebijakan Spasial – RE142242

3

Gambar 2. Peta Rencana Tahapan Pengembangan Zona dan Sistem Persampahan Kota Surabaya

(Sumber: Dokumen Pemutakhiran SSK Kota Surabaya tahun 2016)

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan
persampahan.
2. Melakukan review dokumen perencanaan persampahan.
3. Menambah armada pengumpul dan angkut sampah yang
terpilah, dan menambah jumlah TPS dan TPS3R.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

persampahan.
IV. PENGEMBANGAN SEKTOR PERSAMPAHAN
Cakupan pelayanan pengelolaan sampah di Kota Surabaya
meliputi seluruh kelurahan. Perkiraan volume timbulan sampah
domestik daerah pelayanan sebesar 8.827,71 m3/hari. Cakupan
penduduk yang dilayani dari penduduk daerah pelayanan
sebesar ± 54%.
Sampai saat ini Kota Surabaya menggunakan TPA Benowo
sebagai tempat pemrosesan akhir sampah yang dibangun tahun
2001. Lahan seluas 37,4 Ha dengan sistem pembuangan
Sanitary Landfill dan gasifikasi, luas sel Landfill 13,08 Ha di
mana daya tampung TPA 4.660 m³/hari. Pemerintah Kota
Surabaya sudah melakukan pemisahan antara peran regulator
dan peran operator. Peran regulator dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan ( DKP ) sedangkan peran operator
dikelola oleh PT. Sumber Organik.
Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan
Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan

persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria

utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat
ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD,
permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan
penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan
pelayanan persampahan Kota Surabaya terdapat 4 (empat) zona
diilustrasikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada
gambar 2. Penjelasan dari 4 zona pengembangan adalah sebagai
berikut:
• Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan
sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke
Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat
Pengolahan Akhir (TPA) dalam jangka panjang.
Terdapat 3 kelurahan. Dalam peta diberi warna biru.
• Zona 2, merupakan area yang dalam jangka waktu
menengah (medium term action) harus terlayani 100%
dengan sistem layanan tidak langsung dari sumber ke
TPS kemudian ke TPA. Dalam Zona ini terdapat 8
kelurahan. Dalam peta diberi warna hijau.
• Zona 3, merupakan area padat namun bukan kawasan
bisnis (Central Business District/CBD) karena itu harus

terlayani penuh 100% (full coverage) yang harus diatasi
dengan pilihan sistem tidak langsung ke TPA dalam
jangka waktu pendek. Zona ini mencakup 71 Kelurahan.
Dalam peta diberi warna kuning.

Analisis Kebijakan Spasial – RE142242

• Zona 4, merupakan area padat dan kawasan bisnis
(CBD) karena itu harus terlayani penuh 100% dengan
dilengkapi pelayanan penyapuan jalan (full coverage &
street sweeping), yang harus diatasi dengan pilihan
sistem langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek.
Zona ini mencakup 72 Kelurahan. Dalam peta diberi
warna merah.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis SWOT, sektor persampahan Kota
Surabaya dikategorikan sebagai pertumbuhan cepat. Tujuan
dan strategi jangka pendek sampai dengan tahun 2021 sudah
dimiliki. Zonasi juga sudah dilakukan yang membagi Kota
Surabaya menjadi 4 zona berdasarkan kebutuhan jenis
pelayanan dan urgensinya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
sektor persampahan dari Kota Surabaya sudah cukup baik.

4