BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1511216584BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

Pada bab ini akan mengulas tentang rencana pembangunan infrastruktur cipta karya yang
terpadu di Kabupaten Tabalong Provisi Kalimantan Selatan.
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
7.1.1. Arahan Kebijakan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Arahan kebijakan sector pengembangan permukiman merupakan amanat yang telah
ditetapkan dalam kebijakan nasional untuk penyediaan dan pemenuhan permukiman penduduk
yang layak dan sehat, sebagaimana yang tertuang didalam peraturan perundangan yang telah
ditetapkan, yaitu :
1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional
Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan
permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah Terwujudnya pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana

pendukungnya

bagi

seluruh

masyarakat

yang

didukung

oleh

sistem

pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
b) Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi

masyarakat.
Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan nasional
Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah :
a) Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta
memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan.
Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.
b) Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan
terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana
pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang
yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.
Laporan Akhir_VII-1

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
c) Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat
tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di
sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis,

tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan
pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi. Upaya
itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta
mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama
antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung
peluang berusaha dan investasi di daerah.
d) Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah
tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang

secara

lebih

cepat

dan

dapat mengurangi ketertinggalan


pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu
dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui
skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan
keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan
ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem
wilayah pengembangan ekonomi’.
e) Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan
pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi
outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan
yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga
diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi
pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari
perhatian.
f)

Pembangunan

kota-kota


metropolitan,

besar,

menengah,

dan

kecil

diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan
perkotaan

nasional.

Upaya

itu

diperlukan


untuk

mencegah

terjadinya

pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation),
seperti yang terjadi di wilayah pantura Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan
arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan,
dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk peluang usaha, di kotakota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, perlu
dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal.
g) Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem
wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam
Laporan Akhir_VII-2

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan

melalui :
1) Penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti
dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran
dan fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota
tersebut tidak hanya berfungsi sebagai kota tempat tinggal (dormitory town)
saja, tetapi juga menjadi kota mandiri;
2) Pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti
industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta
peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan
3) Revitalisasi kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan
melalui pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan
fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik,
terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi
antarmoda.
h) Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan
ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah
perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah
perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan
keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas

ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) dipedesaan yang terkait dengan pasar
di perkotaan.
i)

Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat
pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan;
peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam
pengelolaan

dan

pemanfaatan

sumber

daya;

pengembangan

jaringan


infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota
kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi
yang saling komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses
informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi;
pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya
sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya
alam saja; intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk
pertanian, terutama terhadap harga dan upah.
j)

Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan
Laporan Akhir_VII-3

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah
disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu

ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang
penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan
dan

penegakan

hukum

dalam

perencanaan,

pemanfaatan,

maupun

pengendalian pemanfaatan ruang.
k) Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah;
menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari

timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama
antardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat
sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama,
maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalam
pembangunan lainnya.
l)

Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian
pangan nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri
yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam
jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh
sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.

m) Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana
yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para
anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan
ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu,
pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong
adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.
n) Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial
juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang

beruntung, termasuk masyarakat miskin

dan

masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
o) Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan
pada :
Laporan Akhir_VII-4

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai,
layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh
prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang
dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien;



Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan
yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan
kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan



Pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup.

p) Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada :


Peningkatan

kualitas

pengelolaan

aset

(asset

management)

dalam

penyediaan air minum dan sanitasi;


Pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat;



Penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional;



Penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum
dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

q) Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan
prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi,
pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman tentang
pentingnya mewujudkan hak-hak dasar rakyat. Kebijakan penanggulangan
kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi
daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
miskin.
Berdasarkan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh
pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk :
Laporan Akhir_VII-5

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
a) Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman;
b) Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk
yang

proporsional

permukiman

melalui

sesuai dengan

pertumbuhan
tata

ruang

lingkungan
untuk

hunian

mewujudkan

dan

kawasan

keseimbangan

kepentingan, terutama bagi MBR;
c) Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan
perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di
kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
d) Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman;
e) Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan
f)

Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
(butir f).
3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa
pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan
tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam
pemanfaatannya;
b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan
pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang
c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan
masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas.
4)

Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan

yang

diimplementasikan

dengan

penanggulangan

kawasan

kumuh.Arah

kebijakan

penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka

Laporan Akhir_VII-6

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan :
a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
b. meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;
c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil;
d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
5)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum dan tata
ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai adalah :
1. Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan
sebesar 100 % pada tahun 2014
2. Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10 % pada
tahun 2014.
7.1.2. Kondisi Eksisting
Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Tabalong
1. Strategi Pendekatan Penanganan
Meliputi beberapa lokasi pendekatan penanganan, yaitu sebagai berikut :
a). Lokasi 5, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 5

VITALITAS NON EKONOMI

RENDAH

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN JL. MELATI DAN JL. PELITA I
(DI DESA MABUUN) : L5

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 5, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
GUIDED LAND DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
MODEL LAND SHARING
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG
RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG-RENDAH
RENDAH
SEDANG-RENDAH
RENDAH
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG

Laporan Akhir_VII-7

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 5, sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana dan sarana. Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan
pada Lokasi 5, yaitu :


Disediakannya drainase lingkungan



Penanganan air limbah



Peningkatan pelayanan kebersihan dan persampahan



Perbaikan dan peningkatan kondisi jalan



Peningkatan penyediaan air bersih

Konsep pendekatan Panduan Pengembangan Lahan (GLD), dengan tetap memberi
tekanan dan arahan untuk melindungi hak penduduk asal untuk tetap tinggal
berdasarkan beberapa ketentuan dengan panduan pengembangan lahan yang akan
disusun.
b). Lokasi 9, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 9

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN DI SIMPANG 4 OBOR
DESA MABUUN ARAH UTARA : L9

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 9, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
PEMBANGUNAN RUSUN
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
REVIEW RUTR
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
TINGGI-SEDANG
TINGGI-SEDANG
RENDAH
TINGGI-SEDANG
TINGGI
TINGGI-SEDANG
TINGGI-SEDANG
RENDAH
RENDAH

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 9 sebenarnya lebih memerlukan
pendekatan terhadap pendekatan kualitas bangunan menjadi lebih layak huni,
karakteristik Lokasi 9 merupakan lokasi yang memiliki nilai ekonomis tinggi,
kecenderungannya

menjadi

lebih

kumuh

apabila

tidak

segera

ditata

cukup

memungkinkan. Tinggi nilai vitalitas ekonomi pada lokasi tersebut, pada suatu ketika
memungkinkan untuk dilakukan review RUTR terhadap peruntukan permukiman menjadi
kawasan perdagangan dan jasa, atau bahkan dapat mulai ditelaah terhadap
Laporan Akhir_VII-8

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
kemungkinan pengembangan Rumah Susun pada Lahan tersebut. Yang perlu dibenahi
terkait penanganan kawasan pada Lokasi 9 yaitu :


Penertiban bangunan rumah tinggal pada lokasi (terkait aspek legalitasnya), untuk
mengurangi kecenderungan pertumbuhan bangunan liar.



Program perbaikan bangunan rumah tinggal, melalui berbagai sumber pembiayaan
baik bertumpu pada kelompok masyarakat, koperasi maupun melalui dukungan
pemerintah kabupaten dan pusat, apabila hasil dari penertiban bangunan memang
merupakan tanah milik sendiri bersertifikat, namun dengan tingkat kemampuan
pembiayaan rumah yang masih rendah.



Dimungkinkan dilakukannya Resettlement / pemindahan penduduk, dengan risiko
memakan waktu dan biaya sosial yang besar. Apabila merupakan bangunan liar atau
tanpa ijin pada tanah illegal.



Melakukan review terhadap penataan kawasan simpang empat obor sebagai
kawasan strategis.

c). Lokasi 10, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 10

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG

PERKAMPUNGAN SEPANJANG JL. PM NOOR
DEKAT JEMBATAN OBOR : L10

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 10, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
MODEL LAND CONSOLIDATION
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG
TINGGI
TINGGI-SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
TINGGI-SEDANG

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 10 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan perbaikan kualitas bangunan rumah tinggal. Namun
kondisi penanganan tersebut dilakukan melalui pemberdayaan masyarakatnya, yaitu
program perbaikan kampung sendiri. Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan
pada Lokasi 10 yaitu :
Laporan Akhir_VII-9

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Kondisi Bangunan dan Lingkungan



Diperbaikinya kondisi jalan lingkungan, saluran drainase, tingkat pelayanan
persampahan dan air limbah,

d). Lokasi 12, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 12

VITALITAS NON EKONOMI

SEDANG

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN TERUSAN STADION. DESA
PEMBATAAN. : L12

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 12, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
GUIDED LAND DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG
RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG-RENDAH

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 12 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan

prasarana

dan

sarana.

Strategi

pendekatannya

melalui

Panduan

Pengembangan Lahan (GLD), yang memberikan penekanan pada penduduk asli untuk
tetap tinggal di lokasi tersebut. Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada
Lokasi 12 yaitu :


Perbaikan jalan lingkungan



Penyediaan drainase dan sistem pelayanan air limbah



Peningkatan pelayanan persampahan



Perlunya sistem pengendalian terhadap tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan

e). Lokasi 13, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 13

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERMUKIMAN BELAKANG JALAN PM. NOOR. DESA PEMBATAAN. L13

Laporan Akhir_VII-10

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 13, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 13 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kondisi bangunan dan lingkungan, melalui
program perbaikan kampung sendiri (pembangunan berbasis masyarakat). Yang perlu
dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 13 yaitu :
 Perbaikan jalan lingkungan
 Penyediaan drainase dan sistem pelayanan air limbah
 Peningkatan pelayanan persampahan
 Perlunya sistem pengendalian terhadap tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan
 Perlunya sistem penanganan terhadap keamanan bangunan dan lingkungan dari
bahaya kebakaran.
f). Lokasi 15, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 15

VITALITAS NON EKONOMI

SEDANG

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN
SISI SELATAN
JL. PM. NOOR.
DESA SULINGAN.: L15

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 15, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :

Laporan Akhir_VII-11

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
GUIDED LAND DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG
RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG-RENDAH

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 15 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan peningkatan kualitas dan layanan prasarana sarana dan melakukan
pengendalian terhadap kepadatan dan kerapatan bangunan (fungsi pengawasan dan
pengendalian). Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 15 yaitu :


Perbaikan jalan lingkungan



Penyediaan drainase dan sistem pelayanan air limbah



Peningkatan pelayanan persampahan



Perlunya sistem pengendalian terhadap tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan
(KDB dan KLB secara lebih intensif, dengan mekanisme isentif dan disinsentif).



Perlunya sistem penanganan terhadap keamanan bangunan dan lingkungan dari
bahaya kebakaran.

g). Lokasi 18, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 18

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

TINGGI

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN BLKG JL. PM. NOOR.
BANTARAN SUNGAI DI DESA SULINGAN. L 18

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 18, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
RESETTLEMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI

Laporan Akhir_VII-12

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 18, merupakan penanganan kumuh
diatas tanah illegal, dari 3 konsep kumuh diatas tanah illegal, yang mendekati kondisi
penilaian sebenarnya adalah resettlement atau pemindahan penduduk. Yang perlu
dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 18 yaitu :


Penertiban bangunan rumah tinggal pada lokasi (terkait aspek legalitasnya), untuk
mengurangi kecenderungan pertumbuhan bangunan liar.



Dimungkinkan dilakukannya Resettlement / pemindahan penduduk, dengan risiko
memakan waktu dan biaya sosial yang besar. Apabila merupakan bangunan liar atau
tanpa ijin pada tanah illegal.



Melakukan review terhadap penataan kawasan bantaran sungai, yang cenderung tinggi
penggunaannya terhadap peruntukan permukiman.

h). Lokasi 19, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 19

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN BLKG JL. PM. NOOR.
SISI UTARA DI DESA SULINGAN. L 19

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 19, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
Laporan Akhir_VII-13

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
GUIDED LAND DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
PERBAIKAN KAMPUNG/ KIP
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG
SEDANG
RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG-RENDAH
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG
RENDAH
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 19 sebenarnya lebih memerlukan
pengaturan terhadap kondisi bangunan dan peningkatan kualitas sarana prasarana, yang
perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 19:


Perlunya sistem pengendalian terhadap tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan
(KDB dan KLB secara lebih intensif, dengan mekanisme isentif dan disinsentif).



Peningkatan kualitas jalan lingkungan, penyediaan drainase, peningkatan pelayanan
persampahan dan air limbah.

i). Lokasi 22, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 22

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

SEDANG

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

TINGGI

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

PERKAMPUNGAN TEPIAN SUNGAI. DESA BELIMBING. L.22

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 22, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
Laporan Akhir_VII-14

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
RESETTLEMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 22, merupakan penanganan kumuh
diatas tanah illegal, dari 3 konsep kumuh diatas tanah illegal, yang mendekati kondisi
penilaian sebenarnya adalah resettlement atau pemindahan penduduk. Yang perlu
dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 22 yaitu :
a. Penertiban bangunan rumah tinggal pada lokasi (terkait aspek legalitasnya), untuk
mengurangi kecenderungan pertumbuhan bangunan liar.
b. Dimungkinkan dilakukannya Resettlement / pemindahan penduduk, dengan risiko
memakan waktu dan biaya sosial yang besar. Apabila merupakan bangunan liar atau
tanpa ijin pada tanah illegal.
c. Melakukan review terhadap penataan kawasan bantaran sungai, yang cenderung tinggi
penggunaannya terhadap peruntukan permukiman.
j). Lokasi 25, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 25

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

KAMPUNG TEPI JL. PM. NOOR RT.01-04.DS PEMBATAAN. L.25

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 25, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
MODEL LAND CONSOLIDATION
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
TINGGI-SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
TINGGI-SEDANG

Laporan Akhir_VII-15

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 25 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana sarana dan perbaikan kondisi
bangunan, Kondisi kekumuhan pada lokasi ini cenderung tinggi karena tingginya nilai
vitalitas ekonomi kawasan yang ada. Kawasan dengan karakteristik seperti diatas,
berdasarkan penilaian cenderung mendekati untuk dikembangkan Konsolidasi Tanah.
Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 25 yaitu :
 Penyediaan dan peningkatan jalan lingkungan
 Penyediaan drainase
 Peningkatan pelayanan persampahan dan air limbah (sanitasi).
k). Lokasi 34, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 34

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

TINGGI

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

KAMPUNG TEPIAN SUNGAI. DI KELURAHAN BELIMBING. L.34.

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 34, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
RESETTLEMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI
TINGGI

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 34, merupakan penanganan kumuh
diatas tanah illegal, dari 3 konsep kumuh diatas tanah illegal, yang mendekati kondisi
penilaian sebenarnya adalah resettlement atau pemindahan penduduk. Yang perlu
dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 34 yaitu :


Penertiban bangunan rumah tinggal pada lokasi (terkait aspek legalitasnya), untuk
mengurangi kecenderungan pertumbuhan bangunan liar.

Laporan Akhir_VII-16

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Dimungkinkan dilakukannya Resettlement / pemindahan penduduk, dengan risiko
memakan waktu dan biaya sosial yang besar. Apabila merupakan bangunan liar atau
tanpa ijin pada tanah illegal.



Melakukan review terhadap penataan kawasan bantaran sungai, yang cenderung
tinggi penggunaannya terhadap peruntukan permukiman. Konsep penataan bantaran
sungai dapat diadopsi dari berbagai contoh penanganan kawasan tepian sungai,
pengembangan kualitas fisik bantaran untuk melindungi dan meningkatkan faktor
keamanan dan kenyamanan penduduk yang tinggal diatas nya, sedangkan faktor
sosial dikembangkan guna mengubah kebiasaan hidup penduduk tepian sungai yang
dinilai kurang bersahabat dengan lingkungannya, untuk faktor ekonomi tetap
dipertahankan dan ditingkatkan pembinaannya karena terkait mata pencaharian
mereka dan peningkatan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup dan tinggal
di kota Tanjung dan Kelua.

l). Lokasi 35, dengan kondisi penilaian :
LOKASI 35

KRITERIA
VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG

PERKAMPUNGAN SEKITAR PASAR DESA KAPAR. L.35.

PERKAMPUNGAN SEKITAR PASAR DESA KAPAR. L.35.

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 35, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :

Laporan Akhir_VII-17

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
PERBAIKAN KAMPUNG/ KIP
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG
RENDAH
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 35 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kualitas kondisi bangunan. Strategi yang
menjadi rekomendasi dalam hal ini adalah perbaikan kampung melalui pembangunan
berbasis masyarakat. Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 35
yaitu :
1. Penyediaan dan peningkatan jalan lingkungan
2. Penyediaan drainase
3. Peningkatan pelayanan persampahan dan air limbah (sanitasi).
4. Pengendalian terhadap tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan melalui fungsi
pengawasan / kontrol.
5. Peningkatan kualitas lingkungan dan pengamanan lingkungan permukiman dari bahaya
kebakaran dan menurunkan resiko kesehatan lingkungan yang cenderung relatif
meningkat karena kurang terjaganya kebersihan akibat kedekatan dengan kegiatan
perdagangan pasar basah.
6. Penilaian resiko kesehatan lingkungan terhadap kawasan di Lokasi 35, dapat
mengeluarkan beberapa rekomendasi penanganan terkait permasalahan spesisifik
yang harus diperhatikan lebih lanjut
7. Hasil rekomendasi terhadap penilaian resiko kesehatan lingkungan dapat dipadukan
dan diintegrasikan dengan pembangunan fisik prasarana-sarana sanitasi dan
kesehatan lingkungan. Pilihan terhadap sistem teknologi yang akan digunakan untuk
penanganan kawasan terlebih dahulu disampaikan kepada masyarakat di lokasi 35
untuk didiskusikan dan disosialiasikan, sehingga nantinya penanganan kawasan dapat
lebih adaptif dan terus dipelihara serta ditingkatkan bersama-sama masyarakat baik
prasarana maupun hasilnya..
8. Perlunya diketahui Prioritas Penanganan terhadap jenis resiko lokasi, karena sumber
pembiayaan yang ada keluarnya bertahap dan terjadi dalam kurun waktu jangka
menengah (5 tahunan).

Laporan Akhir_VII-18

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
m). Lokasi 49, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 49

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 49, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :

COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG

PROPERTY DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI-SEDANG
TINGGI
TINGGI
TINGGI-SEDANG
TINGGI

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 49 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kualitas kondisi bangunan. Lokasi 49
merupakan kawasan permukiman disekitar terminal kelua, yang tentunya mempunyai nilai
vitalitas ekonomi yang tinggi. Strategi pendekatan yang dapat direkomendasikan terhadap
pembenahan lingkungan disekitar terminal, lebih kepada aspek pengembangan kawasan
melalui pembangunan berbasis masyarakat. Yang perlu dibenahi terkait penanganan
Lokasi 49 yaitu :


Peningkatan pelayanan persampahan dan air limbah



Peningkatan kualitas jalan lingkungan dan sistem drainasenya



Peningkatan terhadap pengawasan dan ketertiban peruntukan lahan di dalam
kawasan.



Pengendalian ketat terhadap kepadatan dan kerapatan bangunan, melalui perijinan
pembangunan.
Laporan Akhir_VII-19

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
n). Lokasi 50 dengan kondisi penilaian
KRITERIA

LOKASI 50

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 50, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA
PROPERTY DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

TINGGI
SEDANG
SEDANG-RENDAH
TINGGI
SEDANG
TINGGI-SEDANG
TINGGI
TINGGI
TINGGI-SEDANG
TINGGI

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 50 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kualitas kondisi bangunan. Lokasi 50
merupakan kawasan permukiman disekitar terminal dan pasar kelua sebagai pusat
pelayanan regional dalam sistem pengembangan kabupaten, yang tentunya mempunyai
nilai vitalitas ekonomi yang tinggi. Strategi pendekatan yang dapat direkomendasikan
terhadap pembenahan lingkungan disekitar terminal, lebih kepada aspek pengembangan
kawasan melalui pembangunan berbasis masyarakat. Yang perlu dibenahi terkait
penanganan kawasan pada Lokasi 50 :


Peningkatan pelayanan persampahan dan air limbah



Peningkatan kualitas jalan lingkungan dan sistem drainasenya



Peningkatan terhadap pengawasan dan ketertiban peruntukan lahan di dalam
kawasan.



Pengendalian ketat terhadap kepadatan dan kerapatan bangunan, melalui perijinan
pembangunan.

Laporan Akhir_VII-20

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Penataan kawasan terminal dan pasar dilakukan untuk meningkatkan fungsi
ekonomisnya, dengan mempertimbangkan fungsi sosialnya terhadap kawasan
permukiman disekitarnya. Terkait pengembangan fungsi sosial pusat pelayanan
tersebut dimaksudkan bahwa kegiatan ekonomi yang membawa dampak ekonomi
tersebut, diikuti penanganan dampak untuk memberikan limitasi/ batasan terhadap
pengaruh dan kecenderungan negatif terhadap kualitas lingkungan serta sosialnya.

o). Lokasi 53, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 53

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

RT 4 dan RT 5 Permukiman di Sekitar Pasar Tanjung L 53

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 53, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :
PERBAIKAN KAMPUNG/ KIP
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG
RENDAH
SEDANG-RENDAH
TINGGI-SEDANG

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 53 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan

peningkatan

kualitas

bangunan

dan

lingkungan.

Strategi

yang

direkomendasikan merupakan pembangunan fisik melalui Program Perbaikan Kampung.
Lokasi 53 perlu untuk segera di tangani karena memiliki nilai vitalitas ekonomi yang tinggi,
sehingga menyebabkan kecenderungan kekumuhan yang tinggi. Yang perlu dibenahi
terkait penanganan kawasan pada Lokasi 53 yaitu :


Perbaikan kualitas bangunan rumah tinggal.



Penyediaan dan peningkatan jalan lingkungan dan drainase.
Laporan Akhir_VII-21

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Peningkatan pelayanan persampahan dan air limbah.



Pengendalian ketat terhadap kepadatan dan kerapatan bangunan, melalui perijinan
pembangunan.



Penataan kawasan pasar dilakukan untuk meningkatkan fungsi ekonomisnya, dengan
mempertimbangkan fungsi sosialnya terhadap kawasan permukiman disekitarnya.
Terkait pengembangan fungsi sosial pusat pelayanan tersebut dimaksudkan bahwa
kegiatan ekonomi yang membawa dampak ekonomi tersebut, diikuti penanganan
dampak untuk memberikan limitasi/ batasan terhadap pengaruh dan kecenderungan
negatif terhadap kualitas lingkungan serta sosialnya.

p). Lokasi 55, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 55

VITALITAS NON EKONOMI

TINGGI

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

TINGGI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 55 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kondisi bangunan dan lingkungan. Yang
perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 55 yaitu :


Penyediaan dan peningkatan jalan lingkungan dan drainase



Peningkatan kondisi bangunan

q). Lokasi 56, dengan kondisi penilaian
KRITERIA

LOKASI 56

VITALITAS NON EKONOMI

SEDANG

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

RENDAH

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Laporan Akhir_VII-22

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 56 sebenarnya lebih memerlukan
penanganan prasarana sarana dan peningkatan kondisi bangunan dan lingkungan. Yang
perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 56 yaitu :


Penyediaan dan peningkatan jalan lingkungan dan drainase



Peningkatan kondisi bangunan

r). Lokasi 57, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 57

VITALITAS NON EKONOMI

SEDANG

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

SEDANG

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 57, alternatif yang diajukan
mendekati terhadap konsep, yaitu :

GUIDED LAND DEVELOPMENT
VITALITAS NON EKONOMI
VITALITAS EKONOMI KAWASAN
STATUS KEPEMILIKAN TANAH
KEADAAN PRASARANA DAN SARANA
KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

SEDANG
RENDAH
RENDAH
SEDANG
SEDANG-RENDAH

Rekomendasi yang dapat diberikan terhadap Lokasi 57, merupakan pengembangan
kawasan melalui pengembangan lahan dengan panduan (GLD). Kawasan Permukiman
dikembangkan melalui aturan-aturan tertentu yang disusun sebelumnya. Yang perlu
dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 57 yaitu :
Laporan Akhir_VII-23

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021


Peningkatan kualitas bangunan rumah tinggal, melaui program perumahan swadaya
atau program perumahan yang dapat dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) lainnya.



Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana kawasan permukiman,



Pemenuhan dan peningkatan pelayanan terhadap pengelolaan dan manajemen
persampahan dan,



Peningkatan pengolahan drainase terkait dengan air limbah buangan rumah tangga.

s). Lokasi 58, dengan kondisi penilaian :
KRITERIA

LOKASI 58

VITALITAS NON EKONOMI

SEDANG

VITALITAS EKONOMI KAWASAN

RENDAH

STATUS KEPEMILIKAN TANAH

SEDANG

KEADAAN PRASARANA DAN SARANA

TINGGI

KOMITMEN PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA

RENDAH

Pendekatan untuk Penanganan Permukiman Kumuh di Lokasi 58, alternatif yang diajukan
mendekati

terhadap

Penduduk.Rekomendasi

konsep,
yang

yaitu

dapat

:

Ressettelment

diberikan

terhadap

atau

Lokasi

Pemindahan

58,

merupakan

penanganan kumuh diatas tanah illegal, dari 3 konsep kumuh diatas tanah illegal, yang
mendekati kondisi penilaian sebenarnya adalah resettlement atau pemindahan penduduk.
Yang perlu dibenahi terkait penanganan kawasan pada Lokasi 58 yaitu :


Penertiban bangunan rumah tinggal pada lokasi (terkait aspek legalitasnya), untuk
mengurangi kecenderungan pertumbuhan bangunan liar.



Dimungkinkan dilakukannya Resettlement / pemindahan penduduk, dengan risiko
memakan waktu dan biaya sosial yang besar. Apabila merupakan bangunan liar atau
tanpa ijin pada tanah illegal.



Melakukan review terhadap penataan kawasan bantaran sungai, yang cenderung tinggi
penggunaannya terhadap peruntukan permukiman. Konsep penataan bantaran sungai
dapat

diadopsi

dari

berbagai

contoh

penanganan

kawasan

tepian

sungai,

pengembangan kualitas fisik bantaran untuk melindungi dan meningkatkan faktor
keamanan dan kenyamanan penduduk yang tinggal diatas nya, sedangkan faktor
sosial dikembangkan guna mengubah kebiasaan hidup penduduk tepian sungai yang
Laporan Akhir_VII-24

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
dinilai kurang bersahabat dengan lingkungannya, untuk faktor ekonomi tetap
dipertahankan dan ditingkatkan pembinaannya karena terkait peningkatan kemampuan
membiayai kebutuhan hidup dan tinggal di kota.
2.

Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh
Pendekatan yang dilakukan untuk menentukan prioritas lokasi kumuh yang ditangani,
dilakukan melalui beberapa kriteria kedekatan terhadap :


Kedekatan dengan pusat kota



Kedekatan dengan kawasan pertumbuhan bagian kota



Kedekatan dengan kawasan lain/ perbatasan



Kedekatan dengan Ibukota Kabupaten

Indikator yang dipergunakan didalam masing-masing kedekatan dilakukan sedikit perubahan
untuk lebih mendekati kondisi kawasan perencanaan, karena panduan yang digunakan
masih menggunakan indikator dengan waktu tempuh < 30 menit, 30 – 60 menit dan > 60
menit. Indikator tersebut apabila diterapkan dalam kawasan perencanaan hasilnya
mendekati kesamaan pada setiap lokasi sehingga kurang dapat untuk menentukan skala
prioritas penanganan. Maka nilai indikator diubah menjadi :
1. Waktu tempuh pendek (atau < 15 menit / < 3 km)
2. Waktu tempuh sedang (atau 15 - 30 menit / 3 - 5 km)
3. Waktu tempuh lama (atau > 30 menit / > 5 km)
Berdasarkan kriteria kedekatan dan perubahan nilai pada indikatornya, maka ditetapkan
urutan prioritas penanganan lokasi kumuh, sebagai berikut :
1. Lokasi 53 (Nilai 490)
2. Lokasi 15 (Nilai 430)
3. Lokasi 18 (Nilai 430)
4. Lokasi 19 (Nilai 430)
5. Lokasi 34 (Nilai 430)
6. Lokasi 49 (Nilai 420)
7. Lokasi 50 (Nilai 420)
8. Lokasi 57 (Nilai 400)
9. Lokasi 58 (Nilai 400)
10. Lokasi 5 (Nilai 310)
11. Lokasi 9 (Nilai 310)
12. Lokasi 10 (Nilai 310)
13. Lokasi 12 (Nilai 310)
14. Lokasi 13 (Nilai 310)
15. Lokasi 22 (Nilai 310)
Laporan Akhir_VII-25

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Bidang Cipta Karya Kabupaten Tabalong
Tahun 2017-2021
16. Lokasi 25 (Nilai 310)
17. Lokasi 35 (Nilai 310)
18. Lokasi 55 (Nilai 280)
19. Lokasi 56 (Nilai 280)
3. Tingkat Kekumuhan Kawasan
Adapun tingkat kekumuhan kawasan apabila dilihat dari klasifikasi kategori tingkat
kekumuhan kawasan permukiman kumuh di Kota Tanjung dan Kelua di Kabupaten Tabalong,
memiliki kategori ringan, sedang, dan berat dengan komposisi kadar kekumuhan kawasan,
untuk kawasan kumuh berat terdapat 5 lokasi, untuk kawasan kumuh sedang terdiri dari 10
lokasi kumuh sedang dan untuk kumuh ringan terdapat 4 lokasi. Untuk lebih jelasnya mengenai
jumlah dan titik titik lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel. 6.18. berikut ini.

Kawasan
Permukiman
Lokasi 5
Lokasi 9
Lokasi 10
Lokasi 12
Lokasi 13
Lokasi 15
Lokasi 18
Lokasi 19
Lokasi 22
Lokasi 25
Lokasi 34
Lokasi 35
Lokasi 49
Lokasi 50
Lokasi 53
Lokasi 55
Lokasi 56
Lokasi 57
Lokasi 58

Tabel 6.1.
Kategori Tingkat Kekumuhan Kawasan Permukiman Kumuh
Di Kota Tan