ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI,
BAB
DAN LINGKUNGAN
IV
4.1 ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastrukturbidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarus utamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidupbagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional:
- dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 1
- anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
- menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
- program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
- akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan 4.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
- dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 2
- kepada Menteri untuk melaksanakan Menginstruksikan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah: 1.
Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 3 d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
c) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Pengarusutamaan Gender Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
4.1.2 Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 4 Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besarankegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untukmeminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakatKonsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan
informasikepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang
mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya
diwilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasimereka
berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahanpertimbangan dalam
proses perencanaan. Konsultasi masyarakatperlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan
lahan.2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi
di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan
tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang
memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk
yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini
termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan
dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 5
baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi
penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.4.1.3 Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan aksespelayanan tersebut.
SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negatif sosial ekonomi akibat perekrutan pekerja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat di daerah tersebut dapat merasakan pelayanan penataan permukiman yang asri. Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalisir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
4.2 ANALISIS EKONOMI Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 6 perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 7
4.3 ANALISIS LINGKUNGAN
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang” 3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi da n mitigasi perubahan iklim”
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 8
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta
Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:1. Pemerintah Pusat a.
Menetapkan kebijakan nasional.
b.
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL.
e.
Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 9 i.
Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan
masyarakat. j.Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi a.
Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-
UPL.d.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.e.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.g.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota a.
Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-
UPL.d.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 10
4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalamperencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena
RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada
tataranKebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan
prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atauprogram
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidupKLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 11
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi
menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.Tabel 4.1 Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya Penilaian No KriteriaKesimpulan
Uraian Pertimbangan
(Signifikan/Tidak Signifikan)
1. Perubahan Iklim Tidak terdapat jenis kegiatan yang
- dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, Penataan Sempadan Sungai, Pengaruh yang ditimbulkan Tidak
dan/kepunahan Penataan Kawasan SITU, signifikan. keanekaragaman hayati Rehabilitasi dan PembangunanRUSUNAWA akan menyebabkan
terjadinya penebangan pohonpenghijauan di beberapa bagian.
3. Peningkatan intensitas Tidak terdapat kegiatan yang dapat
dan cakupan wilayah mempengaruhi Peningkatan
bencana banjir, longsor, intensitas dan cakupan wilayah
-
kekeringan, dan/atau bencana banjir, longsor, kebakaran hutan dan kekeringan, dan/atau kebakaran lahan hutan dan lahan.
4. Penurunan mutu dan Tidak terdapat jenis kegiatan yang
kelimpahan sumber daya dapat menyebabkan Penurunan-
alam
mutu dan kelimpahan sumber daya alam.
5. Peningkatan alih fungsi Pembangunan dan Peningkatan Pengaruh yang ditimbulkan bersifat
kawasan hutan dan/atau Tempat Pemrosesan Akhir sementara dan Tidak signifikan. lahan. Sampah (TPA) sertainfrastruktur pendukungnya dan
Pengadaan tanah septic Tank
Komunal dan IPLT Jalupang akan
merubah beberapa bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sabuk hijau.
6. Peningkatan jumlah Tidak terdapat jenis kegiatan yang
penduduk miskin atau dapat menyebabkan Peningkatan-
terancamnya
jumlah penduduk miskin atau keberlanjutan terancamnya keberlanjutan RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 12
Penilaian No Kriteria Kesimpulan
Uraian Pertimbangan
(Signifikan/Tidak Signifikan) penghidupan sekelompok penghidupan sekelompok masyarakat masyarakat. Peningkatan resiko Tidak terdapat jenis kegiatan yang 7. terhadap kesehatan dan dapat menyebabkan Peningkatan-
keselamatan manusia risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM
tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-
JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak
perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas
lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai
berikut:1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a.Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1. Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;
2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 13
3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik; 4. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 4.2 Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Lembaga Kepentingana.
Bupati/Walikota Pembuat Keputusan
b.
DPRD Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya/BPLHD dan/atau program
a.
Dinas PU-Cipta Karya Instansi
b.
BPLHD
c.
Bappedaa.
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnyab.
Asosiasi profesi
c.
Masyarakat yang memiliki informasi Perorangan/tokohd. Lingkungan dan/atau keahlian LSM/Pemerhati hidup
(perorangan/tokoh/kelompok)
e.
Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
a.
Lembaga Adatb.
Asosiasi Pengusaha
c.
Tokoh masyarakat Masyarakat terkena Dampakd.
Organisasi masyarakat
e.
Kelompok masyarakat tertentu (nelayan dan petani) f.Industri RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 14 b.
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1. Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut; 2. Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3. penentuan capaian tujuan pembangunan Membantu berkelanjutan.
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain: a.
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b.
Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.c.
Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.d.
Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 15
Tabel 4.3 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP No Komponen Kebijakan, Rencana/Program Alternatif Penyempurnaan KRP1. Pengembangan Permukiman
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
2. Infrastruktur Permukiman Rsh Yang Meningkat Kualitasnya
3. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
2. Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau
3. Pengembangan Air Minum
1. Optimalisasi IKK
2. SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
3. SPAM Kawasan Khusus
4. Pengembangan PLP
1. Laporan Fasilitas Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pengembangan
2. Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Setempat Dan Sistem Komunal
3. Infrastruktur Stasiun Antara Dan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 4.4 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS Komponen Kebijakan, Rekomendasi Perbaikan KRP dan No Rencana/Program Pengintegrasian Hasil KLHS1. Pengembangan Permukiman
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Pengembangan Air Minum RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 16
4. Pengembangan PLP Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM. KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana- program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH.
4.3.2 AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL 2.
Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 17
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 18 Tabel 4.5 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 19 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDALJenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019
Hal IV - 20 dengan dokumen UKL-UPL. Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah atas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
4.4 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL), dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) yang berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negatif sosial ekonomi akibat perekrutan pekerja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan penataan bangunan yang berwawasan lingkungan. Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalisir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor PBL dan pemukiman ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini:
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 21
Tabel 4.7 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan TerjadiSektor PBL Dan Permukiman Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
DampakTahap Kontruksi Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia
1 Debu Mobilisasi Penurunan kualitas Terbatas pada lokasi kendaraan, udara terutama debu kegiatan pembuatan jalan pembangunan masuk, pembuka saraana dan lahan, penggalian prasarana tanah dan permukiman. pembuatan jalan kerja.
2 Air Sungai Kegiatan pembukaan Penurunan kualitas Penurunan kualitas lahan, pembuatan air sungai air sungai terutama jalan masuk, parameter zat pada pembuatan jalan terlarut. kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.
3 Kerusakan jalan Mobilisasi kendaraan Terjadinya kerusakan Kondisi jalan kebun atau pengangkut jalan kebun atau bergelombang dan persawahan peralatan berat dan persawahan berlubang material
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud
1. Kegiatan konstruksi Terserapnya Tenaga kerja tahap Kesempatan kerja sarana dan prasarana kesempatan kerja konstruksi yang permukiman penduduk disekitar dapat diserap lokasi kegiatan pembanguinan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 22
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 23 Komponen Yang Diperkirakan Terkena
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sarana dan prasarana permukiman sesuai kebutuhan dan keahlian
Kegiatan Operasional sarana dan prasarana Penurunan kesehatan
Kesehatan pekerja & masyarakat
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan 5.
Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sarana dan prasarana permukiman
Kegiatan pengoperasian sarana dan prasarana permukiman
Penurunan estetika akibat kegiatan dan beroperasinya sarana dan prasarana permukiman 4. Kamtibmas
Proses operasional sarana dan prasarana permukiman
Estetika Pengoprasian sarana dan prasarana permukiman
Kesempatan berusaha Penduduk usia produktif yang tidak bekerja 3.
Kesempatan berusaha Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan 2.
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Dampak terhadap komponen sosekbud 1.
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Mobilisasi kendaraan pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA
Munculnya air limbah akibat dari operasional sarana dan prasarana permukiman 3. Kebisingan
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah
Kualitas air sungai dan air tanah Kegiatan dan operasional sarana dan prasarana permukiman
Penurunan kualitas udara dan debu Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu 2.
Mobilisasi kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman
Kualitas Udara dan Debu
Tahap operasional Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia 1.
yang menganggur.
Timbulnya penyakit berupa penyakit
Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Dampakpermukiman masyarakat akibat kulit, infeksi saluran operasional sarana pernafasan atas dan dan prasarana infeksi pada usus permukiman
4.5 SEKTOR AIR LIMBAH
Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air Limbah yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negatif sosial ekonomi akibat perekrutan pekerja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan air limbah. Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalisir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor air limbah ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 24
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 25
Tabel 4.8 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor Air Limbah
Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan Tahap Kontruksi Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia1 Debu Mobilisasi kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.
Penurunan kualitas udara terutama debu Terbatas pada lokasi kegiatan pembangunan sistim penyediaan air limbah
2 Air Sungai Kegiatan pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.
Penurunan kualitas air sungai Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut
3 Kerusakan jalan kebun atau persawahan Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material
Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan
Kondisi jalan bergelombang dan berlubang
Dampak Terhadap Komponen Sosekbud 1.
Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sistim penyediaan air limbah
Terserapnya kesempatan kerja penduduk yang berada disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.
Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap
3. Kebisingan
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 26 Komponen Yang Diperkirakan Terkena Dampak Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan Tahap operasional Dampak Terhadap Komponen Fisik Kimia 1.
Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan
Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan
Kegiatan pengoperasian IPAL Gangguan keamanan di lokasi
Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja
Estetika Pengoprasian IPAL Proses pengolahan IPAL yang terlihat dari luar
Penduduk usia produktif yang tidak bekerja 3.
IPAL Kesempatan berusaha antara lain sebagai tukang cuci kendaraan pengangkut tinja
2. Kesempatan berusaha Kegiatan operasional
IPAL sesuai kebutuhan dan keahlian
Kualitas Udara dan Debu Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah Penurunan kualitas udara dan debu
Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi
Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sistim pengolahan air limbah
Dampak terhadap komponen sosekbud 1.
Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA
Mobilisasi kendaraan pengangkut tinja Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan
Penurunan kualitas air sungai dan air tanah Tercemarnya air sungai dan air tanah
Kegiatan proses pembuangan air limbah hasil pengolahan
Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu 2. Kualitas air sungai dan air tanah
4. Kamtibmas
Komponen Yang
Diperkirakan Terkena Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Dampak5. Kegiatan Operasional Penurunan Timbulnya bau Kesehatan pekerja
& masyarakat
IPAL kesehatan pekerja (masyarakat)
4.6 SEKTOR PERSAMPAHAN
Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan persampahan yang berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor persampahan ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :
RPIJM KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2015 – 2019 Hal IV - 27