DOCRPIJM 1480654500Bab 7 Keterpaduan Strategis

  Pada bab ini berisikan penjelasan keterpaduan strategipengembangan kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerahyang ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten/Kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD), Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, Rencana IndukSistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota(SSK), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), RencanaPembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan diKawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK)

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Enrekang

  Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Enrekang, maka kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:

  a) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten secara merata dan berhierarki; b)

  Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang;

  c) Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya; d)

  Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan; e)

  Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan;

  f) Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana; g) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah;

  h) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup; i)

  Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; j) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; k)

  Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal; l) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional atau internasional; m)

  Pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan Iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; n)

  Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam; o) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi budaya antar kawasan; dan p) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Enrekang merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  a) Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten secara merata dan berhierarki di Kabupaten Enrekang, terdiri atas:

   antarkawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya; Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum

  Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, dan

   terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting; Mengendalikan perkembangan kawasan perbukitan; dan

   Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif

   dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya. b) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang terdiri atas :

   pelayanan transportasi darat;

  Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan

   Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;

   Meningkatkan kapasitas pembangkit dengan memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan; Mengembangkan jaringan transmisi tenaga listrik untuk menjangkau daerah yang

   belum terjangkau layanan tenaga listrik; Mengembangkan jaringan energi migas untuk peningkatan pemenuhan

   kebutuhan masyarakat dan perekonomian; dan Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem

   jaringan sumber daya air.

  c) Strategi Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya di Kabupaten Enrekang, terdiri atas :

   memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi; Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama

  Memastikan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk

   pemulihan hutan lindung yang berbasis masyarakat;

   Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; dan Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya

   keanekaragaman hayati.

  d) Strategi peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan di Kabupaten

  Enrekang, terdiri atas : Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui

   intensifikasi lahan;

   kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat; Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan

  Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan

   dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi; dan Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya

   manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.

  e) Strategi pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan kebijakan penataan di Kabupaten Enrekang terdiri atas

   unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis) ; dan Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana

  Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas

   pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

  f) Strategi pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi

   pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang; Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai

  Membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong

   kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan); dan Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak

   untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.

  g) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah di Kabupaten Enrekang dilakukan dengan strategi meliputi:

    Mewujudkan RTH dalam satu wilayah perkotaan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan

  Menetapkan kawasan lindung di ruang darat;

   budidaya.

  Menetapkan zona kimiringan lereng ≥ 40% sebagai zona larangan kawasan

  h) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

   Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;

   Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan /

   atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung

   menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin

   kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya

   secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumber daya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan; Mengelola sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan

   ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di

   kawasan rawan bencana.

   kegiatan budidaya di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi: Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk

  Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar

   memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah; Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta

   prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan;

   Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

   Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan Kabupaten. i)

  Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

   Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

   Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak, asri dan lestari seperti kota taman;

   Menumbuhkembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri, agrobisnis, agroedukasi serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditas pertanian unggulan;

   Mengembangkan ruang terbuka hijau seluas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan; dan

   Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya. j)

  Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

   Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung;

   Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;

   Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

   Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan

   pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten. k)

  Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak

  Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

   Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; Menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung peningkatan

   kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan; Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung

   dan daya tampung kawasan; Mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas

   sosekbud masyarakat dan lingkungan hidup kawasan;

   Mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah lingkungan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, dan

   Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. l)

  Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan iptek secara optimal di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi : Mengembangkan kegiatan penunjang dan atau kegiatan turunan dari

   pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi; Meningkatkan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi

   dengan kegiatan penunjang dan / turunannya; dan Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi

   tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat. m)

  Strategi untuk pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya bangsa di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi :

   mencerminkan jati diri komunitas lokal yang berbudi luhur; Mengembangkan penerapan ragam nilai budaya lokal dalam kehidupan

  Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai budaya lokal yang

   masyarakat; dan Melestarikan situs warisan budaya komunitas lokal yang beragam.  n) Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi :

   Memanfaatkan sumber daya alam lokal secara optimal dan berkelanjutan;

   Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;

   Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi rakyat;

   Meningkatkan akses rakyat ke sumber pendanaan; dan

   Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi. o)

  Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara di Kabupaten Enrekang, meliputi:

   Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

   Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan sebagai zona penyangga; dan

   Turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

7.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Enrekang

7.1.1.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Enrekang 1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

  Adapun rencana Pembagian Pusat Pusat pengembangan di Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:

   Wilayah Pengembangan Tengah, di Kecamatan Enrekang yang juga merupakan pusat wilayah pengembangan Kabupaten Enrekang secara keseluruhan.

   Wilayah Pengembangan Selatan, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan Maiwa, Kecamatan Bungin dan kecamatan Cendana  Wilayah Pengembangan Utara, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan

  Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Curio, Kecamatan Masalle dan Kecamatan Baroko.

   Wilayah Pengembangan Bagian Timur, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan Baraka, Kecamatan Malua dan Kecamatan Buntu Batu.

  Dalam penentuan keempat Wilayah Pengembangan (WP) tersebut, didasari oleh beberapa pertimbangan yang menjadi rujukan antara lain : Kondisi geografis wilayah

   Aksesibilitas terhadap pusat pelayanan

    Keterkaitan antar simpul pelayanan dengan wilayah pelayanannya Karakteristik potensi dan permasalahan

   Prioritas pengembangan

   Kriteria pembentukan sistem pusat-pusat pengembangan di Kabupaten Enrekang adalah Wilayah Pengembangan (WP) terdiri atas beberapa wilayah administrasi yang memiliki keterkaitan fungsional yang kuat dalam pembentukan struktur ruang wilayah. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten, yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

  a) Sektor Perkebunan dan Holtikultura

  Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang. Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal, maka komuditas budidaya pertanian yang diarahkan menjadi sektor unggulan dalam mendukung kawasan strategis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang adalah perkebunan kopi, kakao, vanili dan tanaman palawija. Kesesuaian untuk varitas sektor perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Enrekang khususnya di kecamatan-kecamatan Baroko, Masalle, Curio, Bungin, Buntu batu, Cendana dan Malua.

  b) PKL Kota Enrekang sebagai Ibukota Kabupaten Enrekang

  Kota Enrekang sebagai ibukota Kabupaten Enrekang disamping mengemban fungsi sebagai pusat pemerintah tingkat kabupaten juga akan berkembang sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala kabupaten bahkan melayani daerah hinterlandnya. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Enrekang diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

  c) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kota Baraka

  Kota Baraka merupakan memiliki potensi yang tinggi untuk tumbuh dan berkembang, namun pada saat ini belum mampu untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, Kota Baraka dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKLp). PKLp

  Baraka yang merupakan kawasan potensi tumbuh tumbuh cepat sehingga memerlukan pengelolaan yang bersifat menerus tidak hanya ditujukan pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja pertumbuhan sektor-sektor produktif di kawasan, namun juga pada upaya pengendalian perkembangan fisik kawasan agar tidak melampaui daya dukung lingkungan. Kota Baraka merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang akan dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Berdasarkan pertimbangan di atas serta bagian dari upaya untuk mendorong percepatan pembangunan PKLp Baraka, maka Kota Baraka akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

  d) Kawasan Industri Maiwa (KIWA)

  Rencana Kawasan Industri Maiwa (KIWA) yang berlokasi di Kecamatan Maiwa akan memberikan nilai strategis khususnya di sektor perekonomian bagi masyarakat Kota Maiwa dan masyarakat Kabupaten Enrekang pada umunya di masa mendatang. Disamping itu, rencana KIWA nantinya akan mendorong percepatan pembangunan ruang di daerah sekitarnya, sehingga perlu diantisifasi penataan ruang kawasan sekitarnya yang sinkron dengan rencana KIWA tersebut. Pada kawasan tersebut juga akan berkembang kegiatan transportasi khususnya terminal yang akan mendukung aktifitas KIWA di masa mendatang. Berdasarkan hal tersebut di atas, serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka rencana pengembangan KIWA di Kecamatan Maiwa akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang, yang pada akhirnya KIWA dan daerah sekitarnya akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

  e) Kawasan Perkotaan Maiwa

  Pengembangan Kota Maiwa merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan dan mengatasi masalah perkotaan di Kabupaten Enrekang, Kota Maiwa yang direncanakan dibangun dan dikembangkan sebagai kota penyangga ibukota Kabupaten Enrekang khususnya dari arah selatan merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang, akan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Kota penyangga Maiwa dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang (supporting new town) yaitu kota penyangga yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Enrekang sebagai kota induk, sehingga secara fungsional dan identitasnya masih tetap besar tergantung kepada kota induknya. Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Maiwa sebagai kota panyangga Ibukota Kabupaten Enrekang serta prospek berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka Kota Maiwa akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang, yang pada akhirnya Kota Maiwa akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

f) Kawasan Perkotaan Cakke

  Pengembangan Kota Cakke merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan dan mengatasi masalah perkotaan di Kabupaten Enrekang. Kota Cakke yang direncanakan dibangun dan dikembangkan sebagai kota penyangga ibukota Kabupaten Enrekang khususnya dari arah timur merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang, akan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya serta berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Dengan demikian, pada akhirnya nanti Kota Cakke akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

  Kota penyangga Cakke dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang (supporting new town) yaitu kota penyangga yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Enrekang sebagai kota induk, sehingga secara fungsional dan identitasnya masih tetap besar tergantung kepada kota induknya.

  Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Cakke sebagai kota panyangga Ibukota Kabupaten Enrekang serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka Kota Cakke akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

  Kawasan strategis kepentingan sosial budaya dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan: Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;

  

   Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

   Kawasan Kuburan Tua Nenek Lintik/makam Tandi Jalling Mandante di Kecamatan Anggeraja;

   kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

   kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

   kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

   tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

  Kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:

   Kawasan Pendidikan di Kecamatan Maiwa. Keberadaan berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Enrekang akan tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya lokal masyarakat Kabupaten Enrekang. Kawasan objek-objek peninggalan serta kearifan lokal sebagaimana dimaksud di atas, akan diarahkan sebagai kawasan strategis Sosial Budaya di Kabupaten Enrekang.

   Kawasan Loko Malillin di Pana Kecamatan Alla; dan

   Kawasan Goa Nippon di Lura Kecamatan Anggeraja;

   Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

   Kawasan Desa Wisata Limbuang di Kecamatan Maiwa;

   Kawasan Goa Bubau di Kadingeh Kecamatan Baraka;

   Kawasan pekuburan batu (Mandu) di Tontonan Kecamatan Anggeraja;

   Kawasan Desa Wisata "NO SMOKING VILLAGE (Kawasan Bebas Rokok)” di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka;

   Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial. Kawasan strategis dari sudut kepentingan Sosial dan Budaya merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan social dan budaya, yang meliputi:

   Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau

   Tempat perlindungan peninggalan budaya;

   kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

   kawasan rawan bencana alam; atau

   kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka kawasan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Enrekang, akan diarahkan sebagai berikut :

   Kawasan rawan bencana alam zona patahan di Kecamatan Bungin, Kecamatan Maiwa, Kecamatan Enrekang, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Masalle, Kecamatan Baroko, Kecamatan Alla dan Kecamatan Malua;

   Kawasan DAS Saddang, DAS Bila, DAS Mata Allo dan DAS Malua;

   Kawasan, mata air Bongso di Pasui Kecamatan Buntu Batu, kawasan mata air Mata Allo di Kalosi Kecamatan Alla, dan kawasan mata air Malauwe di Kecamatan Enrekang;

   Kawasan Wisata Pemandian Lewaja di Kecamatan Enrekang;

   Kawasan wisata pemandian alam Kaluppang di Kecamatan Maiwa;

   Kawasan wisata alam terpadu Gunung Bambapuang dan Gunung Nona di Kecamatan Anggeraja;

   Kawasan rawan longsor di Kecamatan Masalle, Kecamatan Baroko, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Enrekang; dan

   Kawasan rawan banjir di Kecamatan Cendana dan Kecamatan Enrekang.

2. Kriteria-kriteria Sistem Perkotaan a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;  Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.

b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan; dan/atau

   Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan;  Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.

c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

   Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan sosial yang melayani skala kecamatan dan/atau beberapa desa  Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan dan atau bebebrapa desa;  Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)

  Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

  Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :

  Program pembangunan jalan dan jembatan; -

  • Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;

  Program tanggap darurat jalan dan jembatan; - Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan; - Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan; - Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air; -

  • Program normalisasi saluran;

  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
  • Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
  • Program pemberdayaan petani pemakai air;
  • Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
  • Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
  • Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
  • Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pengembangan sistem distribusi air minum;
  • Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
  • Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
  • Program pengembangan perumahan;
  • Program lingkungan sehat perumahan;
  • Program pemberdayaan komunitas perumahan;
  • Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

  Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :

  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program kerjasama pemanfaatan ruang;

  Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.

  Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  • Program pembangunan jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
  • Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
  • Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
  • Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
  • Program normalisasi saluran;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
  • Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
  • Program pemberdyaan petani pemakai air;
  • Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
  • Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
  • Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;

  • Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
  • Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pengembangan sistem distribusi air minum;
  • Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
  • Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
  • Program pengembangan perumahan;
  • Program lingkungan sehat perumahan;
  • Program pemberdayaan komunitas perumahan;
  • Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

  Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut:

  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang; - Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

  Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada PeraturanPemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwapengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunanPeraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan padaperaturanperundang-undanganyanglebihtinggidenganmemperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasanperaturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknisbangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

  Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasidan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratankeandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan.Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikanperlindungan rasa amanbagi pengguna bangunan gedung dalammelakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasipenyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerahrawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagaipayung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatanbagi pengguna.Ketersediaan Perda BG bagikabupaten/kotamerupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta Karya di kabupaten/kota.

  

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)Kabupaten

Enrekang

  Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

  Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

  Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.

  Tahapan perencanaan dilakukan terkait dengan tahap yang menyertai perencanaan sistem penyediaan air minum. Tahapan kegiatan Pembangunan jangka pendek, Jangka menengah, dan Jangka Panjang dilakukan seoptimal mungkin untuk pengembangan PDAM dan Non PDAM dengan sistem produksi IPA / Reservoar yang sistem distribusinya secara Gravitasi. Adapun tahap pengembangan SPAM di Kabupaten Enrekang di bagi kedalam 3 tahapan, antara lain:

  : Tahun 2013

   Tahap Pembangunan Jangka Pendek – 2018 Pada tahap pembangunan jangka pendek ini dilakukan optimalisasi sistem SPAM yang sudah terbangun sebelumnya. Diantara optimalisasi itu akan dibangun sistem pelayanan dengan penambahan kapasitas produksi di IKK Malua, IKK Cendana, IKK Buntu Batu dengan sumber air baku yang ada walaupun belum terlayani.Sumber dana yang digunakan untuk pengembangan PDAM menggunakan sumber dana APBD dan ada pula APBN, sedangkan Pengembangan non PDAM atau SAB Perdesaan menggunakan APBD Murni.

  Tahun 2019

   Tahap Pembangunan Jangka Menengah : – 2023 Pada tahap pembangunan jangka menengah program-program peningkatan cakupan layanan dari Unit SPAM PDAM, Perpipaan Non-PDAM dan BJP Terlindungi akan semakin ditingkatkan guna mengurangi akses terhadap BJP Tidak Terlindungidisetiap kecamatan yang jumlahnya masih ± 23,82 % pada tahun 2013.

  : Tahun 2024

   Tahap Pembangunan Jangka Panjang – 2033 Pada tahap pembangunan jangka panjang ini sama halnya dengan tahap pembangunan jangka menengah akan tetap fokus dengan penambahan cakupan pelayanan yang mengurangi akses terhadap BJP tidak terlindungi dengan mengoptimalkan program-program dari SPAM PDAM, Perpipaan Non-PDAM dan Pembangunan BJP Terlindungi.

7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Enrekang

  Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup sehat, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan- urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

  Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “grand design” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan real masyarakat.

  Selanjutnya program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), kabupaten/kota wajib menyiapkan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi kondisi (existing) sanitasi saat ini. Dokumen Buku Putih Sanitasi berfungsi sebagai data dasar (baseline data) kondisi sanitasi kabupaten/kota dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK), monitoring dan evaluasi sanitasi.

  Kegiatan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Ruang lingkup sanitasi dapat dilihat dalam beberapa tinjauan sebagai berikut :

   Air limbah domestik, dibagi dalam 2 jenis :

  • Black water : air buangan jamban (urin, tinja, dan air gelontoran)

  Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (jamban cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk membersihkannya. Kementerian kesehatan telah menetapkan syarat dalam bentuk jamban sehat, yaitu : Tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbulkan baud an nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan menimbulkan pandangan kurang sopan. Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban, namun nilai kesadaran masih rendah dalam hal penerapan pola hidup sehat (PHBS).

  • Grey Water : air buangan mandi dan cuci

  Jadi, cakupan air limbah domestik (rumah tangga) juga mencakup pembuangan air mandi dan cuci. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah menurut tingkat perlakuan dan karakteristik limbah.

   berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Termasuk dalam sanitasi berupa sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan(TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.

  Pengelolaan persampahan yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan

   kawasan kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar, areal industry, dan perkantoran. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air

  Drainase lingkungan/tersier merupakan sistem saluran awal yang melayani hujan menggunakan saluran drainase yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. PHBS adalah aspek non-teknis dari sanitasi yang meliputi promosi kesehatan,

   perubahan, perilaku, dan sanitasi rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajaratau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.