DOCRPIJM 1480391301BAB 7 Keterpadauan Strategis Pengembangan Kabupaten gowa ok

BAB VII Keterpadauan Strategi Pengembangan KabupatenGowa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan Perkotaan Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional, dalam hal ini

  wilayah-wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kawasan Metropolitan Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang memiliki kepentingan dalam skala nasional. Disamping itu, Perda Nomor 09 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan Mamminasata termasuk Kota Sungguminasa, Kawasan Taman Wisata Alam Malino,seluruh kawasan hutan lindung, dan Taman Miniatur Sulawesi Selatan di Situs Kerajaan Gowa Benteng Sombaopu serta Kawasan Lumbung Beras dan Jagung di Sulsel sebagai salah satu kawasan strategis di Provinsi Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, dalam konteks wilayah Kabupaten Gowa tetap dilakukan kajian secara spesifik kawasan- kawasan strategis wilayah Kabupaten Gowa.

  Kawasan Strategis Kabupaten Gowa yang dimaksud adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa.

a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi

  Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:

  1. Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa

  Kawasan perdagangan regional yang berada di Kabupaten Gowa memiliki nilai strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani aktifitas perdagangan di Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya dalam konteks Kawasan Metropolitan Mamminasata.

  2. Kawasan Baru Gowa-Maros

  Kota Baru Gowa-Maros merupakan salah satu kota satelit Metropolitan Mamminasata. Secara administrasi kawasan perkotaan tersebut secara administrasi berada pada dua wilayah administrasi (perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros). Namun demikian, secara spasial, rencana system landuse kawasan perkotaan tersebut menempatkan fungsi-fungsi perkotaan strategis seperti terminal tipe A dan kawasan perdagangan Mamminasata berada di wilayah Kabupaten Gowa. Disamping itu, rencana kota baru Gowa-Maros tersebut akan berfungsi sebagai penyangga migrasi penduduk yang masuk ke Kota Makassar, serta menjadi alternative pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat Kota Makassar.

  Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Baru Gowa-Maros diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.

  3. Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe

  Fungsi satelit Pattallassang-Parangloe adalah sebagai alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar yang tak terkendali dan kemacetan Kabupaten Gowa dan Metropolitan Mamminasata. Kota Satelit Pattallassang Parangloe direncanakan dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Termasuk permukiman yang asri yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai termasuk lapangan golf bertaraf internasional. Kota Satelit Pattallassang dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang(supporting new town)yaitukota satelit yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Sungguminasa dan kawasan Metropolitan Mamminasata. Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Satelit Pattallassang serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi maka Kota Satelit Pattallassang akan diarahkan menjadi salah satu

  4. Kawasan Industri Gowa (KIWA)

  Pengembangan Kawasan Industri Gowa (KIWA) yang berlokasi di Kecamatan Pattallassang merupakan bagian dari subsistem pengembangan landuse Kawasan Perkotaan Mamminasata.

  Kawasan industri ini terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang setengah jadi dan barang jadi yang berbasis pada industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura terutama disebar ke sentra- sentra produksi komoditas pertanian di Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya. Pada KIWA ini juga dikembangkan kawasan Industri daur ulang (industri persampahan Mamminasata), pengepakan dan industri inovasi yang akan dikembangkan UNHAS.

  Berdasarkan jenis industri yang akan berkembang di KITA tersebut serta kemungkinan berkembang industri-industri lainnya, maka KIWA akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Gowa.

  5. Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata

  Kawasan terminal regional (Tipe A) yang berlokasi di Kota Baru Gowa-Maros Kecamatan Pattallassang memiliki nilai strategis dalam mendukung system transportasi regional dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani aktifitas trasportasi konteks Kawasan Metropolitan Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.

  6. Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp)

  Pusat Kegiatan Lingkungan yang dipromosikan Pemerintah Kabupaten Gowa meliputi Kawasan Borimatangkasa Ibukota Kecamatan Bajeng Barat.Kedua PKLp ini memiliki potensi dan prospek untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan lingkungan yang dapat melayani beberapa wilayah dalam skala kabupaten.

  Untuk mendorong percepatan pembangunan pada kawasan-kawasan yang dipromosikan sebagai PKL tersebut, maka kawasan ini akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Gowa.

7. Sektor Perkebunan dan Palawija

  Untuk pertumbuhan ekonomidalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka diarahkan pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas seperti: perkebunan kopi, kakao, dan markisa.Kesesuaian untuk varitas sektor perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Gowa kecuali di kawasan perkotaan. Disamping itu, tanaman palawija (sayur- sayuran) seperti kentang, wortel, buncis, kol, sawi, sayur-sayuran

  b. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya

  Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di Kabupaten Gowa meliputi; Balla Lompoa, Kuburan syeh Yusuf, Mesjid Tua Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan PKG sedangkan untuk kawasan Benteng Somba Opu termasuk dalam kawasan strategis provinsi. Revitalisasi berbagai macam system peninggalan budaya di Kabupaten Gowa diarahkan untuk menjadi stimulan untuk menumbuh- kembangkan kembali budaya dan kearifan lokal di Kabupaten Gowa.

  Saat ini di Kabupaten Gowa masih tumbuh berkembang tatanan sosial budaya tradisional yang juga terkenal secara nasional bahkan internasional. Oleh karena itu, berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Gowa akan tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya lokal seperti Accera’ Kalompoang, Appalili, Maudu’ Kalompoang, Pa’dekko, Paraga, Pamanca, Pakkarena dan Songka Bala.

  c. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

  Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di Kabupaten Gowa, akan diarahkan pada rencana pengembangan listrik tenaga air (PLTA) Bili-Bili. Pengembangan PLTA ini diharapkan dapat meminimalisasi persoalan listrik di Kabupaten Gowa, Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.

  d. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukunglingkungan.

  Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kepentingan provinsi antara lain seluruh hutan lindung dan Taman Wisata Alam Malino. Sedangkan KSK Kabupaten Gowa untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi; Waduk Bili-Bili, Danau Mawang, Air Terjun Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional Mamminasata, Taman Buruh Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan Gunung Bawakaraeng.

7.1. Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten Gowa (KSK) berdasarkan RTRW KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN GOWA SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN

  (1) (2) (3) Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa

  

Pertumbuhan

Ekonomi Kawasan Metropolitan Mamminasata

  Kawasan Baru Gowa-Maros kota satelit Metropolitan Mamminasata Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe

  Pattallassang Parangloe Kawasan Industri Gowa (KIWA) Kecamatan Pattallassang Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata

  Kota Baru Gowa-Maros Kecamatan Pattallassang Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp)

  Kawasan Borimatangkasa Ibukota Kecamatan Bajeng Barat Sektor Perkebunan dan

  Palawija seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Gowa

  Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya

  Sosial Budaya Balla Lompoa, Kuburan syeh Yusuf, Mesjid Tua Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan PKG

  Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

  Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi Kabupaten Gowa (PLTA)

  Bili-Bili

  Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  Waduk Bili-Bili, Danau Mawang, Air Terjun Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional Mamminasata, Taman Buruh Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan Gunung Bawakaraeng

e. Arahan pengembangan struktur ruang yang meliputi;

  Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang dibangun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.

  Pusat-pusat kegiatan pada wilayah kabupaten merupakan pusat pertumbuhan wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas; PKN, PKW, PKSN, PKL, PPK dan PPL yang didukung oleh sistem Sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah kabupaten.

  Rencana struktur ruang wilayah kabupaten Gowa harus menggambarkan arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Gowa. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:

  1. PKN yang berada di wilayah kabupaten;

  2. PKL yang berada di wilayah kabupaten;

  3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

  4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

  Demikian pula dengan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Gowa meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten Gowa.

f. Arahan pengembangan Pola ruang yang meliputi;

  Berdasarkan pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis maka ditentukan rencana pola ruang Kabupaten Gowa yang meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas distrik dan atau kota. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan Daerah Hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa suaka margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala.

  Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan .Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah. Lihat Tabel 7.2.berikut;

Tabel 7.2. Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa N0. RINCIAN KAWASAN LUAS (HA) %

  1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44

  2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12073,23 6,69

  3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00

  4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14363,01 7,96

  5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39357,17 21,81

  6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17756,36 9,84

  7 Kaw. Hutan Lindung 23668,56 13,12

  8 Kaw. Hutan Produksi 23102,04 12,80

  9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17

  10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20543,62 11,38

  11 Kaw. Konservasi 3983,77 2,21

  12 Kaw. Lindung lainnya 1783,23 0,99

  13 Kaw. Perairan 4046,54 2,24

  14 Kaw. Permukiman 6054,69 3,36

  

Total 180467,30 100,00

Sumber: Hasil Analisis Tim, 2009

g. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Keciptakaryaan. Rencana Pengembangan Sistem Drainase dan Limbah

1. Drainase

  Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam penanggulangan permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten Gowa. Permasalahan genangan dan banjir berada pada kawasan kota yang mempunyai intensitas kawasan terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada jalur jalan utama kota. Disamping itu juga pada beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki sistem drainase yang masih buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif.Kondisi topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem drainase yang terintegrasi.

  Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait dengan daerah tangkapan

  (Cathment Area). Misi pengembangan drainase tidak hanya membuang air larian

  secepat-cepatnya tetapi lebih penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat sesuai dengan kapasitas saluran.

  Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya, permasalahn drainase di Kabupaten Gowa adalah dalam penyediaan prasarana yang telah ada. Saluran-saluran drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak memenuhi syarat teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada saluran, terjadinya aliran yang diam yang menjadikan munculnya beberapa genangan. Kondisi saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga terlihat pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan dijumpainya sampah di saluran drainase.

  Program pengembangan saluran juga masih tidak terintegrasi sehingga penanggulangan daerah genangan di satu tempat hanya mengalihkan genangan di tempat lain. Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi dengan saluran sekunder dan primer.

  Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem drainase diarahkan secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat dilakukan melalui: o

  Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air limpahan berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai. o

  Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah tangkapan air maksimal. o

  Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan setempat Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor lain di luar sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten

  Gowa. Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian (run off) permukaan. Sedimentasi terutama terjadi di muara sungai sebagai akhir pembuangan dimana pencampuran antara air tawar dan air payau menyebabkan sedimentasi terangkut menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian disebabkan rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan vegetasi yang kurang.

  Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang maka hanya terdapat satu sumber masalah yaitu kerusakan di daerah tangkapan air. Kerusakan daerah tangkapan disebabkan perusakan hutan sehingga air hujan langsung mengalir tanpa adanya pelindung. Tingginya air larian akan membawa sedimentasi terlarut semakin besar. Akibatnya air sungai menjadi sangat keruh pada saat terjadi hujan. Dari beberapa identifikasi baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah tangkapan maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat diketahui bahwa telah terjadi kerusakan DAS.

  Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-program penunjang dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Program tersebut antara lain: o

  Pengerukan sedimentasi saluran, o Pengembangan hutan rakyat, o Konservasi lahan kritis, dan o Reboisasi hutan

2. Air Limbah

  Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Gowa dibedakan menjadi air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan industri namun demikian air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada umumnya mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan hotel dan rumah sakit sehingga membutuhkan penanganan khusus.

  Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus antara limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah tinja memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem pembuangan tersendiri.

  Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Gowa saat ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di Kabupaten Gowa melalui prasarana dan sarana seperti jamban keluarga, jamban umum, dan MCK yang berada ditempat-tempat pelayanan umum seperti pasar, terminal dan tempat-tempat umum lainnya. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari- hari seperti mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase. Mengingat tidak ada jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair maka pada hari-hari biasa jaringan drainase berfungsi sebagai saluran pembuangan limbah sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai drainase.

  Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari proses produksi dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui pengolahan baru dibuang ke saluran pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah cair harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.

  Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Gowa dilakukan secara individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan secara on site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau tangki septik (Septic Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi adalah masih adanya sebagian kecil masyarakat yang membuang tinja di tempat terbuka seperti sungai, dan masih rendahnya kualitas sarana ini pada masing-masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan lingkungan.

  Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja di tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga (JAGA) dengan sistem tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan tinggi, seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.

  Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Sungguminasa. Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan seluas satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja (Vacuum Truck) untuk pengurasan.

3. Rencana Jaringan Air Bersih

  Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia Waduk Bili-Bili dan beberapa bangunan embung yang tersedia di Kabupaten Gowa sebagai sumber air bersih. Sementara itu, bagi masyarakat Kabupaten Gowa yang tidak memanfaatkan dari Waduk Bili-Bili sebagai sumber air bersih. Untuk wilayah di dataran tinggi Kabupaten Gowa menggunakan potensi air tanah/sumur artesis dari pengunungan dan beberapa anak sungai serta sumur-sumur dangkal. Kondisi tersebut memiliki filtrasi air tanah yang rendah sampai sedang, sehingga untuk kebutuhan konsumsi diperlukan pengolahan sesuai dengan standar kesehatan untuk memperoleh air bersih yang higienis.

  Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan, sedangkan pada kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air yang bersumber dari PDAM.

  Dalam upaya peningkatan pelayanan akan air bersih maka direncanakan:  Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan.

   Kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan lain-lain,  Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh PDAM.

   Sistem pelayanan air bersih perdesaan dilayani melalui Sistem Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di perdesaan, dengan sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air tanah. Kemudian, masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH) yang

Tabel 7.3. Arahan RTRW Kabupaten Gowa untuk Bidang Cipta Karya Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang

  (1) (2)

   Rencana Kaw. Permukiman  Rencana Pengembangan Dan Kriteria Sistem Perkotaan  pengembangan sistem  Rencana Pengembangan jaringan drainase Sistem Drainase dan Limbah  kawasan terbuka hijau kota  Rencana Jaringan Air Bersih  Kawasan Permukiman  pengembangan sistem Perkotaan dan Pedesaan jaringan sumberdaya air.

H. Ketentuan Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung Dan Kawasan Budidaya

  1. Peraturanzonasiuntuk kawasanhutanlindungdisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

  b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan c. pemanfaatanruangkawasanuntukkegiatanbudidaya hanyadiizinkanbagipendudukaslidenganluasantetap, tidakmengurangifungsilindungkawasan,dandibawah pengawasan ketat.

  2. Peraturanzonasiuntukkawasanbergambutdisusundengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam; dan b. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik.

  3. Peraturanzonasiuntukkawasanresapanairdisusundengan memperhatikan: a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan terbangunyangsudahada;dan c. penerapanprinsipzero deltaQ policyterhadapsetiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya.

  4. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasansekitar waduk disusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

  b. ketentuanpelaranganpendirianbangunankecuali bangunanyangdimaksudkanuntukpengelolaanbadanair dan/atau pemanfaatan air;

  c. pendirianbangunandibatasi hanyauntuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan d. penetapanlebar sempadansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

  5. Peraturanzonasiuntukruangterbukahijaukotadisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;

  b. pendirianbangunandibatasihanyauntukbangunan penunjangkegiatanrekreasidanfasilitasumumlainnya; dan c. ketentuanpelaranganpendirianbangunanpermanen selain yang dimaksud pada huruf b di atas.

  6. Peraturanzonasiuntukkawasansuakaalamdisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;

  b. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

  c. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi dayadukungdandayatampunglingkungan;dan d. ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah ekosistem.

  7. Peraturanzonasiuntuktamanhutanrayadisusundengan memperhatikan:

  a. pemanfaatanruanguntukpenelitian,pendidikan,dan wisata alam;

  b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf a;

  c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

  8. Peraturanz o n a s i untuktamanwisataalamdisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatanruanguntukwisataalamtanpamengubah bentang alam;

  b. ketentuanpelarangankegiatanselainyangdimaksudpada huruf

  c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.

  9. Peraturan zonasi untukkawasancagar budayadan ilmu pengetahuandisusundenganmemperhatikan: a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

  b. ketentuanpelarangankegiatandanpendirianbangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

  10. Peraturanzonasiuntukkawasanrawantanahlongsordan kawasanrawan gelombangpasangdisusundengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;dan

  c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntuk kepentinganpemantauanancamanbencanadan kepentingan umum.

  11. Untukkawasanrawanbanjir,selainsebagaimanadimaksud di atas, peraturan zonasidisusundengan memperhatikan: a. penetapan batas dataran banjir;

  b. pemanfaatandataranbanjirbagiruangterbukahijaudan pembangunanfasilitasumumdengankepadatanrendah; dan c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.

  12. Peraturanzonasiuntukkawasankeunikanbentangalam disusundenganmemperhatikanpemanfaatannya bagi pelindunganbentangalamyangmemilikicirilangkadan/atau bersifatindahuntukpengembanganilmupengetahuan,budaya, dan/atau pariwisata.

  13. Peraturanzonasiuntukkawasanrawanbencanaalamgeologi disusun denganmemperhatikan: a. pemanfaatanruangdenganmempertimbangkankarakteristik, jenis, dan ancaman bencana; b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;dan c. pembatasanpendirianbangunankecualiuntukkepentingan pemantauanancamanbencanadankepentinganumum.

  14. Peraturanzonasiuntukkawasanimbuhanairtanahdisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatanruangsecaraterbatasuntukkegiatanbudi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

  b. penyediaansumurresapandan/atauwadukpadalahan terbangunyangsudahada;dan c. penerapanprinsipzero delta Q policyterhadapsetiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya.

  15. Peraturanzonasiuntukkawasansempadanmataairdisusun dengan memperhatikan: a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

  b. pelarangankegiatanyangdapatmenimbulkanpencemaran terhadap mata air. Arahan zonasi untuk kawasan budidaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesesuaian lahan untuk berbagai fungsi/kegiatan pada kawasan yang bukan merupakan kawasan lindung. Arahan kesesuaian lahan untuk kegiatan budidaya ini meliputi kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian dan budidaya non pertanian.

i. Indikasi Program Utama Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa

  Berdasarkan UURI No. 25 Tahun 2004 yang berisi tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UURI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka RTRWKabupaten Gowadisusun agar sinkron dan merupakan matra ruang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Gowa. Selanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gowa, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Pemkab Gowa, Rencana Strategis (Renstra) SKPD maupun Rencana Kerja (Renja) Tahunan SKPD di lingkungan Pemkab secara matra ruang mengacu pada RTRWK Gowa.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, indikasi program yang disusun dalam RTRWK Gowa ini perlu dijadikan acuan lokasi program dan kegiatan dalam penyusunan rencana-rencana pembangunan tahunan seperti RKPD Pemkab Gowa maupun Renja SKPD.

  Secara sistematis program penataan ruang Kabupaten Gowadisusun dengan tabel yang berisi usulan program utama, lokasi pelaksanaan program, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan yang disesuaikan dengan waktu rencana RTRWK Gowa dari Tahun 2011 hingga akhir Tahun Perencanaan 2030. Lebih jelasnya lihat tabel berikut: Tabel 7.4.

  Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten GowaTerkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya. Merupakan Instansi Usulan Program Sumber No Lokasi KSK Pelaksan Utama Pendanaan (YA/TIDAK) a

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  1 Pengembangan Bili-bili YA APBD/P/N/K/ PDAM sumber daya air BLN minum

  2 Pemb. Industri Kec. Pattallasang YA APBD/P/N/K/ Dinas PU pengolahan BLN Kab. sampah regional Mamminasata

  3 Pembangunan/Pe Seluruh Ibukota YA APBD-K Din. PU ningkatan Kec Kab. RTH/tempat bermain/LOR

  4 Penyusunan Seluruh Ibukota APBD-K/P/N Din. PU YA Master Plan RTH Kec.

  Kab.

5 Pembangunan/Pe

  APBD-K Din. PU ningkatan Kab. RTH/tempat bermain/LOR

  Pembangunan/Pe Seluruh PPL YA APBD-K Din. PU

  6 ningkatan Kab. RTH/tempat

  Merupakan Instansi Usulan Program Sumber No Lokasi KSK Pelaksan Utama Pendanaan (YA/TIDAK) a

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  7 Rencana TPA Caddika TIDAK APBD- P/K Din. PU pengembangan Kab. tempat pengolahan sampah akhir (TPA)

  

Rencana Pusat PKLp, PPK TIDAK APBD- Din. PU

  8 pengolahan N/P/K/Masy. Kab. sampah organis menjadi kompos skala kecil

  9 Rencana Sistem Skala PKLp, PPK TIDAK APBD-P/K Din. PU Jaringan Kab. Prasarana Sanitasi berupa rencana IPLT

  10 Pengelolaan Kec. Pattallassang YA APBN/APBD- Kantor LH Industri P/K/Swasta Kab. Pengelolaan

  Gowa Sampah Regional Mamminasata; Pengelolaan TPA Kec. Bajeng TIDAK APBN/APBD Kantor LH

12 Caddika Kab.

  Gowa

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) Visi Kabupaten Gowa

  Berdasarkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Gowa sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dirumuskan visi pembangunan KabupatenGowa tahun 2005 – 2010, yaitu:

  “Terwujudnya Gowa yang Handal dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat”

  Secara filosofi, visi tersebut diatas megandung makna bahwa Kabupaten Gowa dengansegala potensi dan keunggulannya bercita –cita menempatkan diri sebagai daerah yanghandal dalam peningkatan kualiatas hidup masyarakatnya.

  Kondisi tersebut akan didukungoleh upaya mewujudkan masyarakat yang bermoral, beretika dan berbudaya dalamsuasana bermasyarakat, membangun prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalammengelola sumberdaya yang dimiliki menerapkan nilai-nilai modern dalam meningkatkanharkat dan martabat masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadaplingkungan hidup.

  Misi Kabupaten Gowa

  Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang telahditetapkan agar tujuan pembagunan dapat terlaksanakan dan berhasil dengan baik,sehingga seluruh masyarakat dan pihak yang berkepentingan (stakeholder) mengetahuiprogram-programnya dan hasil yang akan diperoleh di masa yang akan datang.

  Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

  Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :

  • Program pembangunan jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
  • Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
  • Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
  • Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
  • Program normalisasi saluran;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
  • Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
  • Program pemberdayaan petani pemakai air;
  • Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
  • Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
  • Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
  • Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pengembangan sistem distribusi air minum;
  • Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
  • Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
  • Program pengembangan perumahan;
  • Program lingkungan sehat perumahan;
  • Program pemberdayaan komunitas perumahan;
  • Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program kerjasama pemanfaatan ruang;

  Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air. Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  • Program pembangunan jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan saluran drainase/plat duicker;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
  • Program tanggap darurat jalan dan jembatan;
  • Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan;
  • Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;
  • Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air;
  • Program normalisasi saluran;
  • Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;
  • Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun;
  • Program pemberdyaan petani pemakai air;
  • Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang;
  • Program pembangunan sumur-sumur air tanah;
  • Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
  • Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;
  • Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pengembangan sistem distribusi air minum;
  • Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
  • Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
  • Program pembangunan infrastruktur pedesaan;
  • Program pengembangan perumahan;

  • Program lingkungan sehat perumahan;
  • Program pemberdayaan komunitas perumahan;
  • Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial;
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang;
  • Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut:
  • Program perencanaan tata ruang;
  • Program pemanfaatan ruang;
  • Program pengendalian pemanfaatan ruang; - Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung

  Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Dimana persyaratan teknis itu ditetapkan dengan Peraturan Bupati yakni Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; Status kepemilikan bangunan gedung; dan Izin menrdirikan bangunan gedung.

  Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain, namun bangunan gedung dengan status milik pihak lain hanya dapat didirikan dengan izin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik bangunan gedung.

  Status kepemilikan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan bangunan gedung yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten, berdasarkan hasil kegiatan pendataan bangunan gedung. Kegiatan pendataan tersebut dilakukan bersamaan dengan proses mendirikan bangunan gedung untuk dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan gedung wajib melengkapi dengan : tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah; data pemilik bangunan gedung; rencana teknis bangunan gedung; dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

  Setiap mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten, RDTRKP, dan/atau RTBL serta tidak boleh melebihi ketentuan maksimal kepadatan dan ketinggian yang ditetapkan didalamnya dimana kepadatan tersebut ditetapkan dalam bentuk Kooefisien Dasar bangunan (KDB) Maksimal yang didasarkan pada luas kaveling/persil, peruntukan atau fungsi lahan, dan daya dukung lingkungan. Sedangkan ketinggian maksimal ditatapkan dalam bentuk Kooefisien Lantai Bangunan (KLB) dan/atau jumlah lantai maksimal.

  Setiap bangunan gedung yang didirikan tidak boleh melanggar ketentuan minimal jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten, RDTRKP, dan/atau RTBL. Ketentuan jarak bangunan gedung ditetapkan dalam bentuk : garis sempadan banguan gedung denga as jalan, tepi sungai, irigasi, tepi danau, dan/atau jaringan tegangan tinggi; jarak antara bangunan gedung dengan batas-bnatas persil, jarak antar bangunan gedung, dan jarak antara as jalan dengan pagar halaman yang diizinkan pada lokasi yang bersangkutan, yang diberlakukan per kaveling, per persil, dan/atau per kawasan.

  Penampilan bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah estetikabentuk, karakteristik arsitektur, dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Penampilan bangunan harus menyesuaikan dengan bangunan gedung yang ada disekitarnya, dikawasan cagar budaya harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah pelestarian sedangkan bila berdampingan dengan bangunan gedung yang dilestarikan harus dirancang dengan mempertimbangkan kaidah estetika bentuk dan karekteristik dari arsitektur bangunan yang dilestarikan.

  Persyaratan keselamatan meliputi : persyaratan kemempuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan; dan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. Persayaratan kesehatan bangunan gedung meliputi : persyaratan sistem penghawaan; persyaratan sistem pencahayaan; persyaratan sistem sanitasi; dan penggunaan bahan bangunan gedung. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi : kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang; kenyamanan kondisi udara dalam ruang; kenyamanan pandangan; kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Persyaratan kemudahan meliputi : kemudahan hubngan ke, dari, dan di dalam gedung; dan kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.

  Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan : perencanaan teknis; pelaksanaan konstruksi; dan pengawasan konstruksi. Pemanfaatan bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna sesuai dengan kaidah pelestarian dan klasifikasi bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Pemugaran bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan merupakan kegiatan memperbaiki dan memulihkan kembali bangunan gedung ke bentuk aslinya.Pembongkaran bangunan gedung harus dilaksanakan secara tertib dan mempertimbangkan keamanan, keselamatan masyarakat dan lingkungannya.

  Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai hak : a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas rencana teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan; b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten; c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Kabupaten; d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundang-undangan dari Pemerintah Kabupaten karena bangunannya dutetapkan sebagai bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan;

  e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah kabupaten; f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban : a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya; b. memiliki Izin Mendirikan Banguna (IMB);

  c. melaksanakan pembangunan gedung sesuai dengan rencana teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin mendirikan bangunan;

  d. meminta pengesahan dari Pemerintah Kabupaten atas perubahan rencana teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan.

  7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)