DOCRPIJM 1479105291BAB 7 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab Selayar

  1 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAB KEPULAUAN SELAYAR

7.1.1 Rencana Sitem Perkotaan

  Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan / atau administrasi di wilayah kabupaten yang terdiri atas: a. PKL yang telah ditetapkan untuk wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai dengan Perda No.9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulsel; b. Pusat-pusat yang dianggap perlu untuk diusulkan sebagai PKL Promosi.

  c. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:  Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

   Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.

  Di Kabupaten Kepulauan Selayar, berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan (Perda No. 9 Tahun 2009), telah ditetapkan dua kota PKL, yaitu masing-masing adalah Benteng dan Pamatata. berdasarkan hasil analisis, kedua kota ini belum efektif dalam melayani seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar yang terdiri atas pulau-pulau.

  Sebagai upaya untuk mengintegrasikan wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar ke dalam satu satuan wilayah, diperlukan pengembangan pusat kegiatan yang setara PKL di pulau-pulau yang letaknya terpisah dari daratan Pulau Selayar. Untuk itu, diusulkan dua kota lagi sebagai PKL Promosi (PKLp) yaitu Bonerate dan Kayuadi. Kedua kota ini masing-masing merupakan ibu kota kecamatan yang peningkatan fungsinya dapat didorong untuk menjadi pusat kegiatan baru. Dengan adanya

  2 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  dapat lebih efektif. Skala pelayanan PKL dan PKLp masing-masing meliputi beberapa kecamatan sehingga dengan adanya keempat pusat kegiatan ini, jangkauan pelayanannya dapat mencakup seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar.

  Untuk mendukung fungsi PKL, di Kabupaten Kepulauan Selayar dikembangkan sejumlah PPK yang skala pelayanannya mencakup satu kecamatan atau beberapa desa. PPK yang dimaksud adalah Matalalang, Polebungin, Pariangan, Batangmata, Buki, Ujung Jampea dan Latokdok. Ketujuh PPK ini adalah ibukota kecamatan yang ada dalam wilayah pelayanan PKL Benteng dan Pamatata serta PKLp Bonerate dan Kayuadi.

  Pusat kegiatan dalam hirarki terendah yang dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Selayar adalah PPL yang memiliki skala pelayanan desa atau beberapa beberapa kegiatan antardesa. PPL yang dimaksud adalah Padang, Barugaiya, Appatanah, Pattumbukang, Jammeng, Onto di P. Selayar, Jinato, Tambuna, Rajuni, Karumpa, dan Pulo Madu di Kecamantan Takabonerate dan Pasilambena.

  Setiap PKL dan PKLp merupakan pusat dari wilayah pengembangan (WP). Dengan demikan, PKL Benteng merupakan pusat pelayanan bagi Wilayah Pengembangan Selayar Bagian Selatan yang mencakup Kecamatan Benteng, Bontoharu , Bontosikuyu dan Botomanai. Pamatata merupakan pusat pelayanan bagi Wilayah Pengembangan Selayar Bagian Utara yang mencakup Kecamatan Bontomatene dan Buki. PKLp Kayuadi diusulkan untuk menjadi pusat pelayanan bagi wilayah Pengembangan Jampea-Takabonerate yang mencakup Kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur dan Takabonerate. PKLp Bonerate diusulkan sebagai pusat pelayanan bagi Wilayah Pengembangan Pasimarannu-Pasilambena.

  3 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan Tabel 7.1 Matriks rencana sistem permukiman (hierarki pusat-pusat pelayanan) Kabupaten kepulauan selayar 2011 – 2031 RTRWP/RTRWK RTRWK

PKL/PKLp Wilayah PPK Wilayah PPL Wilayah

  1. Benteng* Benteng

  1. Matalalang Bontobangun Padang

  1. Baloiya Bontoharu Putabangun

  2. Gusung Botomanai Bontoburusu

  3. Dongkalang Bontosikuyu Bontotanga Bontosunggu Bontolebang Kahu-kahu Kalepadang

  2. Polebungin Polebungin Barugaiya Barugaiya Parak Jambuiya Mare-mare Bontomarannu Bonea Tmur Bonea Makmur

  3. Pariangan Harapan Appatanah Patikarya Pattumbukang Patilereng Jammeng Laiyolo Baru Laiyolo Lantibongan Binanga Sombaiya Lowa Appatanah Polassi Tambolongan

  2. Bontomatene

  1. Batangmata Onto Pamatata* Batangmata

  Buki Barat Lambongan Maharayya Onto Batangmata Sapo Bontona Saluk Tanete Kayu Bauk Pamatata Bungaiya Menara Indah

  4 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan RTRWP/RTRWK RTRWK

PKL/PKLp Wilayah PPK Wilayah PPL Wilayah

  Bontolempangan Kohala Lalang Bata Balang Butung

  3. Takabonerate Benteng Kayuadi Jinato Kayuadi** Jampea Pasimasunggu Batang Tambuna Timur

  Nyiur Indah Rajuni Rajuni Pasimasunggu Jinato

  Latondu Tambuna Tarupa Tarupa

  Rajuni Latondu Kembang Ragi Bontosaile Labuang Pamajang Ma’minasa Massungke Bonto baru Bonto Bulaeng Bonto Malling Lembang Baji

4. Pasimarannu Latokdok Bonerate Karumpa

  Bonerate** Pasi Lambena Majapahit Pulo Madu Bonea Batu Bingkung Lambego Komba-Komba Lembang Mate’ne Kalaotoa Garaupa Pulo Madu Karumpa Karumpa Barat Karumpa Timur

  Keterangan : PKL : Pusat Kegiatan Lokal (melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan) PPK : Pusat Pelayanan Kecamatan (melayani satu kecamatan atau beberapa desa) PPL : Pusat Pelayanan Lingkungan (melayani satu desa atau beberapa kegiatan)

  • Sudah ditetapkan dalam Perda No. 9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sul-Sel
    • Diusukan sebagai PKL Promosi (PKLp)

  5 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

7.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

  Kawasan perdesaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

  Kegiatan dalam pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam, dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

  1. Setiap dusun memiliki pusat dusun;

  2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa;

  3. Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang hirarkinya di bawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP);

  4. Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan masing- masing ibukota kecamatan dan atau pusat sistem perwilayahan.

  .

  Pusat Wilayah/ Dusun

  1

  3 DPP

  5 Ibukota Kecamatan Desa Kaw. Perkotaan

  2

  4 Penetapan desa yang terindentifikasi sebagai pusat pertumbuhan yaitu

  merupakan kawasan perdesaan yang paling tinggi peran dan fungsinya bagi desa- desa sekitarnya. Dengan demikian desa ini dapat berfungsi sebagai pendorong pengembangan desa-desa sekitarnya dan sekaligus menciptakan kawasan pengembangan baru di wilayah kabupaten.

  6 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan diarahkan untuk mendapatkan kawasan perdesaan yang terintegrasi dalam kesatuan sistem perdesaan untuk : a. Optimalisasi usaha – usaha pemberdayaan masyarakat;

  b. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;

  c. Konservasi sumber daya alam;

  d. Pelestarian warisan budaya lokal;

  e. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk ketahanan pangan;

  f. Menjaga keseimbangan pembangunan perdesaan perkotaan Penataan ruang kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan. Penataan ruang kawasan perdesaan dalam wilayah kabupaten dilakukan pada tingkat wialyah kecamatan atau beberapa wilayah desa yang bentuknya merupakan bentuk detail dari wilayah kabupaten. Rencana penataan ruang perdesaan merupakan alat koordinasi dalam pelakasanan pembangunan yang bersifat lintaswilayah. Rencana tata ruang kawasan perdesaan berisi struktur ruang dan pola ruang wilayah perdesaan, sedangkan rencana tata ruang kawasan agropolitan dan minapolitan merupakan rencana rinci tata ruang satu atau beberapa wilayah perdesaan. Pada Kabupaten Kepulauan Selayar pengembangan lokasi Minapolitan di Kecamatan Bontoharu

7.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

7.2.1 Visi KAB KEPULAUAN SELAYAR Tahun 2014-2019

  Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada). Visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih seharusnya menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban. Pedoman utama penyusunan visi kepala daerah (saat mencalonkan) adalah bagaimana menyesuaikannya dengan sasaran pokok sesuai dengan arah kebijakan pembangunan lima tahun periode berkenaan. Untuk mencapai indikator dan target dari sasaran pokok yang sama, kepemimpinan yang berbeda dapat menghasilkan visi

  7 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  masing. Dengan demikian maka kedudukan RPJMD sangat penting untuk dapat menerjemahkan berbagai kemungkinan perbedaan visi dan misi calon kepala daerah lainnya dengan kepala daerah yang terpilih sehingga menjadi landasan penyusunan dokumen RPJMD yang dapat dioperasionalkan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan.

  Mengacu pada uraian di atas serta memperhatikan Visi RPJPD Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2005-2025 Selayar, RPJPD dan RPJM Propinsi Sulawesi Selatan, substansi RPJM Nasional 2010-2014, dinamika lingkungan strategis, aspirasi masyarakat dan pemerintah Kepulauan Selayar, serta visi misi Bupati/Wakil Bupati, maka ditetapkan Visi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam RPJMD 2010-2015 sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun waktu 5 tahun ke depan adalah :

  “Selayar Sebagai Kabupaten Kepulauan Yang Maju, Sejahtera dan Religius”.

  Visi ini memiliki makna sebagai berikut:

  7.2.2 Maju dimaksudkan sebagai suatu kondisi dimana infrastruktur telah

  memadai, sumberdaya alam telah terkelola secara optimal, aksesibilitas dan interkoneksitas antar daerah dan antar wilayah kepulauan telah terbangun sehingga menempatkan Selayar sebagai Kabupaten Kepulauan yang terdepan, baik dalam konteks regional maupun nasional.

  7.2.3 Sejahtera dimaksudkan sebagai suatu kondisi dimana masyarakat

  mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan dan papan), kualitas SDM masyarakat sudah baik yang ditandai kualitas pendidikan dan kesehatan, berdaya beli tinggi, serta memiliki kesempatan yang sama dan nyata untuk mendukung upaya kemandirian lokal.

7.2.4 Religius berarti internalisasi nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan.

  Ajaran Agama Islam maupun ajaran Agama lainnya, harus mampu dilaksanakan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Untuk itu seluruh kebijakan pembangunan harus berorientasi pada upaya memantapkan kehidupan yang religius, terutama kepemimpinan daerah dan aparatur agar senantiasa mencerminkan sikap dan perilaku dengan dasar keimanan, ketaqwaan dan

  8 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

7.2.5 Misi KAB KEPULAUAN SELAYAR Tahun 2014-2019

  Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Secara teknokratis, misi dapat dirumuskan menjadi alasan mengapa organisasi ada. Suatu alasan menjelaskan jati diri yang sesungguhnya dari Pemerintah Daerah. Disini, misi juga dapat didefinisikan sebagai komitmen terbaik terhadap stakeholder. Ada banyak

  

stakeholder pembangunan daerah, utamanya adalah masyarakat sebagai objek

  (tujuan) sekaligus subjek (pelaku) pembangunan. Rumusan misi dalam dokumen RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah.

  Misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai perwujudan visi. Oleh karena itu, pernyataan misi sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana, ringkas dan mudah dipahami tanpa mengurangi maksud yang ingin dijelaskan.

  Mengacu pada uraian-uraian tersebut di atas, maka dirumuskan Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dalam periode 5 (lima) Tahun RPJMD 2010-2015, adalah sebagai berikut: 1.

   Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

  Kualitas sumber daya manusia menjadi indikator yang sangat penting dalam proses maupun pencapaian tujuan pembangunan. Tidak ada Negara di dunia ini mampu menjadi Negara maju jika tidak berangkat pada titik pijak pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia, diantaranya melalui capaian target-target Millenium Development Goals (MDGs). Manusia adalah subjek dan objek pembangunan. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia berarti pemenuhan kebutuhan pendidikan secara memadai, kesehatan secara utuh yang berkeadilan untuk seluruh

  9 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan 2. Meningkatkan infrastruktur

  Membangun, meningkatkan dan memeratakan infrastruktur agar bisa hidup layak, tidak terisolasi, memperlancar mobilitas masyarakat, barang dan jasa, mengurangi kesenjangan antar wilayah, meningkatkan keterkaitan antar wilayah, meningkatkan aktivitas sosial lainnya sehingga masyarakat dapat menikmati hasil- hasil pembangunan. Infrastruktur yang dimaksudkan yaitu jalan, jembatan, sarana air bersih dan sanitasi, energy, dan prasarana wilayah.

  Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan infrastruktur untuk dapat membuka akses ke berbagai kantong produksi dan dapat mempermudah pemasaran hasil-hasil produksi yang kemudian dapat mendorong pergerakan perekonomian daerah.

3. Memberdayakan ekonomi kerakyatan

  Membangun fondasi ekonomi masyarakat dari sektor riil dan berbasis kerakyatan yang tangguh dan berproduksi tinggi dengan menfasilitasi berkembangnya unit-unit usaha mikro, kecil dan menengah, koperasi yang sehat, yang akan memperluas kesempatan kerja dengan intervensi pada aksesibilitas modal lunak dari perbankan pemerintah maupun lembaga keuangan non bank, manajemen usaha dan ekspansi skala usaha.

  Memberdayakan ekonomi kerakyatan melalui kebijakan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat, terutama dalam hal pengentasan kemiskinan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat menikmati pembangunan ekonomi secara lebih baik dan mereka juga dapat lebih jauh terlibat dalam aktivitas ekonomi. Kebijakan ini dilakukan dengan pendekatan yang tidak saja mengutamakan pertumbuhan tetapi juga distribusi, atau diken al dengan “pertumbuhan dengan pemerataan” (growth with

  equity)

  dalam mewujudkan “pertumbuhan dengan basis yang luas” (broad-based growth). Pendekatan ekonomi kerakyatan ini berfokus kepada 3 (tiga) hal, yaitu: a.

  Mengedepankan kebijakan pada penciptaan keadaan yang mendorong dan mendukung usaha – usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan memecahkan permasalahan mereka sendiri pada tingkat

  10 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan b.

  mengembangkan kelembagaan ekonomi yang berfungsi dan sesuai kaidah- kaidah organisasi yang mandiri.

  c. mengembangkan sistem produksi berdasarkan sumberdaya di setiap kawasan dan wilayah.

4. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

  Sumber daya alam yang melimpah dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan, perikanan, pertambangan, dan energy, perlu dikelola secara optimal sehingga sumber daya alam itu tidak hanya diekploitasi oleh segelintir orang tetapi dinikmati dan mampu memenuhi kebutuhan bahkan mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat tanpa melupakan pelestarian lingkungan.

5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan dan penegakan hukum

  Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan penegakan hukum memegang peranan yang sangat penting dalam rangka terwujudnya pelayanan publik yang prima kepada masyarakat.

6. Mengembangkan pembinaan kehidupan beragama.

  Paham keagamaan selalu menjadi landasan dalam setiap gerak pembangunan bangsa sebagai pondasi dan benteng bagi kita terhadap pengaruh buruk dari globalisasi

7.2.6 Arah Kebijakan Dan Program Prioritas

  Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang- undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif

  11 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.

  Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi harus dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-management). Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan. Rumusan strategi juga harus menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana Pemerintah Daerah menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder pembangunan daerah. Di sini penting untuk mendapatkan parameter utama yang menunjukkan bagaimana strategis tersebut menciptakan nilai (strategic objective). Melalui parameter tersebut, dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi sekaligus untuk menciptakan budaya “berpikir strategik” dalam menjamin bahwa transformasi menuju pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang lebih baik, transparan, akuntabel dan berkomitmen terhadap kinerja, strategi harus dikendalikan dan dievaluasi (learning process).

  Mengacu pada teori tersebut diatas serta berdasar pada hasil analisis mendalam terhadap permasalahan pembangunan, isu-isu strategis, serta potensi/kekuatan dan kelemahan yang ada maka disusunlah strategi dan arah kebijakan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar Lima tahun kedepan, sebagaimana diuraikan dalam tabel di bawah ini:

  12 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

Tabel 7.2 Strategi dan Program Prioritas RPJMD Kabupaten Kepulauan Selayar.

  Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya pemerataan Memberikan kesempatan yang seluas- Perluasan akses pendidikan melalui peningkatan luasnya kepada masyarakat untuk kualitas pendidikan gratis dan bantuan pendidikan / pendidikan bagi seluruh lapisan menempuh pendidikan, dan terlebih beasiswa bagi keluarga kurang mampu dan atau masyarakat khususnya pada kelompok kelompok usia berprestasi sekolah. Meningkatnya kompetensi peserta Mendorong pendidikan yang bermutu dan Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, berkualitas sehingga mempunyai bahan ajar, metode pembelajaran dan sistem didik dan lulusan pada semua jenjang dayasaing yang tinggi penilaian yang berstandar nasional dan pendidikan internasional.

  Meningkatnya manajemen Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan Peningkatan manajemen pengelolaan pendidikan transparansi pendidikan melalui pelatihan dan pendidikan Formal serta kependidikan Meningkatnya akses, peningkatan sarana dan prasarana aparatur mutu dan relevansi Meningkatnya Profesionalisme Melakukan perbaikan secara bertahap dan Peningkatan kualifikasi dan kompotensi pendidik layanan pendidikan diawali dengan menggunakan SDM dan tenaga kependidikan melalui Pelatihan dan pendidik dan tenaga kependidikan dan perpustakaan eksternal untuk meningkatkan kompetensi sertifikasi Pendidik yang Profesional

  Meningkatkan kuantitas dan kualitas meningkatkan sarana dan prasarana Peningkatan sarana dan sarana pendidikan yang pendidikan serta fasilitas sekolah di daerah layak sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) sarana dan prasarana pendidikan terpencil Meningkatkan partisipasi masyarakat Penguatan pemberdayaan masyarakat Pengembangan dan peningkatan Dewan Pendidikan terhadap pendidikan dan Komite Sekolah serta Pelibatan partisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan.

  Meningkatnya minat baca Meningkatkan cakupan dan mutu layanan Meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan masyarakat perpustakaan bacaan di Perpustakaan dan di masyarakat Meningkatkan Meningkatnya cakupan, mutu dan Meningkatkan kinerja pelayanan Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, kesadaran, kemauan akses pelayanan kesehatan kesehatan masyarakat terjangkau, bermutu melalui penerapan Sistem dan kemampuan masyarakat

  Kesehatan Daerah (SKD) secara baik dengan

  13 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan hidup sehat masyarakat penekanan pada upaya promotif dab preventif Meningkatnya partisipasi dan keberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

  

Peningkatan pemberdayaan Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) secara berkesinambungan

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memelihara kesehatan secara mandiri

  Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber daya dan manajemen kesehatan

Peningkatan Kualitas SDM melalui

pendidikan dan pelatihan serta meningkatkan efesiensi dan efektifitas pembiayaan Kesehatan dan manajemen kesehatan

  Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan dan manajemen kesehatan termasuk termasuk akreditasi RSUD

  Meningkatkan Keluarga Kecil Berkualitas, Meningkatnya kualitas pelayanan KB Memberdayakan dan menggerakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas

  Memperluas akses masyarakat terhadap layanan keluarga berencana (KB) serta meningkatkan koordinasi dan kemitraan dalam pelayanan KB Meningkatnya peran serta masyarakat dalam peningkatan keluarga kecil berkualitas

  Menfasilitasi pembentukan masyarakat peduli KB Meningkatkan jumlah kelompok masyarakat peduli KB yang berperan aktif dalam pelayanan KB

  Meningkatkan keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

  Meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan

Meningkatkan upaya pemberdayaan

ekonomi, pendidikan dan kesehatan

perempuan Penigkatan kuantitas dan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan, di segala bidang pembangunan

  Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak Meningkatkan kampanye dan advokasi anak masa depan bangsa

  Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan hak-hak anak Meningkatkan kualitas pemuda dan prestasi olah raga Meningkatnya kualitas pemuda Meningkatkan pengetahuan, skill dan jiwa kewirausahaan pemuda Meningkatkan pembinaan, pelatihan dan bantuan modal usaha pemuda Meningkatnya prestasi olah raga Memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat dan siswa Meningkatkan sarana prasana olah raga dan apresiasi kepada atlit berprestasi

  14 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  7.3 ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

  Arahan peraturan daerah tentang bangunan dan gedung diatur dalam NOMOR

  05 TAHUN 2007 TENTANG TATA BANGUNAN dalam perda ini nantinya tidak hanya mengatur tentang aspek bangunan, tata ruang dan lingkungan saja, namun juga berpotensi menghasilkan PAD baru. Misalnya setiap gedung yang akan dibangun harus sesuai dengan standar bangunan dalam perda. Standar itu akan dikenakan pajak termasuk ketinggian gedung. Hal ini hampir sama dengan mekanisme pengaturan gedung di Jakarta. Lebar dan tinggi gedung dihitung untuk menghasilkan pajak atau retribusi baru.

  7.4 ARAHAN RENCANA INDUK (SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM) PAM KAB KEPULAUAN SELAYAR (RISPAM)

  Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi- dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi.

  Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

  Di dalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan arahan pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah bagian Rencana Pengembangan SPAM yang terdiri dari:

  a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah;

  b. Rencana Sistem Pelayanan;

  c. Rencana Pengembangan SPAM; dan

  15 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

7.5 ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

  Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi KAB KEPULAUAN SELAYAR didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi KAB KEPULAUAN SELAYAR berpedoman pada prinsip:

  a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

  b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);

  c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.

  Beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Selayar, adalah :

  1. Bahwa sesungguhnya pertumbuhan penduduk akan terus bertambah, tambahan penduduk sudah tentu akan membawa dampak dalam segala lini kehidupan masyarakat. Dampak positif adalah dengan pertumbuhan penduduk proses produksi diharapkan akan semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan penduduk itu sendiri, pola prilaku akan semakin berkembang dan beragam. Dampak negatifnya bahwa dengan pertumbuhan penduduk akan membawa konsekwensi terhadap munculnya beranekaragam pola prilaku individu atau kelompok yang tidak menguntungkan baik secara ekonomi maupun sosial- budaya dan lebih-lebih dari aspek kesehatan lingkungan, termasuk dalam PHBS.

  2. Bahwa sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Selayar menggunakan on site system, meskipun juga belum memenuhi harapan.

  Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, baik di lingkungan masyarakat itu sendiri, pemerintah maupun swasta. Kondisi ini menuntut adanya peningkatan kapasitas layanan pengelolaan air limbah persil khususnya dari Pemerintah

  16 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air limbah domestik memenuhi harapan.

  3. Bahwa untuk meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah terpusat (off

  

site system) memerlukan kerja keras dari pemerintah khususnya pemerintah

  kabupaten, sistem layanan air limbah terpusat (off site system) di daerah ini belum berkembang yaitu mulai dari hulu (rumah tangga) hingga ke hilir (pembuangan/pengolahan akhir), sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan air limbah yang komprehensif dan terpadu agar Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki acuan yang jelas dalam meningkatkan layanan pengelolaan air limbah.

  Disadari bahwa kualitas hidup lingkungan permukiman atau hunian dapat tercermin dari tingkat kepemilikan jamban, sistem pengelolaan sanitasi air limbah, belum lagi memperhitungkan kepemilikan dan atau pemeliharaan jamban. Diperlukan perencanaan dan program yang bersifat jangka panjang dan terpadu sebagai landasan pokok dalam pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, sehingga kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat semakin meningkat.

  4. Mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat maka dukungan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media komunikasi menempati posisi strategis baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan sanitasi. Untuk itu diperlukan sistem kelembagaan yang kuat di bawah koordinasi Dinas Teknis Pemerintah Kabupaten yang melibatkan semua komponen masyarakat, dunia usaha, lembaga pendidikan, LSM, media, dll.

  Dari pembahasan terdahulu, dapat diperoleh beberapa permasalahan mendesak tentang sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Kepulauan Selayar, sebagai berikut:

  1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi

  17 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Selayar baik di daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum tersedia.

  3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off site system.

  4. Tingkat kepemilikan jamban masih rendah, kondisi fisik jamban umumnya masih dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak menjamin bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau memiliki sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling menentukan adalah tingkat kepedulian.

  5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik di lingkungan pemerintah, masyarakat, maupun swasta.

  6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah.

  7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang, belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat.

  8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan .

  18 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

7.6.1 Arahan Peenetapan Pencapaian Sektor Sanitasi

  Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

  Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Kepulauan Selayar, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).

  Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:  Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 4 Desa/Kelurahan yang tersebar hampir diseluruh Kecataman daratan di kabupaten Kepulauan Selayar (Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Selatan dan Desa Bontolebang). Dalam peta diberi warna hijau tua.

   Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system setempat dengan pendekatan on site individual (tidak berbasis rumah tangga). Zona ini mencakup 71 desa/kelurahan;. Dalam peta diberi warna hijau muda (Mama Desa/Kel terlampir dalam penentuan zona dan sistem sanitasi kabupaten kepulauan selayar sub-sektor air limbah).

  19 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

   Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup 4 desa/kelurahan; Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, dan Kelurahan Benteng Utara dan Desa Barugaiya. Dalam peta diberi warna coklat tua.

   Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini mencakup 7 Desa/Kelurahan, yaitu Kelurahan Benteng. Kelurahan Benteng Selatan, dan Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontosunggu, Desa Bontoborusu, Kelurahan Batangmata, Desa Barugaiya dan Dalam peta diberi warna merah hati.

7.6.2 Arahan Penetapan Pencapaian Sektor Persampahan

  Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Kepulauan Selayar terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:  Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 81 desa / kelurahan dalam zona ini. Dalam peta diberi warna hijau tua.

   Zona 2, merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu menengah dengan system layanan langsung dari sumber ke TPA. Terdapat 5 (lima) desa / kelurahan dalam zona ini; Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontolebang dan Desa Balang

  20 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

   Zona 3, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA dalam jangka waktu pendek. Zona ini mencakup 7 desa/kelurahan; Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontosunggu, Desa Bontoborusu, Kelurahan Batangmata, dan Desa Barugaiya. Dalam peta diberi warna putih.

7.6.3 Arahan Penetapan Pencapaian Sektor Drainase

  Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut:  Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 52 desa/kel. yang tersebar hampir diseluruh Kecataman di Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam peta diberi warna hijau muda.

   Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup 18 desa/kelurahan;. Dalam peta diberi warna biru tua.

   Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dalam jangka menengah, mencakup 4 kelurahan; Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara dan Kelurahan Batangmata. Dalam peta diberi warna merah.

7.6 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN & LINGKUNGAN (RTBL)

  Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan

  21 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

  a. Program Bangunan dan Lingkungan;

  b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

  c. Rencana Investasi;

  d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

  Agar Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Benteng –Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dijadikan pedoman dan acuan pembangunan secara nyata, pertu dijabarkan dalam aspek implementasi terkait penyusunan indikasi program. Syarat indikasi program yang baik adalah sebagai berkut :

  1. Merupakan penjabaran upaya implementasi yang konsisten terhadap visi, misi, tujuan yang telah dirumuskan

  2. Mengakomodasikan langkah yang mendukung strategi penataan dalam upaya pencapaian tujuan

  3. Dapat dijabarkan Iebih lanjut dalam program dan satuan proyek-proyek pendukungnya yang memungkinkan mengidentifikasi input sumber dayanya (waktu, dana, lokasi, pelaku) Dalam merumuskan indikasi program akan dijabarkan secara runtun berdasarkan visi, misi, tujuan dan agar menjamin konsistensi setiap perumusan program terhadap pencapaian misi dan tujuan perencanaan yang telah dicanangkan.

  Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan Wilayah Perkotaan (WP) Selayar disusun untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sesuai amanat UUTR No. 26/2007, visi dan misi Kota Benteng dan tujuan RTRW Kabupaten Kepulauan Selayar 2012-2032 yang hendak mewujudkan penataan ruang wilayah kabupaten bermatra darat dan laut yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dengan mengusung potensi

  22 ( B a b 7 ) LAPORAN AKHIR (Final Report)

  Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Kepulauan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan

  dan kearifan lokal yang didukung kondisi geostrategis wilayah yang memiliki kawasan pesisir berbasis kegiatan pertanian, perikanan, industri dan pariwisata. Melalui pertimbangan tersebut, maka tujuan pengembangan WP. Kota Benteng yaitu :

  1. Memperkuat fungsi WP Benteng sebagai kawasan perdagangan, perumahan dan perkantoran.

  2. Mendistribusikan penduduk secara merata sesuai dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan.

  3. Menciptakan hirarki pelayanan sarana dan prasarana kota yang berkualitas, efektif, efisien, merata dan terpadu.

  4. Menciptakan sistem pergerakan yang aman, nyaman dan lancar.

  5. Menciptakan kualitas lingkungan, visual, dan fungsional kota secara berkelanjutan (sustainable city).

  6. Menciptakan pola pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang selaras, serasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan dan arah kebijaksanaan penataan kota.