PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018) SKRIPSI
PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK
(Studi Kasus pada Keluarga TKW
di Desa Blotongan Salatiga 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Hani Latifah
NIM: 11114190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
PERAN AYAH SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL
DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK
(Studi Kasus pada Keluarga TKW
di Desa Blotongan Salatiga 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Hani Latifah
NIM: 11114190
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
MOTTO
اَهَعْسُو َّلاِإ ًاسْفَن ُ ّاللّ ُفِّلَكُي َلا
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.(QS. Al-Baqarah: 286)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan ibundaku tersayang, M. Yazid dan Issemiyati yang selalu membimbingku, memberikan nasehat, dan mendoakanku tanpa henti.
2. Saudara kandungku, Adib Irfani dan Ahmad Arief yang menjadi salah satu semangatku untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Afit Munandar yang selalu memberikan motivasi dan semangat.
4. Rosidi, Naim K Ihsan, dan Arifah Nurlaili.
5. Sahabat seperjuanganku yang telah memberi dukungan Farida, Tutik, Endah, , Nely, Novi.
6. Keluarga PPL SMPN 3 Getasan Atika, Yurvista, Syahril, Iis, dll.
7. Keluarga KKN posko 20 Bateh Karisna, Laela, Zul, April, Novi, Mamik, dll.
8. Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2014.
9. Segenap pendidik dan pembaca.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah membekali ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 30 Agustus 2018 Hani Latifah 111-14-190
ABSTRAK
Latifah, Hani. 2018. Peran Ayah sebagai Orang tua Tunggal dalam Mendidik
Akhlak Anak (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga
2018). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata Kunci: Peran ayah, mendidik, keluarga TKW
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga. Rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) Bagaimana upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga. (2) Apa kendala seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga. (3) Bagaimana perilaku yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.
Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Desa Blotongan Salatiga. Pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif analisis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen. Karakteristik informan yang diteliti adalah seorang ayah dan anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga, dengan usia anak yang berkisar antara 12-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa upaya yang dilakukan ayah dalam mendidik anak, antara lain: (1) mengajarkan anak sholat. (2) mengajarkan Al-
Qur’an. (3) mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada orang tua. (4) mengajarkan anak agar berbuat baik kepada siapapun. (5) memberi kasih sayang dan hukuman. (6) memberi teladan pada anak-anak. (7) memperhatikan pergaulan anak. Kendala yang dihadapi kelima ayah adalah jenis kendala internal, yakni dimana ada keinginan bermain yang lebih pada diri anak, kendala internal pada penelitian ini adalah anak banyak menonton televisi, bermain handphone, dan bersepeda, serta ada anak yang masih sering membantah jika dinasehati. Adapula ayah yang menghadapi dua kendala sekaligus, yakni kendala internal dan eksternal. Kendala eksternal adalah kendala yang bersumber dari luar diri anak, kendala tersebut bersumber dari ayah, dimana kadang ayah bekerja sampai larut malam, bahkan ada yang tidak pulang dalam beberapa hari. Akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga relatif baik, karena rata-rata dari mereka dapat berperilaku sebagaimana mestinya dan sesuai dengan aturan yang ada, sehingga dapat dikatakan tidak ada anak nakal berlebihan, masih tergolong wajar dan dapat dinasehati oleh orang tua.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ................................................................................ i LEMBAR BERLOGO IAIN ................................................................................... ii HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................. vi MOTTO ................................................................................................................ vii PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................. xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6 F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10
A. Landasan Teori .................................................................................... 10 1. Peran Ayah ................................................................................... 10 a. Pengertian Peran Ayah .......................................................... 10 b. Pengertian Orang tua Tunggal .............................................. 12 c. Pengertian Mendidik ............................................................. 14 d. Pengertian Akhlak ................................................................. 16 e. Pengertian Anak .................................................................... 16 f. Upaya Mendidik Anak .......................................................... 17 g. Kendala Mendidik Akhlak Anak .......................................... 24 h. Akhlak Anak ......................................................................... 25 2. Keluarga TKW ............................................................................. 29 a. Pengertian Keluarga .............................................................. 29 b. Fungsi Keluarga .................................................................... 30 c. Tujuan Keluarga .................................................................... 32 d. Tipe Keluarga ........................................................................ 33 e. Tenaga Kerja Wanita (TKW) ................................................ 34 B. Kajian Pustaka ..................................................................................... 35BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 40 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 40 C. Sumber Data ................................................................................... 41 D. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 41E.
Analisis Data .................................................................................. 43 F.
Pengecekan Keabsahan Data .......................................................... 45 G.
Tahap-tahap Penelitian ................................................................... 45
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA .................................................... 48
A. Paparan Data ..................................................................................... 48 1. Letak Geografis ......................................................................... 48 2. Keadaan Penduduk .................................................................... 48 3. Data Informan ............................................................................ 54 4. Profil Subjek Penelitian ............................................................. 54 5. Temuan Penelitian ..................................................................... 62 B. Analisis Data ................................................................................... 102 1. Upaya ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlakanak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ............ 102 2. Kendala dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di
Desa Blotongan Salatiga .......................................................... 110 3. Akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa
Blotongan Salatiga ................................................................... 112
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 118
A. Kesimpulan .............................................................................................. 118 B. Saran ......................................................................................................... 120
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ............................................................ 49Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama ........................................................ 50Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ................................................. 51Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...................................... 52Tabel 3.5 Daftar Informan Keluarga TKW ............................................................ 54DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran
2 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran
3 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran
4 Surat Pernyataan selesai Penelitian Lampiran
5 Pedoman Wawancara Lampiran
6 Hasil Wawancara Lampiran
7 Dokumentasi Lampiran
8 Daftar Nilai SKK Lampiran 9 Riwayat Hidup Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum wanita secara alamiah diciptakan untuk melahirkan,
membina, dan mengasuh anak. Wanita tidak perlu mengemban tugas berat sosial dan ikut serta dengan kaum laki-laki membanting tulang dalam menjalankan aktivitasnya (Mansur, 2007:208). Wanita cenderung memiliki hati dan perasaan yang lembut, sedangkan laki-laki cenderung memiliki hati yang kuat, tegas, dan memiliki sifat pemimpin. Namun, adanya tuntutan persamaan gender antara kaum laki-laki dan perempuan seakan telah mengubah dunia. Dapat dilihat bahwasannya dalam dunia pekerjaan pun juga kini telah diperluas bagi kaum wanita. Sekarang ini sudah tidak mengherankan lagi apabila wanita yang sudah berumah tangga juga ikut ambil alih membantu suami mencari nafkah. Dengan berbagai alasan, kini perempuan dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Itu semua dilakukan demi tercukupinya kebutuhan yang harus dipenuhi pasangan suami istri dalam berumah tangga, terlebih lagi jika sudah dikaruniai anak tentu kebutuhan akan semakin bertambah.
Wanita yang ikut bekerja dengan maksud membantu perekonomian keluarga memang tidaklah salah. Tetapi permasalahannya adalah apabila tugas yang seharusnya dilakukan wanita sebagai istri dan ibu di rumah menjadi terabaikan dan terlupakan. Tidak sedikit wanita yang memilih bekerja hingga mau tidak mau mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu, yang dimaksud adalah pekerjaan yang bertempat di luar kota bahkan hingga luar negeri. Padahal, peran ibu sebagai orang tua sangatlah penting untuk anaknya, tanpa hadirnya figur seorang ibu tentu anak akan merasakan adanya sesuatu yang kurang. Sayangnya, banyak wanita yang sudah menjadi ibu justru rela berjauhan dengan anak, suami, dan keluarga dengan mengatasnamakan ekonomi. Alasan ekomoni itu pula yang membuat akhirnya para suami mengizinkan istrinya untuk menjadi TKW.
Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari (2008) yang berjudul TKW dan Pengaruhnya Terhadap Kelangsungan Hidup Berkeluarga dan Kelangsungan Pendidikan Anak di Kabupaten Sleman, memaparkan hasil bahwa alasan utama para TKW memilih profesi tersebut terutama karena alasan ekonomi. Para suami yang tidak bekerja atau jika bekerjapun dengan penghasilan yang relatif masih kurang akhirnya dengan terpaksa mengijinkan istrinya bekerja sebagai TKW. Pilihan pekerjaan ini akhirnya mengorbankan fungsi istri sekaligus ibu yang berperan penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Dampak paling dirasakan bagi anak-anak para TKW adalah hilangnya perhatian orangtua khususnya ibu secara emosional dalam mendukung pendidikan formal mereka. Motivasi dan dorongan untuk belajar lebih lanjut tidak didapatkan ketika para ibu memilih bekerja sebagai TKW. Ironis sekali sementara alasan para TKW ini bekerja adalah untuk kelangsungan pendidikan anak-anak mereka.
Peran seorang suami yang ditinggal istri mencari nafkah sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) tentu menjadi lebih berat, terlebih bagi yang sudah memiliki anak, di sisi lain seorang ayah ada yang tetap memiliki tanggung jawab mencari nafkah, dan disalah satu sisi ia harus tetap melakukan tugasnya untuk menjaga serta melindungi anak di rumah. Seorang suami adalah kepala keluarga yang bertugas sebagai nahkoda dalam biduk rumah tangga. Dialah yang akan mengarahkan dan mengendalikan kemana keluarganya akan dibawa (Amirulloh, 2015:47). Mencari nafkah untuk keluarga juga merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh suami. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi:
ْنِم اوُقَفْ نَأ ا َمِبَو ٍضْعَ ب ٰىَلَع ْمُهَضْعَ ب ُوَّللا َلَّضَف اَمِب ِءاَسِّنلا ىَلَع َنوُماَّوَ ق ُلاَجِّرلا ْمِهِلاَوْمَأ “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sereka. (Q.S. An-Nisa [4]: 34).
Ayat diatas menjelaskan bahwa laki-laki adalah pemimpin, baik dalam lingkup keluarga maupun bermasyarakat, kaum laki-laki ditakdirkan sebagai pemimpin dan pelindung bagi kaum wanita. Di samping itu kaum lelaki diwajibkan untuk memberikan nafkah kepada isterinya sedangkan kaum wanita tidak diwajibkan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penting untuk dilakukan penelitian terhadap keluarga TKW. Hal yang menarik yang ingin penulis teliti adalah bagaimana upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak, kendala ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak, dan bagaimana akhlak anak pada keluarga TKW. Maka, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Peran Ayah Sebagai Orang tua Tunggal dalam Mendidik Akhlak Anak (Studi Kasus pada Keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga 2018 )”.
B. Fokus Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga? 2. Apa kendala ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga ?
3. Bagaimana akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa
Blotongan Salatiga? C.
Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui upaya seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.
2. Mengetahui kendala ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.
3. Mengetahui akhlak yang dimiliki anak pada keluarga TKW di Desa Blotongan Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Dari penulisan ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi semua kalangan, baik di dunia pendidikan maupun dalam masyarakat, khususnya bagi seorang ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik anak di Desa Blotongan Salatiga. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah sebagai bahan kajian pendidikan.
b.
Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah yang dihadapi seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak pada keluarga TKW.
2. Manfaat Praktis a.
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya orang tua dalam mendidik anak.
b.
Bagi peneliti diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan memperluas wawasan berdasarkan pengalaman dari apa yang ditemui di lapangan.
E. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas serta untuk menghindari kesalahpahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas, maka akan penulis sampaikan batasan-batasan istilah yang terdapat pada judul, yaitu:
1. Peran Ayah Peran ialah bentuk dan perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003:242). Istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam buku Kamus Besar Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).
Kata ayah dalam penelitian ini ditujukan bagi seorang laki-laki yang sudah menikah dan memiliki anak, yang istrinya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW). Peran ayah yang dimaksud penelitian ini adalah suatu peran yang harus dijalankan oleh ayah demi anak-anaknya, tanpa didampingi figur seoran istri yang mendampingi.
2. Orang tua Tunggal Orang tua tunggal dalam penelitian ini adalah figur seorang ayah yang menjadi satu-satunya orang tua yang dimiliki oleh anak di rumah, dikarenakan istri memilih untuk menjadi TKW. Sehingga, ayah memiliki peran ganda, yakni sebagai ayah sekaligus ibu bagi anak.
3. Mendidik Ki Hajar Dewantoro memberikan pengertian bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Surya, 2010:24).
Maksud dari penelitian ini, kata mendidik mengacu pada seorang ayah yang memberikan didikan kepada anaknya agar anak tersebut memiliki perilaku yang baik, karena ayah menjadi satu- satunya orang tua yang di rumah, sehingga peran untuk mendidik anak mutlak terlimpahkan sepenuhnya kepada seorang ayah.
4. Akhlak Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian (Syafei, 2006:76).
5. Anak Anak adalah keturunan kedua (Depsdiknas, 2007:41). Menurut
pasal 1 (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seorang yang belum berumur 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak dalam penelitian kali ini adalah seorang anak yang memiliki ibu sebagai TKW, sehingga anak tersebut tidak tinggal dengan orang tua yang lengkap lagi, hanya ada seorang ayah. Usia anak pada penelitian ini berkisar antara 12-17 tahun.
6. Keluarga TKW
Keluarga merupakan unit terkecil yang penting dalam pembentukan karakter bangsa (Amirulloh, 2015:v). Dalam penelitian ini, keluarga TKW yang akan menjadi informan adalah ayah dan anak.
F.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajari dan memahami skripsi ini, penulis telah membagi sistematika penulisan sebagai berikut: 1.
Bab 1 adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
2. Bab 2 adalah kajian pustaka yang berisi atas pengertian peran ayah, orang tua tunggal, mendidik, akhlak, anak, keluarga TKW, upaya dalam mendidik akhlak anak, kendala dalam mendidik, dan akhlak anak.
3. Bab 3 adalah metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi pendekatan penelitian, lokasi penelitian yang berada di Desa Blotongan Salatiga, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
4. Bab 4 adalah paparan tentang gambaran umum lokasi penelitian di Desa Blotongan Salatiga yang mencakup profil setiap keluarga, letak geografis, keadaan penduduk menurut usia, agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Serta analisis mengenai upaya yang dilakukan ayah dalam mendidik akhlak, kendala yang dihadapi dalam mendidik, dan akhlak yang dimiliki anak.
5. Bab 5 adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Peran Ayah a. Pengertian Peran Ayah Peran ialah bentuk dan perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu (Soekanto, 2003:242). Istilah peran dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun dalam buku Kamus Besar Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal, yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).
Pengertian ayah; pertama, secara hukum adalah mereka yang secara legal mendapatkan tanggung jawab melalui ikatan pernikahan yang sah dengan ibu si anak baik anak kandung maupun angkat. Kedua, ayah biologis adalah ayah kandung si anak (Erawati, 2009:79).
Peran ayah atau fathering merupakan suatu peran yang dijalankan oleh seorang ayah dalam kaitannya adalah tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan biologis. Peran ayah tidak kalah penting dengan peran ibu, peran ayah juga memiliki pengaruh dalam perkembangan anak, walaupun kedekatan antara ayah dan anak tidak sedekat ibu dan anaknya. Hal ini bahwa cinta ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa syarat. Dengan demikian, cinta ayah meberi motivasi anak untuk lebih menghargai nilai-nilai dan tanggung jawab (Yuniardi, 2009:20).
Hart (dalam Yuniardi, 2009:25-27) menegaskan bahwa ayah memiliki peran dalam keterlibatannya dengan keluarga yaitu : 1)
Economic Provider, yaitu ayah dianggap sebagai pendukung finansial dan perlindungan bagi keluarga. Sekalipun tidak tinggal satu rumah dengan anak, namun ayah tetap dituntut untuk menjadi pendukung finansial.
2) Friend & Playmate, ayah dianggap sebagai “fun parent” serta memiliki waktu bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu. Ayah banyak berhubungan dengan anak dalam memberikan stimulasi yang bersifat fisik. Selain itu, melalui permainan dengan anak, ayah dapat bergurau yang sehat, dapat menjalin hubungan yang baik sehingga problem, kesulitan dan stres dari anak dapat dikeluarkan.
3) Caregiver, ayah dianggap sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan rasa nyaman dan penuh kehangatan.
4) Teacher & Role Model, sebagaimana dengan ibu, ayah juga bertanggung jawab dalam terhadap apa saja yang dibutuhkan anak untuk masa mendatang melalui latihan dan teladan yang baik bagi anak.
5) Monitor and disciplinary, ayah memenuhi peranan penting dalam pengawasan terhadap anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan, sehingga disiplin dapat ditegakkan.
6) Protector, yaitu ayah mengontrol dan mengorganisasi lingkungan anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan atau bahaya, serta mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri mereka terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya, misalnya agar tidak berbicara dengan orang asing.
7) Advocate, ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam berbagai bentuk, terutama kebutuhan anak ketika berada di institusi di luar keluarganya. Selain itu, ayah siap membantu, mendampingi, dan membela anak jika mendapat masalah, dengan demikian anak merasa aman, terlindungi, tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, yaitu adalah ayahnya sendiri.
8) Resource, yaitu dengan berbagai cara dan bentuk, ayah mendukung keberhasilan anak dengan memberikan dukungan di belakang layar.
b.
Pengertian Orang tua Tunggal Kata orang tua tunggal dalam Kamus Bahasa Indonesia terdiri dari dua kata yaitu “orang tua” dan “tunggal”. Menurut Undang-
Undang Kesejahteraan Anak, bahwa orang tua adalah terdiri dari ayah dan ibu kandung. Jadi, dapat dikatakan bahwa orang tua kandung adalah terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu seorang darinya yang memiliki hubungan darah dengan si anak. Mereka inilah yang bertanggung jawab dalam mengawasi pertumbuhan, perkembangan, dan pendidikan anak dari dalam kandungan hingga anak dilahirkan sampai dianggap dewasa dan mandiri (UU No. 4 Tahun 1979, Bab I, Pasal 1 ayat 3a).
Sager, dkk dalam Duvall & Miller (1985) menyatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa orang tua tunggal adalah orang tua yang mengasuh anak tanpa ada didampingi pasangan baik itu istri maupun suami, membesarkan dan mendidik anak hingga mencukupi segala kebutuhan anak secara sendirian.
Dalam hal ini orang tua tunggal mempunyai peran ganda yaitu sebagai sosok seorang ayah sekaligus seorang ibu. Selain itu, orang tua tunggal juga mempunyai tugas selain mencari nafkah juga mengasuh anak. Keduanya harus berjalan seimbang agar kebutuhan anak dapat terpenuhi. Menjadi orang tua tunggal tentulah sangat berat, karena lebih tepatnya sesuatu yang harusnya menjadi tanggung jawab dan tugas bersama justru harus seorang diri yang menjalankan. c.
Pengertian Mendidik Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang disampaikan pada anak (Putra, 2016:27). Ki
Hajar Dewantoro memberikan pengertian bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ali, 2007:49).
Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan, dan hukum (Wijanarko, 2005:3). Bagian pertama dalam mendidik adalah menyampaikan ajaran dan membentuk perilaku, dilakukan dengan membuat peraturan praktis.
Peraturan harus di buat di rumah atau di kelas (jika diaplikasikan dalam sekolah). Tanpa peraturan anak akan terbiasa hidup liar, semaunya sendiri, dan menjadi troublemaker (pembuat masalah).
Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwalid dalam bukunya
Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli menjabarkan sifat-sifat
pendidik yang sukses, yaitu: 1)
Penyabar dan tidak pemarah 2)
Lemah lembut dan menghindari kekerasan 3)
Penuh kasih sayang 4)
Tegas tapi tidak kaku 5)
Bijaksana 6)
Moderat
7) Bertahap dalam memberi nasehat
Peran orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak-anaknya hendaknya diniatkan semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah SWT, selain itu dalam proses mendidik anak, hendaknya dipenuhi dengan keramahan dan kasih sayang. Anak merupakan amanah besar yang diberikan Allah SWT kepada hamba yang dikendaki-Nya. Memiliki anak bukan berarti orang tua memiliki hak untuk melakukan segala hal sesuai yang diinginkan, anak tidak menjadi milik orang tua yang bisa diperlakukan sekehendak hati. Anak merupakan ujian bagi hamba yang taat kepada Allah untuk mengasuh dan mendidik mereka hingga menjadi manusia yang mulia di hadapan-Nya, sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Taghabun [64]:15 :
َدْنِع ُوَّللاَو ٌةَنْ تِف ْمُكُدلاْوَأَو ْمُكُلاَوْمَأ اَمَّنِإ ٌميِظَع ٌرْجَأ ُه
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu)” (Q.S. Al-Taghabun [64]:15)Firman Allah tersebut mengingatkan bahwa anak merupakan ujian bagi setiap keluarga. Artinya, keluarga dapat bahagia maupun celaka tergantung cara dari orang tua mendidiknya. Hal ini juga berarti apapun yang dimiliki manusia dapat selain dapat membahagiakan dan menyelamatkan hidup, juga dapat menjadi musuh yang menjerumuskan dan menyesatkan. Maka dari itu, orang tua yang baik wajib untuk selalu mengingatkan anak-anaknya agar taat kepada perintah Allah. d.
Akhlak Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau dipertimbangkan secara mendalam (Mansur, 2005:221).
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara’ (hukum Islam), disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk (Syafei, 2006:76).
e.
Pengertian Anak Pengertian anak disebutkan dalam peraturan perundang- undangan nasional (UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak), bahwa yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih berada dalam kandungan.
Sejalan dengan definisi-definisi ini, seseorang yang belum berusia 18 tahun dikategorikan sebagai anak. Seorang anak tidak dapat dikenakan sanksi hukum hingga ia menjadi orang dewasa, dan segala yang terkait dengan hak-hak anak wajib diterima dan layak didapatkannya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, karena merupakan hak dasar yang diberikan Tuhan terhadap setiap anak. Penghilangan dan pelecehan terhadap hak anak dapat merenggut kebahagiannya sebagai manusia yang utuh.
Anak menurut Islam secara khusus adalah generasi penerus untuk melanjutkan kelangsungan keturunan. Sedangkan dalam pengertian lebih luas, anak adalah generasi penerus yang akan mewarisi kepemimpinan di bidang keagamaan, kebangsaan, dan kenegaraan. Karena itu anak perlu dirawat dan dididik dalam keluarga dengan sebaik-baiknya, agar ia berguna bagi agama, bangsa, dan negara (Anshor dan Ghalib, 2010:53).
Berdasarkan pengertian yang diajabarkan, penulis menyimpulkan bahwa peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam mendidik akhlak anak merupakan bagian dari tugas utama yang dipegang oleh seorang ayah dalam kaitannya untuk mendidik akhlak anak sebagai satu-satunya orang tua yang mendampingi anak di rumah.
f.
Upaya Mendidik Anak Anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), bagaimana keadaan kelak di masa depan bergantung dari didikan orang tuanya.
Anak merupakan anugrah yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua. Maka dari itu, hendaklah setiap orang tua bertanggung jawab atas titipan Allah itu. Sebagai wujud tanggung jawab tersebut adalah mengisi kalbu anak yang masih suci dengan kebaikan demi kebaikan yang dapat membuat derajat kemanusiaan mereka lebih tinggi (Ahmad, 2015:12).
Berikut ini adalah beberapa upaya dalam mendidik akhlak anak: 1)
Mengajarkan anak agar tidak mempersektukan Allah Orang tua berkewajiban mendidik anaknya tentang akidah
(ketauhidan), yaitu mengenal dan mengesakan Allah SWT, agar anak tidak mempersekutukan Allah SWT (Masdub, 2015:81).
Sebagaimana Luqman mendidik anaknya yang diabadikan dalam QS. Luqman ayat 13 berikut:
ٌمْيِظَع ٌمْلُظَل َكْرِّشلا َّنِإ ِللهاِب ْكِرْشُتَلا َّيَنُ باَي ُوُظِعَيَوُىَو ِوِنْبِلا ُناَمْقُل َلاَق ْذِإَو “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai kezaliman yang sangat besar karena yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa itu adalah Allah pencipta dan penguasa semesta alam, yang seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan dirinya kepada Allah. Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai orang tua semasa hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi pekerti yang luhur. Cara Luqman menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya muslim. Potongan tafsir tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap orang tua harus mendidik anaknya dalam hal akidah (Thoha, 1996:61).
2) Mengajarkan anak sholat.
Mengajarkan anak sholat harus dimulai sejak dini, agar anak terbiasa untuk menjalankannya. Orang tua wajib untuk mendidik anaknya agar sholat.
Mengajarkan anak sholat seperti yang diajarkan oleh Luqman diabadikan Allah dalam QS. Luqman 17 berikut:
َكَباَصَأ اَم ىَلَع ْرِبْص اَو ِرَكنُمْلا ِنَع َوْناَو ِفوُرْعَمْلاِب ْرُمْأَو َة َلََّصلا ِمِقَأ َّيَنُ ب اَي روُمُْلْا ِمْزَع ْنِم َكِلَذ َّنِإ “Wahai anakku, laksanakanlah shalat dan perintahkanlah mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah dari kemunkaran dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal- hal diutamakan.” (QS. Luqman [31]:17)
Nasihat Luqman pada ayat 17 ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya,.
Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial (Shihab, 2003:136).
3) Mengajarkan Al-Qur’an.
Al- Qur’an adalah kitab suci umat Islam, di dalamnya terdapat berbagai sumber petunjuk dan pedoman, baik yang berhubungan dengan Tuhan (hablum minallah), maupun yang berhubungan dengan sesame manusia (hablum minannas). Orang tua mempunyai kewajiban mengajari anaknya, jika dia tidak mampu, maka hendaknya meminta bantuan kepada orang lain untuk mengajari anaknya belajar Al- Qur’an.
4) Mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua.
Orang tua mengajarkan anak agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yaitu dimulai dari orang tua itu sendiri sebagai contoh teladan anak dalam kesehariannya. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang dicontohkan kepada anaknya (Masdub, 2015:82).
Berbuat baik kepada kedua orang tua dijelaskan dalam QS. Luqman ayat 14 yang berbunyi:
يِف ُو ُلاَصِفَو ٍنْىَو ىَلَع اًنْىَو ُوُّمُأ ُوْتَلَمَح ِوْيَدِلاَوِب َناَسْنلإا اَنْ يَّصَوَو ُريِصَمْلا َّيَلِإ َكْيَدِلاَوِلَو يِل ْرُكْشا ِنَأ ِنْيَماَع
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya.Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam
usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”
Ayat di atas menjelaskan makna bahwa Allah mewajibkan semua manusia agar patuh dan taat kepada orang tua. Karena seorang ibu mengandung dengan segala kepayahan dan kesulitan. Seorang ibu juga menyusui sampai anak berusia dua tahun. Allah mengharuskan pula agar bersyukur kepada-Nya atas semua nikmat yang diberikan dengan cara melakukan semua bentuk ketaatan. Dan hendaknya berterima kasih pula kepada orang tua dengan cara melakukan kebaikan kepada mereka. Karena semua akan kembali kepada Allah, dan Allah akan membalas semua perbuatan yang dilakukan manusia.
5) Mengajarkan anak agar berbuat baik kepada siapapun.
Orang tua mengajarkan anak agar selalu berbuat baik kepada siapapun dimulai dari dalam keluarga untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Bagaimana sikap, tingkah laku, tutur kata dan perbuatan yang menghargai anggota keluarga lainnya. Jika ini sudah diterapkan dalam mendidik anak, maka anak akan mampu menghargai siapapun yang ia temui.
6) Melalui Kasih Sayang dan Hukuman
Memperlakukan anak dengan lemah lembut, kasih sayang, dan bijaksana adalah suatu sikap dan perilaku yang harus dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya. Dengan kasih sayanglah akan tumbuh tunas-tunas harapan yang didambakan, sebagaimana bila merawat tanaman dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan tumbuh tanaman yang subur dan berbuah baik.
Memperlakukan anak dengan kasih sayang berarti harus berbicara lemah lembut, jangan sampai berbicara kasar atau kotor, bersikap dan bertingkah laku harus baik, serta tidak berbuat kasar dan sewenang-wenang terhadap anak (Muchtar, 2008:96).
Meskipun orang tua dituntut untuk memberikan rasa cinta dan kasih sayang dalam mendidik anak, namun tidak berarti tidak boleh menghukum anak yang dinilai bersalah atau lalai melakukan suatu kewajiban. Hanya perlu diingat bahwa sifat dan bentuk hukuman yang diberikan harus tetap dalam konteks mendidik (Syafei, 2006:94).
7) Memberi teladan terhadap anak-anak.
Mendidik anak harus dimulai dari mendidik diri sendiri sebagai orang tua, untuk menjadi manusia yang penuh teladan secara pribadi maupun sosial (Anshor dan Ghalib, 2010:46).
Teladan merupakan metode pendidikan yang paling ampuh dibandingkan metode-metode lainnya. Contoh dari memberi teladan adalah mengucapkan salam terlebih dahulu kepada anak- anak. Demikianlah, orang tua harus memberi teladan terlebih dahulu apabila ia menghendaki anak-anaknya berperilaku yang baik.
8) Memperhatikan pergaulan anak
Berikut ini langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan: a. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak-anaknya berteman.
b.
Orang tua harus mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh anak-anak beserta teman-temannya.
c.
Mengikat silahturahmi atau sering berkomunikasi dengan para orang tua teman anaknya, supaya bisa memantau keadaan dan pergaulan anak-analnya. d.
Seringlah berkomunikasi dengan anak dimanapun mereka berada. Bila sedang di rumah, ajaklah mereka bercakap atau berdiskusi tentang apa saja dilakukan atau terjadi di sekolah.
g.
Kendala dalam Mendidik Akhlak Anak.