model kooperatif pendekatan tutor sebaya\BAB III

(1)

A. Pengertian Metodologi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010 : 6) metode penelitian pendidikandiartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Menurut Arikunto (2006 : 219) metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah yang dipakai dalam pengumpulan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Arikunto, 2010:3). Penelitian ini menekankan pada pengumpulan data, menyusun data, analisis data dan interpretasi data.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan terperinci dari fenomena yang terjadi pada objek penelitian mengenai


(2)

penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya pada pokok bahasan bilangan bulat dan pecahan di kelas VII UPT. SMPN 1 Pragaan.

C. Penentuan Objek Penelitian 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:80) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua siswa kelas VII UPT. SMPN 1 Pragaan sebanyak dua kelas yang berjumlah 38 siswa. Adapun populasi tersebut diurai pada tabel berikut :

Tabel

Data populasi siswa kelas VII UPT. SMPN 1 Pragaan Tahun pelajaran 2013/2014

Kelas Banyak siswa

Kelas VIII A 19

Kelas VIII B 19

Jumlah 38

Sumber data : Daftar Kelas 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010 : 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Dalam penelitian ini dipilih kelas acak untuk ditetapkan menjadi objek penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling), dimana semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi


(3)

sampel. Jadi, dari dua kelas mulai dari kelas VII A dan B terpilih satu kelas yaitu kelas VII A sebanyak 19 siswa yang akan diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya. Kelas VII A merupakan kelas yang setara dengan kelas B di UPT. SMPN 1 Pragaan tahun pelajaran 2013/2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, tujuan dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data denganlembarangket dan tes.

I. Angket

Angket disebut juga kuesioner, Arikunto (2010 : 194) menyebutkan kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket dalam penelitian ini berisikan sejumlah pertanyaan tertulis yang mengungkapkan pengetahuan, sikap dan pendapat siswa tentang penerapan pembelajaran matematika di kelas. Lembar angket diberikan setelah pemberian post tes.

Menurut Arikunto (2010 : 195), kelebihan dari penggunaan angket adalah sebagai berikut :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.


(4)

e. Dapat dibuat tes standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Menurut Arikunto (2010 : 195-196), kelemahan dari penggunaan angket adalah sebagai berikut :

a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehinga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.

b. Seringkali sukar dicari validitasnya.

c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

d. Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. Menurut penelitian, angket yang dikirim lewat pos angka pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20 % (Anderson).

e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.

Cara mengatasi kelemahan angket adalah sebagai berikut :

a. Memberikan penjelasan kepada responden tentang pentingnya angket dalam penelitian dan memberikan penjelasan dari setiap pertanyaan. b. Meminta kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar atu

jujur.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes ada dua yaitu tes essai objektif dan tes essai subjektif.Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes essai objektif yaitu soal atau pertanyaan yang diajukan pada responden berbentuk uraian


(5)

(essai), sehingga dengan demikian jawaban yang diinginkan adalah berbentuk uraian bebas.

Langkah-langkah membuat tes uraian sebagai berikut: a. Menyusun kisi-kisi soal (kisi – kisi instrument penilain) b. Membuat butir - butir soal

c. Membuat kunci jawaban

d. Melakukan uji coba instrument penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, diperlukan uji coba terhadap instrument penelitian, uji coba instrument dilaksanakan di SMPN 1 Galis karena KKM disekolah tersebut sama dengan KKM di sekolah yang akan diteliti, dimana uji coba instrument ini dilaksanakan pada kelas VII dengan 4 soal, yang bertujuan untuk mengetahui layak tidaknya tes, sesuai dengan criteria sebagai berikut :

a. Validitas Tes

Arikunto (2010 :211) berpendapat bahwa validitas adalah “ sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan”.Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinngi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas tes, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:


(6)

r

xy

=

N Σ XY−(Σ X)(Σ Y)

(

N Σ X2

−(Σ X)2

)

(N Σ Y2

−(ΣY)2) (Arikunto, 2010 : 213)

Keterangan :

r

xy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

Σ X = jumlah (variabel x) ΣY = jumlah (variabel y)

ΣXY = jumlah perkalian x dan y N = jumlah responden

Nilai dari perhitungan diatas, dikonversikan dengan criteria validitas, yaitu :

 0,800 ≤ rxy 1,00 : Sangat tinggi  0,600 ¿rxy 0,800 : Tinggi  0,400 ¿rxy 0,600 : Cukup  0,200 ¿rxy 0,400 : Rendah  0,00 ¿rxy 0,200 : Sangat rendah

(Arikunto, 2009 : 75)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa suatu butir soal valid jika harga rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%. Tabel yang

digunakan adalah tabel r product moment. b. Reliabilitas Tes

Arikunto (2010 : 221) menyatakan bahwa “ Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut


(7)

sudah baik”.Hal ini mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya.Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas tes digunakan rumus alpha sebagai berikut :

r

11=

(

k

(k−1)

)

(

1− Σ σb2

σt2

)

( Arikunto ,2010 :239 )

Keterangan :

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σ σ b2 = jumlah varians butir

σ t2 = varians total

Sedangkan untuk memperoleh jumlah varians butir soal tes dicari terlebih dahulu varians setiap butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

σ2

=

Σ X2−

(Σ X)2 N N

(Arikunto, 2009:110)

Keterangan :

σ 2 = varian

Σ x2 = jumlah kuadrat skor butir

Σ x = jumlah skor butir N = jumlah siswa


(8)

Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu mengkonsultasikan dengan tabel r-prodact moment (taraf signifikan 5%). Jika r11> rtabel maka instrimen tersebut reliabel.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2009 : 207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam instrumen tes, rumus yang digunakan yaitu :

TK = ST IT

x 100% (Priatna, 2003:77)

Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran

ST : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal yaang

diolah.

IT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada satu

butir soal tersebut.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut : 0% - 15% : Sangat sukar

16% - 30% : Sukar 31% - 70% : Sedang 71% - 85% : Mudah


(9)

86% - 100%: Sangat mudah (Karnoto dalam Priatna, 2003 : 77) d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).(Arikunto, 2009 : 211).

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa yang kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.Demikian pula jika semua siswa baik itu siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda.Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari yang tertinggi ke terendah. Selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah (Priatna, 2003 : 76).

Untuk mengetahui daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

DP = SASB IA

x 100% (Priatna, 2003:77)

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu SA : jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah


(10)

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Kriteria tingkat daya pembeda yang digunakan adalah Negatif – 10% : sangat buruk

10% - 19% : buruk 20% - 29% : agak baik 30% - 49% : baik

50% ke atas : sangat baik

Semua butir soal yang mempunyai nilai daya pembeda negatif sebaiknya dibuang (Karnoto dalam Priatna, 2003:77).

E. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya pada pembelajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung :

1. Angket

Dalam mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk prosentase yang dihitung dengan rumus:

Keterangan:

A = Banyak siswa yang memilih “ya” B = Jumlah siswa (responden)

Prosentase respon siswa = AB x 100% (Trianto, 2009:243)


(11)

Respon siswa dianggap positif jika prosentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya” ¿ 60%, sedangkan respon siswa dianggap negatif

jika prosentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya”< 60%. 2. Tes

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang siswa secara individu dikatakan tuntas belajarnya apabila ia memperoleh nilai minimal 73 (KKM UPT. SMPN 1 Pragaan untuk bidang studi matematika). Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:241), suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Ketuntasan belajar dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar secara klasikal =

x

N×100

0 0

(Arafiq dalam Wildan, 2011:43) Keterangan : ∑ x : Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu


(1)

rxy

=

(

N Σ XN Σ XY2 −(Σ X)(Σ Y) −(Σ X)2

)

(N Σ Y2

−(ΣY)2) (Arikunto, 2010 : 213)

Keterangan :

rxy

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

Σ X = jumlah (variabel x) ΣY = jumlah (variabel y)

ΣXY = jumlah perkalian x dan y N = jumlah responden

Nilai dari perhitungan diatas, dikonversikan dengan criteria validitas, yaitu :

 0,800 ≤ rxy 1,00 : Sangat tinggi  0,600 ¿rxy 0,800 : Tinggi  0,400 ¿rxy 0,600 : Cukup  0,200 ¿rxy 0,400 : Rendah  0,00 ¿rxy 0,200 : Sangat rendah

(Arikunto, 2009 : 75)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa suatu butir soal valid jika harga rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%. Tabel yang digunakan adalah tabel r product moment.

b. Reliabilitas Tes

Arikunto (2010 : 221) menyatakan bahwa “ Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut


(2)

sudah baik”.Hal ini mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya.Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas tes digunakan rumus alpha sebagai berikut :

r

11=

(

k

(k−1)

)

(

1− Σ σb2

σt2

)

( Arikunto ,2010 :239 )

Keterangan :

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σ σ b2 = jumlah varians butir

σ t2 = varians total

Sedangkan untuk memperoleh jumlah varians butir soal tes dicari terlebih dahulu varians setiap butir soal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

σ2

=

Σ X2− (Σ X)2

N N

(Arikunto, 2009:110)

Keterangan :

σ 2 = varian

Σ x2 = jumlah kuadrat skor butir

Σ x = jumlah skor butir N = jumlah siswa


(3)

Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu mengkonsultasikan dengan tabel r-prodact moment (taraf signifikan 5%). Jika r11> rtabel maka instrimen tersebut reliabel.

c. Tingkat Kesukaran

Menurut Arikunto (2009 : 207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam instrumen tes, rumus yang digunakan yaitu :

TK = ST IT

x 100% (Priatna, 2003:77) Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran

ST : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada satu butir soal yaang

diolah.

IT : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada satu

butir soal tersebut.

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut : 0% - 15% : Sangat sukar

16% - 30% : Sukar 31% - 70% : Sedang 71% - 85% : Mudah


(4)

86% - 100%: Sangat mudah (Karnoto dalam Priatna, 2003 : 77)

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).(Arikunto, 2009 : 211).

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa yang kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.Demikian pula jika semua siswa baik itu siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda.Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Penentuan daya pembeda butir soal dilakukan dengan cara mengurutkan skor siswa dari yang tertinggi ke terendah. Selanjutnya mengambil 27% dari skor kelompok atas dan 27% dari skor kelompok bawah (Priatna, 2003 : 76).

Untuk mengetahui daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:

DP = SASB IA

x 100% (Priatna, 2003:77) Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu SA : jumlah skor kelompok atas pada soal yang diolah SB : jumlah skor kelompok bawah pada soal yang diolah


(5)

IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Kriteria tingkat daya pembeda yang digunakan adalah Negatif – 10% : sangat buruk

10% - 19% : buruk 20% - 29% : agak baik 30% - 49% : baik

50% ke atas : sangat baik

Semua butir soal yang mempunyai nilai daya pembeda negatif sebaiknya dibuang (Karnoto dalam Priatna, 2003:77).

E. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data dengan kelayakan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya pada pembelajaran matematika, digunakan analisis data deskriptif dengan menghitung :

1. Angket

Dalam mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya peneliti menggunakan rumus penelitian dalam bentuk prosentase yang dihitung dengan rumus:

Keterangan:

A = Banyak siswa yang memilih “ya” B = Jumlah siswa (responden)

Prosentase respon siswa = AB x 100% (Trianto, 2009:243)


(6)

Respon siswa dianggap positif jika prosentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya” ¿ 60%, sedangkan respon siswa dianggap negatif jika prosentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya”< 60%.

2. Tes

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang siswa secara individu dikatakan tuntas belajarnya apabila ia memperoleh nilai minimal 73 (KKM UPT. SMPN 1 Pragaan untuk bidang studi matematika). Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:241), suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Ketuntasan belajar dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Ketuntasan belajar secara klasikal =

x

N×100

0 0

(Arafiq dalam Wildan, 2011:43) Keterangan : ∑ x : Jumlah siswa yang tuntas belajar secara individu