Hubungan antara Task Commitment dengan Flow akademik pada mahasiswa.

(1)

HUBUNGAN ANTARA TASK COMMITMENT

DENGAN FLOW AKADEMIK PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

Siti Izza Sholihah B07213037

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Task commitment merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang hingga mengalami kondisi flow. Penelitian ini memiliki variabel bebas dan variabel terikat yaitu task commitment dan flow akademik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala task commitment dan skala flow akademik. Penelitian ini merupakan penelitian sampel. Subjek penelitian berjumlah 77 orang mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis product moment dengan taraf signifikansi 0.05. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi p = 0.000 < 0.05 dan r = 0.632 > 0.227 artinya Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Berdasarkan hasil tersebut juga dapat dipahami bahwa korelasinya bersifat positif sehingga menunjukkan adanya hubungan yang searah, artinya semakin tinggi task commitment maka semakin tingi pula flow akademik pada mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dengan task commitment yang tinggi maka mereka mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas sehingga mereka akan mudah mencapai kondisi flow akademik.


(7)

ABSTRACK

The purpose of this research is to determine the correlation between task commitment and academic flow on students. Task commitment is a factor that affects a person to experience the flow conditions. This research has independent variable and dependent variable that is task commitment and academic flow. This research is a quantitative correlation research using data collection techniques in the form of task commitment scale and academic flow scale. This research is a sample research. Subjects were 77 students of Faculty of Science and Technology UIN Sunan Ampel Surabaya. Technical analysis of data used is the analysis of product moment with significance level of 0.05. The results showed correlation value p = 0.000 <0.05 and r = 0.632> 0.227 means Ha is accepted. This means there is a relationship between task commitment with academic flow in students. Based on these results can also be understood that the correlation is positive to indicate a unidirectional relationship, meaning that the higher the task commitment, the higher the academic flow to the students. Students of the Faculty of Science and Technology with high task commitment then they are able to control the behavior to keep the business in doing the task so that they will be easy to achieve academic flow condition.


(8)

DAFTAR ISI Halaman Sampul

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

Intisari ... xii

Abstrack ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik ... 14

2. Aspek-Aspek Flow... 16

3. Karakteristik Pengalaman Flow ... 17

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow ... 20

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Flow ... 22

B. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment ... 23

2. Aspek-Aspek Task Commitment ... 24

3. Karakteristik Task Commitment ... 26

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Task Commitment ... 27

C.Hubungan Antara Task Commitment dengan Flow Akademik ... 28

D.Kerangka Teoritis ... 31

E. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

2. Definisi Operasional ... 35

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel... 36

3. Teknik Sampling ... 37


(9)

1. Uji Validitas ... 43

2. Uji Reliabilitas ... 49

E. Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Subyek ... 52

1. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

2. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Usia ... 53

3. Pengelompokan Subyek Berdasarkan Semester ... 53

B. Deskripsi dan Reliabilitas Data ... 54

1. Deskripsi Data ... 54

2. Reliabilitas Data ... 57

3. Uji Prasyarat ... 57

C.Hasil Penelitian ... 60

D.Pembahasan ... 61

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

Daftar Pustaka ... 69


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sosial dan budaya telah memberikan kontribusi besar dalam kehidupan umat manusia. Seiring dengan perkembangan tersebut, tantangan yang dihadapi oleh setiap individupun semakin meningkat. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat vital adalah belajar. Dengan belajar, manusia dapat mempertahankan hidup dan kehidupannya, serta mengakibatkan perubahan perilaku dalam diri seorang individu sebagai hasil dari latihan maupun pengalaman. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasi dalam bentuk informasi dan transformasi dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam kehidupan, baik dari segi positif maupun negatif.

Pendidikan pada dasarnya yaitu usaha sadar yang terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003). Hal ini memberikan gambaran bahwa keberhasilan dari pendidikan tidak hanya berpusat pada kemampuan kognitif, akan tetapi pengembangan sisi afektif, mental dan emosi peserta didik. Dengan pendidikan, secara tidak langsung kepribadian seseorang akan


(11)

2

terbentuk. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak akan jauh dari lembaga pendidikan. Ketika seseorang mulai menempuh pendidikan dari mulai TK, SD, SMP, SMA dan dilanjutkan ketahap yang lebih tinggi yakni Perguruan Tinggi.

Mahasiswa merupakan sebutan bagi peserta didik dalam jenjang Perguruan Tinggi. Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual sekaligus sebagai warga negara tentu saja memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan. Tugas primer seorang mahasiswa adalah belajar untuk mempersiapkan dirinya dalam suatu keahlian tingkat sarjana. Akan tetapi pada kenyataannya, ketika seorang mahasiswa mengalami suatu kebosanan dengan aktivitas akademik atau dalam kegiatan belajar mengajar, maka biasanya hal yang lumrah untuk dilakukan adalah bermain hp, mengobrol dengan teman disampingnya, bahkan ada juga yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Pada saat itu, atensi atau perhatian mahasiswa yang seharusnya terpusatkan pada materi yang disampaikan oleh dosen menurun. Padahal seharusnya mahasiswa harus terpusat penuh fokusnya terhadap materi yang disampaikan agar tidak berakibat pada prestasi belajar yang akan diperoleh mahasiswa tersebut.

Saat belajar, individu tentu pernah mengalami suatu kondisi dimana individu tersebut merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari (Csikszentmihalyi, 1990). Modal penting seorang mahasiswa dalam perkuliahan adalah memiliki konsentrasi, merasa nyaman dan memiliki motivasi pada saat menjalani kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi


(12)

3

berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Indiana University Bloomington pada tahun 2006-2009 terhadap 275.000 siswa SMA di Amerika Serikat, diketahui sebesar 65% siswa mengaku mengalami kebosanan di kelas paling tidak sekali dalam satu hari (Sparks, 2012).

Di Indonesia, masalah kebosanan mahasiswa di kelas juga banyak ditemui. Rasanya cukup mudah untuk menemukan mahasiswa yang memainkan handphone, berbicara dengan teman, menggambar, membaca bacaan yang tidak terkait dengan pelajaran, atau bahkan tertidur saat dosen tengah mengajar di kelas. Kondisi tersebut tentu saja tidak ideal untuk berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas. Hal tersebut senada ketika dosen pengampu mata kuliah memberikan tugas, maka tidak sedikit mahasiswa yang mengerutkan keningnya karena merasa terbebani dengan tugas yang diberikan. Perasaan malas dan merasa bahwa tugas tersebut berat untuk diselesaikan membuat mahasiswa berada pada tingkat rendah mengenai komitmennya pada tugas.

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan kumpulan mahasiswa yang memiliki kesibukan padat baik didalam kelas, maupun praktikum di lapangan dan di laboratorium. Terdapat enam program studi dalam fakultas ini, yakni program studi biologi, matematika, arsitektur, ilmu kelautan, teknik lingkungan, dan sistem informasi.

Padatnya kegiatan akademik di kelas, di laboratorium, maupun di lapangan membuat beberapa dari mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi


(13)

4

UIN Surabaya terkadang mengeluh, menjadi kurang fokus, serta mengerjakan tugas secara terpaksa. Namun, terdapat beberapa mahasiswa lainnya yang mampu melewati tuntutan akademik tersebut. Mereka juga mampu menikmati kegiatan perkuliahan di kelas maupun praktikum di laboratorium dengan baik, dan mengerjakan laporan ataupun tugas-tugas dengan perasaan yang nyaman dan menyenangkan, meskipun banyak tantangan. Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan kepada salah satu mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya program studi biologi semester 4, diperoleh hasil wawancara sebagai berikut:

Saya senang bisa menjadi bagian dari mahasiswa fakultas sains dan teknologi. Banyak praktikum di laboratorium, dan laporannya juga ditulis tangan, bukan diketik. Saya merasa seperti hidup saya banyak dihabiskan di laboratorium. Kalau sudah kerasan didalam laboratorium dan nyaman dengan aktivitas yang padat, maka akan ada yang kurang kalau sehari saja tidak mengerjakan laporan. Rasanya kalau menganggur dan tidak mengerjakan apapun itu tidak enak. Padahal kalau banyak laporan yang harus dikerjakan terkadang sampai lupa waktu untuk makan dan tidur. (SU, 09/05/2017)

Perasaan bahwa tuntutan yang diterima sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta kenyamanan yang dirasakan dalam teori psikologi positif dapat disebut sebagai flow (Csikszentmihalyi, 1990). Flow akademik adalah kondisi yang dirasakan ketika individu mampu berkonsentrasi ,dan menikmati aktivitas akademik yang dilakukan (Yuwanto, 2012 dalam Arif, 2013). Individu yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang dikerjakan sangat berharga dan penting untuk dilakukan hingga merasa bahwa waktu cepat berlalu, hal ini disebabkan karena adanya perasaan nyaman, dan konsentrasi penuh terhadap tugas yang sedang dikerjakan.


(14)

5

Tidak semua orang dapat mengalami flow. Csikszentmihalyi (1997) melakukan penelitian untuk mengukur seberapa sering penduduk Amerika mengalami flow. Subjek diberi sebuah pertanyaan yaitu “pernahkah kamu terlibat dengan suatu kegiatan sampai kamu tidak memperdulikan hal lain dan kamu sampai lupa waktu?” dan hasilnya 20% subjek menjawab mengalaminya beberapa kali dalam sehari, dan hanya 15% yang menjawab tidak pernah mengalaminya. Hal ini serupa dengan penelitian terhadap 6469 penduduk Jerman yang menggunakan pertanyaan yang sama, menunjukkan 23% sering mengalaminya, 40% kadang-kadang, jarang 25%, dan tidak pernah 12%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak semua orang terbiasa mengalami flow.

Kondisi flow diperlukan dalam bidang akademik agar mahasiswa mampu berkonsentrasi, menikmati tugas yang diberikan serta dapat mengurangi stres. Saat belajar, mahasiswa tentu pernah mengalami suatu kondisi di mana mahasiswa merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari atau dikerjakan (Csikszentmihalyi, 1990).

Flow merupakan keadaan ketika seseorang berkonsentrasi, muncul rasa nyaman, serta terdapat motivasi intrinsik ketika melakukan aktivitas (Csikszentmihalyi, 1990). Area flow sangatlah luas, bukan hanya terdapat pada lingkungan kerja/organisasi, namun konsep ini juga dapat digunakan pada kehidupan sehari-hari. Pengertian lain tentang flow (Ghani & Dhespande, 1994) adalah konsentrasi yang menyeluruh saat menjalani kegiatan dan munculnya kenikmatan ketika menjalaninya.


(15)

6

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Enjoyment muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut. Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani.

Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu: faktor dari individu dan faktor dari lingkungan. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu. Sementara faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.

Flow sendiri dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa antara lain dapat membuat mahasiswa lebih kreatif, lebih mudah menyerap materi perkuliahan sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal (Yuwanto, 2011 dalam Arif, 2013). Oleh karena itu, flow akademik diperlukan untuk meraih prestasi. Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuwanto (2011) menunjukkan persentase terbesar mahasiswa mengalami flow dalam kategori sedang yaitu 59.2%. Ini menunjukkan tidak semua mahasiswa dapat


(16)

7

mengalami flow karena mengalami stres akademik. Sejalan dengan bukti empiris yang menunjukkan ada korelasi negatif antara stres akademik dan flow (r = - .251). Artinya mahasiswa yang mengalami stres akademik akan kesulitan mencapai flow dalam melakukan aktivitas akademik.

Apabila mahasiswa mengalami stres akademik, tentu mahasiswa tidak memiliki motivasi dalam menyelasikan tugas-tugas akademik yang dibebankan kepadanya. Tak sedikit mahasiswa yang awalnya kuliah hanya sekedar menyenangkan hati orangtuanya atau hanya sekedar gengsi belaka bila tidak kuliah, kini hanya bisa meratapi nasibnya dengan seabrek tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah dengan embel-embel bila tidak mengerjakan tugas yang dibebankan, maka nilai tentu tidak bagus dan berakibat pada menurunnya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Setiap mahasiswa memiliki kebutuhan untuk mencapai yang diinginkan sehingga mendorong mereka menyelesaikan tugasnya tanpa memperdulikan kesulitan (Zenzen, 2002). Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan juga dipertimbangkan berdasarkan nilai dari tugas itu sendiri (Zenzen, 2002).

Dari paparan diatas, penting atau tidaknya suatu tugas untuk dikerjakan oleh individu masuk dalam salah satu faktor internal yang menyebabkan terjadinya flow. Dalam psikologi pendidikan, hal tersebut dinamakan dengan istilah task commitment. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kim Won-Jung, dkk (2013), adanya pengikatan diri mahasiswa pada tugas (task commitment) atau kegiatan akademik, maka akan memunculkan pengalaman flow dalam bidang akademik. Dengan kata lain, pengalaman flow


(17)

8

adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat ketika melakukan tugas akademik.

Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya (Munandar, 2009). Renzulli (dalam Hawadi, 2002) menyatakan bahwa

“motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang

merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut

ditampilkan pada tugas yang spesifik”.

Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011).

Task commitment sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai komitmen pada tugas. Perilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan penting. Sementara itu, task (tugas) yang dimaksudkan dalam


(18)

9

penelitian ini adalah tugas mahasiswa dalam belajar, jadi komitmen yang dimaksudkan disini dispesifikkan pada tugas-tugas kuliah.

Dapat dilihat apabila seorang mahasiswa sudah mempunyai minat terhadap tugas yang diberikan, serta mampu mengontrol perilaku untuk mempertahankan usaha dalam mengerjakan tugas maka dia akan mudah berkonsentrasi dan merasa tenggelam dalam mengerjakan tugas yang sedang dijalaninya. Oleh karena itu task commitment diakui sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang hingga mengalami kondisi flow. Ketidaknyamanan dalam mengerjakan tugas membuat mahasiswa tidak flow dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut membuktikan bahwa flow dalam bidang akademik sangatlah berhubungan erat dengan task commitment yang dialami oleh mahasiswa.

Sebagai agen perubahan (agent of change), mahasiswa diharapkan dapat mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia di masa yang akan datang dan menjadi individu yang berkualitas dan dapat bersaing guna mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik lagi. Apabila mahasiswa sering mengalami kondisi flow akademik maka mahasiswa akan dapat diharapkan menjadi sumber daya manusia yang unggul. Dengan demikian, flow akademik yang mereka alami dapat dijadikan sebagai suatu potensi untuk dikembangkan.

Dari uraian fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(19)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diajukan

rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara task

commitment dengan flow akademik?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik. D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang ada dapat membawa banyak manfaat, baik itu dipandang dari secara teoritis maupun praktis bagi pengembangan ilmu masyarakat.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru, wawasan dan pengetahuan yang dapat memperkaya khasanah keilmuan khususnya dalam bidang psikologi pendidikan mengenai pentingnya task commitment terhadap flow akademik pada mahasiswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi mahasiswa penelitian ini menjadi masukan pentingnya flow akademik dalam dunia pendidikan.

b. Memberikan bahan pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi flow akademik agar mampu mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas bagi para pendidik, mahasiswa juga masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara.


(20)

11

E. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa. Hal ini didukung dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang akan dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung tersebut.

Hasil penelitian Robin (2013) dengan judul go with the flow: dukungan sosial dan flow akademik pada mahasiswa. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan flow akademik. Sementara penelitian Melisa (2014) tentang self efficacy dan flow akademik ditinjau dari Temporal Motivation Theory pada mahasiswa fakultas psikologi. Hasil penelitian tersebut menyatakan terdapat hubungan positif antara self efficacy dengan flow akademik pada mahasiswa dengan nilai korelasi 0.295.

Penelitian Karolina (2013) tentang hubungan antara motivasi berprestasi dan flow akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan flow akademik terbukti secara empiris memiliki korelasi signifikan yang bersifat positif.

Selain itu, penelitian Eni dan Mashubatul (2016) tentang hubungan flow akademik dengan self efficacy pada siswa akselerasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara self efficacy dengan flow akademik pada siswa akselerasi yang positif dan searah, artinya semakin tinggi self


(21)

12

efficacy maka semakin tingi flow akademik. Selain itu, Penelitian Nadiah dan Dewi (2014) tentang hubungan social support dengan flow pada mahasiswa fakultas psikologi. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai r = 0.818 dengan

ɑ = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara social support dengan flow pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2012 Kelas Praktikum Observasi-Interview UNISBA.

Beberapa penelitian internasional tentang flow akademik antara lain: yang dilakukan Nicola dan David (2010) tentang “Seeking flow in the achievement domain: The achievement flow motive behind flow experience”. Hasil akhir menunjukkan terdapat pengaruh antara pencapaian flow dengan komponen-komponen penggerak pencapaian itu sendiri, diantaranya standar keunggulan, respon individu terhadap kegagalan, tekanan mencapai prestasi, dan rasa takut menghadapi kegagalan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Arnold (2005) tentang “Flow among Music Teachers and Their Students: The Crossover of Peak Experience”. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara flow pada guru dan flow pada siswa. Semakin tinggi flow yang dialami guru, semakin tinggi pula flow yang dialami oleh siswa.

Berdasarkan berbagai penelitian dan fakta-fakta empiris yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menghubungkan variabel flow akademik dengan self efficacy, motivasi berprestasi, social support dan juga penelitian dengan menggunakan metode eksperimen yang menggunakan


(22)

13

variabel mediator. Sementara perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel x yang digunakan yaitu task commitment, yang merupakan perwujudan dari perilaku konkrit individu dalam mengerjakan suatu tugas yang diembankan kepadanya. Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga keaslian penelitian-penelitian dapat dipertanggung jawabkan.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik

1. Definisi Flow Akademik

Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara menurut Csikzentmihalyi (1990), flow adalah perasaan yang timbul pada diri seorang manusia saat ia bertindak secara total dalam kegiatan yang ia lakukan. Individu yang mengalami flow akan mudah merasakan kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan terkait kegiatan yang dilakukannya.

Flow adalah kondisi internal dalam bentuk kesenangan yang melibatkan pengalaman positif seseorang, sehingga orang tersebut dapat mengendalikan dirinya untuk tetap fokus pada saat mengerjakan sesuatu (Lee, 2005). Keadaan flow meliputi gairah dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah kepada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut. Keseimbangan yang terjadi antara keterampilan individu dan tantangan tugas sering dilihat sebagai prasyarat memasuki kondisi flow (Csikzentmihalyi, 1990).

Csikszentmihalyi (1975, dalam Smolej, 2007), juga mendefiniskan flow sebagai keadaan psikologis yang menyenangkan yang mengacu pada sensasi perasaan menyeluruh terhadap aktivitas yang dijalani. Individu


(24)

15

yang mengalami flow sangat terlibat dalam aktivitasnya, dan tidak ada yang begitu penting saat melakukannya melainkan hanya kesenangan yang besar dan motivasi yang kuat dari dalam dirinya.

Flow merupakan suatu keadaan ketika seseorang menjadi sangat

‘tenggelam’ dalam melakukan suatu kegiatan dan tingkat keterampilan

yang sesuai dengan tantangan yang dihadapi (Csikszentmihalyi, 1990). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.

Flow adalah suatu momen sukacita yang besar, suatu kenikmatan luar biasa, saat seseorang bergumul dengan persoalan yang sulit dalam bidangnya masing-masing, yang menuntutnya mengerahkan segala keterampilan, daya upaya, dan sumber daya yang mereka miliki, sampai ke batas-batasnya – atau bahkan melampauinya (Arif, 2016).

Definisi lain mengenai flow (Ghani & Dhespende, 1994) adalah konsentrasi menyeluruh saat menjalani kegiatan dan munculnya kenikmatan ketika menjalaninya. Konsep flow sebenarnya termasuk dalam bagian yang penting ketika proses belajar terjadi, karena flow dapat membantu mahasiswa untuk fokus dan dengan perasaan nyaman melakukan seluruh aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas (Ignatius, 2013). Keadaan flow meliputi gairah, konsentrasi dan minat yang cukup intens untuk mengerjakan suatu tugas, mengarah pada


(25)

16

pengalaman yang menyenangkan, seseorang secara sadar dan aktif menggunakan semua kemampuannya untuk memenuhi tugas tersebut.

Nakamura dan Csikzentmihalyi (2002) menerangkan bahwa seseorang yang mengalami flow akan menganggap aktivitas yang ia lakukan penting dan berharga untuk ia lakukan, terlepas dari ada atau tidaknya goal yang dapat dicapai dalam melakukan kegiatan tersebut. Flow juga menggambarkan pengalaman subjektif ketika keterampilan dan kesuksesan dalam kegiatan terlihat mudah, walaupun banyak energi fisik dan mental yang digunakan (dalam Husna dan Rosiana, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa flow akademik dalam konteks penelitian ini adalah kondisi dimana seorang individu merasa nyaman, dapat berkonsentrasi, memiliki motivasi dalam diri, serta mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani.

2. Aspek-Aspek Flow

Menurut Bakker (2005) flow memiliki tiga aspek yaitu absorption, enjoyment, intrinsic motivation. Ketiga aspek tersebut akan ditinjau secara singkat sebagai berikut :

a. Absorption

Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total, dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya.


(26)

17

Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.

b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk melakukan

kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari orang lain.

Dari paparan singkat mengenai aspek-aspek flow diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek tersebut merupakan komponen penting dari teori flow.

3. Karakteristik Pengalaman Flow

Csikzentmihalyi (dalam Arif, 2016) mengungkapkan bahwa ada beberapa pengalaman khas yang biasa dialami oleh seorang pribadi yang sedang memasuki zona flow. Pengalaman-pengalaman khas itu adalah:

a. Atensi terpusat penuh

Saat sudah memasuki zona flow, seorang individu tidak lagi harus dengan sengaja memelihara atensinya, karena atensinya menjadi


(27)

18

sangat terfokus dan bahkan tidak mudah teralihkan. Dalam atensi yang sedemikian fokus tersebut, persepsi akan detail-detail pengalaman menjadi sangat jernih. Individu seolah menjalankan aktivitas itu dalam gerakan yang lambat di mana semua detail dapat diamati dan dihayati dengan jelas (sekalipun pada kenyataannya, seseorang yang berada dalam zona flow seringkali melakukan berbagai hal yang kompleks, dengan cepat).

b. Penyatuan tindakan dan kesadaran

Semakin dekat seseorang pada zona flow, kesadaran dan tindakannya menjadi semakin kongruen. Dan ketika ia memasuki zona flow, ada penyatuan antara tindakan dan kesadarannya. Tindakan dan kesadaran menjadi dua hal yang tak terpisahkan, di mana apa yang disadari seseorang bukanlah hal yang lain kecuali apa yang sedang dilakukannya, dan di saat yang sama ia dapat melakukan/mewujudkan dengan sempurna apa yang ada dalam kesadarannya.

c. Ada rasa kebebasan, termasuk bebas dari kekhawatiran akan kegagalan

Saat memasuki flow, segala kekhawatiran itu menjadi tidak penting, tidak relevan. Kekhawatiran-kekhawatiran itu tidak lagi memiliki kuasa atas dirinya, dan individu yang sedang dalam zona flow merasakan suatu kebebasan yang besar. Aktivitas yang sedang dilakukannya begitu mengasyikkan dan membuatnya larut sehingga ia


(28)

19

tak lagi peduli atas berbagai remeh-temeh yang selama ini mengganggunya.

d. Pudarnya self-consciousness

Dalam setiap pengalaman flow, self-consciousness memudar. Artinya, saat seorang individu berada dalam zona flow, ia tidak lagi terbebani oleh kekhawatiran tentang dirinya. Saat orang tidak lagi terlalu khawatir tentang dirinya sendiri, justru sang diri jadi terbebas dan dapat berfungsi sepenuhnya.

e. Distorsi dalam penghayatan akan waktu

Saat berada dalam zona flow, penghayatan akan waktu itu sendiri mengalami perubahan. Dalam pengalaman sehari-hari umumnya kita memperhatikan berjalannya waktu, karena waktu umumnya dihayati secara sangat berharga bagi kebanyakan dari kita. Pengalaman yang berbeda dialami oleh mereka yang sedang berada dalam zona flow. Mereka bercerita tentang kehilangan jejak akan waktu, atau bisa juga dinyatakan secara kebalikannya, bahwa waktu tak lagi punya kuasa membatasi gerak mereka. Pengalaman flow membebaskan mereka. f. Pengalaman itu sendiri merupakan reward terbesar

Saat berada dalam kondisi flow, seseorang bersentuhan – sekalipun barangkali hanya sesaat – dengan dirinya yang autentik, dirinya yang utuh. Pengalaman itu sendiri menjadi reward terbesar, yang melebihi reward eksternal mana pun, yang membuat seseorang akan tetap


(29)

20

menekuni dan menggumuli bidangnya masing-masing, untuk terus memperdalam tingkat keahlian mereka.

Dari uraian-uraian sebelumnya, semakin jelas mengapa flow merupakan suatu sukacita terbesar yang dialami oleh seseorang dalam menekuni bidangnya, dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang menggairahkan. Terpusatnya atensi, bersatunya tindakan dan kesadaran, pembebasan akan kekhawatiran, pudarnya self-consciousness, serta perjumpaan kembali dengan waktu yang sejati, merupakan pengalaman yang sangat membahagiakan yang menjadi reward terbesar baginya.

4. Prasyarat Mencapai Kondisi Flow

Beberapa prasyarat mencapai kondisi flow diantaranya adalah sebagai berikut (Arif, 2016):

a. Goal

Tujuan akan memberikan daya gerak sehingga seseorang mengerahkan segala keterampilan dan daya upaya yang dimilikinya menuju ke arah tujuan tersebut. Suatu tujuan yang bermakna akan senantiasa jadi penggerak yang efektif, bahkan ketika seseorang menemui banyak kesulitan dalam perjalanannya.

b. Feedback

Feedback bisa berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Feedback yang terbaik adalah feedback yang seketika dan langsung ditangkap oleh si pribadi, maka seketika itupun ia mempertahankan atau


(30)

21

mengubah aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan feedback yang diterimanya.

Ketika seseorang beraktivitas dengan tujuan yang bermakna serta senantiasa memperoleh feedback yang membuatnya memperoleh kejelasan tentang tugasnya dari berbagai sumber, maka ia akan semakin siap untuk mencapai flow.

c. High Skill

Semakin tinggi keterampilan seseorang dalam suatu bidang, berbagai kemungkinan baru semakin terbuka dan kreativitas semakin meningkat. Keterampilan yang semakin tinggi akan membuat aktivitas yang dikerjakan senantiasa terasa segar, karena berbagai kemungkinan baru yang menarik senantiasa muncul.

Semakin tinggi keterampilan orang yang melakukannya, semakin menarik dan semakin mudah untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran diri.

d. Optimal Challenge

Tantangan dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit yaitu tantangan yang mengharuskan seseorang mengeluarkan seluruh kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Saat menghadapi tantangan semacam itu seseorang baru akan dapat merealisasi dan menyadari seluruh keterampilan yang dimilikinya sehingga memunculkan emerging skills. Emerging skills


(31)

22

adalah momen seseorang menyentuh dan melewati batasan-batasan dirinya atau disebut momen bertumbuh (growth moment).

Kesimpulannya bahwa flow akan dapat dialami saat skill dan challenge sama-sama tinggi. Sementara apabila ada ketidaksinambungan di antara keduanya, entah skill yang tinggi menghadapi challenge yang rendah ataupun skill rendah menghadapi challenge yang tinggi. Flow tidak akan dialami melainkan masuk ke berbagai pengalaman yang tidak mengenakkan seperti kecemasan (anxiety) ataupun kebosanan (boredom). 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Flow

Csikszentmihalyi (2014) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan seorang individu mengalami flow, yaitu faktor dari individu dan faktor dari lingkungan.

a. Faktor dari individu (person factor), seperti tingkat kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu aktivitas, persepsi individu dalam memandang aktivitas tersebut, dan penting atau tidaknya posisi aktivitas itu bagi individu.

b. Faktor dari lingkungan (environtment factor), yaitu terkait seberapa besar tantangan tugas yang diberikan kepada individu.

Baik faktor dari individu (person factor) maupun faktor dari lingkungan (environtment factor) masing-masing mempunyai peran tersendiri dalam menyebabkan seorang individu mengalami flow.


(32)

23

B. Task Commitment

1. Definisi Task Commitment

Menurut Renzulli (2005, dalam Hawadi, 2002) komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan suatu bentuk halus dari motivasi. Jika motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung jawab energi tersebut ditampilkan pada tugas tertentu yang spesifik.

Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah suatu bentuk motivasi internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena ia telah mengikat dirinya terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri (Munandar, 2002).

Sementara itu, Won-Jung (2013) mengemukakan task commitment sebagai kecenderungan untuk tetap melakukan tugas tingkat tinggi sampai seseorang mencapai tujuannya. Task commitment serupa dengan konsep motivasi dan pengalaman flow.

Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011).


(33)

24

Lazear (1991) memberikan definisi dimana komitmen pada tugas (task commitment) merupakan ciri pribadi yang tekun dan ulet pada tugasnya, dengan menyusun tujuannya, memiliki keterlibatan yang dekat dan dalam pada tugas dan masalahnya, sangat antusias pada setiap aktivitasnya, hanya membutuhkan sedikit motivasi eksternal saat menyelesaikan tugasnya, memilih untuk berkonsentrasi pada tanggung jawabnya dan memiliki energi yang tinggi.

Definisi komitmen terhadap tugas (task commitment) juga dikemukakan oleh Sutisna (2010) yaitu suatu energi dalam diri yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena individu tersebut telah mengikatkan diri tugas tersebut atas kehendak sendiri (dalam Syarifa, 2011).

Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugas dan mewujudkannya melalui perilaku yang konkrit. 2. Aspek-Aspek Task Commitment

Renzulli merumuskan aspek task commitment yang telah dikutip oleh Hawadi (2002) sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus untuk waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai)


(34)

25

b. Ulet (tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan) c. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain

d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan didalam kelas (ingin mengetahui banyak bahan dari sekedar diajarkan oleh guru)

e. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya)

f. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan, agama, politik, ekonomi, korupsi dan keadilan)

g. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat

h. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran maupun pekerjaan)

i. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut).

j. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan di kemudian hari (misalnya: siswa membatasi waktu bermain untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi)

Dari beberapa definisi mengenai task commitment diatas dan dari rumusan aspek Renzulli, Hawadi (2002) membatasi pengertian task commitment pada lima aspek, yaitu:

a. Sikap tangguh,ulet, dan tidak mudah bosan


(35)

26

c. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang d. Suka belajar dan mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri e. Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis. 3. Karakteristik Task Commitment

Menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002) karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai task commitment tinggi antara lain:

a. Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni, antusias, keterlibatan tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekuni b. Ketekunan (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama untuk

menyelesaikan tugas)

c. Daya tahan kerja, tidak akan menyerah sebelum selesai mengerjakan tugas

d. Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas

e. Dorongan untuk berprestasi (bisa berprestasi tanpa dorongan orang lain, tidak cepat puas dengan prestasi yang sudah dicapai)

f. Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni

g. Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang yang ditekuni

h. Menetapkan standar kerja yang tinggi

i. Selalu bersedia melakukan intropeksi diri dan menerima kritik orang lain

j. Mampu mengembangkan rasa keindahan, kualitas, dan kesempurnaan pekerjaannya, maupun pekerjaan orang lain.


(36)

27

Sedangkan task commitment sebagai bentuk halus dari motivasi, Freud dalam Sardiman (2006) menggambarkan karakteristiknya sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang dicapainya.

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis dan berulang-ulang begitu saja)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepas hal yang telah diyakini h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Task Commitment

Menurut Hawadi (2001), ada dua faktor yang mempengaruhi task commitment, yaitu faktor individual dan faktor situasional.

a. Faktor Individual

Faktor individual pertama pencakup persepsi terhadap diri, yaitu bagaimana individu memandang dan memahami kemampuan dirinya. Kedua, persepsi terhadap peran dan tugasnya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap tugasnya


(37)

28

maka dia akan memiliki kelekatan terhadap tugasnya dengan baik pula. Ketiga, yang termasuk dalam faktor individual adalah adalah sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil akhir tugas, akan menghasilkan mahasiswa yang lebih memiliki motivasi ekstrim. Sebaliknya orang tua yang menghargai proses belajar dan berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka akan membuat mahasiswa memiliki komitmen yang lebih baik pada setiap tugasnya, karena mahasiswa tersebut akan berusaha berbuat yang terbaik pula setiap proses yang dikerjakannya.

b. Faktor Situasional

Besar kecilnya ruangan belajar termasuk faktor situasional dalam task commitment. Faktor lainnya yaitu faktor pengajar, seorang pengajar yang mampu memberikan motivasi kepada mahasiswanya, maka akan menumbuhkan motivasi mahasiswa tersebut untuk lekat terhadap tugasnya.

C. Hubungan antara Task Commitment dengan Flow Akademik

Modal penting seorang mahasiswa dalam perkuliahan adalah memiliki konsentrasi, merasa nyaman, dan memiliki motivasi pada saat menjalani kegiatan belajar mengajar. Kondisi seperti ini disebut sebagai flow akademik. Kondisi flow sangat diperlukan di bidang akademik agar mahasiswa bisa fokus dan menikmati setiap tugas yang diberikan. Flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens Saat belajar, mahasiswa tentu pernah


(38)

29

mengalami suatu kondisi ketika mahasiswa tersebut merasa terlibat secara penuh dengan apa yang dipelajari (Csikzentmihalyi, 1990).

Flow dapat memberikan manfaat positif bagi mahasiswa antara lain dapat membuat mahasiswa lebih fokus, kreatif, lebih mudah menyerap materi pembelajaran, serta dapat mengurangi stres akademik sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal. Individu yang mengalami flow biasanya terlibat secara intens dalam kegiatan yang ia lakukan sehingga mereka cenderung tidak sadar dengan waktu atau tempat (Schunk, dkk, 2008, dalam Husna, 2014).

Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas. Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar, artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik, termasuk dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.

Setiap mahasiswa juga memiliki kebutuhan untuk mencapai apa yang diinginkan sehingga mendorong mereka menyelesaikan tugasnya tanpa memperdulikan kesulitan (Zenzen, 2002). Kebutuhan untuk mencapai apa yang diinginkan juga dipertimbangkan berdasarkan nilai dari tugas itu sendiri


(39)

30

(Zenzen, 2002). Apabila nilai dari tugas tersebut tidak memberikan harapan maka individu tersebut enggan untuk melakukan tugasnya. Individu yang enggan melakukan tugas karena harapan yang kecil akan tugas tersebut dikarenakan individu tidak merasa nyaman dengan tugas tersebut. Ketidaknyamanan dalam melakukan tugas membuat individu tidak flow dalam mengerjakan tugasnya (Arif, 2013).

Pengikatan diri mahasiswa terhadap tugasnya disebut juga task commitment. Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki seorang individu. Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat memunculkan kesenjangan antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya (Urhahne, 2011). Semakin tinggi task commitment yang dimiliki mahasiswa, maka semakin banyak aktivitas akademik yang dirasa mudah untuk dilakukan.

Task commitment merupakan salah satu faktor individu (person factor) yang mempengaruhi terjadinya flow akademik. Adanya pengikatan diri mahasiswa pada tugas atau kegiatan akademik, maka akan memunculkan pengalaman flow dalam bidang akademik. Dengan kata lain, pengalaman flow adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat ketika melakukan tugas akademik (Won-Jung, 2013).


(40)

31

Hubungan antara task commitment dengan flow akademik hanya dijelaskan secara teoritis tetapi belum diuji secara empiris. Untuk memperjelas hubungan antara task commitment dengan flow akademik, maka peneliti mengukur secara empiris dengan menyertakan semua aspek task commitment dan flow akademik.

Gambar 1. Skema Hubungan Task Commitment dan Flow Akademik D. Landasan Teoritis

Bakker (2005) menggambarkan flow sebagai suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya dengan intens. Sementara Flow akademik (Ignatius, 2013) adalah kondisi saat individu dapat berkonsentrasi, fokus, munculnya rasa nyaman, motivasi yang berasal dari dirinya sendiri serta menikmati ketika melakukan kegiatan akademik (belajar dan mengerjakan tugas). Pada bidang akademik, flow merupakan salah satu modal penting bagi individu atau mahasiswa ketika menjalankan aktivitas akademik seperti belajar dan mengerjakan tugas. Penilaian individu terhadap tugas atau pekerjaan dan situasi akan akan mempengaruhi terciptanya kondisi flow saat mengerjakan tugas.

Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa pengalaman flow dalam bekerja atau belajar bagi mahasiswa sangat diperlukan karena akan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja atau kualitas belajar,


(41)

32

artinya seseorang yang dapat mengalami flow akademik dalam belajar akan memiliki kinerja yang baik.

Task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Seseorang yang tidak mempunyai task commitment akan merasa sulit untuk memulai maupun mengerjakan tugas-tugasnya. Dia akan merasa tugas yang dibebankan padanya begitu berat dan akan merasa malas untuk mengerjakannya. Salah satu upaya untuk mencapai kondisi flow akademik adalah dengan memiliki task commitment yang baik.

Won-Jung (2013) menyatakan task commitment bisa menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya flow akademik. Kondisi flow sendiri merupakan langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa dapat mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat terkait dengan aktivitas akademik yang sedang dijalani.

Dengan demikian diharapkan mahasiswa mempunyai task commitment yang baik untuk meminimalisir perilaku yang menghambat proses belajar sehingga akan melahirkan pribadi yang rajin, semangat, mampu mengatasi tantangan dalam mengerjakan tugas-tugas dan mampu mencapai kondisi flow akademik. Perilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan penting.


(42)

33

Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi task commitment pada mahasiswa, maka semakin tinggi pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Dan sebaliknya semakin rendah task commitment pada mahasiswa, maka semakin rendah pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik.

Gambar 2. Skema kerangka teoritik Task Commitment dan Flow Akademik E. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara task commitment dengan flow akademik pada mahasiswa.

Tinggi

Rendah Rendah

Tinggi


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. Metode penelitian kuantitatif yang penulis gunakan adalah penelitian korelasional yang ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain (Sukmadinata, 2013).

Azwar (2011) menyatakan bahwa variabel adalah beberapa fenomena atau gejala utama dan beberapa fenomena lain yang relevan mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda (Turmudi, 2008). Sedangkan menurut Suryabrata (1998) variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel yang terdapat dalam suatu penelitian, ditentukan oleh landasan teori dan ditegaskan oleh hipotesis penelitian.

Adapun kedudukan masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel Bebas (Independent Variabel) : Task Commitment b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) : Flow Akademik


(44)

35

2. Definisi Operasional

a. Flow Akademik

Flow akademik adalah kondisi individu yang mampu menikmati aktivitas akademik yang sedang dijalani. Flow akademik akan diukur dengan menggunakan skala flow akademik.

b. Task Commitment

Task commitment adalah rasa tanggung jawab individu yang mendorongnya untuk tekun dan ulet dalam mengerjakan suatu tugas meskipun mengalami berbagai macam rintangan dan hambatan. Task

commitment akan diukur dengan menggunakan skala task

commitment.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari obejek penelitian (Noor, 2011). Sukmadinata (2013) mengemukakan bahwa populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti mengambil subjek mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dikarenakan program studi di fakultas ini banyak melakukan praktikum di lapangan ataupun di laboratorium. Selain itu mahasiswa juga masih


(45)

36

melaksanakan perkuliahan didalam kelas, sehingga mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi ditengah padatnya aktivitas akademik pasti merasakan kebosanan, tetapi tidak jarang juga ada mahasiswa yang bisa menikmati aktivitas akademik dengan baik.

Tabel 1

Data Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Jumlah Mahasiswa Aktif

Ilmu kelautan 119

Teknik Lingkungan 119

Arsitektur 128

Biologi 128

Matematika 126

Sistem Informasi 136

Total 756

2. Sampel

Sampling menurut Azwar (2003) adalah sebagian dari populasi. Adapun menurut Sugiyono (1997), sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Arikunto (2006), apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Jadi, jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak tujuhpuluh tujuh responden yang mana setiap program studi ada yang mewakili. Adapun rincian dari sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:


(46)

37

Tabel 2

Gambaran Sampel Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Populasi Sampel

Ilmu kelautan 10% x 119 12

Teknik Lingkungan 10% x 119 12

Arsitektur 10% x 128 13

Biologi 10% x 128 13

Matematika 10% x 126 13

Sistem Informasi 10% x 136 14

Total 77

3. Teknik Sampling

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik kuota sampling. Menurut Arikunto (2006), teknik kuota sampling dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang sudah ditentukan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diteliti. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala yang digunakan untuk mendapatkan jenis data kuantitatif. Secara umum, skala merupakan suatu alat pengumpulan data yang berupa sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek yang menjadi sasaran atau responden penelitian. Singkatnya, skala adalah suatu prosedur penempatan atribut atau karakteristik objek pada titik-titik tertentu sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2013).


(47)

38

objek sikap), dan pernyataan yang unfavorable (tidak mendukung objek sikap).

1. Skala Flow Akademik

Skala flow akademik menggunakan tiga aspek sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Bakker (2005) yaitu :

a. Absorption

Absorption mengacu pada keadaan konsentrasi total,

dimana semua perhatian, kewaspadaan, dan konsentrasi berfokus pada kegiatan yang dilakukannya saja, sehingga tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Individu yang menikmati pekerjaan mereka akan merasa senang dan membuat penilaian positif tentang kualitas aktivitas mereka.

b. Enjoyment

Enjoyment adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow. Perasaan nyaman muncul dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga individu dalam waktu lama mampu melakukan kegiatan tersebut.

c. Intrinsic Motivation

Intrinsic motivation mengacu pada kebutuhan untuk

melakukan kegiatan dengan tujuan memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam aktivitas yang dijalani. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan tanpa adanya penghargaan dari orang lain.


(48)

39

Blue Print skala Flow Akademik adalah sebagai berikut : Tabel 3

Blue Print Skala Flow Akademik*

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1 Absorption

1.1 Memiliki

konsentrasi penuh. 1, 16, 28, 43 7, 15 6 12% 1.2 Menikmati aktivitas

yang sedang dilakukan.

12, 24, 36,

44, 50 17, 47 7 14%

1.3 Berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

4, 18, 34, 42 13, 25 6 12%

2 Enjoyment

2.1 Merasa nyaman dalam melakukan kegiatan.

2, 23, 27, 38 10, 20 6 12% 2.2 Melakukan aktivitas

dalam jangka waktu yang lama.

14, 19, 33,

49 3, 31 6 12%

3 Intrinsic

Motivation

3.1 Memiliki keinginan untuk memperoleh kesenangan.

9, 21, 35, 46 6, 29 6 12% 3.2 Melakukan kegiatan

dengan tujuan untuk mencapai kepuasan.

5, 26, 32, 39 11, 40 6 12% 3.3 Melakukan kegiatan

berdasarkan keinginan sendiri.

8, 30, 37,

41, 48 22, 45 7 14%

Jumlah 34 16 50 100%

*Rujukan membuat blue print diperoleh dari buku Penyusunan Skala Psikologi, Saifuddin Azwar, 2015.

2. Skala Task Commitment

Skala task commitment menggunakan lima aspek sebagaimana yang telah diuraikan oleh Hawadi (2002) yaitu :


(49)

40

b. Mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab

c. Menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang d. Suka belajar dan mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri e. Mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis


(50)

41

Blue Print skala Task Commitment adalah sebagai berikut : Tabel 4

Blue Print Skala Task Commitment*

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1

Sikap tangguh, ulet dan tidak mudah bosan

1.1 Memiliki keterlibatan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap bidang yang ditekuni.

1, 26 23,

36 4 8%

1.2 Mampu bekerja dalam waktu lama untuk menyelesaikan tugas.

13,

34, 35 2 4 8%

1.3 Tidak lekas putus asa saat mengalami kesulitan.

4, 27,

37 14 4 8%

2 Sikap mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab

2.1 Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain.

3, 38, 47

24,

28 5 10%

2.2 Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas.

15,

33, 45 20 4 8%

2.3 Tidak cepat puas atas prestasi

yang telah diperoleh. 6, 21 25,

46 4 8%

3 Menetapkan aspirasi dan tujuan yang realistis dengan resiko sedang

3.1 Mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai.

7, 29, 12,

48 4 8%

4 Sikap suka belajar dan memiliki hasrat untuk meningkatkan diri

4.1 Senang dan rajin belajar

dengan penuh semangat. 11, 39 22,

41 4 8%

4.2 Menyukai informasi baru yang didapatkan saat kuliah.

16,

40, 49 5 4 8%

4.3 Menyukai tugas yang menunjang kemampuan diri.

18,

30, 42 9 4 8%

5

Hasrat untuk berhasil dalam bidang

akademis

5.1 Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait bidang yang ditekuni.

10, 32, 44, 50

17 5 10%

5.2 Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni.

8, 43 19,

31 4 8%


(51)

42

Untuk menentukan skor terhadap subjek maka ditentukan norma penskoran dengan empat alternatif jawaban. Menurut Arikunto (2006), ada kelemahan dengan lima alternatif jawaban, karena responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah R (ragu-ragu), karena jawaban dirasa paling aman dan paling gampang.

Skala Likert ini juga menjabarkan kategori jawaban yang ditengah (R) berdasarkan dua alasan:

1) Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya bisa diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu).

2) Tersedianya jawaban yang di tengah itu menimbulkan kecenderungan jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu atas arah jawabannya ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

Oleh karena itu peneliti menghilangkan jawaban R (ragu-ragu) untuk meminimalisir ketidakvalidan aitem yang di uji. Sehingga pilihan alternatif jawaban hanya empat saja.

Tabel 5

Penilaian Pernyataaan Favorable dan Unfavorable

Kategori Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3


(52)

43

D. Validitas dan Reliabilitas Data 1. Uji Validitas

Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dalam mengevaluasi kualitas tes sebagai instrumen ukur (Azwar, 2015). Pada perkembangan lebih lanjut, validitas lalu dipandang sebagai suatu karakteristik skor tes dan bukanlah karakterisitik tes ataupun karakteristik skor tes.

Penilaian validitas masing-masing butir aitem pernyataan dapat dilihat dari nilai corrected item-total correlation masing-masing butir pernyataan aitem (Azwar, 2013). Adapun syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah apabila nilai daya diskriminasi aitem sama dengan atau lebih dari 0,3. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan gugur atau tidak dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data.

Peneliti melakukan try out instrumen ini dimaksudkan agar memiliki kesetaraan subjek pada sampel yang akan peneliti gunakan untuk mengukur variabel-variabel diatas. Try out skala flow akademik dan task commitment diberikan kepada 30 mahasiswa aktif Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya.

a. Uji Validitas Try Out Skala Flow Akademik

Skala flow akademik merupakan skala yang dibuat dengan mengacu pada definisi operasional dan telah melalui penilaian ahli (expert judgement). Tujuan peneliti melakukan try out instrumen ini


(53)

44

untuk mengetahui butir-butir aitem yang terseleksi agar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi dan benar-benar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data untuk penelitian lanjutan.

Tabel 6

Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Flow Akademik

Aitem

Corrected Aitem-Total Correlation

Keterangan Aitem

Corrected Aitem-Total

Correlation

Keterangan

1 0,627 Baik 26 0,231 Buruk

2 0,357 Baik 27 0,584 Baik

3 0,545 Baik 28 0,495 Baik

4 0,318 Baik 29 0,535 Baik

5 -0,199 Buruk 30 0,186 Buruk

6 0,260 Buruk 31 0,626 Baik

7 0,217 Buruk 32 0,289 Buruk

8 0,334 Baik 33 0,043 Buruk

9 0,388 Baik 34 0,639 Baik

10 0,163 Buruk 35 0,469 Baik

11 0,466 Baik 36 0,695 Baik

12 0,422 Baik 37 0,531 Baik

13 0,436 Baik 38 0,541 Baik

14 0,527 Baik 39 0,420 Baik

15 -0,058 Buruk 40 0,290 Buruk

16 -0,096 Buruk 41 0,515 Baik

17 0,510 Baik 42 0,062 Buruk

18 0,070 Buruk 43 0,551 Baik

19 0,268 Buruk 44 0,480 Baik

20 0,150 Buruk 45 0,387 Baik

21 0,414 Baik 46 0,464 Baik

22 0,074 Buruk 47 0,574 Baik

23 0,257 Buruk 48 0,439 Baik

24 0,615 Baik 49 0,358 Baik

25 -0,064 Buruk 50 0,166 Buruk

Berdasarkan hasil try out skala flow akademik dari 50 aitem terdapat 31 aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem lebih dari 0,3 yaitu aitem nomor 1, 4, 12, 13, 17, 24, 28, 34, 46, 43, 44, dan 47 dari aspek absorption, aitem


(54)

45

nomor 2, 3, 14, 27, 31, 38, dan 49 dari aspek enjoyment, dan nomor aitem 8, 9, 11, 21, 29, 35, 37, 39, 41, 45, dan 48 dari aspek intrinsic motivation.

Tabel 7

Distribusi Aitem Skala Flow Akademik setelah Dilakukan Try Out

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1 Absorption

1.1 Memiliki konsentrasi

penuh. 1, 28, 43 - 3 12%

1.2 Menikmati aktivitas yang sedang dilakukan.

12, 24, 36,

44 17, 47 6 14%

1.3 Berkurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

4, 34 13 3 12%

2 Enjoyment

2.1 Merasa nyaman dalam melakukan kegiatan.

2, 27, 38 - 3 12%

2.2 Melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama.

14, 49 3, 31 4 12%

3 Intrinsic

Motivation

3.1 Memiliki keinginan untuk memperoleh kesenangan.

9, 21, 35,

46 29 5 12%

3.2 Melakukan kegiatan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan.

39 11 2 12%

3.3 Melakukan kegiatan berdasarkan keinginan sendiri.

8, 37, 41,

48 45 5 14%

Jumlah 23 8 31 100%

b. Uji Validitas Try Out Skala Task Commitment

Skala task commitment merupakan skala yang dibuat dengan mengacu pada definisi operasional dan telah melalui penilaian ahli (expert judgement), tujuan peneliti melakukan try out instrumen ini


(55)

46

untuk mengetahui butir-butir aitem yang terseleksi agar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi dan benar-benar dapat digunakan sebagai instrumen pengumpul data untuk penelitian lanjutan.

Tabel 8

Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Task Commitment Aitem

Corrected Aitem-Total

Correlation

Keterangan Aitem

Corrected Aitem-Total

Correlation

Keterangan

1 0,416 Baik 26 0,120 Buruk

2 0,413 Baik 27 0,248 Buruk

3 0,186 Buruk 28 0,153 Buruk

4 0,371 Baik 29 0,274 Buruk

5 0,462 Baik 30 0,454 Baik

6 0,436 Baik 31 0,297 Buruk

7 0,448 Baik 32 0,512 Baik

8 0,524 Baik 33 0,280 Buruk

9 0,616 Baik 34 0,532 Baik

10 0,694 Baik 35 0,484 Baik

11 0,319 Baik 36 0,588 Baik

12 0,272 Buruk 37 0,671 Baik

13 0,379 Baik 38 0,248 Buruk

14 0,266 Buruk 39 0,510 Baik

15 0,642 Baik 40 0,424 Baik

16 0,662 Baik 41 0,474 Baik

17 0,607 Baik 42 0,612 Baik

18 0,345 Baik 43 0,534 Baik

19 -0,003 Buruk 44 0,483 Baik

20 0,389 Baik 45 0,529 Baik

21 0,362 Baik 46 -0,067 Buruk

22 0,515 Baik 47 0,522 Baik

23 0,385 Baik 48 0,295 Buruk

24 0,481 Baik 49 0,289 Buruk

25 0,165 Buruk 50 0,418 Baik

Berdasarkan hasil try out skala task commitment dari 50 aitem terdapat 35 aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem lebih dari 0,3 yaitu aitem nomor 1, 2, 4, 13, 23, 34, 35, 36, dan 37 dari aspek sikap tangguh, ulet, dan


(56)

47

mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab, aitem nomer 7 dari aspek menetapkan aspirasi dan tujuan yang realistis dengan resiko sedang, aitem nomer 5, 9, 11, 16, 18, 22, 30, 39, 40, 41, dan 42 dari aspek sikap suka belajar dan memiliki hasrat untuk meningkatkan diri, dan aitem nomer 8, 10, 17, 32, 43, 44 dan 50 dari aspek hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis.


(57)

48

Tabel 9

Distribusi Aitem Skala Task Commitment setelah Dilakukan Try Out

No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Bobot

F UF

1

Sikap tangguh, ulet dan tidak mudah bosan

1.1 Memiliki keterlibatan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap bidang yang ditekuni.

1 23, 36 4 8%

1.2 Mampu bekerja dalam waktu lama untuk menyelesaikan tugas.

13,

34, 35 2 4 8%

1.3 Tidak lekas putus asa saat

mengalami kesulitan. 4, 37 - 4 8%

2 Sikap mandiri, tidak memerlukan dorongan dari luar, dan bertanggung jawab

2.1 Mampu berprestasi sendiri

tanpa dorongan orang lain. 47 24 5 10% 2.2 Keyakinan diri mampu

menyelesaikan tugas. 15, 45 20 4 8%

2.3 Tidak cepat puas atas

prestasi yang telah diperoleh. 6, 21 - 4 8%

3 Menetapkan aspirasi dan tujuan yang realistis dengan resiko sedang

3.1 Mempunyai tujuan yang jelas untuk dicapai.

7 - 4 8%

4 Sikap suka belajar dan memiliki hasrat untuk meningkatkan diri

4.1 Senang dan rajin belajar

dengan penuh semangat. 11, 39 22, 41 4 8% 4.2 Menyukai informasi baru

yang didapatkan saat kuliah. 16, 40 5 4 8% 4.3 Menyukai tugas yang

menunjang kemampuan diri.

18,

30, 42 9 4 8%

5

Hasrat untuk berhasil dalam bidang

akademis

5.1 Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait bidang yang ditekuni.

10, 32, 44, 50

17 5 10%

5.2 Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni.

8, 43 - 4 8%


(58)

49

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Noor, 2011).

Menurut Muhammad (2008), reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu instrumen berulang kali dan dapat menghasilkan data yang sama. Reliabilitas menunjukkan pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu disetiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Pengujian reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha, dapat dikatakan reliabel apabila hasil perhitungan sama atau lebih besar dari 0,6. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.00.

Tabel 10.

Reliabilitas Statistik Try Out

Skala Koefisien Reliabilitas Jumlah Aitem

Flow Akademik 0.849 50

Task Commitment 0.887 50

Dari hasil try out skala flow akademik dan task commitment yang dilakukan oleh peneliti maka diperoleh hasil nilai koefisien reliabilitas skala flow akademik sebesar 0,849 dimana harga tersebut dapat dinyatakan baik atau reliabel sedangkan untuk skala task commitment menunjukkan harga koefisien reliabilitas sebesar 0,887 artinya skala tersebut juga baik atau reliabel digunakan sebagai alat ukur.


(59)

50

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi product moment dari Karl Pearson. Hal tersebut dikarenakan data yang digunakan adalah data parametrik. Teknik penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel yaitu variabel task commitment sebagai variabel bebas dan variabel flow akademik sebagai variabel terikat (Muhid, 2012).

Beberapa hal yang harus dipenuhi ketika menggunakan analisis ini adalah data dari kedua variabel berbentuk data kuantitatif (interval dan rasio) dan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Muhid 2012). Oleh sebab itu, sebelum melakukan uji analisis korelasi data yang perlu dilakukan adalah melakukan uji normalitas data.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.00. Santoso (2002) mengatakan bahwa tujuan analisis korelasi ini adalah ingin mengetahui apakah diantar dua variabel terdapat hubungan, dan jika ada hubungan, bagaiamana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Jika besarnya korelasi > 0,5 maka berarti memang terdapat hubungan (korelasi) yang kuat antara dua variabel tersebut.

Sebelum melakukan analisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi atau prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya


(60)

51

pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Ghozali, 2001).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi sebaran skor variabel apabila terjadi penyimpangan sejauh mana penyimpangan tersebut. Uji ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov dengan kaidah yang digunakan bahwa apabila signifikansi > 0.05 maka dikatakan berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya jika signifikansi < 0.05 maka dikatakan berdistribusi tidak normal (Azwar, 2012).

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk membuktikan bahwa masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan yang linier dengan variabel tergantung. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung adalah jika signifikansi > 0.05 maka hubungannya linier, jika signifikansi < 0.05 maka hubungan tidak linier.


(1)

66

Sejalan dengan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi yang apabila tangguh dan bertanggung jawab dengan komitmen untuk menuntut ilmu di jenjang perkuliahan, maka ketika dihadapkan dengan kondisi apapun seperti akan merasa siap dan mampu untuk menghadapinya.

Dari korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab atau komitmen terhadap tugas akan membuat mahasiswa semakin meningkatkan motivasi internal dalam melakukan suatu kegiatan akademik, dan semakin tinggi antusiasme mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi dalam melakukan aktivitas akademik, maka akan berpengaruh terhadap prestasi akademik yang akan dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi task commitment

pada mahasiswa maka semakin tinggi pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Dan sebaliknya semakin rendah task commitment

pada mahasiswa maka semakin rendah pula kemampuan untuk mencapai kondisi flow akademik. Mencermati paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa task commitment berhubungan dengan flow akademik pada mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Penelitian ini telah menjawab hipotesis bahwa task commitment dan

flow akademik terbukti secara empiris memiliki korelasi signifikan yang bersifat positif sebesar 0.632. Adanya pengikatan diri mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi pada tugas atau kegiatan akademik, maka akan memunculkan pengalaman flow dalam bidang akademik. Dengan kata lain, pengalaman flow adalah langkah selanjutnya dari task commitment, yang mungkin bisa dicapai saat mahasiswa berhasil mengatasi kesulitan dan mendapatkan keterampilan yang tepat ketika melakukan tugas akademik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan terkait dengan penelitian yang serupa, yaitu:

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan untuk dapat memiliki task commitment yang kuat sehingga mahasiswa akan mampu mencapai kondisi flow akademik dengan mudah. Hal tersebut dapat ditingkatkan melalui tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, maka task commitment akan semakin kuat dan berkembang.


(3)

68

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan agar mencermati faktor-faktor lain yang

berpengaruh terhadap flow akademik seperti kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh individu serta besar tantangan tugas yang diberikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, K. 2013. Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2 No. 1, 1- 12.

Arif, S. 2016. Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2011. Reliabilitas dan ValiditasCetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2013. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2015. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2015. Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bakker, A. 2005. Flow Among Music Teachers and Their Students: The

Crossover of Peak Experience. Journal of Vocational Behavior 66, 26-44. Baumann & Scheffer. 2010. Seeking flow in the achievement domain: The achievement flow motive behind flow experience. Motiv Emot, DOI 10.1007/s11031-010-9195-4

Chandra, R. 2013. go with the flow: Dukungan Sosial dan Flow Akademik pada Mahasiswa. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1

Csikszentmihalyi, M. 1990. Flow: The Psychology of Optimal Experience. New York: Harper & Row.

Csikszentmihalyi, M. 1997. Finding Flow. New York: Basic Books.

Csikzentmihalyi, M. 2014. Flow and the Foundation of Positive Psychology. New York: Springer Science+Business Media Dordrecht.

Eni & Mashubatul, 2016. Hubungan Flow Akademik dengan Self Efficacy pada Siswa Akselerasi. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Vol. 3, No. 2


(5)

70

Ghani, J. A., & Deshpande, S.P. 1994. Task Characteristics and The Experience of Optimal Flow in Human-Computer Interaction. Journal of Psychology. 128, 381-1290.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP UNDIP

Hawadi, R. A. 2001. Psikologi Perkembangan Anak; Mengenal Sifat, Bakat dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo

Hawadi, R. A. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non Tes. Jakarta: Grasindo

Husna & Rosiana. 2014. Hubungan Social Suppport dengan Flow pada Mahasiswa Fakultas Psikologi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Islam Bandung, 574-579.

Ignatius, Robin. 2013. Go With the Flow: Dukungan Sosial dan Flow Akademik Pada Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2 No. 1, 1-19.

Lazear. 1991. Gifted Education, A Resource Guide for Identifying Gifted and Talented Student. Diunduh dari www.gifted.uconn.edu

Lee, E. 2005. The Relationship of Motivation and Flow Experience to Academic Procrastination in University Student. Journal of Genetic Psychology. 166(1), 5-14.

Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhid, A. 2012. Analisis Statistik. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Munandar, U. 2009. Kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nakamura, J. & Csikzentmihalyi, M. 2002. The concept of flow. Diunduh dari

http://myweb.stedwards.edu/michaelo/2349/paper1/ConceptOfFlow.pdf

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Renzulli, J. S. 2005. The three-ring conception of giftedness; A developmental model for promoting creative productivity. In R. J. Sternberg & J.E. Davidson (Eds.), Conception of giftedness (pp. 246-279). Cambridge, UK: Cambridge University Press.


(6)

71

Santoso, S. 2002. Statistik Parametrik, Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sardiman AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Smolej, B & Avsec, A. 2007. The Experience of Flow and Subjective Well- Being of Music Students. Horizons of psychology, 16, 2, 5-17.

Sugiyono. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, S. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syarifa, Alvie dkk. 2011. Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Task

Commitment pada Siswa Akselerasi Tingkat SMA. Jurnal INSAN.

Turmudi dan Sri, H. 2008. Metode Statistika Pendekatan Teoritis dan Aplikatif.

Malang : UIN Malang Press. UU No. 20 Tahun 2003

Urhahne, D. 2011. Teachers Judgments of Elementary Students Ability, Creativity and Task Commitment. Deve-lopment, vol.3 No.2.

Won-Jung, Jung-Ho dkk. 2013. Development of An Inventory to Classify Task Commitment Type in Science Learning and Its Application to Classify Student Types. J Korea Assoc. Sci. Edu, Vol. 33, No. 3, pp. 679-693.

Zenzen, T. 2002. Achievment motivation. Stout: The Graduate Collage University of Wisconsin.