KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL.
i
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Diana Fatmawati Pawennary NIM 09101244003
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, November 2013 Yang menyatakan,
Diana Fatmawati Pawennary NIM 09101244003
(4)
(5)
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(Terjemahan Q.S. A-Rad: 11)
“Seluruh kesempurnaan tidak bisa diraih kecuali dengan kesulitan, dan tidak terlewati kecuali di atas jembatan kelelahan”
(6)
vi
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT karya ini akan saya persembahkan untuk : 1. Ayah dan Alm. Ibu tercinta.
Atas kasih sayang dan doa sepanjang masa bagi kami.
2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. Tempatku menambah bekal wawasan dan ilmu pengetahuan.
(7)
vii
KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL
Oleh
Diana Fatmawati Pawennary NIM 09101244003
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi manajerial kepala SMP se Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, yang dilihat dari 5 aspek yakni aspek perencanaan, aspek kepemimpinan, aspek pengorganisasian, aspek penggerakan, dan aspek pengawasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah Kepala SMP se Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Pengumpulan data menggunakan angket tertutup yang bersifat tidak langsung. Responden pada penelitian ini adalah 147 guru SMP se Kecamatan Banguntapan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kuantitatif dengan persentase. Untukvaliditas data menggunakan validitas butir. Selanjutnya reliabilitas data menggunakan teknik Croncbach’s Alpha.
Hasil penelitian menunjukkan kompetensi manajerial kepala sekolah se kecamatan Banguntapan dalam kategori tinggi yaitu dengan capaian persentase 76,58%.Dilihat per aspek; (1) aspek perencanaan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 77,31%; (2) aspek kepemimpinan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 78,70%; (3) aspek pengorganisasian memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 76,25%; (4) aspek penggerakan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 76,15%; dan (5) aspek pengawasan memiliki kategori tinggi dengan jumlah capaian persentase mencapai 75,40%.Berdasarkan hasil tersebut maka, aspek yang mempunyai kategori tinggi adalah aspek kepemimpinan dengan capaian jumlah persentase 78,70%. Kemudian aspek yang memiliki jumlah persentase paling lemah adalah aspek pengawasan dengan capaian jumlah persentase 75,40%.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.
2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Suyud, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Sudiyono, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.
5. Bapak/IbuKepala SMP N 1 Banguntapan, SMP N 2 Banguntapan, SMP N 3 Banguntapan, SMP N 4 Banguntapan, SMP N 5 Banguntapan, SMP Bina Jaya Banguntapan, dan SMP Muhammadiyah Banguntapan, atas ijin dan bantuan untuk penelitian.
6. Alm. Ibuku Wasiti dan Bapakku Ton Martono, kedua adikku Fatiha Rachmalita Maharani dan Rizka Safira Rahmadani serta keluarga besar atas doa dan segala dukungan untukku.
7. Teman-teman seperjuangan Gempa Berdansa MP B 2009, khususnya khususnya Tika, Cha, Olin, Vera, Junz, Tengil, Tambun, Tito, Sony, Fakih, Bob, Rila, Ambar, Tian, Polenk, Danu, Cipret, Adi, Sita, Melya, Susi, dll atas segala dukungan dan motivasi untuk mewujudkan cita-cita.
(9)
ix
8. Teman-teman MP A 2009 khususnya Noviari Cahyaningsih yang memotivasi dan membantu dalam perjuangan ini.
9. Sahabat-sahabatku Kontrakan Cantik Wahyu Kusuma Ningrum, Galih Dian S, Martha Kristiyana, dan Ari Setya Ningrum yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penulisan penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Manajemen Pendidikan dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta, November 2013 Penulis
Diana Fatmawati Pawennary NIM 09101244003
(10)
x
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Kajian Teori ... 13
1. Manajemen Pendidikan ... 13
a. Pengertian Manajemen Pendidikan ... 13
b. Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan ... 14
2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah... 16
a. Fungsi Kepala Sekolah ... 16
b. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah ... 17
(11)
xi
3. Kompetensi Kepala Sekolah ... 25
a. Jenis-jenis Kompetensi Kepala Sekolah ... 25
b. Standar Kompetensi Kepala Sekolah ... 25
4. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ... 31
a. Fungsi-Fungsi Manajerial ... 31
b. Pengembangan Kompetensi Manajerial KS ……….. 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan... 35
C.Kerangka Pikir... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Pendekatan Penelitian ... 40
1. Jenis Penelitian ... 40
2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
C. Definisi Operasional ... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ... 46
E. Instrumen Penelitian ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 59
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 64
1. Hasil Perolehan Data dalam Interpretasi Per Butir Aspek Perencanaan ... 67
2. Hasil Perolehan Data dalam Interpretasi Per Butir Aspek Kepemimpinan ... 69
3. Hasil Perolehan Data dalam Interpretasi Per Butir Aspek Pengorganisasian ... 72
4. Hasil Perolehan Data dalam Interpretasi Per Butir Aspek Penggerakan ... 74
5. Hasil Perolehan Data dalam Interpretasi Per Butir Aspek Pengawasan ... 78
(12)
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Jumlah Populasi Guru dan Kepala Sekolah se Kecamatan
Banguntapan Kabupaten Bantul ... 41 Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian dari Populasi Guru SMP se Kecamatan
Banguntapan Kabupaten Bantul ... 44 Tabel 3. Besar Sampel Penelitian ... 44 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah ... 48 Tabel 5. Interpretasi Jumlah Persentase ... 58 Tabel 6. Jumlah Siswa SMP se Kecamatan Banguntapan ... 60 Tabel 7. Rekapitulasi Deskripsi Data Kompetensi Manajerial
Kepala Sekolah Dilihat Per Aspek ... 65 Tabel 8. Deskripsi Data Aspek Perencanaan Per Butir Instrumen ... 68 Tabel 9. Deskripsi Data Aspek Kepemimpinan Per Butir Instrumen ... 70 Tabel 10. Deskripsi Data Aspek Pengorganisasian Per Butir Instrumen .. 72 Tabel 11. Deskripsi Data Aspek Penggerakan Per Butir Instrumen ... 74 Tabel 12. Deskripsi Data Aspek Pengawasan Per Butir Instrumen ... 78
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 87
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 91
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 96
(16)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan suatu rangkaian proses pembelajaran seorang anak menuju kedewasaan diri baik secara intelektual, moral, sosial, dan emosional. Dalam mewujudkan proses pembelajaran maka perlu adanya penyelenggaraan pendidikan yang baik. Penyelenggaraan pendidikan wajib dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah telah menjamin keberlangsungan Kegiatan Belajar Mengajar sesuai dengan UUD RI pasal 31 Tahun 1945 bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Serta pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang secara resmi diatur oleh undang-undang.
Penyelenggaran pendidikan yang baik pada dasarnya sebagai peningkatan kualitas pendidikan, salah satu faktor pendorong keberhasilan penyelenggaran dan pengelolaan pendidikan adalah sumber daya manusia yang baik dan berkompeten dalam bidang pendidikan.
(17)
2
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi, termasuk juga dalam organisasi pendidikan khususnya sekolah. Sumber daya manusia dapat menjadi penentu keberhasilan karena dapat dijadikan investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga banyak organisasi terus-menerus mengembangkan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu, perlu diwujudkan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional, sehingga untuk mencetak sumber daya manusia Indonesia yang seutuhnya tersebut maka diperlukan pendidikan yang bermutu.
Terdapat empat aspek yang menjadi program pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yaitu aspek kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana pendidikan dan kepemimpinan satuan pendidikan, dan pengelolaan sekolah yang efektif. Dari berbagai aspek tersebut, peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar salah satunya melalui optimalisasi kompetensi manajerial kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Hubungan yang erat antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
(18)
3
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.
Sekolah sebagai suatu komunitas pendidikan membutuhkan seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada dalam sekolah untuk suatu visi dan misi sekolah. Kepala sekolah sering dianggap mewakili wajah sekolahnya. Di sini tampak peranan kepala sekolah bukan hanya seorang akumulator yang mengumpulkan aneka ragam potensi penata usaha, guru, karyawan dan peserta didik, melainkan konseptor manajerial yang bertanggung jawab pada kontribusi masing-masing dalam efektivitas dan efiseiensi keberlangsungan pendidikan. Kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen seorang kepala sekolah harus mampu menguasai landasan pendidikan, menguasai kebijakan pendidikan, dan dapat menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan. Apabila seorang kepala sekolah tidak mampu menguasai kompetensi manajerial tersebut maka seorang kepala sekolah tidak sesuai dengan Standar Kompetensi Kepala Sekolah (SMP). Dalam menjalankan fungsi manajerial, seorang kepala sekolah akan mendapatkan beberapa hambatan yang disebabkan dari berbagai faktor baik dari luar maupun dari dalam. Seorang kepala sekolah mampu menjalankan fungsi manajerial kepala sekolah, apabila dalam menjalankan fungsi tersebut dilakukan dengan baik, dan dapat mengatasi berbagai hambatan yang muncul dengan baik dan bijaksana. Kepala sekolah yang tidak mampu memenuhi kriteria standar kompetensi kepala sekolah ini dengan baik, maka dibutuhkan suatu upaya-upaya dalam pengembangan kompetensi. Pengembangan kompetensi kepala sekolah adalah dengan adanya pelatihan dan
(19)
4
workshop tentang peningkatan kompetensi kepala sekolah yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul. Pembinaan dan pengembangan adalah upaya lembaga untuk mempertahankan kinerja dan meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan kerja pada saat sekarang atau di masa depan, sehingga kepala sekolah mampu menjalankan kompetensi manajerial sesuai dengan standar kompetensi kepala sekolah (SMP) yang telah ditetapkan, yaitu menguasai landasan pendidikan, menguasai kebijakan pendidikan, serta menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan (Saroni, 2006: 21).
Pada dasarnya sekolah dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh apapun. Sekolah ada karena dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencerdaskan anak-anaknya. Sekolah didirikan untuk mengkontribusi kebutuhan masyarakat akan institui yang menyelenggarakan proses pendidikan. Oleh sebab itu, sudah menjadi kebutuhan bagi seorang kepala sekolah untuk dapat memenej hubungan sekolah dengan masyarakat sebaik-baiknya. Manajemen Sekolah harus dilaksanakan yakni manajemen berbasis sekolah sangat memaksimalkan peranan sekolah dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat tidak dimenej secara baik, maka sistem manajemen berbasis sekolah tidak dapat terwujud. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat secara luas tidak hanya meliputi hubungan dengan orang tua siswa, melainkan hubungan dengan seluruh aspek kehidupan yang ada di sekitar sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengelola tugas anak buah atau guru yang ada di sekolah sebagai personil yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat. Kepala sekolah mengelola guru dan karyawan serta siswa sebagai
(20)
5
sarana untuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Dengan langkah seperti ini, maka eksistensi sekolah di masyarakat semakin baik dan atensi masyarakat kepada sekolah pun semakin besar.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Fifit Firmandani (2012: vii) tentang kompetensi manajerial kepala sekolah di sekolah dasar se Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, dinyatakan bahwa “Kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dasar se Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul dalam kategori yang sangat tinggi yang memperoleh persentase 86,97%”. Hasil penelitian lainnya Vela Miarri Nurma Arimbi (2011: vii) tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Temanggung, disebutkan bahwa “Kepemimpinan kepala SMK Negeri di Temanggung menurut sebagian guru (59%) termasuk dalam kategori tinggi dan terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 30,6% variansi yang terjadi pada kinerja guru dapat dijelaskan oleh kepemimpinan kepala sekolah”. Kemudian hasil penelitian Widiastuti (2012: vii) tentang persepsi guru SD pasca sertifikasi terhadap ketrampilan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembinaan kinerja guru SD se Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, disebutkan bahwa “(1) persepsi guru terhadap ketrampilan mempengaruhi yang dimiliki kepala sekolah sangat baik dengan persentase 88%; (2) persepsi guru terhadap ketrampilan menggerakan yang dimiliki kepala sekolah dalam kategori baik dengan persentase 79%; (3) persepsi guru terhadap ketrampilan mengembangkan yang dimiliki kepala sekolah dalam kategori baik dengan persentase 78%; (4) persepsi guru terhadap
(21)
6
ketrampilan memberdayakan yang dimiliki kepala sekolah dalam kategori sangat baik dengan persentase 82%”.
Hasil penelitian dari Nur Asiah (2011: vii) tentang kompetensi manajerial kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Ad-Dainuriyah Semarang menunjukkan bahwa “dalam konteksnya dengan kompetensi manajerial kepala sekolah MI Ad-Daninuriyah mampu menyusun perencanaan madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya madrasah secara optimal, memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di madrasahnya, menciptakan iklim madrasah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh guru, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Di samping kelebihan adapula kekurangannya yaitu kepala sekolah MI Ad-Dainuriyah Semarang terlalu disiplin, terkadang dalam situasi tertentu aktif mengisi jam pelajaran yang sebelumnya menjadi porsi guru yang bersangkutan. Kondisi ini menimbulkan kesan tingkat kepercayaan kepala sekolah terhadap guru kurang.
Data Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul mencatat bahwa sekolah menengah pertama yang berstatus negeri berjumlah 86 sekolah dan tersebar di 17 Kecamatan. Kecamatan Banguntapan mempunyai Sekolah Menengah Pertama yang jumlahnya paling banyak yaitu ada lima sekolah berstatus negeri dan sekolah berstatus swasta sebanyak dua sekolah sedangkan untuk kecamatan lain hanya mempunyai dua sampai tiga sekolah yang berstatus negeri dan swasta.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada KKN-PPL di SMP se Kecamatan Banguntapan melalui Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten
(22)
7
Bantul, menemukan beberapa permasalahan yang pertama, adanya kepala sekolah yang kurang mampu berinteraksi dengan masyarakat sekitar, sehingga kepala sekolah dirasa belum dapat menciptakan kondisi sekolah yang benar-benar kondusif. Hal tersebut dilihat dari tidak adanya keterlibatan masyarakat sekitar dalam kegiatan sekolah. Kurangnya tingkat kepercayaan kepala sekolah terhadap guru. Gambaran tersebut dapat melihat bagaimana kompetensi manajerial kepala sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah apakah telah memenuhi persyaratan seperti yang telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007, khususnya yang terkait dengan pasal-pasal yang mengatur kompetensi manajerial kepala sekolah. Hal kedua kurang adanya hubungan yang baik dalam lingkungan sekolah, kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan sumber daya manusia di sekolah masih terbatas. Kurangnya perhatian dan kepedulian kepala sekolah untuk menggerakkan guru melakukan kegiatan-kegiatan di sekolah. Pengangkatan kepala sekolah yang hanya mengedepankan pengalaman masa kerjanya sebagai guru daripada kemampuan manajerial yang dimiliki. Rata-rata kepala sekolah menengah se Kecamatan Banguntapan dipilih menjadi seorang kepala sekolah, disebabkan oleh pengalaman dan masa kerjanya yang lebih dari 10 tahun dan terdapat beberapa kepala sekolah yang tidak mempunyai sertifikat pengembangan kompetensi dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul. Kurangnya pengontrolan kepala sekolah terhadap guru yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, pembelajaran dan kedisiplinan. Adanya guru-guru yang masih sering terlambat dan keluar mencari makan sebelum jam istirahat, hal ini
(23)
8
merupakan contoh yang tidak baik bagi para siswa. Kemudian adanya guru yang absen dengan alasan tertentu dalam mengikuti rapat yang diadakan setiap hari Sabtu setelah siswa pulang sekolah. Beberapa permasalahan inilah yang harus dikontrol oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sekaligus manajer di sekolah dengan menerapkan fungsi manajerial. Apabila kepala sekolah tidak mampu mengelola sumber daya manusia tersebut maka dapat menghambat dalam menerapkan fungsi manajerial kepala sekolah.
Berdasarkan fenomena masalah di atas, bahwa dalam melaksanakan fungsi manajerial kepala sekolah tersebut tidak selamanya dapat berjalan lancar. Hal ini juga dialami Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kecamatan Banguntapan, sebab adanya beberapa permasalahan dalam menerapkan fungsi manajerial. Kinerja kepala sekolah diharapkan sesuai dengan peranan, tugas dan fungsi seorang kepala sekolah, sehingga mampu memenuhi harapan sekolah dan masyarakat. Kegiatan penelitian tentang kompetensi manajerial kepala sekolah merupakan salah satu bentuk rekomendasi untuk mampu mengatur, memimpin dan mengelola seluruh komponen sekolah sesuai dengan kompetensi manajerial kepala sekolah menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kompetensi manajerial kepala sekolah di SMP se kecamatan Banguntapan, untuk mengetahui secara mendalam tentang kompetensi manajerial kepala sekolah menengah pertama.
(24)
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi manajerial kepala sekolah, sebagai berikut:
1. Kurangnya tingkat kepercayaan kepala sekolah terhadap guru.
2. Kepala sekolah dalam mengerahkan sumber daya manusia disekolah masih rendah dilihat dari kurangnya perhatian dan kepedulian kepala sekolah untuk menggerakkan guru melakukan kegiatan – kegiatan di sekolah.
3. Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah masih rendah dan kurangnya pembinaan dalam pengembangan kompetensi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten. Kepala sekolah diangkat hanya mengedepankan pengalaman dan masa kerjannya yang lebih dari 10 tahun sebagai guru daripada kemampuan manajerial yang dimiliki. Beberapa kepala sekolah juga tidak mempunyai sertifikat pengembangan kompetensi dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul. 4. Kepala sekolah masih kurang melakukan pengontrolan terhadap guru
berkaitan dengan pengelolaan kelas, pembelajaran, dan kedisiplinan, masih terdapat guru-guru yang masih sering terlambat dan keluar mencari makan sebelum jam istirahat, hal ini merupakan contoh yang tidak baik bagi para siswa. Kemudian adanya guru yang absen dengan alasan tertentu dalam mengikuti rapat yang diadakan setiap hari Sabtu setelah siswa pulang sekolah. Beberapa permasalahan inilah yang harus dikontrol oleh
(25)
10
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin sekaligus manajer di sekolah dengan menerapkan fungsi manajerial.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi beberapa masalah di atas, banyak masalah yang ditemukan. Untuk menghindari meluasnya penelitian yang akan dilakukan dan menghindari penafsiran yang salah dari penelitian ini serta mengingat terbatasnya waktu dan tenaga yang ada pada peneliti, maka peneliti membatasi masalah dan memfokuskan penelitian mengenai Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Menengah Pertama se Kecamatan Banguntapan.
Peneliti tertarik meneliti mengenai kompetensi manajerial kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pengelola utama dari suatu sekolah dimana kepala sekolah harus dapat mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia untuk mencapai kualitas pendidikan yang diharapkan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yakni “ Bagaimana kompetensi manajerial Kepala SMP se Kecamatan Banguntapan? “.
(26)
11
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur bagaimana kompetensi manajerial kepala SMP se Kecamatan Banguntapan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ditinjau dari segi teoritis dan praktis.
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya manajemen pendidikan bidang kepemimpinan pendidikan.
2. Secara Praktis
− Bagi Kepala Sekolah, sebagai data atau bahan dalam pengembangan kemampuan profesional kompetensi manajerial kepala sekolah dan memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya fungsi manajerial kepala sekolah sebagai penunjang dan membantu proses pengelolaan pendidikan agar dapat berjalan efektif dan efisien.
− Bagi Komite Sekolah, sebagai pengawasan terhadap kepala sekolah dalam meningkatkan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah. − Bagi Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, sebagai upaya
(27)
12
kepala sekolah menengah pertama khususnya se Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
(28)
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Manajemen Pendidikan
a. Pengertian Manajemen Pendidikan
Engkoswara dan Aan Komariah (2011: 85), mengemukakan bahwa terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:
a. manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menenkankan perhatian pada ketrampilan dan kemampuan manajerial yang dklasifikasikan menjadi kemampuan/ ketrampilan teknikal, manusiawi, dan konseptual.
b. manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan jumlah langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktifitas manajemen.
c. manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
(Engkoswara dan Aan Komariah, 2011: 85)
Manajemen pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan itu dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan, dan waktu).
Suryosubroto (2004: 27), mengemukakan bahwa secara ringkas perlu ditegaskan hal-hal berikut.
a. Manajemen pendidikan merupakan bentuk kerja sama personel pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerja sama itu adalah pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tingkat perkembangannya pada usia pendidikan. Tujuan ini dapat dijabarkan ke dalam tujuan antara, yaitu tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus.
b. Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.
(29)
14
c. Manajemen pendidikan merupakan usaha untuk melakukan pengelolaan sistem pendidikan.
d. Manajemen pendidikan merupakan kegiatan memimpin, mengambil keputusan serta berkomunikasi dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
(Suryosubroto, 2004: 27)
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan merupakan ilmu dan serangkaian praktek operasional penyelenggaraan pendidikan yang meliputi pengelolaan kurikulum, pengelolaan tenaga kependidikan, pengelolaan siswa, pengelolaan fasilitas, pengelolaan keuangan, pengelolaan kegiatan ketatausahaan dan hubungan masyarakat dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan meliputi: 1) manajemen kurikulum atau pembelajaran; 2) manajemen tenaga pendidik dan kependidikan; 3) manajemen pembinaan kesiswaan; 4) manajemen pengembangan sarana dan prasarana pendidikan; 5) manajemen keuangan; 6) manajemen ketatausahaan; 7) manajemen hubungan masyarakat dan lingkungan.
b. Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan
Pengertian fungsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 400) adalah jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, jadi fungsi dapat diartikan sekelompok tugas pekerjaan meliputi sejumlah aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifat-sifatnya, pelaksanaannya atau karena merupakan suatu urutan ataupun secara praktis saling tergantung satu sama lain.
Henry Fayol (Malayu S.P. Hasibuan, 2007: 3), yang dianggap pakar pertama teori manajemen, mengemukakan bahwa fungsi manajemen mencakup lima fungsi yang berurutan yaitu: (1) planning (perencanaan), (2) organizing
(30)
15
(pengorganisasian), (3) commanding (perintah), (4) coordinating (pengkoordinasian), dan (5) controlling (pengawasan).
Dalam konteks pendidikan, manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang terpadu dengan penyelenggaraan pendidikan. Beberapa fungsi manajemen pendidikan sebagai berikut:
1) Fungsi perencanaan, adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal.
2) Fungsi pengorganisasi, yakni adanya usaha bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien.
3) Fungsi pengarahan, adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelumnya dan selama melaksanakan tugas.
4) Fungsi pengkoordinasian, adalah suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menserasikan, mengintregasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan.
5) Fungsi komunikasi, adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga untuk menyebarluaskan informasi yang terjadi di dalam maupun di luar lembaga yang ada kaitanya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama.
(31)
16
6) Fungsi pengawasan, adalah usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dengan melakukan tugas mencapai tujuan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi-fungsi manajemen yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan dalam proses penyelenggaraan pendidikan khususnya pengelolaan tenaga kependidikan yang meliputi; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasi, komunikasi dan pengawasan kepada tenaga administrasi sekolah.
2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah a. Fungsi Kepala Sekolah
Seorang kepala sekolah menduduki jabatannya karena ditetapkan dan diangkat oleh Kepala Daerah. Tetapi untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar ia perlu diterima dengan tulus iklas oleh guru-guru yang dipimpinnya. Dengan kata lain ia diakui kemampuan serta kepemimpinannya oleh guru-guru. Kedudukan kepala sekolah adalah kedudukan yang cukup sulit. Pada satu pihak ia adalah seorang atasan karena ia diangkat oleh atasan. Tetapi pada lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya. Ia adalah suara dan keinginan guru-guru. Sebagai seorang atasan, ia mempunyai tanggungjawab sebagai tangan kanan atasan untuk membina sekolah, guru-guru serta anggota staf yang lain (Soewadji, 1992: 20).
(32)
17
Kepala sekolah menurut Soewadji Lazaruth (1992: 20) mempunyai tugas pokok yaitu mengembangkan sekolahnya secara terus menerus sesuai dengan perkembangan dan tantangan jaman. Lebih lanjut dijelaskan Soewadji Lazaruth (1992: 21) bahwa fungsi kepala sekolah menjadi tiga macam yaitu sebagai administrator pendidikan, supervisor pendidikan, dan pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah sebagai administrator berusaha meningkatkan mutu sekolahnya melalui pengembangan fasilitas sekolah yang meliputi: gedung, perlengkapan/peralatan, keuangan, personalia, kurikulum, murid dan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Kepala sekolah sebagai supervisor berusaha meningkatkan mutu sekolahnya melalui peningkatan mutu, guru-guru dan seluruh staf sekolahnya, misalnya melalui rapat-rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, penataran, perpustakaan dan sebagainya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dituntut untuk terus berkembang. Dengan demikian diharapkan peningkatan mutu pendidikan dapat berjalan dengan baik karena penciptaan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan kondusif.
b. Tugas dan Tanggungjawab Kepala Sekolah
Menurut Mulyasa (2004: 58) tugas dan tanggungjawab kepemimpinan kepala sekolah dirumuskan dalam 11 langkah sebagai berikut :
a. Memahami misi dan tugas pokoknya; b. Mengetahui jumlah pembantunya; c. Mengetahui nama-nama pembantunya; d. Memahami tugas setiap pembantunya; e. Memperhatikan kehadiran pembantunya;
f. Memperhatikan peralatan yang dipakai pembantunya; g. Menilai pembantunya;
(33)
18 h. Memperhatikan karier pembantunya; i. Memperhatikan kesejahteraan; j. Menciptakan suasana kekeluargaan; k. Memberikan laporan kepada atasannya. (Mulyasa, 2004: 58)
Kepala sekolah mengemban tugas pokoknya yaitu membina atau mengembangkan sekolahnya secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Untuk melaksanakan tugasnya ini ada 3 jalan yang harus ditempuh:
a. Pembinaan prasarana dan sarana administratif; b. Pembinaan staf dalam kemampuan profesinya; dan c. Pembinaan diri sendiri dalam kepemimpinannya.
Di dalam uaha meningkatkan mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolah; misalnya gedung, perlengkapan/peralatan, keuangan, sistem pencatatan/pendataan, kesejahteraan dll, yang semuanya tercakup dalam bidang administrasi pendidikan. Dalam hal yang demikian ini maka kepala sekolah berfungsi sebagai administrator pendidikan.
Usaha peningkatan mutu dapat pula dilakukan dengan cara meningkatkan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, diskusi, seminar, observasi kelas, penataran, perpustakaan dsb. Kegiatan-kegiatan yang yang demikian dapat digolongkan pada kegiatan supervisi. Oleh karena itu dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa fungsi kepala sekolah adalah sebagai supervisor (penyelia) pendidikan.
(34)
19
Peningkatan dalam bidang administrasi dan supervisi saja belum merupakan jaminan akan keberhasilan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah kepemimpinan. Peningkatan mutu hanya dapat berjalan dengan baik apabila guru-guru bersikap terbuka (open mindedness), kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Semua ini hanya dapat terjadi apabila mereka berada dalam suatu suasana kerja yang menyenangkan, aman dan menantang.
Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus terus menerus berusaha mengembangkan diri agar kepemimpinannya terus berkembang pula. Hal ini merupakan kewajiban yang penting sekali karena fungsinya sebagai pemimpin pendidikan (education leader).
Dalam urain berikut secara khusus tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator pendidikan yang meliputi :
1. Bidang administrasi personalia;
a. Penerimaan dan penempatan tenaga. b. Penyelenggaraan program orientasi. c. Pembinaan staf.
d. Mengembangkan semangat kerja staf. e. Mengadakan evaluasi staf.
(35)
20 2. Bidang administrasi keuangan;
a. Mengelola masalah keuangan dengan berhati-hati, jujur dan terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan baik dari staf maupun dari masyarakat atau orang tua murid.
b. Mampu menggali dana dari berbagai sumber untuk keperluan sekolah dan program yang direncanakan sekolah.
c. Mampu mengontrol keuangan dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang diperoleh dari orang tua, masyarakat, pemerintah/yayasan, para dermawan dan sebagainya.
3. Bidang administrasi peralatan dan perlengkapan serta gedung; a. Penambahan ruang kelas atau ruang yang lain.
b. Rehabilitasi bagian-bagian yang rusak. c. Perbaikan perlengkapan dan peralatan. d. Penambahan perlengkapan dan peralatan.
e. Memodernisasikan perlengkapan dan peralatan, dll. 4. Bidang pembinaan kurikulum;
a. Mengadakan buku kurikulum termauk pedoman-pedomannya baik umum maupun khusus.
b. Bersama-sama guru memahami dan menjabarkan tujuan-tujuan pendidikan; tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan kurikuler dan tujuan-tujuan khusus.
c. Bersama-sama dengan guru memahami masalah proses belajar mengajar yang efektif.
(36)
21
d. Bersama-sama dengan guru menyusun program-program kurikuler dan kegiatan-kegiatan tambahannya, termasuk dalam hal ini program tahunan. e. Bersama-sama dengan guru mengembangkan alat-alat pelajaran.
f. Menyusun jadwal dan pembagian tugas. g. Mengembangkan sistem evaluasi belajar.
h. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan proses belajar mengajar. i. Menyusun norma kenaikan kelas.
j. Mengembangkan perpustakaan sebagai sumber ilmu dan tempat belajar.
5. Bidang administrasi kesiswaan; a. Masalah penerimaan murid baru. b. Masalah kemajuan belajar. c. Masalah bimbingan.
6. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat;
a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang program maupun problem yang dihadapi sekolah.
b. Membina komunikasi kepada masyarakat melalui media rapat-rapat, surat, bulletin, radio, dan sebagainya.
Menurut Mulyasa (2011: 68) ada beberapa indikator keberhasilan kepala sekolah dalam mengembangkan guru dan staf dapat dikemukakan sebagai berikut:
(37)
22
1) Sekolah mencipatakan hubungan kerja kesejawatan di antara semua guru dan staf dengan seluruh warga sekolah.
2) Kepala sekolah melakukan supervisi klinis dan kooperatif guna memberikan masukan bagi peningkatan kompetensi guru.
3) Terdapat program pengembangan profesionalitas guru dan staf berbasis sekolah berdasarkan kebutuhan sekolah guna perbaikan layanan, yang ditekankan pada pembentukan professional.
4) Terdapat asesmen mengenai kekuatan dan kekurangan setiap guru dan staf, terutama berkaitan dengan kompeteni dan ketrampilan tentang pelaksanaan pembelajaran yang efektif.
5) Terdapat database mengenai profil guru dan staf mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan kompetensi professional (masa kerja, latar pendidikan, pengalaman diklat dan penataran, serta karya-karya lainnya). 6) Kesempatan yang tersedia untuk pengembangan kapaitas professional,
diberikan secara bergilir, adil dan merata kepada semua guru dan staf. 7) Terdapat kegiatan sosialisasi lanjutan tentang hasil pelatihan/penataran
yang diikuti guru dan staf tertentu kepada semua warga sekolah.
8) Guru aktif mengikuti dan memanfaatkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan kegiatan organisasi lainnya untuk pengembangan diri.
9) Guru aktif secara mandiri dalam berbagai kegiatan pengembangan professional (penataran, pelatihan, seminar, dan pengadaan buku referensi pribadi).
(38)
23
10) Guru aktif menulis karya ilmiah (KTI) untuk mengkomunikasikan pengalaman dan pemikirannya, baik melalui artikel, makalah, maupun laporan penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas (PTK).
c. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Dalam Buku Kepemimpinan Kepala Sekolah (2007: 96-97) disebutkan bahwa menurut Stoner terdapat delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organisasi, yaitu bahwa para manajer :
a. Bekerja dengan, dan melalui orang lain;
b. Bertanggungjawab dan mempertanggunggjawabkan;
c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi berbagai persoalan;
d. Berpikir secara realistik dan konseptual; e. Adalah penjuru tengah;
f. Adalah seorang politisi; g. Adalah seorang diplomat; dan h. Pengambil keputusan yang sulit. (Wahjosumidjo, 2007: 96-97)
Kedelapan fungsi manajer yang dikemukakan oleh Stoner (2007: 97) tersebut tentu saja berlaku bagi setiap manajer dari organisasi apa pun, termasuk kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah yang berperan mengelola kegiatan sekolah harus mampu mewujudkan kedelapan fungsi dalam perilaku sehari-hari. Walaupun pada pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya manusia, seperti para staf, siswa dan orang tua siswa, dana, sarana serta suasana dan faktor lingkungan dimana sekolah tersebut berada. Peranan kepala sekolah sebagai manajer memerlukan tiga macam ketrampilan, yaitu Technical Skill, Human Skill, dan Conceptual Skill. Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus
(39)
24
memahami dan mampu mewujudkannya ke dalam tindakan atau perilaku nilai-nilai yang terkandung di dalam ketiga ketrampilan tersebut.
1. Technical Skill
a. Menguasai pengetahuan tentang metode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus.
b. Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.
2. Human Skill
a. Kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerja sama; b. Kemampuan untuk memahami isi hati, sikap, dan motif orang lain,
mengapa mereka berkata dan berperilaku;
c. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif;
d. Kemampuan menciptakan kerja sama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis;
e. Mampu berperilaku yang dapat diterima. 3. Conceptual Skill
a. Kemampuan analisis;
b. Kemampuan berfikir rasional;
c. Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi;
d. Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecenderungan;
(40)
25
f. Mampu mengenali macam-macam kesempatan dan masalah-masalah sosial.
3. Kompetensi Kepala Sekolah
a. Jenis-jenis Kompetensi Kepala Sekolah
Menurut Kemediknas (2007), terdapat empat kompetensi kepala sekolah, yakni:
a. Kompetensi Profesional
b. Kompetensi Wawasan Kependidikan dan Manajemen c. Kompetensi Kepribadian
d. Kompetensi Sosial
b. Standar Kompetensi Kepala Sekolah
Menurut Kemendiknas (2007), dasar penyususnan standar kompetensi kepala sekolah adalah sebagai berikut :
a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. PP No. 19 tahun 2005 khususnya yang terkait dengan pasal-pasal yang mengatur kompetensi kepala sekolah :
1) Pasal 28 memiliki kualifikasi sebagai pendidik
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompeteni kepribadian,
(41)
26
kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
2) Pasal 38 memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan
Pasal 38 ayat (3) disebutkan bahwa kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: Berstatus sebagai guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK, Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK, dan Memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
3) Pasal 39 memiliki kualifikasi sebagai pengawas
Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi: Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi, memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan pendidikan, lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan
(42)
27
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
4) Pasal 49 memiliki kemampuan mengelola dan melaksanakan satuan pendidikan
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional, personalia, keuangan, dan area fungsional, kepengelolaan lainnya yang diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.
5) Pasal 52 memiliki kemampuan menyusun pedoman
Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang: a. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus;
b. Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan;
c. Struktur organisasi satuan pendidikan; d. Pembagian tugas di antara pendidik;
e. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; f. Peraturan akademik;
(43)
28
g. Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
h. Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat; i. Biaya operasional satuan pendidikan.
Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir a, b, d, e, f, dan h diputuskan oleh rapat dewan pendidik dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan. Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir c dan diputuskan oleh komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan. Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir I ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan setelah mempertimbangkan masukan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e ditetapkan oleh pimpinan satuan pendidikan. Pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pendidikan tinggi diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6) Pasal 53 memiliki kemampuan menyususn perencanaan.
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.
(44)
29
b. Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya.
c. Mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada.
d. Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan lainnya.
e. Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran. f. Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran. g. Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai.
h. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program.
i. Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
j. Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang pendidikan tinggi.
k. Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun.
l. Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir.
Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disetujui rapat dewan pendidik setelah
(45)
30
memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah. Untuk jenjang pendidikan tinggi, rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) harus disetujui oleh lembaga berwenang sebagaimana diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 162/13/2003 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, Pasal 9 ayat (2), dijelaskan bahwa aspek penilaian kepala sekolah atas dasar tugas dan tanggungjawab kepala sekolah sebagai, pemimpin, manajer, pendidik, administrator, wirausahawan, pencipta iklim kerja, dan penyelia. Secara umum kepala sekolah yang berkompeten harus memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, performance dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah, yang diuraikan dalam kompetensi professional, kompetensi wawasan kependidikan dan manajemen (manajerial), kompetensi personal dan kompetensi sosial.
4. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah a. Fungsi-Fungsi Manajerial
Fungsi-fungsi manajerial dapat digolongkan dalam dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang. Yang tergolong kepada jenis fungsi organik adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu dilakukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran dan harus digunakan sebagai dasar atau strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh orang-orang atau
(46)
satuan-31
satuan kerja dalam organisasi dan dimaksudkan mendukung semua fungsi organik para manajer (Sondang P. Siagian, 2007: 32).
Kepala sekolah memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal. Setiap kepala sekolah harus memiliki perhatian yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dan sekolahnya secara optimal.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 disebutkan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah :
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/ madrasah secara optimal.
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
(47)
32
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah.
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah. n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan.
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
(48)
33
Menurut Sondang P.Siagian (2007: 32) bahwa berbagai cara dan gaya seorang ilmuan membuat klasifikasi fungsi-fungsi manajerial dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti :
1) Filsafat hidup yang dianutnya
2) Perkembangan pengetahuan yang telah dicapai 3) Kondisi lingkungan
4) Perkembangan teknologi dan pemanfaatannya
5) Kondisi organisasi untuk mana fungsi-fungsi itu diselenggarakan Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan dan Manajemen :
1) Menguasai Landasan Pendidikan yang didalamnya seorang kepala sekolah harus mampu memahami hakikat pendidikan, memahami pengembangan kurikulum sekolah, memahami tingkat perkembangan siswa, dan memahami macam-macam pendekatan pembelajaran.
2) Menguasai kebijakan pendidikan yang didalamnya seorang kepala sekolah harus mampu memahami undang-undang sistem pendidikan nasional, memahami program pembangunan pendidikan dan rencana strategis di bidang pendidikan dan memahami kebijakan pendidikan.
3) Menguasai konsep kepemimpinan dan manajemen pendidikan yang didalamnya seorang kepala sekolah harus mampu memahami konsep kepemimpinan pendidikan dalam tugas, peran, dan fungsi kepala sekolah, memahami konsep manajemen pendidikan dalam tugas, peran, dan fungsi kepala sekolah, memahami konsep dan penerapan manajemen berbasis
(49)
34
sekolah, dan dapat memahami konsep serta penerapan manajemen mutu sekolah.
Kepala sekolah professional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan di sekolah. Kepala sekolah professional juga mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajerial sebagai kepala sekolah.
Menurut E. Mulyasa (2004: 89) bahwa dampak dalam melaksanakan tugas berdasarkan fungsi-fungsi manajerial kepala sekolah adalah kepemimpinan yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan (transparansi) manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan sustanbilitas.
b. Pengembangan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Tuntutan pengembangan kemamuan manajerial kepala sekolah menjadi dibutuhkan, sehubungan dengan keterbatasan yang ada pada diri sebagai manusia. Pengakuan diri ini diperlukan, mengingat manusia bukan mahluk yang serba bisa. Menurut Mulyasa (2004: 73), bahwa tidak semua kepala sekolah memiliki wawasan yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Kemampuan manajerial kepala sekolah semakin penting untuk ditingkatkan sejalan dengan semakin kompeleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efesien. Di samping itu, perkembangan ilmu
(50)
35
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin pesat sehingga menuntut penguasaan secara profesional (Mulyasa, 2004: 25).
Pengembangan kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan kebutuhan yang bersifat mendesak untuk segera dipenuhi dan diasah secara berkelanjutan. Pengembangan kemampuan tersebut, bisa dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan fungsional (Kemendiknas, 2011: 5). Model peningkatan kemampuan manajerial ini, merupakan tindakan yang dianggap efektif. Dampak dari hasil kegiatan peningkatan kemampuan yang diikuti atau dilaksanakan, terlihat dari pemanfaatan kemampuan yang telah diperoleh. Implementasi dari hasil pengembangan kemampuan tersebut, merupakan tujuan dan sasaran terpenting dari suatu kegiatan pengembangan diri. Karena pengembangan SDM tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Begitu juga yang terjadi di lingkup lembaga pendidikan, seperti dalam penelitian ini tentang “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah”. Pengelolaan akan berguna bagi organisasi/instansi itu sendiri, dalam kualitas dan eksistensinya dimasa yang akan datang. Adapun penelitian yang relevan atau mempunyai kesamaan dengan yang dilakukan oleh peneliti ini adalah sebagai berikut:
(51)
36
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Makhfudz (2010), dalam tesisnya yang berjudul “Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purwosari Pasuruhan”, yang kesimpulannya membahas bahwa proses manajemen yang dilakukan oleh kepala SMA Negeri 1 Purwosari, Pasuruhan dalam meningkatkan kinerja guru tidak akan berjalan efektif tanpa adanya kompetensi manajerial yang mumpuni dan efektif yang dimiliki oleh kepala sekolah selaku manajer di sekolah, serta adanya dukungan dan kerjasama yang solid antara kepala sekolah, para guru maupun civitas academia lainnya. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk kepala sekolah agar mempertahankan kualitas pendidikan yang diraih dan melakukan studi banding untuk mencari gagasan yang lebih baik, untuk penyelenggara sekolah lain agar menjadikan sekolah ini sebagai model atau percontohan sehingga mencapai prestasi yang sama, untuk mengambil kebijakan agar dilaksanakannya sertifikasi kepala sekolah dan memberikan otonomi yang lebih luas.
Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Tatik Nasilah (2007), dalam skripsinya yang berjudul “Peran Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA N 1 Kwanyar Bangkalan Madura”, yang kesimpulannya membahas bahwa faktor pendukung peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah kualitas guru, siswa dan sarana prasarana, sedangkan faktor yang dapat menghambat adalah kurang pengertian pihak wali murid untuk meningkatkan mutu pendidikan, tingkat kenakalan siswa, keraguan SDM di sekolah ini baik guru maupun siswa, kesulitan untuk menjalin dengan
(52)
37
lembaga tenaga kerja dikarenakan lulusan dari SMA 1 Kwanyar ini belum mempunyai ketrampilan kerja yang khusus seperti halnya di SMK. Selain itu yang menghambat dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah fakta sarana dan prasarana yang sangat minim. Dalam mencegah hal tersebut kepala SMA 1 Kwanyar melakukan berbagai langkah yaitu menambah sarana dan prasarana, lebih intens dalam mensosialisasikan program-program yang telah dibuat dan meningkatkan kualitas produk (jasa dan lulusan) agar diakui mutunya sehingga dapat mempermudah meyakinkan kerjasama dengan lembaga lainnya.
C. Kerangka Pikir
Sumber daya manusia memiliki fungsi yang sangat strategis dan merupakan sumber daya yang menggerakkan organisasi dalam mewujudkan pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebuah organisasi harus mampu mengelola, mendayagunakan dan mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki secara profesional sehingga upaya pencapaian tujuan organisasi terwujud secara nyata.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia akan mencapai tujuan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa apabila di semua lembaga pendidikan baik dasar, menengah dan tinggi mempunyai sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut, maka satuan pendidikan atau sekolah dituntut untuk dapat melaksanakan manejemen sumber daya manusianya secara baik, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa pendidikan. Sumber daya manusia yang ada di lingkungan sekolah diantaranya: kepala sekolah, guru, staf
(53)
38
tata usaha atau tenaga administrasi sekolah, laboran, pustakawan, penjaga sekolah, pesuruh, dan tenaga teknis lainnya.
Untuk mewujudkan sumber daya manusia di lembaga pendidikan yang dalam penelitian ini terfokus pada kompetensi manajerial kepala sekolah di SMP se Kecamatan Banguntapan yang baik, maka diperlukan pelaksanaan kompetensi manajerial kepala sekolah yang tepat melalui pelaksanaan fungsi manajemen yang terdapat dalam ruang lingkup kompetensi manajerial kepala sekolah. Seorang kepala sekolah dituntut untuk selalu bertanggung jawab agar para guru, staf, dan siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah ditetapkan, dengan kesadaran tersebut para guru, staf dan siswa dengan penuh semangat, keyakinan melaksanakan tugas masing-masing dalam mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas-tugas dengan penuh kesadaran, maka setiap kepala sekolah harus bertanggung jawab untuk menyediakan segala dukungan, peralatan, fasilitas, berbagai peraturan dan suasana yang mendukung kegiatan. Kepala sekolah harus pula mampu memahami motivasi setiap guru, staf dan siswa, mengapa mereka bersikap dan berperilaku baik yang bersifat positif maupun reaksi yang tidak mendukung. Kepala sekolah harus selalu tampak sebagai sosok yang selalu dihargai, terpercaya, diteladani, dituruti segala perintahnya, sehingga kepala sekolah sebagai seorang pemimpin betul-betul berfungsi sebagai sumber inspirasi bawahan. Kepala sekolah harus selalu dapat menjaga memelihara keseimbangan antara guru, staf dan siswa di satu pihak dan kepentingan sekolah serta kepentingan masyarakat dipihak lain. Sehingga tercipta suasana keseimbangan, keserasian antara kehidupan sekolah dengan masyarakat.
(54)
39
Perencanaan Kepemimpinan Pengorganisasian
Penggerakan Pengawasan
Tiap kepala sekolah harus menyadari bahwa esensi kepemimpinan adalah kepengikutan yang berarti kepemimpinan tidak akan terjadi apabila tidak didukung pengikut atau bawahan. Memberikan bimbingan, mengadakan koordinasi kegiatan, mengadakan pengendalian/pengawasan can mengadakan pembinaan agar masing-masing bawahan memperoleh tugas yang wajar dalam beban dan hasil usaha bersama.
Adapun skema alur kerangka pikir dalam penelitian ini dapat terlihat dalam bagan berikut:: ---
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kepala Sekolah Kepala sekolah sebagai manajer Standar kompetensi kepala sekolah Peran dan fungsi kepala sekolah Tugas dan tanggung jawab Tujuan Pendidikan Pengikat SDM Warga Negara Dunia Kerja SDM
Pendidikan Sekolah
Pengembangan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Fungsi Manajerial
(55)
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa deskriptif dan angka yang pengolahannya menggunakan metode statistik yang digunakan lalu diinterpretasikan. Menurut Asmadi Alsa (2007: 13) pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yaitu kompetensi manajerial kepala sekolah di SMP.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta se Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.
b. Waktu Penelitian
Dilakukan dari pembuatan proposal sampai dengan laporan pada bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juli 2013.
(56)
41
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sudjana (2005: 6) populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Banguntapan berjumlah 7 SMP yang terdiri dari 5 Sekolah Negeri dan 2 Sekolah Swasta. Populasi jumlah kepala sekolah yaitu 7 orang, dan jumlah guru keseluruhan yaitu 237 orang guru.
Tabel 1. Jumlah Populasi Guru dan Kepala Sekolah se kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
NO. NAMA SEKOLAH
JUMLAH KEPALA SEKOLAH
JUMLAH GURU
1. SMP N 1 Banguntapan 1 orang 55 orang
2. SMP N 2 Banguntapan 1 orang 31 orang
3. SMP N 3 Banguntapan 1 orang 46 orang
4. SMP N 4 Banguntapan 1 orang 25 orang
5. SMP N 5 Banguntapan 1 orang 26 orang
6. SMP Bina Jaya Banguntapan 1 orang 26 orang 7. SMP Muhammadiyah Banguntapan 1 orang 28 orang
Jumlah 7 orang 237 orang
Sumber : Data Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul tahun 2013, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sutrisno Hadi (2004: 222) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang akan diselidiki. Menurut Suharsimi Arikunto “Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar homogen. Apabila subjek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi seluruh populasi (hasilnya tidak boleh
(57)
42
digeneralisasikan)” (2002: 110). Penelitian ini merupakan penelitian sampel sehingga cara pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara random sampling. Teknik sampling ini digunakan karena peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek-subjek dianggap sama. Peneliti dapat memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel, sehingga penelitian terbebas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel.
Sugiyono (2011: 86) menyatakan bahwa jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkann 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Menurut Sugiyono (2011: 87) rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya dikembangkan dari Isaac dan Michael adalah sebagai berikut:
Keterangan : �2��������= 1,�����������ℎ������ 1%, 5%, 10%. P = Q = 0,5. d = 0,05. s = Jumlah Sampel
S = λ2. N. P. Q
(58)
43
Dari rumus diatas dapat dihitung besarnya sampel yang akan diambil pada saat penelitian :
S = λ2. N. P. Q
�² (� −1) +�².�.�
= 3,841 x 237 x 0,5 x 0,5
0,05² (237 – 1) + 3,841 x 0,5 x 0,5
= 227,57925 0,59 + 0,96025
= 227,57925 1,55025 = 146,80165
= 147
Dengan hasil di atas, maka total jumlah responden untuk guru SMP se Kecamatan Banguntapan adalah 147 orang.
(59)
44
Tabel 2. Jumlah Penentuan Sampel dari Populasi Guru SMP se Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul.
N
O. NAMA SEKOLAH
PENENTUAN JUMLAH SAMPEL
JUMLAH SAMPEL
1. SMP N 1 Banguntapan 55/237 x 147 = 34,11 34 orang 2. SMP N 2 Banguntapan 31/237 x 147 = 19,22 19 orang 3. SMP N 3 Banguntapan 46/237 x 147 = 28,53 29 orang 4. SMP N 4 Banguntapan 25/237 x 147 =15,50 16 orang 5. SMP N 5 Banguntapan 26/237 x 147= 16,12 16 orang 6. SMP Bina Jaya Banguntapan 26/237 x 147 = 16,12 16 orang 7. SMP Muhammadiyah Banguntapan 28/237 x 147 = 17,36 17 orang
JUMLAH 147 orang
Dengan hasil di atas, dalam penelitian ini sampel yang akan diambil dalam jumlah populasi tersebut menggunakan teknik proporsional random sampling. Alasan pengambilan sampel secara acak ini dikarenakan jumlah populasi yang bersifat homogen. Adapun jumlah responden SMP Se Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul DIY sebagai berikut.
Tabel 3. Besar Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Guru
(Pendidik)
1. SMP N 1 Banguntapan 34 orang 2. SMP N 2 Banguntapan 19 orang 3. SMP N 3 Banguntapan 29 orang 4. SMP N 4 Banguntapan 16 orang 5. SMP N 5 Banguntapan 16 orang 6. SMP Bina Jaya Banguntapan 16 orang 7. SMP Muhammadiyah Banguntapan 17 orang
(60)
45
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang maksud judul penelitian sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Penelitian ini ingin mengetahui kepala sekolah dalam meningkatkan ketrampilan dan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan kerja sama dengan mengerjakan sesuatu melalui orang lain, baik kemampuan membuat perencanaan, kepemimpinan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi manajerial kepala sekolah yang berpedoman pada Permendiknas No. 13 Tahun 2007, yaitu kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan aktifitas penyusunan perencanaan sekolah, penyusunan rencana operasional pengembangan sekolah, penyusunan Rencana Anggaran dan Kegiatan (RAK), memimpin sekolah, pengembangan organisasi sekolah, menciptakan budaya organisasi sekolah, menciptakan iklim organisasi sekolah, mengelola guru dan staf dalam pemberdayaan SDM, mengelola sarana dan prasarana, mengelola humas, mengelola peserta didik, mengelola pengembangan kurikulum, mengelola keuangan sekolah, mengelola ketatausahaan sekolah, mengelola unit layanan khusus sekolah, mengelola sistem informasi sekolah, memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sekolah, monitoring pelaksanaan program kegiatan sekolah, melakukan kegiatan evaluasi kegiatan sekolah, pelaporan program kegiatan sekolah serta merencanakan tindak lanjut setiap program sekolah.
(61)
46
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik kuesioner berupa angket. Dipandang dari jawaban yang diberikan merupakan kuesioner tidak langsung, karena responden menjawab tentang orang lain. Dipandang dari bentuknya penelitian ini menggunakan check list, yakni sebuah daftar di mana responden tinggah membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.
Menurut Riduwan (2007: 25-26) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan angket ini peneliti dapat memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden sesuai dengan permasalahan dalam penelitiannya. Angket ini diberikan kepada seluruh guru SMP se Kecamatan Banguntapan yang dijadikan sampel penelitian.
Alasan teknis mengunakan angket sebagai metode utama dalam penelitian ini yaitu biaya relatif murah, waktu untuk mendapatkan data singkat, dan dapat dilakukan terhadap subyek dengan jumlah besar sedangkan alasan akademis menggunakan angket adalah angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Beberapa kelebihan dengan metode angket yaitu biaya murah, waktu untuk mendapatkan data relatif singkat, tidak dibutuhkan keahlian lapangan yang diselidiki, dan dilakukan sekaligus terhadap
(62)
47
subyek yang jumlahnya besar. Angket dibagikan kepada seluruh guru Sekolah Menengah Pertama yang dijadikan sampel penelitian, untuk mengetahui bagaimana fungsi manajerial kepala sekolah se Kecamatan Banguntapan.
Sesuai dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Adapun skala pengukuran yang digunakan di dalam angket yaitu menggunakan skala likert. Skala likert ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi persepsi guru tentang bagaimana kompetensi manajerial kepala sekolah. Adapun alternatif jawaban dan skor penilaian yang digunakan yaitu skor (5) untuk jawaban Sangat Tinggi, skor (4) untuk jawaban Tinggi, skor (3) untuk jawaban Sedang, skor (2) untuk jawaban Rendah, dan skor (1) untuk jawaban Sangat Rendah. Menurut Riduwan (2007: 27) angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√).
(63)
48
E.Istrumen Penelitian
1. Pengembangan Instrumen
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Sub Komponen Indikator Sub Indikator Sumber Data
Metode No Item Jumlah Item 1. Perencanaan a. Penyusunan perencanaan sekolah
a. Mampu menetapkan kriteria atau standar pencapaian program secara jelas
Guru Angket 1 1
b.Penyusunan rencana operasional pengembangan sekolah a.Mampu menyusun perencanaan sekolah jangka pendek b. Mampu menyusun
rencana sekolah jangka menengah
c. Mampu menyusun rencana sekolah jangka panjang
Guru Angket
2, 3, 4 3
c.Penyusunan RAPBS
a. Mampu menyusun penerimaan dan pengeluaran yang direncanakan dalam satu periode kebijaksanaan keuangan
b. Mampu memaksimalkan anggaran untuk sekolah dan unsur-unsur pimpinan
(64)
49
c. Mampu memaksimalkan anggaran untuk program – program dan
kegiatannya
Guru Angket 7 1
2. Kepemimpinan Memimpin sekolah
a. Mampu memberikan informasi terbaru dan berbagai ketrampilan kepada guru dan staf b. Mampu melakukan
komunikasi terbuka kepada guru dan staf c. Mampu mendengarkan
dan menanggapi keluhan dari guru maupun staf d. Mampu menyediakan
kebutuhan warga sekolah e. Mampu menempatkan
diri sesuai kondisi di setiap kesempatan f. Mampu menggunakan
pendekatan yang mendalam apabila terdapat masalah pada warga sekolah
Guru Angket 8
9 10 11 12 13 6 3.Pengorganisasian a. Pengembangan organisasi sekolah
a. Mampu menyusun struktur organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
b. Mampu membuat rincian tugas pokok setiap unit kerja
c. Mampu menempatkan personalia sesuai dengan kebutuhan di sekolah d. Mampu
mengembangkan organisasi informal sekolah secara efektif
Guru Angket 19, 20, 21, 22, 23 5 b. Menciptakan budaya organisasi sekolah Mampu menciptakan iklim kerja yang efisien, kreatif dan inovatif di sekolah
Guru Angket 24, 25 2
c. Menciptakan iklim organisasi sekolah
a. Mampu menciptakan lingkungan fisik sekolah yang nyaman, bersih, dan indah
b. Mampu menciptakan suasana iklim kerja yang sehat dan harmonis
Guru Angket 26, 27 2
(65)
50
guru dan staf dalam
pemberdayaan SDM
kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana pengembangan sekolah b. Mampu melaksanakan
rekruitmen dan seleksi guru dan staf
c. Mampu mengelola pembinaan terkait dengan tugas guru dan staf
d. Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf
29, 30, 31, 32 b. Mengelola sarana dan prasarana
a. Mampu mengelola pengadaan fasilitas sekolah
b. Mampu mengelola pengadaan sarana sekolah
c. Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas yang bersifat preventif maupun perawatan kerusakan fasilitas sekolah
d. Mampu mengelola pelaksanaan kegiatan inventaris
Guru Angket 33, 34, 35, 36
4
c. Mengelola Humas
a. Mampu melakukan pendekatan dalam rangka mendapat dukungan dari lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat b. Mampu memperoleh
dukungan positif dari komite sekolah c. Mampu memelihara
hubungan dengan masyarakat sekitar d. Mampu berkomunikasi
secara terbuka dalam batas tertentu
Guru Angket 37, 38, 39, 40, 41 5 d. Mengelola Peserta didik
a. Mampu melakukan penerimaan peserta didik sesuai dengan peraturan b. Mampu melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik
c. Mampu melaksanaan tata tertib sekolah bagi peserta didik
d. Mampu memberikan dukungan dan apresiasi bagi para peserta didik
Guru Angket 42, 43, 44, 45
(66)
51
yang berprestasi maupun peserta didik yang kurang mampu e. Mengelola
Pengembangan Kurikulum
a. Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran
b. Mampu melaksanakan metode pembelajaran yang efektif
c. Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran
d. Mampu membuat jadwal pelajaran
Guru Angket 46, 47, 48, 49, 50 5 f. Mengelola Keuangan Sekolah
a. Mampu mengupayakan sumber – sumber keuangan sekolah b. Mampu
mengkoordinasikan pembelajaran keuangan c. Mampu menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku
Guru Angket 51, 52, 53, 54 4 g. Mengelola Ketatausahaan sekolah
a. Mampu mengelola surat masuk dan surat keluar b. Mampu
mendokumentasikan arsip sekolah c. Mampu mengelola
kelengkapan administrasi sekolah
d. Mampu mengelola administrasi sekolah
Guru Angket 55, 56, 57, 58, 59
5
h. Mengelola Unit Layanan Khusus sekolah
a. Mampu
mendayagunakan unit layanan kesehatan sekolah secara optimal b. Mampu
mengkoordinasikan pengelolaan kantin sehat di sekolah
c. Mampu
mengkoordinasikan pengelolaan koperasi sekolah
d. Mampu mengelola perpustaakn sekolah sebagai sumber belajar
Guru Angket 60, 61, 62, 63 4 i. Mengelola Sistem Informasi sekolah
a. Mampu mengelola pemanfaatan teknologi informasi untuk menyusun database sekolah
Guru Angket 64, 65, 66, 67
(67)
52
b. Mampu mengelola sistem informasi sekolah supaya mudah diakses c. Mampu menerima
seluruh informasi yang masuk dengan baik dalam mengambil keputusan j. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sekolah
a. Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme sistem layanan informasi b. Mampu
mengkoordinasikan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran c. Mampu mengatur
pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan sistem manajemen sekolah
Guru Angket 68, 69, 70, 71
6
5. Pengawasan
a.Monitoring pelaksanaan program kegiatan sekolah
a. Mampu melakukan monitoring terhadap keberhasilan program sekolah
b. Mampu memantau pelaksanaan program sekolah secara rutin
Guru Angket 72, 73 2
b. Evaluasi pelaksanaan program kegiatan sekolah Mampu melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan program
Guru Angket 74 1
c. Pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah Mampu menyampaikan laporan setiap program sekolah
Guru Angket 75 1
d.Merencanakan tindak lanjut
Mampu merencanakan tindak lanjut setiap program sekolah setelah di evaluasi
(68)
53 3. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen yaitu digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan tingkat keandalan (reliabilitas). Dengan adanya intrumen maka dapat diketahui butir-butir yang valid dan reabel dalam penelitian. Uji coba instrument dilakukan kepada seluruh guru Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Bantul yang dijadikan sampel penelitian. Uji coba instrumen mengetahui tingkat validitasi dan reabilitas untuk variabel kompetensi manajerial kepala sekolah. a. Uji validitas
Menurut Saifuddin Azwar (2006: 6) validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur tersebut mampu memberikan hasil ukur sesuai maksud pengukuran, sedangkan cermat berarti bahwa pengukuran tersebut mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subyek yang satu dengan yang lain. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Menurut Sugiyono (2010: 134) item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.
(69)
54
Untuk mengukur validitas angket salah satunya yaitu menggunakan rumus korelasi Pearson Corelation Product Moment yang dikemukakan oleh (Suharsimi Arikunto, 2009: 81) yaitu:
rXY= ����−
(��)(��)
������−(��)²� {����− (��)²}
Keterangan:
rXY = Koefisien Korelasi
ΣX = Σ skor item ΣY = Σ skor total X2 = Σ kuadrat skor item Y2 = Σ kuadrat skor total
XY = Σ perkalian skor item dengan skor total N = Jumlah Responden
Menurut Sugiyono (2012: 183), jika rXY atau koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih dari 0,3 maka instrumen dinyatakan valid, jadi jika korelasi antar skor kurang dari 0,3 maka instrumen dinyatakan tidak valid.
Butir-butir yang digunakan dalam pengumpulan data adalah butir – butir yang valid, karena r hitung > r tabel yakni r hitung lebih besar dari 0,361. Adapun hasil perhitungannya adalah item pertanyaan untuk variabel kompetensi manajerial sebanyak 76 butir. Setelah dilakukan uji validitas menghasilkan seluruh item pertanyaan valid. Sehingga seluruh item pertanyaan dapat digunakan pada penelitian yakni sebanyak 76 butir.
(70)
55 b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang baik selain valid juga harus reliable atau dapat diandalkan. Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti reliabel suatu tes memiliki persyaratan, maka semakin yakin dapat dikatakan bahwa dalam hasil yang diperoleh suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes memiliki persyaratan, maka semakin yakin dapat dikatakan bahwa dalam hasil yang diperoleh suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali (Soekardi, 2008: 128). Untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini digunakan model Internal consistency (konsisten internal), perhitungan reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Alpha Cronbach.
Pengujian instrument penelitian ini menggunakan rumus Alpha sebagi berikut:
��� = ��−�� � �� −∑�� � ��� � Keterangan:
��� = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan
∑��2 = jumlah varians butir
�12 = varians total
Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabelnya lebih dari 0,60. Jika koefisien kurang dari 0, 60 maka instrumen tersebut tidak reliabel
(71)
56
(Sugiyono, 2012: 184). Perhitungan uji reliabilitas ini dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.
Hasil uji reliabilitas instrumen yang berjumlah 76 item, nilai reliabilitasnya adalah 0,982. Sehingga hasil perhitungan menyatakan bahwa nilai signifikasi >0,800, maka dapat dinyatakan reliabel dengan tingkat indeks reliabilitas sangat kuat.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik despkriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Mengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian data yang dapat dilakukan adalah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)