Pengembangan alat evaluasi hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu At-Taqwa Surabaya.
PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS TAKSONOMI BLOOM DUA DIMENSI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM
TERPADU AT-TAQWA SURABAYA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh: Yulianti NIM: F13214150
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Yulianti. Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi di Sekolah Menengah
Pertama Islam Terpadu At-Taqwa Surabaya. Pembimbing Dr. Ah. Zaki Fuad, M.Ag
Kata Kunci: Pengembangan Alat Evaluasi, Taksonomi Bloom Dua Dimensi, Pendidikan Agama Islam
Taksonomi Bloom Dua Dimensi merupakan suatu taksonomi tujuan pembelajaran yang meliputi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif meliputi level mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Sedangkan dimensi pengetahuan meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Alat evaluasi yang digunakan di sekolah tempat peneliti ini, belum sepenuhnya memperhatikan level-level pada Taksonomi Bloom Dua Dimensi, oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian ini.
Pengembangan alat evaluasi Pendidikan Agama Islam berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi pada penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp, yaitu terdiri dari lima fase 1) Investigasi awal, 2) Desain, 3) Realisasi, 4) Tes, evaluasi, dan revisi, 5) Implementasi. Namun peneliti ini hanya dilakukan sampai pada fase tes, evaluasi dan revisi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu At-Taqwa Surabaya pada tanggal 6 Januari 2017
Pada penelitian ini, telah dihasilkan enam item soal Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi antara lain: a) Mengingat Pengetahuan Faktual, b) Menerapkan Pengetahuan Faktual, c) Menerapkan Pengetahuan Faktual d) Mengingat Pengetahuan Konseptual, e) Mengingat Pengetahuan Konseptual, dah f) Menilai Pengetahuan Prosedural.
Hasil dari analisis lembar validasi, diperoleh bahwa soal yang dikembangkan dalam kategori sangat valid dan dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi. Hasil dari uji coba terbatas diperoleh skor siswa yang kemudian dianalisis dan diperoleh koefisien reliabilitas 1, 019524 dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, alat evaluasi Pendidikan Agama Islam berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi pada materi hewan halal dan haram telah memenuhi kriteria valid, reliabel, dan praktis maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dikatakan baik.
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A..Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Kegunaan Penelitian ... 9
F. Kerangka Teoritik ... 10
(8)
H. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II KAJIAN TEORI A. Alat Evaluasi Hasil Belajar ... 20
1. Evaluasi Hasil Belajar ... 22
2. Pengertian Tes ... 27
B. Pendidikan Agama Islam ... 32
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 32
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 37
3. Materi Evaluasi Pendidikan Agama Islam ... 39
C. Taksonomi Bloom Dua Dimensi ... 40
D. Model Pengembangan Menurut Plomp ... 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 60
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 60
C. Obyek Penelitian ... 60
D. Rancangan Penelitian ... 61
E. Instrument Penelitian ... 66
F. Teknik Pengumpulan Data ... 66
G. Teknik Pengolahan Data ... 67
H. Teknik Analisa Data ... 68 BAB VI HASIL PENELITIAN
(9)
Surabaya ... 75
B. Proses Pengembangan dan Aplikasi Alat Evaluasi Pembelajaran PAI Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi ... 75
C. Proses Pengembangan dan Aplikasi Alat Evaluasi Pembelajaran PAI Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi ... 100
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 102
B. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 105
(10)
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membantu perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu, kualitas pendidikan harus senantiasa dikembangkan, baik dalam hal proses maupun hasil belajarnya. Untuk mengetahui ketercapaian suatu kualitas pendidikan yang diharapkan, diperlukan adanya proses penilaian atau evaluasi.
Evaluasi pendidikan menurut Sudjana, dalam arti luas meliputi evaluasi program pendidikan, evaluasi proses belajar mengajar dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi program pendidikan menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana pendidikan. Evaluasi proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi sisawa dengan guru dan keterlaksanaan program belajar mengajar. Sedangkan evaluasi hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.1
Jenis evaluasi yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah evaluasi hasil belajar. Dalam melakukan evaluasi, diperlukan adanya alat evaluasi. Alat evaluasi meliputi alat ukur, kunci jawaban serta pedoman pensekorannya. Adapun alat ukur yang digunakan pada proses evaluasi hasil belajar dapat berupa tes maupun non tes.
1
(11)
2
Penyusunan alat evaluasi yang digunakan selama ini mengacu pada sebuah taksonomi tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Bloom, dkk. Taksonomi ini selanjutnya dikenal dengan Taksonomi Bloom. Anderson menjelaskan bahwa Taksonomi Bloom pada awalnya mengklasifikasikan tujuan pembelajaran pada ranah kognitif menjadi enam level yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comperhension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Adanya perkembangan dan pembelajaran, maka diperlukan penyesuaian sehingga taksonomi tujuan pendidikan yang selama ini digunakan dianggap perlu untuk direvisi. Anderson dan Kratwohl serta beberapa ahli lainnya mencoba untuk merevisi Taksonomi Bloom dengan dua alasan, yaitu: (1) Terdapat kebutuhan untuk memusatkan perhatian para pendidik pada nilai-nilai dari buku sumber utama, tidak hanya sebagai dokumen bersejarah tetapi juga sebagai salah satu bagian penting yang dipelajari, (2) Terdapat kebutuhan untuk menggabungkan pengetahuan dan pemikiran yang baru dalam suatu bingkai kerja.
Proses evaluasi terhadap tingkah laku siswa tidak hanya terbatas pada satu dimensi, tetapi berada dalam dua dimensi, yakni dimensi proses kognitif (proces kognitif dimension) dan dimensi pengetahuan (knowledge dimension). Anderson dan Karthwohl mengklasifikasi dimensi proses kognitif terdiri dari enam level yang berupa kata kerja yaitu mengingat (remember), memahami
(12)
3
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create). Sedangkan pada dimensi pengetahuan, terdiri dari empat level yang berupa kata benda yaitu pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conseptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).2 Empat dimensi pengetahuan dan enam dimensi proses kognitif tersebut merupakan revisi teori Taksonomi Bloom.
Teori Taksonomi Bloom, hanya terdapat satu dimensi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan kompetensi dasar, tetapi setelah taksonomi ini direvisi, terdapat dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Penambahan satu dimensi ini dapat dilihat dalam pernyataan yang berkaitan dengan indikator yang dirumuskan. Misalnya: siswa dapat membedakan hewan halal dan haram. Kata membedakan sebenarnya berkaitan dengan kemampuan menganalisis, sedangkan hewan halal dan haram berkaitan dengan konsep. Dengan demikian terdapat dua hal yang dapat dinilai melalui pernyataan tersebut, yaitu yang berkaitan dengan proses kognisi dan yang berkaitan dengan pengetahuan (dimensi pengetahuan). Sehingga termasuk dalam menganalisis pengetahuan konseptual. Kedua dimensi tersebut dijadikan dalam satu bingkai kerja
2
Lorin W. Anderson, dkk. A taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, (New York : Addison Wesley Longman, Inc, 2001), hal. 67 http://pdfgeni.com/book/taksonomi_Bloom_revisi -pdf.html.
(13)
4
yang dirangkum dalam sebuah tabel yang disebut tabel taksonomi. Tabel taksonomi terdiri dari dua bagian yaitu bagian kolom memuat dimensi-dimensi proses kognitif dan bagian baris memuat dimensi-dimensi-dimensi-dimensi pengetahuan. Contoh lainnya yaitu kompetensi dasar siswa dapat menunjukkan hafalan Q.S Al- Maidah ayat 3 tentang makanan yang haram. Kompetensi ini termasuk dalam kategori mengingat pada dimensi proses kognitif dan tipe konsep dalam dimensi pengetahuan. Sehingga dapat digolongkan pada sel mengingat pengetahuan konseptual (B1) dalam tabel taksonomi.
Penilaian secara umum bertujuan untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Penilaian juga untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.3
Alat evaluasi PAI bertujuan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian PAI yaitu, dapat dilakukan melalui tes dan non-tes serta mencakup tiga aspek kemampuan dibidang pengetahuan, keterampilan dan
3
(14)
5
sikap secara seimbang. Aspek pengetahuan dilakukan setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai, aspek keterampilan dilakukan selama proses pembelajaran dan aspek sikap dilakukan dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun diluar kelas.4
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan invidual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan, (sikap, pengetahuan dan keterampilan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.5
Hakekat pendidikan Islam adalah proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insani sehingga menimbulkan kesadaran untuk menemukan kebenaran. Tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik serta meningakatkan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa dan membentuk karakter siswa yang menghargai dan menjunjung tinggi kebenaran.
Dilihat dari hakekat dan tujuan pendidikan agama Islam seharusnya pelajaran PAI tidak hanya menilai aspek pengetahuan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sikap karena di dalam penilaian PAI pada aspek sikap,
4
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2005), 151. 5
(15)
6
peserta didik diharapkan memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.6
Selain itu penilaian terhadap pencapaian keterampilan hidup, kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar perlu dinilai sejauh mana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.7
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dapat dilihat dari bagaimana proses berfikir serta pengetahuan yang dimiliki siswa itu sendiri, serta bagaimana seorang guru dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Penelitian ini menggunakan alat evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes dengan harapan bahwa evaluasi ini dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai untuk materi hewan halal dan haram serta dapat membantu guru dalam memperbaiki penilaian untuk proses kognitif
6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 183. 7
(16)
7
siswa dan pengetahuan yang dimiliki siswa berdasarkan revisi Taksonomi Bloom. Peneliti juga mengembangkan dari tabel Taksonomi Blom Dua Dimensi berupa kata kerja operasional karena peniliti menemukan KKO selain yang tercantum pada tabel Taksonomi Blom Dua Dimensi.
Dalam penelitian ini dipilihnya materi hewan halal dan haram karena merupakan salah satu materi aspek fiqih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat dinilai dari berbagai aspek. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian pengembangan yang berjudul
“Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu At-Taqwa Surabaya”. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu alat evalusi yang berkualitas sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi penting bagi praktisi pendidikan agama Islam dalam menyusun alat evaluasi hasil belajar.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi di SMPIT At-Taqwa Surabaya. Untuk menghindari meluasnya pemahaman dalam penelitian ini maka ditetapkan keterbatasan penelitian sebagai berikut :
(17)
8
1. Alat evaluasi yang dibuat terbatas pada aspek fiqih materi hewan halal dan haram
2. Alat evaluasi yang dibuat terbatas pada ranah kognitif.
3. Uji coba terbatas hanya dilakukan pada siswa kelas VIII di SMPIT At-Taqwa Surabaya
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah:
1. Bagaimana desain alat evaluasi dalam pembelajaran PAI di SMPIT At-Taqwa Surabaya?
2. Bagaimana proses pengembangan dan aplikasi alat evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI berbasis Taksonomi Bloom dua dimensi di SMPIT At-Taqwa Surabaya?
3. Bagaimana evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI dengan menggunakan Taksonomi Bloom dua dimensi di SMPIT At-Taqwa Surabaya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan desain alat evaluasi pembelajaran PAI di SMPIT At-Taqwa Surabaya.
(18)
9
2. Mendiskripsikan proses pengembangan dan aplikasi alat evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI berbasis Taksonomi Bloom dua dimensi di SMPIT At-Taqwa Surabaya.
3. Menghasilkan alat evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI berbasis Taksonomi Bloom dua dimensi di SMPIT At-Taqwa Surabaya yang berkualitas.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan memperkaya alat evaluasi Pedidikan Agama Islam agar lebih komprehensif dan transformatif dan sekurang-kurangnya dapat digunakan untuk dua aspek antara lain:
1. Aspek Teoritis
Penenlitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan alat evaluasi hasil belajar PAI berbasis taksonomi bloom dua dimensi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat Sekolah Menengah Pertama.
2. Aspek Praktis
Pertama, penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca dan penambahan karya ilmiah perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dan dapat sebagai informasi dan petunjuk dalam penilaian alat evaluasi mata pelajaran PAI.
Kedua, sebagai syarat dalam menyelesaikan progam studi Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.
(19)
10
F. Kerangka Teoritik
Menghindari perbedaan penafsiran pada penelitian ini, maka peneliti menjelaskan beberapa istilah yang digunakan pada penelitian ini.
1. Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar
Alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan proses evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya.8Alat evaluasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah soal tes uraian beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Bentuk penilaian tidak hanya menggunakan penilaian tes saja namun juga perlu menggunakan penilaian non-tes. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat menggunakan teknik tes, sedangkan keterampilan dan sikap diukur dengan penilaian non-tes. Penilaian non-tes dapat digunakan jika ingin mengetahui proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan pengukuran sikap dan keterampilan. Dari bentuk penilaian tes dan non-tes dapat dibuat beberapa model penilaian.
Berdasarkan bentuk penilaian tes dan non-tes dapat dibuat beberapa model penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik baik dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Model penilaian tersebut diantaranya: tes tulis, penugasan, tes lisan, observasi, penilaian antar teman, penilaian
8
(20)
11
proyek, penilaian jurnal, penilaian diri, penilaian praktek dan penilaian portofolio.
2. Taksonomi Bloom Dua Dimensi
Taksonomi Bloom Dua Dimensi adalah sebuah klasifikasi tujuan pendidikan yang direvisi oleh Anderson, dkk dari Taksonomi Bloom yang asli. Taksonomi Bloom Dua Dimensi terdiri dari Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan. Dimensi Proses Kognitif terdiri dari enam level yaitu mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analize), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Dimensi Pengetahuan terdiri dari empat level yaitu pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (konseptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitif knowledge).9 Secara visual, revisi yang dilakukan oleh Anderson dkk terhadap Taksonomi Bloom dapat dilihat pada bagan berikut :
9
Lorin W. Anderson, dkk. A taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, (New York : Addison Wesley Longman, Inc, 2001), hal. 67 http://pdfgeni.com/book/taksonomi_Bloom_revisi -pdf.html
(21)
12
Bagan 1.1Summary of structural changes from the original framework to the revision
Bagan di atas terlihat bahwa terdapat dua bagian revisi dari Anderson, dkk terhadap Taksonomi Bloom. Revisi pertama pada pengubahan kata benda menjadi kata kerja. Revisi yang kedua yaitu pada pemisahan level pengetahuan menjadi satu dimensi tersendiri yang terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dimensi pertama berupa kata kerja dan dimensi kedua berupa kata benda. Dimensi pertama menunjukkan apa yang harus dilakukan siswa, dan dimensi kedua menunjukkan apa yang harus dicapai. Dengan kata lain, Taksonomi Bloom Dua Dimensi ini tidak hanya memandang tujuan pembelajaran berdasarkan apa yang harus dilakukan siswa, tetapi juga apa yang harus dicapai dan bagaimana proses mencapainya.
Knowledge Comprehension Application Analysis Synthesis Evaluation
Remember Understand Apply Analyze Evaluate Create
Cognitive Process Dimension Separate
dimension
Knowledge Dimension
(22)
13
Kata kerja operasional untuk pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif, Anderson dkk mengklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 1.1: Anderson’s et al (2001) Cognitive Revised Domain
Remember Understand Apply Analyze Evaluate Create Factual
Knowledge List Summarize Classify Order Rank Combine
Conceptual
Knowledge Describe Interpret Experiment Explain Assess Plan Procedural
Knowledge Tabulate Predict Calculate Differentiate Conclude Compose Metacognitive
Knowledge
Approtiate
(23)
14
Tabel 1.2: Kata kerja operasional Taksonomi Bloom revisi Mengingat (1) Memahami (2) Menerapkan (3) Menganalisis (4) Menilai (5) Mencipta (6) Faktual (A) List - Mendaftar - Mencatat - Menyatakan - Mengikuti - Menyesuaikan - Mencocokan Summarize -Meringkas -Menyimpulkan -Menjumlahkan -Membandingkan Classify -Mengklasifikasi -Menggolongkan -Mencirikan -Melukiskan Order -Mengurutkan -Menyimpan -Memesan -Menggunakan -Melaksanakan Rank - Menggolongkan - Mengumpulkan - Menghimpun Combine - Menggabungkan - Mengkombinasik an - Menyatukan - Mempertemukan Konseptual (B) Describe - Menggambarkan - Memikirkan - Menyusun - Menaruh Interpretasi - Menafsirkan - Menjelaskan - Menetapkan - Mengartikan - Memperhinggakan - Mempertetap Eksperimen - Mencoba - Menguji - Memeriksa - Mempertimbangkan - Membahas Explain -Menjelaskna -Menerangkjan -Memaparkan -Mengucapkan -Merumuskan Asess - Menilai - Menaksir - Mengukur - Mendalami Plain - Merencankan - Memproyeksikan - Menguraikan - Memecahkan - Menafsirkan Prosedural (C) Tabulate - Mentabulasi - Menyelesaikan - Mengatur - Mengarang -Prodict - Meramalkan - Membuat praduga - Menandakan Calculate - Menghitung - Membayangkan - Melukiskan - Menceritakan Differentiate - Membedakan - Mempertikaikan - Memperlainkan - Memutuskan - Memisahkan - Mendistribusikan - Membagikan Conclude - Merangkum - Meringkas Compose - Menyusun - Menguraikan Metakognitif (D) Approriate use - Menggunakan - Menyisihkan - Menyediakan Excecute - Melaksnakan - Menjalankan - Membuat - Mengesahkan - Menyusun - Menetapkan - Membentuk - Membuktikan - Memperlihatkan - Menempatkan Construct - Membangun - Menyusun - Menciptakan - Mengonsep - Mengarang - Menderetkan Achieve - Mempresentasikan - Melaksanakan - Memilah - Menyampaikan Action - Melakukan - Memindahkan Actualize - Mewujudkan - Menciptakan - Menjadikan - Menyelesaikan
(24)
15
Tabel 1.2 menguraikan kata kerja operasional untuk alat evaluasi, di sini peneliti mengembangkan kata kerja operasional yang belum tercantum pada tabel 1.2. Tujuan peneliti mengembangkan kata kerja operasional untuk mencapai alat evaluasi hasil belajar yang maksimal dan mencapai tujuan belajar yang sesuai dengan indikator pembelajaran. Berikut temuan kata kerja operasional oleh peneliti:
Table 1.3: Kata kerja operasional temuan peneliti
Sel A1 Sel B1 Sel C5
Menuliskan Menunjukkan Menyimpulkan
3. Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar
Pengembangan alat evaluasi hasil belajar adalah proses penyusunan alat evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan alur pengembangan perangkat pembelajaran tertentu. Model pengembangan alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan Plomp yang terdiri dari 5 fase yaitu fase investigasi awal, fase desain, fase realisasi/ konstruksi, fase tes (evaluasi dan revisi), dan fase implementasi.
4. Alat Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam yang Baik
Alat evaluasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam yang baik dalam penelitian ini adalah suatu alat evaluasi yang memiliki
(25)
16
validitas, reliabilitas dan kepraktisan. Alat evaluasi hasil belajar dikatakan memiliki validitas jika memenuhi kriteria valid atau sangat valid. Alat evalusi hasil belajar dikatakan reliabilitas jika memenuhi kriteria reliabilitas sangat tinggi, tinggi atau sedang. Alat evaluasi hasil belajar dikatakan memiliki kepraktisan jika memenuhi kriteria dapat digunakan tanpa revisi atau dapat digunakan dengan sedikit revisi serta secara praktek dapat digunakan dilapangan.10
G. Penelitian Terdahulu
Judul yang dibahas pada penelitian ini yaitu “Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi”. Kajian tentang alat evaluasi sebenarnya telah ada yang ditulis dalam bentuk karangan ilmiah berupa tesis. Berikut ini verifikasi tulisan yang berhubungan dengan alat evaluasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Nur Aini (2014), melakukan penelitian (Tesis) tentang “Implementasi Authentic Assessment Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Berdasarkan Kurikulum 2013 Di SDN Gading I Surabaya”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan berbagai metode penilaian telah diimplementasikan dengan baik pada pembelajaran kelas I dan kelas IV. Dalam pelaksanaan penilaian otentik (Authentic Assessment) pada pembelajaran
10
(26)
17
PAI dan Budi Pekerti berdasarkan Kurikulum 2013 di SDN Gading I terdapat beberapa faktor pendukung yang dapat membantu memperlancar pelaksanaan penilaian dan faktor penghambat yang mempersulit pelaksanaan penilaian.11
2. Abdus Salam (2014), melakukan penelitian (Tesis) tentang “Model Penilaian Pendidikan Agama Islam (PAI) yang Relevan Untuk Kurikulum 2013”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini, diperoleh model penilaian baru pada mata pelajaran PAI pokok bahasan Shalat, namun masih perlu perbaikan lagi.12
Menurut peneliti, persamaan pada penelitian sebelumnya adalah terletak pada evaluasi atau penilaian hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari penelitian sebelumnya perbedaannya adalah belum ada yang membahas tentang alat evaluasi hasil belajar PAI berbasis taksonomi bloom dua dimensi. Sehingga dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan pada penelitian ini, penulis mengatur secara sistematis. Dan untuk menghindari kerancuan pembahasan, maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
11
Nur Aini, Implementasi Authentic Assessment Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Berdasarkan Kurikulum 2013 Di SDN Gading I Surabaya, (Tesis, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014), vi.
12
Abdus Salam, Model Penilaian Pendidikan Agama Islam (PAI) yang Relevan Untuk Kurikulum 2013, (Tesis, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
(27)
18
Bab pertama, pendahuluan yang merupakan landasan awal penelitian meliputi: latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, kajian pustaka yang meliputi : Pertama, pengembangan alat evaluasi hasil belajar terdiri dari evaluasi hasil belajar, yang terdiri dari: pengertian evaluasi hasil belajar, fungsi evaluasi hasil belajar, dan tujuan evaluasi hasil belajar. Selanjutnya alat evaluasi dan tes yang terdiri dari: pengertian tes, jenis-jenis tes, ciri-ciri tes yang baik, dan pengolahan data hasil tes. Non tes yang terdiri dari: pengertian non tes dan teknik penilaian non tes. Kedua, pendidikan agama Islam terdiri dari pengertian pendidikan agama Islam, pengertian pembelajaran aspek fiqih materi hewan halal dan haram Ketiga, Taksonomi Bloom Dua Dimensi yang terdiri dari: dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Keempat, model pengembangan menurut Plomp yang terdiri dari lima fase yaitu, fase investigasi awal, fase desain, fase realisasi, fase tes, evaluasi dan revisi, dan fase implementasi.
Bab ketiga, metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, obyek penelitian, rancangan penelitian, instrumen penelitiaan, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisa data.
(28)
19
Bab keempat, laporan hasil penelitian yang meliputi: desain alat evaluasi pembelajaran PAI di SMPIT At-Taqwa Surabaya, proses pengembangan dan aplikasi alat evaluasi PAI berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi, dan hasil pengembangan alat evaluasi PAI berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi.
(29)
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Alat Evaluasi Hasil Belajar
Alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan proses evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya.1 Alat evaluasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah soal tes uraian beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang evaluasi yaitu pengukuran, penilaian, assessment dan appraisal. Beberapa ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pengertian dari istilah-istilah tersebut. Berikut ini adalah pengertian dan batasan penggunaan dari pengukuran, penilaian, asessment, appraisal dan evaluasi menurut Arikunto, Arifin dan Nasoetion. Arikunto menjelaskan pengertian dari mengukur, menilai dan mengevaluasi yaitu:
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
1
(30)
21
Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yang mengukur dan menilai.2
Arifin mengemukakan bahwa “pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu”. Tentang penilaian, Arifin menjelaskan bahwa penilaian merupakan alih bahasa dari istlah
assessmentbukan evaluation. “Penilaian yaitu suatu proses atau kegiatan yang sitematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria tertentu”. Sedangkan evaluasi adalah “suatu proses yang sitematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berlandaskan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka membuat keputusan”.3
Sedangkan Nasoetion mengemukakan definisi tentang assessment, appraisaldan penilaian (evaluation) sebagai berikut:
Assessmentbiasanya dihubungkan dengan kemampuan seseorang, seperti kecerdasannya, keterampilannya, kecepatanya, ketepatannya dan lain sebagainya yang terkait dengan pekerjaan atau tugasnya. Untuk membedakan tingkatan masing-masing kemampuan biasanya dinyatakan dalam angka atau huruf 7-, 75 % atau B. Dengan kata lain,
2
Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan., 3. 3
(31)
22
angka yang tertulis pada lembar jawaban pesarta didik atau dalam Buku Kemajuan (Rapor) adalah hasil dari assessment.
Appraisal merupakan penyataan tentang sesuatu yang tidak dapat dinyatakan dengan angka atau huruf karena di dalamnya terdapat unsur pertimbangan (judgment) yang sangat terbatas. Dengan masukknya pertimbangan ini, maka assessment dan appraisal oleh beberapa ahli dianggap sama saja.
Penilaian (evaluation) suatu proses dimana informasi dan pertimbangan diolah untuk membuat suatu keputusan untuk kebijaksanaan yang akan datang. Dengan kata lain, penilaian memerlukan hasil assessment dan appraisal dalam ruang lingkup yang lebih luas.4
Penelitian ini, istilah yang digunakan adalah evaluasi. Peneliti menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Nasution bahwa evaluasi dan penilaian memiliki pengertian yang sama. Selain itu, peneliti juga menggabungkan pendapat dari ketiga ahli di atas bahwa evaluasi
merupakan suatu tindak lanjut dari pengukuran, assessment dan
appraisal.
1. Evaluasi Hasil Belajar
a. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
4
(32)
23
Sudjana mengungkapkan bahwa dalam dunia pendidikan, evauasi tidak hanya diarahkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi juga terhadap tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang mungkin timbul. Atas dasar itu maka lingkup sasaran evaluasi mencangkup tiga sasaran pokok, yaitu (a) program pendidikan, (b) proses belajar mengajar, dan (c) hasil belajar. Dalam penilitian ini, evaluasi dibatasi pada lingkup evaluasi hasil belajar.5
Evaluasi hasil belajar merupakan proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku siswa didik. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotor.6
b. Fungsi Evaluasi Hasil Belajar
Arifin menjelaskan fungsi evaluasi hasil belajar secara menyeluruh adalah sebagai berikut :
a) Secara psikologis, dapat membantu peserta didik untuk menentukan sikap dan tingkah lakunya. Dengan mengetahui prestasi belajarnya, maka peserta didik dapat merasakan kepuasan dan ketenangan.
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar., 21. 6
(33)
24
b) Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu terjun ke masyarakat. Implikasinya adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
c) Secara didaktis-metodis, untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
d) Untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok. e) Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik.
f) Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi g) Secara admistratif, untuk memberikan laporan tentang kemajuan
peserta didik kepada orang tua, pemerintah, sekolah dan peserta didik itu sendiri.7
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa evaluasi berfungsi untuk:
Memberikan umpan balik kepada siswa dalam perubahan gaya
belajar selanjutnya agar lebih baik dari yang telah di evaluasi. Memberikan umpan balik kepada guru dalam melakukan
perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya serta dalam memberikan bimbingan terhadap siswa yang tertingal
7
(34)
25
Memberikan laporan kepada orang tua,bsekolah, masyarakat dan pemerintah tentang kemajuan peserta didik.
c. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Arifin, tujuan evaluasi hasil belajar adalah: a) Memperbaiki kinerja proses pembelajaran (formatif) b) Menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif)
c) Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik)
d) Menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).8
Melakukan sebuah evaluasi, diperlukan adanya suatu alat evaluasi. Alat evaluasi yang dimaksud adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi yang meliputi alat ukur beseta kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Alat ukur sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tes dan non tes. Alat ukur dengan jenis tes dapat dibedakan lagi menjadi tes obyektif dan subyektif. Sedangkan alat ukur dengan jenis non tes, menurut Sudjana, yang sering digunakan antara lain adalah kuisioner dan wawancara, skala penilaian, skala sikap, skala minat, observasi atau pengamatan, dan studi kasus.9
8
Ibid., 12.
9
(35)
26
Alat evaluasi yang paling banyak digunakan oleh para praktisi pendidikan baik itu guru, sekolah maupun pemerintah adalah alat evaluasi jenis tes sebab penyusunannya relatif mudah dan waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Selain itu, tes diyakini dapat mengukur kemampuan peserta tes karena pengerjaanya dilakukan di bawah pengawasan. Sedangkan kelemahan tes dikemukakan oleh Gilbert Sax dalam bukunya Arikunto adalah sebagai berikut:
1. Menyinggung pribadi seseorang secara psikologis (walaupun tidak sengaja), misalnya dalam permusan soal, pelaksannan ataupun pengumuman hasilnya.
2. Menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar murni.
3. Mengkategorikan sisiwa secara tetap
4. Tidak mendukung kecermelangan dan daya kreasi siswa 5. Hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.10
Melihat kelemahan-kelemahan tes yang dikemukakan di atas, maka penyusunan tes diharapkan mampu untuk meminimalis kelemahan-kelemahan tersebut. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan kriteria atau ciri-ciri tes yang baik.
10
(36)
27
2. Pengertian Tes
Amir Daien mengatakan bahwa “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang seeseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”.11
Sedangkan definisi yang dikemukakan oleh Webster’s Collegiatte mengatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.12
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes adalah alat yang berupa serentetan pertanyaan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa dalam memahami dan mencapai tujuan pembelajaran dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
a. Jenis-jenis Tes
Dilihat dari pola jawaban siswa, tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu tes obyektif, tes jawaban singkat, tes penyelesaian
11
Ibid., 5
12
(37)
28
masalah dan tes uraian. Jones menggambarkan pengelompokan tes didasarkan pada jawaban yang diharapkan sebagai berikut:13
Bagan 2.1. Pengelompokan tes berdasarkan jawaban yang diharapkan Pemilihan jenis tes dapat dissuaikan dengan materi yang akan diujikan, waktu yang tersedia serta sarana dan prasarana lainnya. Salah satu kelebihan tes obyektif adalah materi yang diajukan lebih banyak dan waktu pengerjaan relatif singkat. Namun tes obyektif kurang tepat jika digunakan unuk mengukur tingkat berpikir yang lebih tinggi. Sebaliknya tes uraian dapat mengukur tingkat berpikir yang lebih tinggi namun materi yang diujikan
13
Nasoetion, Evaluasi Pembelajaran Matematika., 12.
Tertutup (Closed)
Jawaban : Sudah tertentu
Berstruktur
Bebas
Terbuka (Opened)
Obyektif
Tes jawaban singkat
Menyelesaikan masalah
Tes Uraian
Jawaban terpimpin Jawaban terbatas Jawaban terbuka Isian
Melengkapi Memberi label
Pilihan berganda Menjodohkan Benar – Salah
(38)
29
terbatas dan waktu pengerjaan relatif lebih lama. Pada penelitian ini, jenis tes yang digunakan adalah tes uraian.
b. Ciri-ciri Tes yang Baik
Menurut Arikunto suatu tes dikatak harus memenuhi persyaratan tes, yaitu kepraktisan, obyektivitas, dan ekonomis kriteria dapat dijelaskan sebagai berikut:14
1) Validitas
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat validitas instrumen evaluasi dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), validitas isi (content validity), dan validitas konstruk (construct validity).
Analisis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yang bertujuan untuk mengetahui ketepatan soal dalam berbagai aspek yang meliputi aspek isi, format dan bahasa.
2) Reliabilitas
Suatu instrument dapat dikatakan reliabel atau handal jika instrumen tersebut mempunyai hasil yang konsisten. Artinya,
14
(39)
30
kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
3) Kepraktisan
Sebuah tes dikatakan memiliki kepraktisan yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudah pelaksanaannya, mudah pemeriksaannya dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan oleh orang lain. Alat evaluasi yang dikembangkan dikatakan praktis jika secara teoritik jika para validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi atau tanpa revisi yang telah diisi pada lembar validasi perangkat dan berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran di kelas. 4) Obyektifitas
Alat evaluasi dikatakan obyektif jika tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. Hal ini terjadi terutama pada sitem skoring.
5) Ekonomis
Alat evaluasi yang ekonomis adalah alat evaluasi yang tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
(40)
31
c. Pengolahan Data Hasil Tes
1) Penilaian Acuan Norma (PAN)
Masriyah menyatakan bahwa “Pada penilaian ini tujuan tes adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan siwa, jadi untuk mengetahui kedudukan relatif seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya (Norm Referenced Test)“.
Lebih lanjut Masriyah menjelaskan bahwa dalam penilaian acuan norma, skor seorang peserta didik ditentukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hail belajar pesertadidik lainnya dalam satu kelas. Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingka kemampuan, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal.15
2) Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Masriyah menyatakan bahwa “Pada penilaian ini tujuan tes adalah untuk mengetahui apakah seseorang siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan atau belum.
15
Masriyah, http://pdfgeni.com/book/penilaian_dalam_pendidikan -pdf.html , Analisi Butir Tes, 1999, 13.
(41)
32
Jadi kedudukan siswa dibandingkan dengan kriteria tertentu (Criterion Referenced Test)”.
Lebih lanjut Masriyah menjelaskan bahwa pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Dengan kata lain, penilaian acuan patokan meneliti apa yang dapat dikerjakan peserta didik, dan bukan membandingkan seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang spesifik. Kriteria yang dimaksudkan adalah suatu tingkat pengalaman belajar yang diharapkan tercapai setelah kegiatan belajar atau sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar berlangsung. Bagi peserta didik yang kemampuannya di bawah kriteria yang telah ditetapkan, dinyatakan tidak berhasil dan harus mendapatkan remidial.16
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata “Pendidikan” dan “agama”. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe” dan akhiran
16
Masriyah, http://pdfgeni.com/book/penilaian_dalam_pendidikan -pdf.html , Analisi Butir Tes, 1999, 15.
(42)
33
“an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.” Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.17
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani Paedagogie yang berarti “pendidikan” dan Paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugas membimbing atau mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Berpijak dari istilah diatas, pendidikan bisa diartikan sebagai usaha yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Atau dengan kata lain, pendidikan kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Inggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah
educationyang berarti pengembangan atau bimbingan.
Sementara itu, pengertian agama dalam kamus bahasa Indonesia yaitu: “Kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
17
(43)
34
itu.” Pengertian agama menurut Frezer dalam Aslam Hadi yaitu: ”menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan manusia.”
Menurut M. A. Tihami pengertian agama yaitu:
a. Al-din (agama) menurut bahasa terdapat banyak makna, antara lain
al-Tha'at(Ketaatan), al-Ibadat(Ibadah), al-Jaza (Pembalasan), al-Hisab
(perhitungan).
b. Dalam pengertian syara', al-din (agama) adalah keseluruhan jalan hidup yang ditetapkan Allah melalui lisan Nabi-Nya dalam bentuk ketentuan-ketentuan (hukum). Agama itu dinamakan al-din karena kita (manusia) menjalankan ajarannya berupa keyakinan (kepercayaan) dan perbuatan. Agama dinamakan al-Millah, karena Allah menuntut ketaatan Rasul dan kemudian Rasul menuntut ketaatan kepada kita (manusia). Agama juga dinamakan syara' (syari'ah) karena Allah menetapkan atau menentukan cara hidup kepada kita (manusia) melalui lisan Nabi SAW. 18
Dari keterangan diatas dan pendapat, dapat disimpulkan bahwa agama adalah peraturan yang bersumber dari Allah SWT, yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia dengan Sang Pencipta maupun hubungan antar sesamanya yang dilandasi dengan
18
Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di
(44)
35
mengharap ridha Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Kemudian pengertian Islam itu sendiri adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an, yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Agama Islam merupakan sistem tata kehidupan yang pasti bisa menjadikan manusia damai, bahagia, dan sejahtera.
Pengertian Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang diungkapkan Zakiyah Daradjat, yaitu:
a. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
b. Pendidkan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.
c. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakini menyeluruh, serta menjadikan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
(45)
36
Sedangkan M. Arifin mendefinisikan pendidikan Agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).
Jadi Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.19
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, dapat diambil suatu
pengertian, bahwa pendidikan agama Islam merupakan sarana untuk membentuk kepribadian yang utama yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma dan ukuran Islam. Pendidikan ini harus mampu membimbing, mendidik dan mengajarkan ajaran-ajaran Islam terhadap murid baik mengenai jasmani maupun rohaninya, agar jasmani dan rohani, berkembang dan tumbuh secara selaras.
Untuk memenuhi harapan tersebut, pendidikan harus dimulai sedini mungkin, agar dapat meresap dihati sanubari murid atau anak, sehingga ia
19
Aat Syafaat; Sohari Sahrani; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 11-16.
(46)
37
mampu menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran islam dengan tertib dan benar dalam kehidupannya.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek, misalnya: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manuisa hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu. Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT. Indikasi tugasnya barupa ibadah dan tugas sebagai wakil-Nya dimuka bumi.
Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter, yang berkecenderungan pada al-hanief (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemampuan, kapasitas, dan ukuran yang ada.
Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern.
(47)
38
Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan diakhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki.20
Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Karena pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap, tetapi merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Pendidikan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indera. Pendidikan ini juga membahas pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah.
20
Abdul Mujib; Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006),
(48)
39
Pendidikan ini bukan hanya mempelajari pendidikan duniawi saja, individual, sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek spiritual atau aspek materiil. Melainkan keseimbangan antara semua itu merupakan karakteristik terpenting pendidikan Islam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Dalam tujuan pendidikan agama Islam ini juga menumbuhkan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah, baik perorangan ataupun kelompok.21
3. Materi Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Standar Kompetensi (SK): Memahami hukum Islam tentang hewan sebagai sumber bahan makanan.
Kompetensi Dasar (KD) :
1. Menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan.
2. Menghindari makanan yang bersumber dari binatang yang diharamkan Dalam penelitian ini, peneliti memilih satu Kompetensi dasar (KD), yaitu menjelaskan jenis-jenis hewan yang halal dan haram dimakan. Materi pembelajarannya adalah hewan halal dan haram
21
Aat Syafaat; Sohari Sahrani; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 33-38.
(49)
40
Indikator yang akan dicapai :
1. Menjelaskan pengertian hewan halal dan haram. 2. Menyebutkan jenis-jenis hewan yang halal dimakan. 3. Menyebutkan jenis-jenis hewan yang haram dimakan.
4. Menunjukkan dalil naqli yang terkait dengan hewan yang halal dan haram dimakan
5. Menunjukkan dalil aqli yang terkait dengan hewan yang halal dan haram dimakan
6. Menyimpulkan cara menghindari makanan dari binatang yang diharamkan
C. Taksonomi Bloom Dua Dimensi
Taksonomi tujuan pendidikan yang disusun Bloom dkk. adalah sebuah kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tentang apa yang diharapkan agar dipelajari siswa. Pada awalnya kerangka tersebut disusun dengan maksud untuk memfasilitasi pertukaran soal-soal tes antar fakultas pada berbagai universitas untuk menciptakan bank soal, masing-masing mengukur tujuan pendidikan yang sama.
Benjamin S. Bloom, Associate Director of the Board of Examinations of the University of Chicago, memprakarsai sebuah ide, berharap ide tersebut akan meringankan pekerjaan dalam menyiapkan ujian pengetahuan umum tahunan. Untuk membantu usahanya, Bloom merangkul ahli-ahli pengukuran dari seluruh Amerika, kebanyakan dari mereka sering menghadapi
(50)
41
permasalahan yang sama. Kelompok ini bertemu sekitar dua kali dalam setahun yang dimulai tahun 1949 untuk memantau perkembangan, membuat revisi, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.
Di awal tahun 1950-an, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa persentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Hapalan tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir. Tegasnya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi.
Draft terakhir dari kelompok Bloom ini diterbitkan pada tahun 1956 dengan judul “Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain” (Bloom, Engelhart, Furst, Hill, dan Krathwohl, 1956). Selanjutnya ini dikenal dengan The Original Taxonomy.22
Taksonomi Bloom dapat dipandang sebagai suatu cara untuk menyatakan secara kualitatif bermacam-macam pola pikir yang berbeda. Taksonomi ini telah diadaptasi untuk digunakan di dalam kelas sebagai alat perencanaan dan secara berkelanjutan merupakan salah satu model terapan yang paling universal.
Bloom menggolongkan tiga kategori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah afektif kurang mendapat perhatian pada saat itu namun dirumuskan Bloom,
22
(51)
42
Krathwohl, dan Masia tahun 1964 sebagai sesuatu yang berkenaan dengan nilai atau value. Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, motivasi, dan sikap. Ranah afektif mencakup:
Receiving(Penerimaan) Responding(Tanggapan) Valuing(Penghargaan)
Organization(Pengorganisasian)
Internalizing values(Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai)
Ranah psikomotor tidak dilanjutkan kajiannya oleh Bloom, tapi oleh ahli-ahli lain berdasarkan domain yang dibuat oleh Bloom, domain psikomotor (Simpson, 1972) mencakup gerakan dan koordinasi jasmani dan pendayagunaan beragam kecakapan motorik. Pengembangan kecakapan-kecakapan tersebut memerlukan adanya latihan yang dapat diukur perkembangannya dilihat dari sudut kecepatan, ketepatan, jarak, tata cara, atau teknik pelaksanaan.
Ranah psikomotor mencakup: Perception(persepsi) Set(kesiapan)
Guided response(respon terpimpin) Mechanism(mekanisme)
(52)
43
Complex overt response(respon tampak yang kompleks) Adaptation(penyesuaian)
Origination(penciptaan)
Dalam ranah kognitif, taksonomi Bloom menyediakan cara untuk mengorganisir keterampilan berpikir ke dalam enam level, dari yang paling dasar ke level yang lebih komplek.
Sepanjang akhir tahun 1990-an, sebuah kelompok psikolog kognitif (para ahli psikologi aliran kognitivisme) yang dipelopori oleh Lorin Anderson dan Sosniak (1994) memperbaharui taksonomi Bloom tersebut agar lebih sesuai tuntutan abad ke-21. Kelompok ini menerbitkan sebuah versi terbaru dari taksonomi Bloom yang mempertimbangkan jangkauan yang lebih luas dari berbagai faktor yang berdampak pada kegiatan belajar dan mengajar. Taksonomi yang diperbaharui ini berusaha memperbaiki beberapa kekeliruan yang ada pada taksonomi yang asli. Tidak seperti versi 1956, taksonomi yang baru membedakan antara “tahu tentang sesuatu” (knowing what), isi dari pemikirannya itu sendiri, dan “tahu tentang bagaimana melakukannya” (knowing how), sebagaimana prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Pada tahun 2001, Anderson, dkk merevisi Taksonomi Bloom ini menjadi taksonomi Bloom Dua Dimensi, yang terdiri dari dimensi proses kognitif (proces kognitif dimension) dan dimensi pengetahuan (knowledge
(53)
44
dimension). Dimensi proses kognitif terdiri dari enam level yang berupa kata kerja yaitu mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create). Sedangkan pada dimensi pengetahuan, terdiri dari empat level yang berupa kata benda yaitu pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan konseptual (conseptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).23
Secara visual, revisi yang dilakukan oleh Anderson, dkk terhadap Taksonomi Bloom dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 2.2Summary of structural changes from the original framework to the revision
Bagan di atas terlihat bahwa terdapat dua bagian revisi dari Anderson, dkk terhadap Taksonomi Bloom. Revisi pertama pada pengubahan
23
Lorin W. Anderson; David R. Krathwohl, diterjemahkan oleh Agung Prihantoro, Kerangaka
Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 6-7. Knowledge Comprehension Application Analysis Synthesis Evaluation Remember Understand Apply Analyze Evaluate Create Cognitive Process Dimension Separate dimension Knowledge Dimension
(54)
45
kata benda menjadi kata kerja. Revisi yang kedua yaitu pada pemisahan level pengetahuan menjadi satu dimensi tersendiri yang terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dimensi pertama berupa kata kerja dan dimensi kedua berupa kata benda. Dimensi pertama menunjukkan apa yang harus dilakukan siswa, dan dimensi kedua menunjukkan apa yang harus dicapai. Dengan kata lain, Taksonomi Bloom Dua Dimensi ini tidak hanya memandang tujuan pembelajaran berdasarkan apa yang harus dilakukan siswa, tetapi juga apa yang harus dicapai dan bagaimana proses mencapainya.
Taksonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taksonomi Bloom Dua Dimensi. Secara rinci, level-level pada Taksonomi Bloom dua dimensi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dimensi Proses Kognitif
Level-level pada dimensi proses kognitif dimaksudkan untuk menyediakan satu paket menyeluruh dari pengklasifikasian proses kognitif siswa yang masuk ke dalam tujuan pembelajaran dan selanjutnya menjadi acuan dalam pembuatan lat evaluasi.
Pada tabel 2.1 diperlihatkan proses-proses kognitif lain yang relevan dengan kategori tertentu, hal ini dimaksudkan untuk membantu
(55)
46
guru dalam mengelompokkan tujuan pembelajaran pada salah satu level yang telah ditentukan.24
Tabel 2.1Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif Categories
&Cognitive Proceses
Alternative Names
Definitions
1. Remember –retrieve relevant knowledge from long-term memory 1.1 Recognizing Identifiying Locating knowledge in long term
memory that is consistent with presented
1.2 Recalling Retrieving Retrieving relevant knowledge from long-term memory
2. Understand- contruct meaning from instructional messages including oral, written, and graphic communication
2.1 Interpreting Clarifying, Paraphrasing, Representating Translating
Changing from one form of representation
2.2 Exemplifying Ilustrating, instantiating
Finding a specific example orilustrating of concept or
24
Lorin Anderson, dkk. A taxonomy for Learnin, Teaching, and Assessing, (New York : Addison Wesley Longman, Inc, 2001), hal. 67-68 http://pdfgeni.com/book/taksonomi_Bloom_revisi -pdf.html
(56)
47
principle 2.3 Classifying Categorizing,
subsuming
Determining that something belong to a category
2.4 summarizing Abstracting, generalizing
Abstracting a general theme or major point(s)
2.5 Inferring Concluding, Extrapolating, Interpolating, predicting
Drawing a logical conclusion from present information
2.6 Comparing Contrasting, Mapping, matching
Detecting correspondences between two udeas, objects, and the like
2.7 Explaining Constructing models
Constructing a cause-and-efect model of system
3. Apply-break material into its constituent parts and determine how the part relate to one another and to overall structure or purpose 3.1 Executing Carrying out Appliying a procedure to a
familiar task
3.2 Implementing Using Appliying a procedure to a unfamiliar task
(57)
48
the part relate to one another and to overal structure or purpose 4.1
Differentiating
Discriminating, Distinguising, Focusing, Selecting
Distinguishing relevant from irrelevant parts or important from unimportant parts of presented material
4.2 Organizing Finding, Coherence, Intergrating, Outlining, Parsing, structuring
Deretmining how elements fit or function within a structure
4.3 Attributing Deconstructing Determine a points of vew, bias, values, or intent underlying presented material
5. Evaluate – make a judgments based on criteria and standards 5.1 Checking Coordinating,
Detecting, Monitoring, testing
Detectin g inconsistencies or fallacies within a process or product, determining whether a process or product has
interval consistency, detecting the effectiveness of procedure
(58)
49
as it is being implemented 5.2 Critiquing Judging Detecting inconsistencies
between a product and externalcriteria, determining whether a product has external consistency, detecting the approprioteness of a procedure for a given problem 6. Create – put elements together to from a coherent or functional
whole, reorganize element sinto a new pattern or structure 6.1 Generating Hyphotesizing Coming up with alternatif
hypotheses based on criteria 6.2 Planning Designing Devising a procedure for
accomplishing some task 6.3 Pruducing Constructing Inventing a product
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dimensi proses kognitif meliputi:
a. Mengingat yaitu mengingat kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
(59)
50
2) Mengingat/mengingat kembali
b. Memahami yaitu membangun pengetahuan dari pesan pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan grafis
1) Menafsirkan; menjelaskan, menguraikan, dengan kata-kata sendiri, menggambarkan/ menunjukkan, menerjemahkan
2) Memberikan contoh; mengilustrasikan, mencontohkan 3) Mengklasifikasikan; mengelompokkan, memasukkan
4) Menyimpulkan; mengakhiri/menutup, mengekstrapolasi, menyisipi, menginterpolasikan, meramalkan/memprediksi
5) Membandingkan; membedakan, memetakan, memasangkan 6) Menjelaskan; membangun model-model kausatif
c. Menerapkan yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu
1) Mengelola/melakukan ; menggunakan prosedur pada tugas/latihan yang sudah dikenal, siswa memiliki langkah-langkah urutan Tertentu
2) Mengimplementasikan ; menggunakan prosedur pada
tugas/latihan yang tidak dikenal, siswa harus memilih teknik atau metode dan sering mengubah urutan.
d. Menganalisis yaitu memecah materi ke dalam bagian-bagian penyusunannya, dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain.
(60)
51
1) Membedakan; misal bagian yang relevan dari bagian-bagian yang tidak relevan
2) Mengorganisasikan; suatu cara yang unsur-unsurnya cocok dan berfungsi dalam keseluruhan struktur
3) Menandai; menggarisbawahi tujuan atau perspektif
e. Mengevaluasi yaitu melakukan penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu.
1) Memeriksa; menguji konsistensi atau kesalahan internal pada suatu operasi atau produk
2) Mengkritik; menilai suatu produk atau operasi berdasarksan kriteria dan standar yang ditetapkan
f. Menciptakan yaitu menempatkan beberapa elemen secara bersama-sama untuk membangun suatu keseluruhan yang logis dan fungsional, dan mengatur elemen-elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru.
1) Membangkitkan/menghipotesiskan; menemukan kriteria tertentu 2) Merencanakan /mendisain; menemukan solusi
3) Menghasilkan /membuat; membuat produk asli 2. Dimensi Pengetahuan
Level-level pada dimensi pengetahuan dimaksudkan untuk menyediakan satu paket menyeluruh dari pengklasifikasian pengetahuan siswa yang masuk ke dalam tujuan pembelajaran. Seperti yang
(61)
52
ditunjukkan pada Tabel 2.2, level-level pada dimensi pengetahuan adalah kata benda yang merupakan obyek dari kata kerja pada dimensi proses kognitif.
Tabel 2.2Kategori pada Dimensi Pengetahuan
Mayor Types and Subtypes Examples
1. Factual knowledge- the basic element student must know to be aquainted with a discipline or solve problems in it
1.1 Knowledge of terminology Technical vocabulary, musical symbols
1.2 knowledge of specific details and elements
Major matural resources, reliable soyrces of information
2. Conceptual Knowledge- the interrelationships among the basic elements within a larger structure that enable them to function
together 2.1 knowledge of classification
and categories
Period of geological time, forms of business ownership
2.2 knowledge of principles and generalizations
Pythagorean theorem, law of supply and demand
2.3 knowledge of theories, models and structures
Theory of evaluation, structure of congrees
(62)
53
and criteria for using skills, algorithms, techniques, and methods 3.1 knowledge of subject-specific
skills and algoritms
Skills used in painting with water-colors, whole number division algorithm
3.2 knowledge of subject-specific techniques and methods
Interviewing techniques, scientific method
3.3 knowledge of criteria for determining when to use appropriate procedures
Criteria used to determine when to apply a procedure involving Newton’s second law, criteria used to judge the feasibility of using a particular method to estimate business costs
4. Metacognitive knowledge- knowledge of cognitif in general as well as awarenness and knowledge of one’s own cognition
4.1 Strategic knowledge Knowledge of outlining as a means of capturing the structure of unit of subject matter in a textbook, knowledge of the use of heuristics
4.2 knowledge about cognitive task, including appropriate
Knowledge of the types of tests particular teachers administer,
(63)
54
contextual and conditional knowledge
knowledge of the cognitive demands of different tasks
4.3 self-knowledge Knowledge that critiquing essays is a personal streght, whereas writing essays is a personal weakness, awarenees of one’s own knowledge level
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dimensi pengetahuan meliputi :
a. Pengetahuan Faktual yaitu pengetahuan tentang elemen dasar yang harus diketahui siswa untuuk mengenal satu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah didalamnya.
1) Pengetahuan tentang istilah
2) Pengetahuan tentang rincian dan unsur tertentu
b. Pengetahuan Konseptual yaitu pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemen-elemen tersebut berfungsi secara bersama-sama.
1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori/ penggolongan 2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
(64)
55
3) Pengetahuan tentang teori, model dan struktur
c. Pengetahuan Prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana malakukan suatu hal, metode dan inquiri, dan kriteria untuk menggunakan suatu keterampilan, algoritma, teknik dan suatu metode.
1) Pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma tertentu 2) Pengetahuan tentang teknik dan metode tertentu
3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat
d. Pengetahuan Metakognitif yaitu pengetahuan kognisi secara umum serta kesadaran dan pengetahuan tentang pengetahuan itu sendiri.
1) Pengetahuan strategis
2) Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang cocok
3) Pengetahuan tentang diri sendiri
D. Model Pengembangan Menurut Plomp
Pengembangan alat evaluasi PAI berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi ini mengikuti tahapan pengembangan sebagai hasil modifikasi model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp. Model ini terdiri dari lima fase, yakni:25
25
Siti Khabibah, Pengembangan model pembelajaran Matematika, 2006, hal 22 http://pdfgeni.com/book/Desain_Model_Pengembangan-pdf.html
(65)
56
1. Fase Investigasi Awal
Aktivitas yang dilakukan dalam fase pertama dengan menggunakan model ini adalah investigasi awal. Fase ini disebut juga analisis kebutuhann atau analisis masalah. Hal yang dilakukan dalam fase ini adalah pengumpulan informasi, menganalisis informasi, pendefinisian masalah, dan perencanaan kegiatan selanjutnya.
2. Fase Desain
Fase ini untuk merencanakan solusi permasalahan yang diperoleh dari investigasi awal dalam bentuk rancangan pembuatan prototype awal. Pada fase dasain ini, disusun alat evaluasi dengan format yang disesuaikan dengan potensi sekolah dan memilih instrumen-instrumen penelitian yang dibutuhkan.
3. Fase Realisasi
Pada fase ini, dihasilkan produk pengembangan berdasarkan desain yang telah dirancang. Produknya adalah alat evaluasi matematika berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi. Fase ini merupakan penyusunan bentuk dasar desain pertama yang disebut prototype awal. Pada fase realisasi ini, telah ada prototype alat evaluasi dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.
(66)
57
4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi
Fase ini bertujuan mempertimbangkan kualitas solusi yang dikembangkan dan membuat keputusan lebih lanjut. Berdasarkan hasil pertimbangan dan evaluasi ini merupakan proses dan analisis informasi untuk menilai solusi dan selanjutnya dilakukan revisi sampai prototype
yang dihasilkan dapat digunakan dalam penelitian.
Dalam fase ini, kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tiga hal, yakni; 1) apakah alat evaluasi yang telah didesain dan disusun sudah layak ditinjau validitas isi menurut ahli dan praktisi (guru), serta bagaimana keterbacaan menurut siswa, 2) bagaimana kepraktisan penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, dan 3) apakah tujuan penbelajaran yang ditetapkan dapat mencapai ketuntasan hasil belajar.
5. Implementasi
Pada fase implementasi ini telah dihasilkan solusi yang telah dirancang atau disusun diimplementassikan. Fase ini dilakukan investigasi awal. Jadi fase ini dapat dianggap sebagai fase yang mengelilingi keseluruhan proses perancangan pendidikan.
(67)
58
Bagan 2.3 Diagram alur fase pengembangan Plomp
Keteranagan :
Arah kegiatan timbal balik antara tahap pengembangan dengan implementasi yang dilakukan
Arah kegiatan tahap pengembangan
Arah kegiatan timbal balik ke tahap pengembangan sebelumny Berdasarkan diagram alur fase pengembangan Plomp, proses pengembangan senantiasa terus berlanjut antara fase investigasi awal
I M
P L E M
E N T A S I
Investigasi Awal
Perancangan / Desain
Relasi / Konstruksi
IMPLEMENTASI Uji
Evaluasi Relasi
Belum efektif
(1)
102
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian pengembangan
alat evaluasi PAI berbais Taksonomi Bloom Dua Dimensi, dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil wawancara dengan guru PAI di SMPIT At-Taqwa Surabaya alat
evaluasi yang digunakan di sekolah tersebut mengacu pada buku paket
yang disediakan oleh sekolah. Guru yang mengajar berpedoman alat
evaluasi pada buku paket tersebut. Tanpa memperhatikan level-level
taksonomi Bloom Dua Dimensi yakni proses kognitif dan dimensi
pengetahuan yang terangkum dalam kata kerja operasional taksonomi
bloom revisi.
2. Proses pengembangan alat evaluasi ini berpedoman pada model
pengembangan menurut Plomp yang dimodifikasi menjadi 5 tahap
sebagai brikut :
a. Fase Investigasi awal
b. Fase Desain
c. Fase Realisasi
d. Fase Tes, evaluasi, dan revisi
(2)
103
Aplikasi alat evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI
menggunakan prototype II. Prototype II dihasilkan dari prototype I
dengan di validasi oleh valiadator. Alat evaluasi dari prototype I setelah
divalidasi oleh validator menghasil alat evaluasi yang disebut dengan
prototype II. Setelah diujicobakan diketahui analisis validitas, reliabilitas, dan kepraktisan yang disebut dengan prototype final.
Berdasarkan analisis data, hasil pengembangan alat evaluasi hasil
belajar PAI berbasisi Taksonomi Bloom Dua Dimensi menyatakan bahwa
alat evaluasi memenuhi aspek valid, reliabel dan praktikabilitas
maka dapat dikatakan bahwa alat evaluasi yang dikembangkan dapat
dikatakan baik.
3. Evaluasi hasil belajar mata pelajaran PAI dengan menggunakan
Taksonomi Bloom Dua Dimensi nilai rata-rata total validasi yang
diberikan oleh validator terhadap alat evalusi sebesar 3,29, alat
evaluasi yang dikembangkan dalam kategori sangat valid dan koefisien
validitas butir soal dari soal 1 sampai 6 memiliki kriteria validitas
tinggi.
Koefisien reliabilitas soal tes uraian yang dikembangkan sebesar
1,019524 dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Alat evaluasi yang
dikembangkan sudah dapat dikatakan praktis secara teoritik berdasarkan
penilaian secara umum para validator yang mengatakan bahwa alat
(3)
104
dan kenyataan yang menunjukkan bahwa alat evaluasi tersebut dapat
digunkan dilapangan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Alat evaluasi ini bisa menjadi alternatif bagi guru untuk melakukan
evaluasi hasil belajar pada materi hewan halal dan haram sebab alat
evaluasi ini telah memenuhi kreteria valid, reliabel dan praktis.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaikknya dikaji lebih lanjut tentang
(4)
105
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur, Implementasi Authentic Assessment Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Berdasarkan Kurikulum 2013 Di SDN Gading I Surabaya, (Tesis, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
Anderson, Lorin W. dkk. A taxonomy for Learnin, Teaching, and Assessing, (New York : Addison Wesley Longman, Inc, 2001), hal. 67 http://pdfgeni.com/book/taksonomi_Bloom_revisi -pdf.html.
Anderson, Lorin W.; Krathwohl, David R., diterjemahkan oleh Agung Prihantoro, Kerangaka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009. Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Arikunto, Suharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara,
2008.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
http://harischandrakusa.blogspot.co.id/p/taksonomi.html, diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
I.Wayan A. S, Dokumen Kurikulum 2013, Jakarta: Az-Zahro, 2013.
Khabibah, Siti, Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar.
(5)
106
(Disertasi tidak dipublikasikan) Surabaya: Program Pascasarjana Unesa, 2006.
Masriyah, http://pdfgeni.com/book/penilaian_dalam_pendidikan -pdf.html , Analisi Butir Tes, 1999.
Muhaimin, dkk.Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.
Mujib, Abdul; Mudzakkir, Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.
Nasoetion, Evaluasi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Jakarta, 2007.
Rochmad, Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika, (Kreano Jurnal Matematika Kreatif Inovatif Vol 3, No 1, Juni 2012), 66-68. (diunduh tanggal 11 April 2016).
Rochmad, Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAI, Kreano Jurnal PAI Kreatif_ Inovatif Vol 3, No 1, Juni 2012.
Salam, Abdus, Model Penilaian Pendidikan Agama Islam (PAI) yang Relevan Untuk Kurikulum 2013, (Tesis, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014). Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Sujiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
(6)
107
Syafaat, Aat; Sahrani, Sohari; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.