PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
ASEP GOJWAN
NIM: 019474
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
BANDUNG
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I,
^of. Dr. H. Oemar Hamalik
NIP. 130188263
Pembimbing II,
// /
'//! I
Dr. H. Mukhidin, M.Pd.
NIP. 130809446
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum,
Prof. Dr. H.R. Ibrahim, MA.
NIP. 130217573
ABSTRAK
Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian
individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai
moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi,
dalam realisasinya di lapangan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, baik dalam
proses maupun hasil pembelajaran siswa. Ada beberapa hal yang menjadi kendala, di
antaranya: (1) rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI; (2) materi
pembelajaran PAI masih berorientasi pada kemampuan kognitif dan kurang dalam
pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik); (3) terbatasnya sikap dan
pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada siswa {student centered), sehingga pembelajaran masih berjalan secara
konvensional; dan (4) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar. Oleh karena
itu perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
belajar yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif dan konstruktif, salah satunya
dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil,
mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Model
pembelajaran ini menganut prinsip saling ketergantungan, tanggung jawab
perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
secara kelompok.
Dengan menggunakan metode Research and Development di kelas 2 pada 3
SLTP di Kabupaten Bandung, pengembangan model pembelajaran kooperatif pada
mata pelajaran Pendididikan Agama Islam memfokuskan pada masalah pengembangan
model dengan menggunakan 5 domain bidang teknologi pembelajaran yang mencakup
desain, pengembangan, penggunaan, manajemen, dan evaluasi untuk melihat
keberhasilan penerapan model dan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses dan
hasil belajar baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran kooperatif, menunjukkan hasil belajar yang signifikan,
dimana rata-rata prestasi belajar sesudah penerapan pembelajaran kooperatif lebih besar
dari nilai sebelumnya. Hal ini didukung pula oleh peningkatan aktivitas dalam proses
pembelajaran, siswa lebih bermotivasi dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapat, pertanyaan dan koreksi, tumbuhnya sikap kritis, kolaboratif, demokratis dan
inovatif dalam menyikapi persoalan yang dihadapi pada saat pembelajaran. Di lain
pihak, kreativitas dan performansi guru menunjukkan perbaikan yang berarti baik dalam
menyusun perencanaan, penggunaan teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun
pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan yang cocok untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLTP.
DAFTARISI
Halaman
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
i
UCAPANTERIMAKASIH
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
8
C. Definisi Operasional
10
D. Pertanyaan Penelitian
12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
BAB n
KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Kurikulum
15
B. Konsep Pembelajaran
17
C. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
19
D. Teknologi Pembelajaran
22
E. Model Pembelajaran Kooperatif
27
F. Pendidikan Agama Islam
40
G. Beberapa Penelitian Terdahulu
48
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
50
vi
B. Langkah-langkah Pengembangan Model
51
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
60
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
64
B. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Mata
Pelajaran PAI
73
C. Hasil Uji Coba Terbatas
81
D. Hasil Uji Coba Lebih Luas
104
E. Pandangan Siswa dan Guru terhadap Pembelajaran
Kooperatif
154
F. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
159
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
167
B. Rekomendasi
169
DAFTAR PUSTAKA
172
LAMPIRAN-LAMPIRAN
176
vn
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
34
2.2
Pemberian Skor Perkembangan Individu
39
3.1
Pemberian Skor Perkembangan Individu
58
4.1
Distribusi Jumlah Responden Guru dan Siswa
66
4.2
Jumlah Siswa Kelas II SLTPN 2 Cililin, SLTP Darul Falah dan
SLTP Ummul Quro
68
4.3
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTPN 2 Cililin ...
96
4.4
Korelasi Pretes dan Postes Individu
97
4.5
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTPN 2 Cililin
98
4.6
Korelasi Pretes dan Postes Individu
99
4.7
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Darul Falah...
115
4.8
Korelasi Pretes dan Postes Individu
116
4.9
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Darul Falah...
117
4.10
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
118
4.11
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Ummul Quro
119
4.12
Korelasi Pretes dan Postes Individual
119
4.13
Hasil Pretes dan Postes Secara Kelompok SLTP Ummul Quro
120
4.14
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
121
4.15
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Darul Falah...
143
4.16
Korelasi Pretes dan Postes Individu
144
4.17
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Darul Falah
145
4.18
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
146
4.19
Hasil Pretes dan postes Secara Individual SLTP Ummul Quro
147
4.20
Korelasi Pretes dan Postes Individual
148
4.21
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Ummul Quro
149
Vlll
4.22
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
150
4.23
Pandangan Siswa tentang Pembelajaran Kooperatif
155
4.24
Pandangan Guru tentang Pembelajaran Kooperatif
157
4.25
Desain Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran
PAI di SLTP
166
IX
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar
Halaman
2.1
Model Keterkaitan antara Kurikulum dan Pembelajaran
20
2.2
Kontinum Kurikulum dan Pengajaran
22
2.3
Domain Teknologi Pembelajaran
24
2.4
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
30
4.1
Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya
dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman. Salah satu asas yang
harus dipegang teguh dalam pembangunan sejak dari perencanaan sampai
kepada pelaksanaannya adalah asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa setiap usaha dan kegiatan pembangunan
harus dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik
pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia dalam wujud manusia
yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri
serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan sebagaimana dinyatakan
dalam tujuan pendidikan nasional.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya tugas pemerintah melainkan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan
masyarakat. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang No. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 25 ayat 2, bahwa "pada
dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah". Oleh karena itu pihak keluarga dan masyarakat
harus pro aktif mendukung program-program yang dilaksanakan di sekolah
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan
kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan, ada dua sasaran
pokok yang harus diperhatikan, sebagaimana menurut Al Ghazaly (dalam
Sulaiman (1993:21), yaitu: 1) aspek-aspek ilmu pengetahuan yang harus
disampaikan kepada murid dan dipelajari murid, 2) metode yang relevan untuk
menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat memberikan faedah yang
besar tentang penggunaan metode tersebut.
Di lain pihak, kenyataan di sekolah secara praktis menunjukkan bahwa
pendidikan agama Islam di sekolah dewasa ini belum mampu mencapai citacita ideal yang digariskan pada tujuan pendidikan nasional. Materi PAI masih
dominan menekankan pada aspek ingatan/pengetahuan, sedangkan hal yang
tidak kalah penting yaitu aspek pengamalan dan pembiasaan kegiatan
keagamaan belum optimal. Hasil penelitian Jamari (1994:4), menyatakan
bahwa antara hasil belajar yang diraih peserta didik dalam pelajaran agama,
PMP, dan bidang studi lainnya tidak sesuai dengan perilaku peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga substansi dasar dalam PAI menurut Kurikulum 1994, yaitu
pengajaran, bimbingan dan latihan. Ketiga substansi tersebut harus
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Akan tetapi dalam
realisasinya di lapangan, pelaksanaan kurikulum PAI ditemukan berbagai
kendala, di antaranya: (1) waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran
dengan muatan materi yang begitu padat dan penting; (2) materi pendidikan
agama Islam, termasuk bahan ajar akhlaq, lebih berfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan kurang dalam pembentukan sikap (afektif) serta
pembiasaan dalam membentuk keterampilan (psikomotorik); (3) terbatasnya
pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan dan metode
pembelajaran yang lebih variatif; (4) kurangnya berbagai kegiatan pelatihan
dan pengembangan guru; (5) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang
belajar; (6) belum optimalnya kerjasama sekolah dengan lingkungan keluarga
(orang tua siswa); dan (7) rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran
PAI, dengan alasan mata pelajaran ini tidak ada dalam Ujian Akhir Nasional
(UAN). Akibatnya, proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI
belum sesuai dengan tujuan kurikuler, yaitu siswa memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi muslim yang beriman,
bertaqwa kepada Allah SWT., dan berakhlaq mulia.
Kondisi tersebut dipandang sebagai wujud kelemahan tentang
pelaksanaan proses pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah dewasa ini.
Padahal kedudukan mata pelajaran PAI saat ini sangat strategis dalam
pelaksanaan pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana menurut
Azra (1999:57), "bahwa kedudukan pendidikan mata pelajaran Pendidikan
Islam (Pendidikan agama Islam) dalam berbagai tingkatannya, mempunyai
kedudukan yang penting dalam Sistem Pendidikan Nasional untuk
mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaq mulia". Hal ini
mengandung pengertian bahwa mata pelajaran PAI harus betul-betul menjadi
salah satu pokok perhatian dalam upaya mengoptimalkan pencapaian tujuan
pendidikam nasional. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal tersebut perlu
dilakukan inovasi dalam pembelajaran sebagai respons terhadap gejala
melemahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran PAI.
Ada empat unsur pokok yang menjadi prioritas dalam pembelajaran
Pai, yaitu keimanan, ibadah, Alqur'an dan Assunah, akhlaq, dan tarikh.
Berdasarkan empat usur pokok itu, secara spesifik dijabarkan ke dalam
beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Siswa beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari
kiamat, dan qadha-qadar dengan mengetahui maknanya;
2) Siswa mampu membaca dan menulis ayat Al Qur'an serta mengetahui
hukum bacaan dan maknanya;
3) Siswa memahami ketentuan hukum Islam tentang ibadah dan mu'amalah
serta terbiasa mengamalkannya;
4) Siswa terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat
tercela, dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari;
5) Siswa memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah
perkembangan Islam fase Makkah, Madinah, dan Khulafaur Rasyidin serta
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam pendidikan Islam, ada beberapa metode pembelajaran yang
dapat diterapkan. An-Nahlawi (1992:283-284), mengemukakan bahwa metode
untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan adalah sebagai berikut: "(a)
metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi, (b) metode kisah Qurani dan
Nabawi, (c) metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi, (d) metode
keteladanan, (e) metode pembiasaan diri dan pengamalan, (f) metode ibrah
(pelajaran) dan mauidhah (peringatan), dan (g) metode targhib (membuat
senang) dan tarhib (membuat takut)".
Penerapan model pembelajaran yang dibutuhkan sekarang harus
mampu membekali siswa dengan beberapa jenis kecerdasan. Menurut
Goleman (dalam Mastuhu, 2003:44), "Banyak hal atau kejadian yang secara
logika benar, tetapi perasaan menyatakan bahwa hal itu tidak benar, karena
itulah seringkali diperlukan keahlian kecerdasan akal didampingi kecerdasan
emosi (Thought and feeling are inextricably woven together)". Aspek-aspek
kecerdasan itu antara lain: Kecerdasan akal, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual, dan kecerdasan sosial.
Kecerdasan akal (IQ), dimana siswa dituntut untuk mengetahui sesuatu
secara sistematis dan logis. Kecerdasan emosi (EQ), yang berakar dalam hati
nurani yang amat mendalam dan kesadaran diri. Kecerdasan emosi akan
membekali siswa memiliki kemampuan memanfaatkan nilai-nilai luhur dan
mengambil keputusan dalam kehidupan bersama, penilaian diri, yang akan
mengantarkan peserta didik memiliki kemampuan belajardari pengalaman dan
percaya diri, yang akan mengantar peserta didik memiliki kemampuan dan
keberanian menyatakan kebenaran. Menurut Goleman (dalam Mastuhu,
2003:44), "Kecerdasan emosi ini merupakan 'the inner rudder', kekuatan dari
dalam, sifatnya alami, dan dapat berkembang dengan kuat melalui berbagai
akumulasi pengalaman yang panjang dan beragam.
Kecerdasan spiritual atau kecerdasan agama menurut Goleman (dalam
Mastuhu, 2003:44), adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan
aktivitas yang terinspirasi oleh theisness atau penghayatan ketuhanan yang di
dalamnya kita semua memilikinya, yang harus kita temukan. Lebih tegas,
Marsha Sinetar (dalam Mastuhu, 2003:44), menyatakan bahwa, "ia bagaikan
'intan' yang harus terus menerus harus kita asah" .
Peranan guru menjadi faktor yang menentukan dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Sudjana (1998:1), mengatakan bahwa: "Ada tiga variabel
utama yang saling berkaitandalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Ketiga variable tersebut adalah kurikulum, guru dan pengajaran atau proses
belajar dan mengajar". Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya
sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentranformasikan nilai-nilai
tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Kualitas
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dipengaruhi pula oleh
sikap guru yang kreatifuntuk memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan
dan model pembelajaran.
Dalam upaya mengembangkan kurikulum, khususnya kurikulum mata
pelajaran PAI, para guru tidak lagi hanya menekankan pada aspek kognitif
atau intelektualnya saja, karena yang lebih penting adalah bagaimana melalui
proses pembelajaran itu dapat menciptakan suasana keagamaan untuk
menanamkan nilai-nilai keimanan, ibadah dan akhlaqul karimah pada diri
siswa untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru
tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, melainkan siswa
dapat mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, atau bisa juga
mendapatkannya dari siswa yang lain melalui kegiatan belajar bersama.
Menurut Slavin, (1995:9), "Para guru mendorong para siswa untuk
bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperi diskusi atau tutor sebaya.
Hal ini dilakukan didasarkan pada keyakinan bahwa siswa akan lebih baik bila
mengajar atau diajar oleh siswa yang lain".
Hal ini sudah saatnya dilaksanakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa kurikulum bersifat fleksibel untuk
menyesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik bahan ajar dan karakteristik
siswa dalam lingkungan belajar. Menurut Hamalik (2001:31), "Kurikulum
yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuansetempat,jadi tidak statis dan
kaku. Lebih lanjut, Sukmadinata (2000:151) menyatakan, "Suatu kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya
memungkinkan
terjadinya
penyesuaian-
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar"
anak."
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu melakukan
perbaikan atas praktek pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang menunjang
pencapaian tujuan kurikulum dan sesuai dengan potensi siswa merupakan
bagian kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut
Sukmadinata (2000:87), tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif
dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar, maka paradigma yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah terciptanya suasana belajar
yang lebih demokratis, kolaboratif dan konstruktif.
Suasana belajar yang
demokratis, kolaboratif dan kontruktif akan menjadikan
kelas sebagai
miniatur masyarakat yang dinamis, inovatif dan kreatif serta interaksi multi
arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa semakin intens.
Interaksi kelas yang kondusifakan menentukan efektivitas pembelajaran yang
padaakhirnya akandapat meningkatkan kualitas hasil belajar.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Dari deskripsi pada latar belakang masalah, pemilihan model
pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar, termasuk proses
belajar mengajar PAI di SLTP. Dengan model pembelajaran yang digunakan
diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan pendidikan merupakan
suatu proses untuk mengubah perilaku{behavior) peserta didik. Perilaku siswa
yang diharapkan dapat berubah mencakup: Pertama, ranah perilaku
pengetahuan; kedua, ranah perilaku sikap; dan ketiga, domain perilaku
keterampilan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dahama dan
Bhatnagar (dalam Tampubolon, 2001:668), tujuan pendidikan ".... as the
process of bringing desirable change into behavioral change of human being".
Menurutnya, komponen-komponen perilaku yang harus berubah meliputi:
Knowledge dan ideas, values dan attitudes, norms dan skills, understanding
dan translation, ditambah dengan goals dan confidence.
Kata kunci tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku. Unsur-unsur
perubahan perilaku merujuk kepada apa yang diketahui {knowledge), apa yang
dapat mereka lakukan {skills), apa yang mereka rasakan/pikirkan {attitudes)
dan apa yang mereka kerjakan {action).
Domain kognitif dan afektif sebagaimana yang telah dipaparkan,
apabila dikaitkan dengan teori pembelajaran dari Bloom mengandung
penafsiran bahwa faktor utama yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar
adalah kualitas pembelajaran itu sendiri.
Dengan mengkaitkan teori tersebut, fokus masalah yang akan dikaji
adalah "Bagaimana pengembangan model kooperatif dalam pembelajaran PAI
dapat meningkatkan hasil belajar siswa". Untuk menyamakan persepsi tentang
fokus penelitian ini, selanjutnya dikemukakan batasan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif pada pelajarar
dibatasi pada pokok bahasan: (1) Penyakit hati, dengan sub pokok Danasah:
Iri hati, hasud/dengki, buruk sangka, fitnah dan khianat; (2) Iman Kepada
Nabi Muhammad SAW; dan (3) Puasa, dengan sub pokok bahasan: (1)
puasa wajib dan (2) puasa sunat.
2. Pelaksanaan pembelajaran PAI dibatasi pada proses pembelajaran di SLTP
kelas II semester ganjil sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
berdasarkan kurikulum 1994 suplemen tahun 1999, yaitu 2 jam pelajaran
(2 x 45 menit) per minggu.
3. Hasil belajar siswa yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik
siswa yang mengikuti
pembelajaran PAI
melalui
pembelajaran kooperatif selama pelaksanaan pengembangan model.
C. Definisi Operasional
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka operasional penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan adalah suatu kegiatan memperluas atau menyempurnakan
sesuatu yang telah ada.
2.
Model pembelajaran mengandung dua maksud, yaitu model mengajar
oleh guru dan model belajar oleh siswa. Suatu model pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Joice dan Weil (2000: 6),
11
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara
sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
3.
Pembelajaran kooperatif, merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif,
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen (Slavin (1995). Belajar kooperatif menekankan pada kerja
kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu). Kerja kelompok
raembuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling
menampilkan diri atau berperan di antara teman-teman sebaya. Model
pembelajaran kooperatif, berpijak pada kaidah kolektivitas untuk
memperoleh saling pemahaman {mutual understanding). Menurut Slavin
(1995:5), ada tiga konsep utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu
penghargaan kelompok {team reward), pertanggungjawaban individu
{individual accountability) dan kesempatan yang sama untuk berhasil
{equal opportunitiesfor success).
4.
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur'an dan
Hadist,
melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran,
latihan,
serta
12
penggunaan pengalaman, disertai tuntutan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
dalam
masyarakat
hingga
terwujud
kesatuan
dan
persatuan
bangsa.(Depdiknas, 2001:8).
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, lebih lanjut dikembangkan ke dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian.
Rincian pertanyaan penelitian dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SLTP yang berlangsung saat
ini?
2. Bagaimana desain model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk mata
pelajaran PAI di SLTP?
3. Bagaimana
implementasi
model
pembelajaran
kooperatif
pada
pembelajaran PAI di SLTP?
4. Bagaimana hasil pembelajaran kooperatif pada pembelajaran PAI di
SLTP?
5. Bagaimana pandangan guru terhadap model pembelajaran kooperatifpada
pembelajaran PAI?
6. Bagaimana pandangan siswa terhadap pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI di SLTP?
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran kooperatif pada pembelajaranPAI. Tujuan penelitian lebih rinci
dirumuskan pada sub-sub tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran PAI di SLTP yang
mendukung pelaksanaan pengembangan model pembelajaran kooperatif.
2. Untuk menemukan desain model pembelajaran kooperatif pada mata
pelajaran PAI di SLTP.
3. Untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI di SLTP.
4. Untuk mengetahui hasil belajar model pembelajaran kooperatif pada mata
pelajaran PAI di SLTP.
5. Untuk mengetahui pandangan guru terhadap model pembelajaran
kooperatif pada pembelajaran PAI.
6. Untuk mengetahui pandangan siswa terhadap pembelajaran kooperatif
pada pembelajaran PAI di SLTP.
Adapun kegunaan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran PAI di SLTP, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi salah satu masukan, khususnya bagi peningkatan mutu
pembelajaran PAI di sekolah.
14
2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif bagi
peningkatan keimanan dan. ketaqwaan peserta didik kepada AllahSWT.
3. Bagi Departemen Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam
pengembangan kurikulum mata pelajaran PAI dalam rangka pencapaian
tujuan kurikuler PAT.
4. Untuk pengembangan konsep dan teori, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menyumbangkan kerangka dasar pemikiran tentang keterkaitan
antara materi yang dipelajari dengan pengembangan sikap dan praktek
kehidupan beragama peserta didik.
bab in
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran PAI di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP). Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah research and development. Menurut Borg dan Gall
(1979:624), "Education research and development is a process used to develop
and validate education product".
Produk yang dikembangkan melalui research development ini tidak
hanya meliputi bahan-bahan material seperti buku cetak, film pembelajaran,
dan sejenisnya tetapi juga mencakup prosedur dan proses yang ditetapkan
seperti metode mengajar dan metode untuk mengorganisasi pembelajaran.
Melalui metode research development, produk yang diharapkan dari
penelitian ini adalah desain model pembelajaran PAI di SLTP berdasarkan
model pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah yang ditempuh mengikuti konsep Borg dan Gall
(1979:625-636) yang dikenal dengan siklus "research and development",
terdiri dari studi hasil-hasil penelitian untuk mengembangkan produk
berdasarkan temuan hasil studi, melakukan uji lapangan, dan terakhir
memperbaiki produk tersebut berdasarkan temuan lapangan.
50
51
Secara rinci langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan riset dan informasi meliputi reviu, literatur, observasi kelas,
dan menyiapkan laporan.
2. Perencanaan, mencakup menjelaskan keterampilan, menetapkan tujuan
khusus, menetapkan urutan penjelasan.
3. Mengembangkan bentuk produk awal, meliputi persiapan bahan-bahan
pelajaran, bukupegangan dan alat evaluasi.
4. Uji awal lapangan.
5. Revisi produk utama.
6. Revisi produk utama.
7. Perbaikan hasil operasional.
8. Uji lapangan operasional.
9.
Perbaikan hasil akhir.
10. Penyebaran dan distribusi.
Sesuai dengan keperluan penelitian ini, maka kesepuluh langkah itu
disederhanakan menjadi tiga langkah yang memungkinkan dapat dilakukan
oleh penulis. Ketiga langkah itu meliputi: (1) studi pendahuluan; (2)
penyusunan model; dan (3) uji coba model.
B. Langkah-langkah Pengembangan Model
Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, langkah-langkah
penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall disederhanakan ke dalam
52
langkah-langkah sebagai berikut: Studi awal, perencanaan, implementasi dan
evaluasi/revisi model.
Penyusunan rancangan model pembelajaran dilakukan dengan
memperhatikan the domain of the field menurut Seels dan Richey (1994),
yaitu; Design, development, utilization, management, dan evaluation. Model
pembelajaran kooperatif dalam pelajaran PAI diharapkan mencapai sasaran
sebagai berikut:
1.
Studi awal
Pada tahap pertama penelitian dan pengembangan dilakukan studi awal
yang meliputi:
2. Studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan
pengembangan model pembelajaran PAI di SLTP, dan model pembelajaran
kooperatif yang diterapkan di SLTP. Studi literatur yang diterapkan pada
tahap awal terutama berkaitan dengan teori, konsep, prinsip, aksioma, yang
berkaitan dengan model yang akan dikembangkan.
3. Studi hasil penelitian, dilakukan melalui pengkajian terhadap hasil-hasil
penelitian yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu yang erat
kaitannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan terutama berkaitan
dengan pengembangan model pembelajaran PAI di SLTP dan model
pembelajaran kooperatif.
4. Studi lapangan (pra-survey), dilakukan di tiga SLTP yang akan menjadi
bahan penelitian. Pada studi awal, data-data awal dan informasi yang
53
dikumpulkan meliputi keadaan pembelajaran yang sedang berlangsung,
kualifikasi guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan lingkungan belajar.
2. Penyusunan Rancangan Model
Didalam menyusun rancangan model, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menganalisis model yang ada, yaitu model-model pembelajaran yang
berkenaan dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar
bersama, menekankan pada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan, sikap nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial sesuai
dengan kurikulum 1994 suplemen GBPP tahun 1999.
2. Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan agama Islam di SLTP.
3.
Penentuan sistematika model.
4.
Penentuan kriteria keberhasilan model
2. Penyusunan Draft Rancangan Model
Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan di tiga SLTP yang ada di Kabupaten Bandung dan kajian
literaturyangmendukung terhadappengembangan model ini.
a. Desain pembelajaran.
Desain pembelajaran yang digunakan adalah rancangan pembelajaran
yang mengandung langkah-langkah pembelajaran yang dipersyaratkan oleh
54
model pembelajaran kooperatif menurut pendapat Arends, (1997:13) dengan
penambahan seperlunya.
b. Kegiatan Pembelajaran
1. Merumuskan Tujuan
Tujuan pembelajaran dirumuskan untuk dijadikan sebagai target
pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa pada suatu
kegiatan pembelajaran.
2. Materi yang diberikan kepada siswa
Materi yang disajikan berkenaan dengan pengembangan model ini,
yaitu berkenaan dengan materi: Penyakit Hati, Iman Kepada nabi Muhammad
SAW, dan Puasa.
3. Mengembangkan perencanaan pengajaran
Perencanaan
pengajaran dikembangkan berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang materinya berkenaan dengan materi: Penyakit Hati, Iman
Kepada nabi Muhammad SAW, dan Puasa.
Guru, dalam tahap ini
mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk Lembar Kerja
Siswa (LKS), soal quiz, dan metode pengajaran. Perencanaan pengajaran
termuat dalam Satuan Rencana Pelajaran.
4. Proses Pembelajaran
55
Proses
pembelajaran merupakan pelaksanaan dari
perencanaan
pengajaran yang telah dikembangkan. Berkenaan dengan pengembangan
model ini, proses pembelajaran yang dikembangkan mencakup tiga langkah
pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti;dan (3) kegiatan akhir.
a) Kegiatan awal
Dalam kegiatan awal, guru melakukan pretes, menyampaikan tujuan
pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan apersepsi.
b) Kegiatan inti
Sebelum
pembelajaran
inti
dimulai,
guru
terlebih
dahulu
menginformasikan kepada siswa tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan
prasyarat yang harus dimiliki. Guru bercerita singkat mengenai materi itu
dikaitkan dengan fenomena yang sedang berkembang pada saat sekarang
dengan memberikan contoh-contoh aktual yang dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Melalui cerita tersebut, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk
menanggapi dan sekaligus mengemukakan pemahamannya akan materi yang
telah diberikan. Penyajian materi awal ini dilakukan secara klasikal. Langkah
berikutnya, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil. Tiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Anggota setiap kelompok merupakan
gabungan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Pada tahap kegiatan kelompok, siswa mempelajari materi dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru berupa Lembar Kerja Siswa
56
(LKS). Dalam kegiatan kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas.
Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya. Guru
berkeliling membantu kelompok-kelompok belajar saat mengerjakan pekerjaan
mereka. Peran guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok.
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, setiap
kelompok
diberikan
kesempatan
untuk
mempresentasikan
dan
mempertahankan argumentasi atas hasil pekerjaannya di depan, kemudian
siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar
atas hasil yang telah dipresentasikan. Hasil pekerjaan pada LKS tiap kelompok
kemudian dinilai oleh guru.
c) Kegiatan Akhir
Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada tahap ini
juga
diadakan postes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Pada penelitian ini, tes individu
dilaksanakan setelah 2 x pertemuan. Tes dikerjakan 20 menit. Hasil tes
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor
kelompok.
5. Menetapkan metode
Metode yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah
metode tanya jawab, ceramah, diskusi, penugasan, dan bermain peran.
57
6. Menetapkan alokasi waktu sesuai dengan topik pembelajaran
Menelaah kedalaman dan keluasan materi pada pokok bahasan yang
akan diajarkan, alokasi yang memungkinkan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam GBPP, yaitu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) per minggu.
7. Mengembangkan alat evaluasi
Evaluasi yang dikembangkan pada tahap ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapainya.Bentuk
penilaian terdiri atas penilaian kelompok melalui proses dan hasil pekerjaan
pada lembar kerja siswa melalui penilaian portofolio. Penilaian individu
dilaksanakan setelah 2 x pertemuan. Tes dikerjakan 20 menit. Hasil tes
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor
kelompok. Penilaian portopolio dilakukan untuk menjangkau aspek proses,
hasil, peniangkatan yang dicapai dan upaya yang dilakukan.
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes
sebelumnya (skor pretes) dengan tes akhir (skor postes). Berdasarkan skor
awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya.
Pada penelitian ini, perhitungan skor perkembangan individu (Slavin,
1995:80), adalah sebagai berikut:
58
Tabel 3.1
Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes
Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30
Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan
tiap perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok.
Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat
penghargaan kelompok, yaitu:
d. Kelompok dengan rata-rata skor 15, sebagai Good Team.
e. Kelompok dengan rata-rata skor 20, sebagai Great Team.
f. Kelompok dengan rata-rata skor 25, sebagai Super Team.
b. Uji Lapangan
Kegiatan penyusunan rancangan uji coba meliputi:
1. Menetapkan kemampuan yang harus dikuasai guru dalam menetapkan
model yang dikembangkan.
2. Penyusunan format observasi dan wawancara.
3. Penentuan lokasi uji coba terbatas maupun uji coba luas.
c. Uji Lapangan dan Revisi Model
Uji lapangan meliputi uji coba terbatas dan uji coba luas. Uji coba
terbatas dilakukan pada satu SLTP melalui dua siklus kegiatan, yaitu siklus
satu dan siklus dua. Tujuan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh
deskripsi penerapan model, kebermaknaan/kelayakan model dan perbaikan
model. Kekurangan-kekurangan pada siklus satu dapat diperbaiki pada siklus
dua. Pada uji coba terbatas yang diamati lebih difokuskan pada proses.
Setelah implementasi siklus dua dievaluasi, kemudian dilakukan revisi
dan disempumakan pada uji lebih luas. Pada uji coba lebih luas, penilaian
dilakukan melalui penilaian awal dan penilaian akhir. Hal ini dilakukan untuk
melihat pengaruh model/keberhasilan model. Tujuan uji coba lebih luas adalah
untuk menghasilkan model pembelajaran PAI di SLTP dengan model
pembelajaran kooperatif. Uji coba lebih luas dilaksanakan pada dua SLTP.
Langkah-langkah dalam uji lapangan
1) Studi awal dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi sekolah
tempat uji lapangan terbatas/lebih luas.
2)
Persiapan uji coba dilakukan dengan cara memperkenalkan model
yang akan dikembangkan kepada kepala sekolah dan guru melalui
penyampaian informasi, diskusi, serta kolaborasi.
60
3) Pembagian tugas kepada kepala sekolah dan guru yang akan dilibatkan
dalam uji lapangan.
4) Implementasi uji lapangan.
Pelaksanaannya dilakukan melalui
kegiatan:
a) Penyusunan rancangan pembelajaran secara kolaboratif dalam
bentuk rencana pembelajaran disusun oleh peneliti dan guru
termasuk penyiapan media yang dibutuhkan, penetapan kegiatan
siswa, pengorganisasian kelas, dan penetapan evaluasi.
b) Implementasi pembelajaran di kelas yang dilaksanakan oleh guru
dan peneliti bertindak sebagai observasi partisipan.
c) Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi.
d) Revisi dan penyempurnaan model sehingga menjadi model final.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SLTP yang ada di Kabupaten Bandung,
dibatasi pada SLTP Negeri 2 Cililin, SLTP Darul Falah Cihampelas, SLTP
Ummul
Quro Rongga.
Ada
beberapa alasan
yang dijadikan bahan
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini. Pertama, SLTP Negeri 2 Cililin
merupakan SLTP inti di wilayah Kabupaten Bandung Bagian Barat Utara,
Kedua, SLTP Darul Falah dan SLTP Ummul Quro merupakan SLTP Plus
Keagamaan yang bernaung di bawah pondok pesantren. Ketiga, ketiga SLTP
ini mewakili kualifikasi baik, sedang dan kurang. Keempat, Ketiga SLTP ini
61
memiliki jumlah siswa yang cukup banyak. Kelima, demi kemudahan dalam
perizinan dan proses penelitian.
Sesuai
dengan
topik
penelitian
yaitu
pengembangan model
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PAI di SLTP, maka yang akan
menjadi subyek utama dalam penelitian adalah yang akan terlibat dalam
kegiatan belajar, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain
para siswa yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan model
pembelajaran, juga guru PAI terutama guru kelas II. Dimana mereka akan
banyak terlibat dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini ada beberapa data atau informasi yang
dikumpulkan terutama yang berkaitan dengan:
1. Data tentang kondisi nyata pembelajaran PAI di SLTP serta unsur-unsur
yang mempengaruhinya yang mencakup jumlah siswa, sarana dan fasilitas
belajar, jumlah dan kualifikasi guru, serta lingkungan belajar.
2. Data tentang kemampuan guru baik kemampuan dalam merancang
pembelajaran model pembelajaran kooperatif maupun kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif.
3. Data tentang implementasi model pembelajaran kooperatif yang mencakup
kegiatan belajar siswa, pengorganisasian kelas, metode yang digunakan,
model dan teknologi yang digunakan serta evaluasi.
62
Sesuai dengan pendekatan, penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah
observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. Observasi yang
digunakan adalah observasi partisipatif. Dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai observer partisipatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Goodman
(1990:56), yaitu "in participant observation, the researcher participates directly
with the people he or she is studying in the activities in which they are
engaged". Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar, pengolahan data
dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Windows versi 11.5.
Peneliti dalam hal ini berpartisipasi langsung dengan orang-orang,
dimana mereka sedang melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti tidak hanya
semata-mata berpartisipasi melakukan aktivitas dalam merancang dan
mengimplementasikan program sejauh tidak mengganggu tugas guru. Melalui
partisipasi peneliti dapat mengamati dan mencatat secara cermat tentang apa
yang terjadi pada saat implementasi. Untuk melengkapi data, digunakan juga
wawancara baik terhadap guru, kepala sekolah, dan para siswa.
2.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data,
maka
selanjutnya
menggunakan:
dilakukan
pengolahan
dan
analisis
data
dengan
63
1) Analisis rasional (induktif dan deduktif).
2) Analisis statistika dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Windows versi 11.5, yang digunakan untuk menganalisis data tentang skor
hasil belajar siswa dan perbedaan hasil belajar sebelum menggunakan
model dengan sesudah menggunakan model.
Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan selama proses
penelitian berlangsung (tahap perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi).
Prosedur yang dilakukan dalam analisis data ini meliputi analisis data, refleksi
dan tindakan.
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan di tiga SLTP wilayah Kabupaten
Bandung, yaitu SLTPN 2 Cililin (uji coba terbatas), SLTP Daml Falah dan
SLTP Ummul Quro (uji coba lebih luas).
A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif mempakan suatu model pembelajaran yang
menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk
kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah
secara
kolektif.
Model
pembelajaran ini
menganut prinsip
saling
ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses secara kelompok.
Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, diketahui bahwa kemampuan
gum dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, secara umum ada
peningkatan aktivitas dan kreativitas mengajar, baik dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang meliputi pendahuluan,
pelaksanaan, evaluasi, penggunaan media dan sumber pelajaran.
Walaupun demikian, masih nampak kekurangan temtama dalam
memposisikan siswa benar-benar sebagai subyek belajar {student centered).
167
168
Dalam hal penggunaan media pembelajaran, gum diharapkan lebih kreatif, dan
tidak hanya memokuskan pada lembar kerja siswa saja.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif terlihat adanya pengamh yang cukup signifikan terhadap hasil
belajar siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Pembelajaran
kooperatif berdampak pada motivasi siswa dalam belajar, semangat untuk
menemukan, sikap demokratis, berfikir kritis dan logis serta kemampuan
menggalang kerjasama yang dapat diaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Hasil belajar siswa, dengan membandingkan hasil pretes dan postes
temyata perbedaannya signifikan pada setiap uji coba. Begitu pula rata-rata
hasil belajar siswa setiap uji coba terns mengalami kenaikan. Di samping itu,
kreativitas dan performansi gum menunjukkan perbaikan yang berarti baik
dalam
menyusun
perencanaan,
penggunaan
teknologi
pembelajaran,
pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan gum, lembar observasi pada saat
proses pembelajaran dan hasil angket pada guru dan siswa, temyata model ini
baik dan cukup diminati siswa. Gum dan siswa pada umunya sangat respek
terhadap
model
pembelajaran
kooperatif
Dengan
demikian
model
pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu altematif pendekatan yang
cocok untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLTP.
169
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka
dapat
dikemukakan
beberapa
rekomendasi
dalam
penerapan
model
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Rekomendasi untuk gum
Untuk menerapkan model kooperatif gum perlu memperoleh pelatihan
khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, karena rancangan
pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan model dalam
pembelajaran secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.
Gum diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai
perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai
model dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran kooperatif
menghamskan adanya berbagai altematif kegiatan belajar, sehingga peran
gum dalam proses pembelajaran pun akan selalu bembah sesuai dengan
jenis dan karakteristik materi pembelajaran Untuk meningkatkan peran
gum sebagaimana yang dituntut, maka gum sebaiknya terns bemsaha
*vt a« rtQin Kn «
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
ASEP GOJWAN
NIM: 019474
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
BANDUNG
2004
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I,
^of. Dr. H. Oemar Hamalik
NIP. 130188263
Pembimbing II,
// /
'//! I
Dr. H. Mukhidin, M.Pd.
NIP. 130809446
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum,
Prof. Dr. H.R. Ibrahim, MA.
NIP. 130217573
ABSTRAK
Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian
individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai
moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi,
dalam realisasinya di lapangan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, baik dalam
proses maupun hasil pembelajaran siswa. Ada beberapa hal yang menjadi kendala, di
antaranya: (1) rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI; (2) materi
pembelajaran PAI masih berorientasi pada kemampuan kognitif dan kurang dalam
pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik); (3) terbatasnya sikap dan
pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada siswa {student centered), sehingga pembelajaran masih berjalan secara
konvensional; dan (4) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang belajar. Oleh karena
itu perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
belajar yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif dan konstruktif, salah satunya
dengan pengembangan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil,
mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah secara kolektif. Model
pembelajaran ini menganut prinsip saling ketergantungan, tanggung jawab
perseorangan, interaksi tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
secara kelompok.
Dengan menggunakan metode Research and Development di kelas 2 pada 3
SLTP di Kabupaten Bandung, pengembangan model pembelajaran kooperatif pada
mata pelajaran Pendididikan Agama Islam memfokuskan pada masalah pengembangan
model dengan menggunakan 5 domain bidang teknologi pembelajaran yang mencakup
desain, pengembangan, penggunaan, manajemen, dan evaluasi untuk melihat
keberhasilan penerapan model dan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses dan
hasil belajar baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran kooperatif, menunjukkan hasil belajar yang signifikan,
dimana rata-rata prestasi belajar sesudah penerapan pembelajaran kooperatif lebih besar
dari nilai sebelumnya. Hal ini didukung pula oleh peningkatan aktivitas dalam proses
pembelajaran, siswa lebih bermotivasi dan memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapat, pertanyaan dan koreksi, tumbuhnya sikap kritis, kolaboratif, demokratis dan
inovatif dalam menyikapi persoalan yang dihadapi pada saat pembelajaran. Di lain
pihak, kreativitas dan performansi guru menunjukkan perbaikan yang berarti baik dalam
menyusun perencanaan, penggunaan teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun
pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan yang cocok untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLTP.
DAFTARISI
Halaman
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
i
UCAPANTERIMAKASIH
iii
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
8
C. Definisi Operasional
10
D. Pertanyaan Penelitian
12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
13
BAB n
KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Kurikulum
15
B. Konsep Pembelajaran
17
C. Hubungan Kurikulum dan Pembelajaran
19
D. Teknologi Pembelajaran
22
E. Model Pembelajaran Kooperatif
27
F. Pendidikan Agama Islam
40
G. Beberapa Penelitian Terdahulu
48
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
50
vi
B. Langkah-langkah Pengembangan Model
51
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
60
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
64
B. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Mata
Pelajaran PAI
73
C. Hasil Uji Coba Terbatas
81
D. Hasil Uji Coba Lebih Luas
104
E. Pandangan Siswa dan Guru terhadap Pembelajaran
Kooperatif
154
F. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V
159
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
167
B. Rekomendasi
169
DAFTAR PUSTAKA
172
LAMPIRAN-LAMPIRAN
176
vn
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
34
2.2
Pemberian Skor Perkembangan Individu
39
3.1
Pemberian Skor Perkembangan Individu
58
4.1
Distribusi Jumlah Responden Guru dan Siswa
66
4.2
Jumlah Siswa Kelas II SLTPN 2 Cililin, SLTP Darul Falah dan
SLTP Ummul Quro
68
4.3
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTPN 2 Cililin ...
96
4.4
Korelasi Pretes dan Postes Individu
97
4.5
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTPN 2 Cililin
98
4.6
Korelasi Pretes dan Postes Individu
99
4.7
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Darul Falah...
115
4.8
Korelasi Pretes dan Postes Individu
116
4.9
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Darul Falah...
117
4.10
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
118
4.11
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Ummul Quro
119
4.12
Korelasi Pretes dan Postes Individual
119
4.13
Hasil Pretes dan Postes Secara Kelompok SLTP Ummul Quro
120
4.14
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
121
4.15
Hasil Pretes dan Postes secara Individual SLTP Darul Falah...
143
4.16
Korelasi Pretes dan Postes Individu
144
4.17
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Darul Falah
145
4.18
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
146
4.19
Hasil Pretes dan postes Secara Individual SLTP Ummul Quro
147
4.20
Korelasi Pretes dan Postes Individual
148
4.21
Hasil Pretes dan Postes secara Kelompok SLTP Ummul Quro
149
Vlll
4.22
Korelasi Pretes dan Postes Kelompok
150
4.23
Pandangan Siswa tentang Pembelajaran Kooperatif
155
4.24
Pandangan Guru tentang Pembelajaran Kooperatif
157
4.25
Desain Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran
PAI di SLTP
166
IX
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar
Halaman
2.1
Model Keterkaitan antara Kurikulum dan Pembelajaran
20
2.2
Kontinum Kurikulum dan Pengajaran
22
2.3
Domain Teknologi Pembelajaran
24
2.4
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
30
4.1
Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya
dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman. Salah satu asas yang
harus dipegang teguh dalam pembangunan sejak dari perencanaan sampai
kepada pelaksanaannya adalah asas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa setiap usaha dan kegiatan pembangunan
harus dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan
sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral dan etik
pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia dalam wujud manusia
yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri
serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan sebagaimana dinyatakan
dalam tujuan pendidikan nasional.
Keberhasilan pendidikan bukan hanya tugas pemerintah melainkan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan
masyarakat. Sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-Undang No. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 25 ayat 2, bahwa "pada
dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah". Oleh karena itu pihak keluarga dan masyarakat
harus pro aktif mendukung program-program yang dilaksanakan di sekolah
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan
kepribadian individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan, ada dua sasaran
pokok yang harus diperhatikan, sebagaimana menurut Al Ghazaly (dalam
Sulaiman (1993:21), yaitu: 1) aspek-aspek ilmu pengetahuan yang harus
disampaikan kepada murid dan dipelajari murid, 2) metode yang relevan untuk
menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat memberikan faedah yang
besar tentang penggunaan metode tersebut.
Di lain pihak, kenyataan di sekolah secara praktis menunjukkan bahwa
pendidikan agama Islam di sekolah dewasa ini belum mampu mencapai citacita ideal yang digariskan pada tujuan pendidikan nasional. Materi PAI masih
dominan menekankan pada aspek ingatan/pengetahuan, sedangkan hal yang
tidak kalah penting yaitu aspek pengamalan dan pembiasaan kegiatan
keagamaan belum optimal. Hasil penelitian Jamari (1994:4), menyatakan
bahwa antara hasil belajar yang diraih peserta didik dalam pelajaran agama,
PMP, dan bidang studi lainnya tidak sesuai dengan perilaku peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga substansi dasar dalam PAI menurut Kurikulum 1994, yaitu
pengajaran, bimbingan dan latihan. Ketiga substansi tersebut harus
diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Akan tetapi dalam
realisasinya di lapangan, pelaksanaan kurikulum PAI ditemukan berbagai
kendala, di antaranya: (1) waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran
dengan muatan materi yang begitu padat dan penting; (2) materi pendidikan
agama Islam, termasuk bahan ajar akhlaq, lebih berfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan kurang dalam pembentukan sikap (afektif) serta
pembiasaan dalam membentuk keterampilan (psikomotorik); (3) terbatasnya
pemahaman guru agama dalam pengembangan pendekatan dan metode
pembelajaran yang lebih variatif; (4) kurangnya berbagai kegiatan pelatihan
dan pengembangan guru; (5) terbatasnya sarana dan prasarana penunjang
belajar; (6) belum optimalnya kerjasama sekolah dengan lingkungan keluarga
(orang tua siswa); dan (7) rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran
PAI, dengan alasan mata pelajaran ini tidak ada dalam Ujian Akhir Nasional
(UAN). Akibatnya, proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI
belum sesuai dengan tujuan kurikuler, yaitu siswa memahami, menghayati,
dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi muslim yang beriman,
bertaqwa kepada Allah SWT., dan berakhlaq mulia.
Kondisi tersebut dipandang sebagai wujud kelemahan tentang
pelaksanaan proses pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah dewasa ini.
Padahal kedudukan mata pelajaran PAI saat ini sangat strategis dalam
pelaksanaan pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana menurut
Azra (1999:57), "bahwa kedudukan pendidikan mata pelajaran Pendidikan
Islam (Pendidikan agama Islam) dalam berbagai tingkatannya, mempunyai
kedudukan yang penting dalam Sistem Pendidikan Nasional untuk
mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaq mulia". Hal ini
mengandung pengertian bahwa mata pelajaran PAI harus betul-betul menjadi
salah satu pokok perhatian dalam upaya mengoptimalkan pencapaian tujuan
pendidikam nasional. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal tersebut perlu
dilakukan inovasi dalam pembelajaran sebagai respons terhadap gejala
melemahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran PAI.
Ada empat unsur pokok yang menjadi prioritas dalam pembelajaran
Pai, yaitu keimanan, ibadah, Alqur'an dan Assunah, akhlaq, dan tarikh.
Berdasarkan empat usur pokok itu, secara spesifik dijabarkan ke dalam
beberapa tujuan sebagai berikut:
1) Siswa beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari
kiamat, dan qadha-qadar dengan mengetahui maknanya;
2) Siswa mampu membaca dan menulis ayat Al Qur'an serta mengetahui
hukum bacaan dan maknanya;
3) Siswa memahami ketentuan hukum Islam tentang ibadah dan mu'amalah
serta terbiasa mengamalkannya;
4) Siswa terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat
tercela, dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari;
5) Siswa memahami dan mampu mengambil manfaat dan hikmah
perkembangan Islam fase Makkah, Madinah, dan Khulafaur Rasyidin serta
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam pendidikan Islam, ada beberapa metode pembelajaran yang
dapat diterapkan. An-Nahlawi (1992:283-284), mengemukakan bahwa metode
untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan adalah sebagai berikut: "(a)
metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi, (b) metode kisah Qurani dan
Nabawi, (c) metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi, (d) metode
keteladanan, (e) metode pembiasaan diri dan pengamalan, (f) metode ibrah
(pelajaran) dan mauidhah (peringatan), dan (g) metode targhib (membuat
senang) dan tarhib (membuat takut)".
Penerapan model pembelajaran yang dibutuhkan sekarang harus
mampu membekali siswa dengan beberapa jenis kecerdasan. Menurut
Goleman (dalam Mastuhu, 2003:44), "Banyak hal atau kejadian yang secara
logika benar, tetapi perasaan menyatakan bahwa hal itu tidak benar, karena
itulah seringkali diperlukan keahlian kecerdasan akal didampingi kecerdasan
emosi (Thought and feeling are inextricably woven together)". Aspek-aspek
kecerdasan itu antara lain: Kecerdasan akal, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual, dan kecerdasan sosial.
Kecerdasan akal (IQ), dimana siswa dituntut untuk mengetahui sesuatu
secara sistematis dan logis. Kecerdasan emosi (EQ), yang berakar dalam hati
nurani yang amat mendalam dan kesadaran diri. Kecerdasan emosi akan
membekali siswa memiliki kemampuan memanfaatkan nilai-nilai luhur dan
mengambil keputusan dalam kehidupan bersama, penilaian diri, yang akan
mengantarkan peserta didik memiliki kemampuan belajardari pengalaman dan
percaya diri, yang akan mengantar peserta didik memiliki kemampuan dan
keberanian menyatakan kebenaran. Menurut Goleman (dalam Mastuhu,
2003:44), "Kecerdasan emosi ini merupakan 'the inner rudder', kekuatan dari
dalam, sifatnya alami, dan dapat berkembang dengan kuat melalui berbagai
akumulasi pengalaman yang panjang dan beragam.
Kecerdasan spiritual atau kecerdasan agama menurut Goleman (dalam
Mastuhu, 2003:44), adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan
aktivitas yang terinspirasi oleh theisness atau penghayatan ketuhanan yang di
dalamnya kita semua memilikinya, yang harus kita temukan. Lebih tegas,
Marsha Sinetar (dalam Mastuhu, 2003:44), menyatakan bahwa, "ia bagaikan
'intan' yang harus terus menerus harus kita asah" .
Peranan guru menjadi faktor yang menentukan dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Sudjana (1998:1), mengatakan bahwa: "Ada tiga variabel
utama yang saling berkaitandalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Ketiga variable tersebut adalah kurikulum, guru dan pengajaran atau proses
belajar dan mengajar". Guru menempati kedudukan sentral, sebab peranannya
sangat menentukan. Ia harus mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai-
nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentranformasikan nilai-nilai
tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Kualitas
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dipengaruhi pula oleh
sikap guru yang kreatifuntuk memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan
dan model pembelajaran.
Dalam upaya mengembangkan kurikulum, khususnya kurikulum mata
pelajaran PAI, para guru tidak lagi hanya menekankan pada aspek kognitif
atau intelektualnya saja, karena yang lebih penting adalah bagaimana melalui
proses pembelajaran itu dapat menciptakan suasana keagamaan untuk
menanamkan nilai-nilai keimanan, ibadah dan akhlaqul karimah pada diri
siswa untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru
tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, melainkan siswa
dapat mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, atau bisa juga
mendapatkannya dari siswa yang lain melalui kegiatan belajar bersama.
Menurut Slavin, (1995:9), "Para guru mendorong para siswa untuk
bekerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperi diskusi atau tutor sebaya.
Hal ini dilakukan didasarkan pada keyakinan bahwa siswa akan lebih baik bila
mengajar atau diajar oleh siswa yang lain".
Hal ini sudah saatnya dilaksanakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, dengan pertimbangan bahwa kurikulum bersifat fleksibel untuk
menyesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik bahan ajar dan karakteristik
siswa dalam lingkungan belajar. Menurut Hamalik (2001:31), "Kurikulum
yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan
tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuansetempat,jadi tidak statis dan
kaku. Lebih lanjut, Sukmadinata (2000:151) menyatakan, "Suatu kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya
memungkinkan
terjadinya
penyesuaian-
berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar"
anak."
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu melakukan
perbaikan atas praktek pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan dan
ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran yang menunjang
pencapaian tujuan kurikulum dan sesuai dengan potensi siswa merupakan
bagian kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut
Sukmadinata (2000:87), tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif
dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar, maka paradigma yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah terciptanya suasana belajar
yang lebih demokratis, kolaboratif dan konstruktif.
Suasana belajar yang
demokratis, kolaboratif dan kontruktif akan menjadikan
kelas sebagai
miniatur masyarakat yang dinamis, inovatif dan kreatif serta interaksi multi
arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa semakin intens.
Interaksi kelas yang kondusifakan menentukan efektivitas pembelajaran yang
padaakhirnya akandapat meningkatkan kualitas hasil belajar.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Dari deskripsi pada latar belakang masalah, pemilihan model
pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar, termasuk proses
belajar mengajar PAI di SLTP. Dengan model pembelajaran yang digunakan
diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai. Tujuan pendidikan merupakan
suatu proses untuk mengubah perilaku{behavior) peserta didik. Perilaku siswa
yang diharapkan dapat berubah mencakup: Pertama, ranah perilaku
pengetahuan; kedua, ranah perilaku sikap; dan ketiga, domain perilaku
keterampilan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Dahama dan
Bhatnagar (dalam Tampubolon, 2001:668), tujuan pendidikan ".... as the
process of bringing desirable change into behavioral change of human being".
Menurutnya, komponen-komponen perilaku yang harus berubah meliputi:
Knowledge dan ideas, values dan attitudes, norms dan skills, understanding
dan translation, ditambah dengan goals dan confidence.
Kata kunci tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku. Unsur-unsur
perubahan perilaku merujuk kepada apa yang diketahui {knowledge), apa yang
dapat mereka lakukan {skills), apa yang mereka rasakan/pikirkan {attitudes)
dan apa yang mereka kerjakan {action).
Domain kognitif dan afektif sebagaimana yang telah dipaparkan,
apabila dikaitkan dengan teori pembelajaran dari Bloom mengandung
penafsiran bahwa faktor utama yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar
adalah kualitas pembelajaran itu sendiri.
Dengan mengkaitkan teori tersebut, fokus masalah yang akan dikaji
adalah "Bagaimana pengembangan model kooperatif dalam pembelajaran PAI
dapat meningkatkan hasil belajar siswa". Untuk menyamakan persepsi tentang
fokus penelitian ini, selanjutnya dikemukakan batasan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif pada pelajarar
dibatasi pada pokok bahasan: (1) Penyakit hati, dengan sub pokok Danasah:
Iri hati, hasud/dengki, buruk sangka, fitnah dan khianat; (2) Iman Kepada
Nabi Muhammad SAW; dan (3) Puasa, dengan sub pokok bahasan: (1)
puasa wajib dan (2) puasa sunat.
2. Pelaksanaan pembelajaran PAI dibatasi pada proses pembelajaran di SLTP
kelas II semester ganjil sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia
berdasarkan kurikulum 1994 suplemen tahun 1999, yaitu 2 jam pelajaran
(2 x 45 menit) per minggu.
3. Hasil belajar siswa yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik
siswa yang mengikuti
pembelajaran PAI
melalui
pembelajaran kooperatif selama pelaksanaan pengembangan model.
C. Definisi Operasional
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka operasional penelitian
adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan adalah suatu kegiatan memperluas atau menyempurnakan
sesuatu yang telah ada.
2.
Model pembelajaran mengandung dua maksud, yaitu model mengajar
oleh guru dan model belajar oleh siswa. Suatu model pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu pola yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Joice dan Weil (2000: 6),
11
bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara
sistematis untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
3.
Pembelajaran kooperatif, merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif,
yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen (Slavin (1995). Belajar kooperatif menekankan pada kerja
kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu). Kerja kelompok
raembuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling
menampilkan diri atau berperan di antara teman-teman sebaya. Model
pembelajaran kooperatif, berpijak pada kaidah kolektivitas untuk
memperoleh saling pemahaman {mutual understanding). Menurut Slavin
(1995:5), ada tiga konsep utama dari pembelajaran kooperatif, yaitu
penghargaan kelompok {team reward), pertanggungjawaban individu
{individual accountability) dan kesempatan yang sama untuk berhasil
{equal opportunitiesfor success).
4.
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur'an dan
Hadist,
melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran,
latihan,
serta
12
penggunaan pengalaman, disertai tuntutan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
dalam
masyarakat
hingga
terwujud
kesatuan
dan
persatuan
bangsa.(Depdiknas, 2001:8).
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, lebih lanjut dikembangkan ke dalam
bentuk pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian.
Rincian pertanyaan penelitian dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SLTP yang berlangsung saat
ini?
2. Bagaimana desain model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk mata
pelajaran PAI di SLTP?
3. Bagaimana
implementasi
model
pembelajaran
kooperatif
pada
pembelajaran PAI di SLTP?
4. Bagaimana hasil pembelajaran kooperatif pada pembelajaran PAI di
SLTP?
5. Bagaimana pandangan guru terhadap model pembelajaran kooperatifpada
pembelajaran PAI?
6. Bagaimana pandangan siswa terhadap pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI di SLTP?
13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran kooperatif pada pembelajaranPAI. Tujuan penelitian lebih rinci
dirumuskan pada sub-sub tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran PAI di SLTP yang
mendukung pelaksanaan pengembangan model pembelajaran kooperatif.
2. Untuk menemukan desain model pembelajaran kooperatif pada mata
pelajaran PAI di SLTP.
3. Untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran PAI di SLTP.
4. Untuk mengetahui hasil belajar model pembelajaran kooperatif pada mata
pelajaran PAI di SLTP.
5. Untuk mengetahui pandangan guru terhadap model pembelajaran
kooperatif pada pembelajaran PAI.
6. Untuk mengetahui pandangan siswa terhadap pembelajaran kooperatif
pada pembelajaran PAI di SLTP.
Adapun kegunaan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran PAI di SLTP, hasil penelitian ini diharapkan
menjadi salah satu masukan, khususnya bagi peningkatan mutu
pembelajaran PAI di sekolah.
14
2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif bagi
peningkatan keimanan dan. ketaqwaan peserta didik kepada AllahSWT.
3. Bagi Departemen Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam
pengembangan kurikulum mata pelajaran PAI dalam rangka pencapaian
tujuan kurikuler PAT.
4. Untuk pengembangan konsep dan teori, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menyumbangkan kerangka dasar pemikiran tentang keterkaitan
antara materi yang dipelajari dengan pengembangan sikap dan praktek
kehidupan beragama peserta didik.
bab in
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
kooperatif pada mata pelajaran PAI di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP). Sehubungan dengan hal tersebut, metode yang tepat digunakan dalam
penelitian ini adalah research and development. Menurut Borg dan Gall
(1979:624), "Education research and development is a process used to develop
and validate education product".
Produk yang dikembangkan melalui research development ini tidak
hanya meliputi bahan-bahan material seperti buku cetak, film pembelajaran,
dan sejenisnya tetapi juga mencakup prosedur dan proses yang ditetapkan
seperti metode mengajar dan metode untuk mengorganisasi pembelajaran.
Melalui metode research development, produk yang diharapkan dari
penelitian ini adalah desain model pembelajaran PAI di SLTP berdasarkan
model pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah yang ditempuh mengikuti konsep Borg dan Gall
(1979:625-636) yang dikenal dengan siklus "research and development",
terdiri dari studi hasil-hasil penelitian untuk mengembangkan produk
berdasarkan temuan hasil studi, melakukan uji lapangan, dan terakhir
memperbaiki produk tersebut berdasarkan temuan lapangan.
50
51
Secara rinci langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan riset dan informasi meliputi reviu, literatur, observasi kelas,
dan menyiapkan laporan.
2. Perencanaan, mencakup menjelaskan keterampilan, menetapkan tujuan
khusus, menetapkan urutan penjelasan.
3. Mengembangkan bentuk produk awal, meliputi persiapan bahan-bahan
pelajaran, bukupegangan dan alat evaluasi.
4. Uji awal lapangan.
5. Revisi produk utama.
6. Revisi produk utama.
7. Perbaikan hasil operasional.
8. Uji lapangan operasional.
9.
Perbaikan hasil akhir.
10. Penyebaran dan distribusi.
Sesuai dengan keperluan penelitian ini, maka kesepuluh langkah itu
disederhanakan menjadi tiga langkah yang memungkinkan dapat dilakukan
oleh penulis. Ketiga langkah itu meliputi: (1) studi pendahuluan; (2)
penyusunan model; dan (3) uji coba model.
B. Langkah-langkah Pengembangan Model
Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada, langkah-langkah
penelitian dan pengembangan dari Borg dan Gall disederhanakan ke dalam
52
langkah-langkah sebagai berikut: Studi awal, perencanaan, implementasi dan
evaluasi/revisi model.
Penyusunan rancangan model pembelajaran dilakukan dengan
memperhatikan the domain of the field menurut Seels dan Richey (1994),
yaitu; Design, development, utilization, management, dan evaluation. Model
pembelajaran kooperatif dalam pelajaran PAI diharapkan mencapai sasaran
sebagai berikut:
1.
Studi awal
Pada tahap pertama penelitian dan pengembangan dilakukan studi awal
yang meliputi:
2. Studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan
pengembangan model pembelajaran PAI di SLTP, dan model pembelajaran
kooperatif yang diterapkan di SLTP. Studi literatur yang diterapkan pada
tahap awal terutama berkaitan dengan teori, konsep, prinsip, aksioma, yang
berkaitan dengan model yang akan dikembangkan.
3. Studi hasil penelitian, dilakukan melalui pengkajian terhadap hasil-hasil
penelitian yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu yang erat
kaitannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan terutama berkaitan
dengan pengembangan model pembelajaran PAI di SLTP dan model
pembelajaran kooperatif.
4. Studi lapangan (pra-survey), dilakukan di tiga SLTP yang akan menjadi
bahan penelitian. Pada studi awal, data-data awal dan informasi yang
53
dikumpulkan meliputi keadaan pembelajaran yang sedang berlangsung,
kualifikasi guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan lingkungan belajar.
2. Penyusunan Rancangan Model
Didalam menyusun rancangan model, kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menganalisis model yang ada, yaitu model-model pembelajaran yang
berkenaan dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar
bersama, menekankan pada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan, sikap nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial sesuai
dengan kurikulum 1994 suplemen GBPP tahun 1999.
2. Pengkajian model yang relevan dengan pendidikan agama Islam di SLTP.
3.
Penentuan sistematika model.
4.
Penentuan kriteria keberhasilan model
2. Penyusunan Draft Rancangan Model
Penyusunan model dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan di tiga SLTP yang ada di Kabupaten Bandung dan kajian
literaturyangmendukung terhadappengembangan model ini.
a. Desain pembelajaran.
Desain pembelajaran yang digunakan adalah rancangan pembelajaran
yang mengandung langkah-langkah pembelajaran yang dipersyaratkan oleh
54
model pembelajaran kooperatif menurut pendapat Arends, (1997:13) dengan
penambahan seperlunya.
b. Kegiatan Pembelajaran
1. Merumuskan Tujuan
Tujuan pembelajaran dirumuskan untuk dijadikan sebagai target
pencapaian hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa pada suatu
kegiatan pembelajaran.
2. Materi yang diberikan kepada siswa
Materi yang disajikan berkenaan dengan pengembangan model ini,
yaitu berkenaan dengan materi: Penyakit Hati, Iman Kepada nabi Muhammad
SAW, dan Puasa.
3. Mengembangkan perencanaan pengajaran
Perencanaan
pengajaran dikembangkan berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang materinya berkenaan dengan materi: Penyakit Hati, Iman
Kepada nabi Muhammad SAW, dan Puasa.
Guru, dalam tahap ini
mempersiapkan materi berikut perangkat pengajaran termasuk Lembar Kerja
Siswa (LKS), soal quiz, dan metode pengajaran. Perencanaan pengajaran
termuat dalam Satuan Rencana Pelajaran.
4. Proses Pembelajaran
55
Proses
pembelajaran merupakan pelaksanaan dari
perencanaan
pengajaran yang telah dikembangkan. Berkenaan dengan pengembangan
model ini, proses pembelajaran yang dikembangkan mencakup tiga langkah
pembelajaran, yaitu: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti;dan (3) kegiatan akhir.
a) Kegiatan awal
Dalam kegiatan awal, guru melakukan pretes, menyampaikan tujuan
pembelajaran, pembelajaran kooperatif, dan apersepsi.
b) Kegiatan inti
Sebelum
pembelajaran
inti
dimulai,
guru
terlebih
dahulu
menginformasikan kepada siswa tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan
prasyarat yang harus dimiliki. Guru bercerita singkat mengenai materi itu
dikaitkan dengan fenomena yang sedang berkembang pada saat sekarang
dengan memberikan contoh-contoh aktual yang dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
Melalui cerita tersebut, selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk
menanggapi dan sekaligus mengemukakan pemahamannya akan materi yang
telah diberikan. Penyajian materi awal ini dilakukan secara klasikal. Langkah
berikutnya, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil. Tiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Anggota setiap kelompok merupakan
gabungan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Pada tahap kegiatan kelompok, siswa mempelajari materi dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru berupa Lembar Kerja Siswa
56
(LKS). Dalam kegiatan kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas.
Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas kelompoknya. Guru
berkeliling membantu kelompok-kelompok belajar saat mengerjakan pekerjaan
mereka. Peran guru dalam kegiatan ini sebagai fasilitator dan motivator
kegiatan tiap kelompok.
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara berkelompok, setiap
kelompok
diberikan
kesempatan
untuk
mempresentasikan
dan
mempertahankan argumentasi atas hasil pekerjaannya di depan, kemudian
siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan komentar
atas hasil yang telah dipresentasikan. Hasil pekerjaan pada LKS tiap kelompok
kemudian dinilai oleh guru.
c) Kegiatan Akhir
Siswa dan guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada tahap ini
juga
diadakan postes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Pada penelitian ini, tes individu
dilaksanakan setelah 2 x pertemuan. Tes dikerjakan 20 menit. Hasil tes
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor
kelompok.
5. Menetapkan metode
Metode yang digunakan dalam pengembangan model ini adalah
metode tanya jawab, ceramah, diskusi, penugasan, dan bermain peran.
57
6. Menetapkan alokasi waktu sesuai dengan topik pembelajaran
Menelaah kedalaman dan keluasan materi pada pokok bahasan yang
akan diajarkan, alokasi yang memungkinkan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam GBPP, yaitu 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) per minggu.
7. Mengembangkan alat evaluasi
Evaluasi yang dikembangkan pada tahap ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapainya.Bentuk
penilaian terdiri atas penilaian kelompok melalui proses dan hasil pekerjaan
pada lembar kerja siswa melalui penilaian portofolio. Penilaian individu
dilaksanakan setelah 2 x pertemuan. Tes dikerjakan 20 menit. Hasil tes
digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan untuk perolehan skor
kelompok. Penilaian portopolio dilakukan untuk menjangkau aspek proses,
hasil, peniangkatan yang dicapai dan upaya yang dilakukan.
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan tes
sebelumnya (skor pretes) dengan tes akhir (skor postes). Berdasarkan skor
awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya.
Pada penelitian ini, perhitungan skor perkembangan individu (Slavin,
1995:80), adalah sebagai berikut:
58
Tabel 3.1
Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes
Nilai Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30
Perhitungan skor kelompok dihitung dengan cara menjumlahkan
tiap perkembangan skor individu dibagi jumlah anggota kelompok.
Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan tersebut, ditetapkan tiga tingkat
penghargaan kelompok, yaitu:
d. Kelompok dengan rata-rata skor 15, sebagai Good Team.
e. Kelompok dengan rata-rata skor 20, sebagai Great Team.
f. Kelompok dengan rata-rata skor 25, sebagai Super Team.
b. Uji Lapangan
Kegiatan penyusunan rancangan uji coba meliputi:
1. Menetapkan kemampuan yang harus dikuasai guru dalam menetapkan
model yang dikembangkan.
2. Penyusunan format observasi dan wawancara.
3. Penentuan lokasi uji coba terbatas maupun uji coba luas.
c. Uji Lapangan dan Revisi Model
Uji lapangan meliputi uji coba terbatas dan uji coba luas. Uji coba
terbatas dilakukan pada satu SLTP melalui dua siklus kegiatan, yaitu siklus
satu dan siklus dua. Tujuan uji coba terbatas adalah untuk memperoleh
deskripsi penerapan model, kebermaknaan/kelayakan model dan perbaikan
model. Kekurangan-kekurangan pada siklus satu dapat diperbaiki pada siklus
dua. Pada uji coba terbatas yang diamati lebih difokuskan pada proses.
Setelah implementasi siklus dua dievaluasi, kemudian dilakukan revisi
dan disempumakan pada uji lebih luas. Pada uji coba lebih luas, penilaian
dilakukan melalui penilaian awal dan penilaian akhir. Hal ini dilakukan untuk
melihat pengaruh model/keberhasilan model. Tujuan uji coba lebih luas adalah
untuk menghasilkan model pembelajaran PAI di SLTP dengan model
pembelajaran kooperatif. Uji coba lebih luas dilaksanakan pada dua SLTP.
Langkah-langkah dalam uji lapangan
1) Studi awal dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi sekolah
tempat uji lapangan terbatas/lebih luas.
2)
Persiapan uji coba dilakukan dengan cara memperkenalkan model
yang akan dikembangkan kepada kepala sekolah dan guru melalui
penyampaian informasi, diskusi, serta kolaborasi.
60
3) Pembagian tugas kepada kepala sekolah dan guru yang akan dilibatkan
dalam uji lapangan.
4) Implementasi uji lapangan.
Pelaksanaannya dilakukan melalui
kegiatan:
a) Penyusunan rancangan pembelajaran secara kolaboratif dalam
bentuk rencana pembelajaran disusun oleh peneliti dan guru
termasuk penyiapan media yang dibutuhkan, penetapan kegiatan
siswa, pengorganisasian kelas, dan penetapan evaluasi.
b) Implementasi pembelajaran di kelas yang dilaksanakan oleh guru
dan peneliti bertindak sebagai observasi partisipan.
c) Evaluasi terhadap rancangan dan implementasi.
d) Revisi dan penyempurnaan model sehingga menjadi model final.
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SLTP yang ada di Kabupaten Bandung,
dibatasi pada SLTP Negeri 2 Cililin, SLTP Darul Falah Cihampelas, SLTP
Ummul
Quro Rongga.
Ada
beberapa alasan
yang dijadikan bahan
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini. Pertama, SLTP Negeri 2 Cililin
merupakan SLTP inti di wilayah Kabupaten Bandung Bagian Barat Utara,
Kedua, SLTP Darul Falah dan SLTP Ummul Quro merupakan SLTP Plus
Keagamaan yang bernaung di bawah pondok pesantren. Ketiga, ketiga SLTP
ini mewakili kualifikasi baik, sedang dan kurang. Keempat, Ketiga SLTP ini
61
memiliki jumlah siswa yang cukup banyak. Kelima, demi kemudahan dalam
perizinan dan proses penelitian.
Sesuai
dengan
topik
penelitian
yaitu
pengembangan model
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran PAI di SLTP, maka yang akan
menjadi subyek utama dalam penelitian adalah yang akan terlibat dalam
kegiatan belajar, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Selain
para siswa yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan model
pembelajaran, juga guru PAI terutama guru kelas II. Dimana mereka akan
banyak terlibat dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan data
Dalam penelitian ini ada beberapa data atau informasi yang
dikumpulkan terutama yang berkaitan dengan:
1. Data tentang kondisi nyata pembelajaran PAI di SLTP serta unsur-unsur
yang mempengaruhinya yang mencakup jumlah siswa, sarana dan fasilitas
belajar, jumlah dan kualifikasi guru, serta lingkungan belajar.
2. Data tentang kemampuan guru baik kemampuan dalam merancang
pembelajaran model pembelajaran kooperatif maupun kemampuan guru
dalam melaksanakan pembelajaran model kooperatif.
3. Data tentang implementasi model pembelajaran kooperatif yang mencakup
kegiatan belajar siswa, pengorganisasian kelas, metode yang digunakan,
model dan teknologi yang digunakan serta evaluasi.
62
Sesuai dengan pendekatan, penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah
observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. Observasi yang
digunakan adalah observasi partisipatif. Dalam penelitian ini peneliti bertindak
sebagai observer partisipatif sebagaimana yang dikemukakan oleh Goodman
(1990:56), yaitu "in participant observation, the researcher participates directly
with the people he or she is studying in the activities in which they are
engaged". Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar, pengolahan data
dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Windows versi 11.5.
Peneliti dalam hal ini berpartisipasi langsung dengan orang-orang,
dimana mereka sedang melaksanakan kegiatan tersebut. Peneliti tidak hanya
semata-mata berpartisipasi melakukan aktivitas dalam merancang dan
mengimplementasikan program sejauh tidak mengganggu tugas guru. Melalui
partisipasi peneliti dapat mengamati dan mencatat secara cermat tentang apa
yang terjadi pada saat implementasi. Untuk melengkapi data, digunakan juga
wawancara baik terhadap guru, kepala sekolah, dan para siswa.
2.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data,
maka
selanjutnya
menggunakan:
dilakukan
pengolahan
dan
analisis
data
dengan
63
1) Analisis rasional (induktif dan deduktif).
2) Analisis statistika dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Windows versi 11.5, yang digunakan untuk menganalisis data tentang skor
hasil belajar siswa dan perbedaan hasil belajar sebelum menggunakan
model dengan sesudah menggunakan model.
Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan selama proses
penelitian berlangsung (tahap perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi).
Prosedur yang dilakukan dalam analisis data ini meliputi analisis data, refleksi
dan tindakan.
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan di tiga SLTP wilayah Kabupaten
Bandung, yaitu SLTPN 2 Cililin (uji coba terbatas), SLTP Daml Falah dan
SLTP Ummul Quro (uji coba lebih luas).
A. Kesimpulan
Pembelajaran kooperatif mempakan suatu model pembelajaran yang
menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar yang berbentuk
kelompok kecil, mempelajari materi pelajaran dan memecahkan masalah
secara
kolektif.
Model
pembelajaran ini
menganut prinsip
saling
ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka,
komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses secara kelompok.
Dari hasil uji coba yang dilaksanakan, diketahui bahwa kemampuan
gum dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, secara umum ada
peningkatan aktivitas dan kreativitas mengajar, baik dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang meliputi pendahuluan,
pelaksanaan, evaluasi, penggunaan media dan sumber pelajaran.
Walaupun demikian, masih nampak kekurangan temtama dalam
memposisikan siswa benar-benar sebagai subyek belajar {student centered).
167
168
Dalam hal penggunaan media pembelajaran, gum diharapkan lebih kreatif, dan
tidak hanya memokuskan pada lembar kerja siswa saja.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif terlihat adanya pengamh yang cukup signifikan terhadap hasil
belajar siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Pembelajaran
kooperatif berdampak pada motivasi siswa dalam belajar, semangat untuk
menemukan, sikap demokratis, berfikir kritis dan logis serta kemampuan
menggalang kerjasama yang dapat diaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.
Hasil belajar siswa, dengan membandingkan hasil pretes dan postes
temyata perbedaannya signifikan pada setiap uji coba. Begitu pula rata-rata
hasil belajar siswa setiap uji coba terns mengalami kenaikan. Di samping itu,
kreativitas dan performansi gum menunjukkan perbaikan yang berarti baik
dalam
menyusun
perencanaan,
penggunaan
teknologi
pembelajaran,
pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan gum, lembar observasi pada saat
proses pembelajaran dan hasil angket pada guru dan siswa, temyata model ini
baik dan cukup diminati siswa. Gum dan siswa pada umunya sangat respek
terhadap
model
pembelajaran
kooperatif
Dengan
demikian
model
pembelajaran kooperatif dapat dijadikan salah satu altematif pendekatan yang
cocok untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLTP.
169
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka
dapat
dikemukakan
beberapa
rekomendasi
dalam
penerapan
model
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Rekomendasi untuk gum
Untuk menerapkan model kooperatif gum perlu memperoleh pelatihan
khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, karena rancangan
pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan model dalam
pembelajaran secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.
Gum diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai
perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai
model dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran kooperatif
menghamskan adanya berbagai altematif kegiatan belajar, sehingga peran
gum dalam proses pembelajaran pun akan selalu bembah sesuai dengan
jenis dan karakteristik materi pembelajaran Untuk meningkatkan peran
gum sebagaimana yang dituntut, maka gum sebaiknya terns bemsaha
*vt a« rtQin Kn «