Pergeseran paradigma etika pembelajaran dalam perspektif sejarah pendidikan Islam klasik (650-125 M) dan modern (1800-sekarang): studi di Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang.

PERGESERAN PARADIGMA ETIKA PEMBELAJARAN
(Perspektif Sejarah Pendidikan Islam Periode Klasik (650-1250)
dan Modern (1800-sekarang) : studi di Madrasah Mua@llimin
Hasyim Asy’a@ri Pesantren Tebuireng Jombang)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Islam

Oleh:
ZAINI
NIM: FO. 32.14.041

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM
..........................................................................................................................

...i
PERNYATAAN KEASLIAN
..........................................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
..........................................................................................................................
iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
..........................................................................................................................
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
..........................................................................................................................
MOTTO
..........................................................................................................................
iv
ABSTRAK
..........................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ATAU UCAPAN TERIMAKASIH
..........................................................................................................................

vi
DAFTAR ISI
..........................................................................................................................
viii

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

: PENDAHULUAN

..1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah..............................................10
C. Rumusan Masalah....................................................................11
D. Tujuan Penelitian......................................................................12
E. Manfaat Penelitian....................................................................12
F. Penelitian Terdahulu.................................................................13

G. Sistematika Pembahasan...........................................................17
BAB II

: KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Etika Pembelajaran ...........................……......……19
1. Pengertian Paradigma ...........................………………………19
2. Pengertian Etika...........................……………………………..19
3. Ruang Lingkup Etika dan Macam-macamnya ……………….23
4. Pengertian Pembelajaran...............…………………………….28
5. Pengertian Etika Pembelajaran ………………………………..37
B. Etika Pembelajaran Periode Islam Klasik (650-125 M)
1. Etika Belajar Mengajar Menurut al-Ghazali ………………… ……..51
2. Etika belajar dengan guru ………………… ………….……………………..55
3. Etika belajar ketika memilih pelajaran ………………… ……………..56
4. Etika belajar siswa ketika memilih teman belajar ……………....58
5. Etika Guru dalam Mengajar ………………… ………………… ………….60

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


C. Paradigma Etika Pembelajaran Periode pendidikan Islam Modern
(1800-Sekarang)
1. Etiak Murid dalam belajar ………………… ……………………...……….63
2. Etika seorang murid terhadap guru ………………… .………………...63
3. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru ………………… …………………..66
4. Etika guru dalam mengajar ………………… ………………………………67
5. Etika guru bersama murid ………………… ………………………………..68
6. Etika Terhadap Buku ……………………………………………………..….69
BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis penelitian ...…………………………………....73
B. Kehadiran Peneliti ...………………………………………………….......76
C. Lokasi Penelitian ...……………………………………………………….......76
D. Sumber Data ……......…………………………………………………..........78
E. Instrumen

Penelitian……………………………...


……………....78
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..78
G. Teknik Analisis Data ………………………………………………..80
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data …………………………...81
BAB IV

: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data .................……………………....................... 84
1. Paradigma Etika Pembelajaran Pendidikan Islam Periode
Klasik ....…………………….....................................................84
2. Paradigma Etika Pemebelajaran Pendidikan Islam Periode
Modern ..…………………….................................................. 91
B. Analisis Data ..……………………...........................................99
iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Pergeseran

Paradigma


Etika

Pembelajaran

Perspektif

pendidikan Islam Periode Klasik dan Modern ……………....99
2. Implementasi Etika Pembelajaran di Madrasah Mu’allimin
Pesantren Tebuireng Jombang ……………..............................107
BAB V

: PENUTUP
A. Kesimpulan ..……………………...........................................126
B. Saran ..…………………….....................................................130

DAFTAR USTAKA………………………………………………………….....131
Lampiran-Lampiran

iv


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

TRANSLITERASI

Arab Indonesia

Arab Indonesia

Arab Indonesia

‫ا‬

=

,

‫ر‬

=


R

‫غغ‬

=

Gh

‫بب‬

=

b

‫غر‬

=

Z


‫غف‬

=

F

‫تب‬

=

t

‫س‬

=

S

‫قق‬


=

Q

‫ثب‬

=

th

‫شس‬

=

Sh

‫ك‬

=


K

‫جج‬

=

j

‫ص‬

=

s{

‫ل‬

=

L

‫ج‬

=

h}

‫ص‬

=

d{

‫م‬

=

M

‫غج‬

=

kh

‫ط‬

=

t}

‫غن‬

=

N

‫د‬

=

d

‫غط‬

=

z}

‫و‬

=

W

‫ﺬ‬

=

dh

‫غ‬

=



‫ﻩ‬

=

H

‫يي‬

=

Y

Keterangan :
1. Untuk menyatakan huruf panjang (madd) dengan menulis coretan horizontal
di atas huruf a>, i>,u>, ( ‫ ي‬,‫ و‬,‫ )ا‬seperti wa>qif, hadi>th, mawqu>f.
2. Bunyi huruf rangkap (dhiphtong) Arab ditransliterasi dengan menggabubgkan
dua huruf ay atau aw, seperti alayh atau al-Zuhayl. Bunyi hidup (vocalization
atau harakah) huruf akhir tidak dinyatakan dalam transliterasi. Transliterasi
hanya berlaku pada huruf konsonan akhir (consonant letter) tersebut.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, ungkapan atau kalimat yang ditulis
dalam transliterasi Arab Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang
berlaku dalam tulisan Latin. Huruf awal (initial letter) untuk nama diri,
tempat, judul, buku, lembaga, dan yang lain ditulis dengan huruf besar.
4. Kata Arab yang diakhiri dengan huruf ya>’ mushaddadah ditransliterasi
dengan i. jika ya> mushaddadah terletak pada akhir sebuah kata diikuti
dengan ta’marbutah, maka transliterasinya adalah iliki>yah,
sedangkan ya>’ mushaddadah yang terletak di tengah sebuah kata
ditransliterasikan dengan yy, seperti Ibn Qayyim
5. Jika kata yang diakhiri dengan ta>’marbu>t}ah berfungsi sebagai s}ifa>h
(modifer) atau sebuah id}a>fah (genitive), digunakan kaidah gramatika Arab
sebagai berikut:
Jika yang diakhiri dengan t}a>’marbu>t}ah berfungsi

a.

sebagai sifah, maka t}a>’marbu>t}ah ditransliterasikan dengan ah, seperti
al-s}ahifah al-s}a>diqah.
Jika kata dengan t}a>’marbu>t}ah berfungsi sebagai

b.

mudaf, maka t}a>’marbu>t}ah ditransliterasikan dengan at, seperti
riwa>yat al-H}adi>th. Sedangkan jika t}a>’marbu>t}ah berfungsi
sebagai mud}a>f ilayh ditransliterasikan dengan ah, seperti ‘ilm alriwa>yah.
6. Hamzah (‫ )ﺀ‬yang terdapat di permulaan kata tidak disalin dengan huruf lain
seperti us}u>l. ‘Ain ( ‫ ) ع‬ditulis dengan tanda apostrop (‘) jika terdapat di
tengah atau di akhir kata seperti ta’l>im.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Zaini (F03214041), Pergeseran Paradigma Etika Pembelajaran dalam Perspektif
Seajarah Pendidikan islam Klasik (650-125 M) dan Modern (1800-sekarang)
Studi di Madrasah Mu’a@llimin Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang.
Tesis: Konsentrasi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Uin Sunan
Ampel Surabaya. Nur Fitriatin, ME.d., Ph.D.
Kata Kunci : Pergeseran Paradigma, Etika Pembelajaran.
Penelitian ini dilatar belakangi adanya pergeseran paradigma etika
pembelajaran dari masa pendidikan islam klasik dan modern. Ada 3 fokus
penelitian yang akan diteliti dalam tesis ini, 1) Pergeseran etika pembelajaran
dalam sejarah islam periode klasik dan modern. 2) Implementasi etika
pembelajaran di Madrasah Muallimin Hasyim Asyari (MMHA) Pesantren
Tebuireng Jombang, 3) Pola pergeseran paradigma etika pembelajaran dan
implementasinya di MMHA.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif
dengan pendekatan penelitian studi kasus. Sedang filosofis kualitatif yang di
gunakan adalah filosofis fenomenologis yaitu suatu pendekatan yang berpendapat
bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena
atau gejala yang memancar dari obyek yang diteliti. Dengan teknik pengumpulan
data wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan teknik analisa data
deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa terjadi pergeseran etika pembelajaran dalam periode pendidikan islam
klasik dan modern pada penempatan posisi murid dan guru yang mempunyai
kesempatan yang sama tidak lebih rendah murid atau sebaliknya, misal pemikiran
al-Ghazal i yang hanya mengharuskan murid tawadhu’ pada guru seperti pasien
pada dokternya, pada pendidikan islam periode modern (KH hasyim asyari)
seorang guru juga harus tawadhu’, lebih menghormati potensi, memberikan
kesempatan pada murid untuk mengexplore diri dan guru juga merendah diri
pada murid. Implementasi etika pembelajaran di MMHA pesantren tebuireng
yaitu mengimplementasikan etika pembelajaran yang ada dalam kitab adabul
Alim wa al -Muta’alim, yaitu penerapan etika murid kepada guru atau sebaliknya
etika guru kepada murid, namun dalam pelaksanaannya terdapat pergeseran
paradigma yaitu dalam hal pemilihan mata pelajaran dan guru, disana langsung
ditentukan oleh guru, dan murid mengikutinya.
Pola pergeseran paradigma etika pembelajaran yang diimplementasikan di
MMHA yaitu dengan cara adanya regulasi dari pihak pengurus/ustadz misalnya
etika dalam berolahraga harus sportif, tidak boleh salaing mencela dan harus
menjaga nama baik al-mamater.

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRACT
ABSTRAK
Zaini
Zaini(F03214041),
(F03214041),Pergeseran
Paradigm Paradigma
Shift Learning
Etika Ethics
Pembelajaran
in Perspective
dalam Perspektif
Seajarah
Seajarah
Education Pendidikan
Classical Islam
islam(650-125
Klasik (650-125
AD) and M)
Modern
dan Modern
(1800-present)
(1800-sekarang)
Studies in
Studi
di Madrasah
Pesantren
Tebuireng
Jombang.
Madrasah
Mu'a @ Mu’a@llimin
llimin HasyimHasyim
Asy'ari Asy’ari
Pesantren
Tebuireng
Jombang.
Thesis:
Tesis:Concentration
Konsentrasi of
Pendidikan
Agama Islam
Program
Pascasarjana
The
Islamic Religious
Education
Graduate
Program Uin
Uin Sunan
Fitriatin, ME.d.,
ME.d., Ph.D.
Ph.D.
Ampel Surabaya. Nur Fitriatin,
Keywords: Paradigm Shift, Learning Ethics.
This :study
is based
on the paradigm
shift of learning ethics from the
Kata Kunci
Pergeseran
Paradigma,
Etika Pembelajaran.
classicalPenelitian
and modern
Islamic
education.
There
3 focuses ofparadigma
research to
be
ini dilatar belakangi adanyaarepergeseran
etika
examined in this thesis, 1) The shift in learning ethics in the history of Islamic
pembelajaran dari masa pendidikan islam klasik dan modern. Ada 3 fokus
classical and modern periods. 2) Implementation of learning ethics in Madrasah
penelitian
akan
diteliti
dalam tesis
ini, 1)
Pergeseran
etika pembelajaran
Muallimin yang
Hasyim
Asyari
(MMHA)
Pesantren
Tebuireng
Jombang,
3) Pattern of
dalam
sejarah
periode
klasik dan modern.
2) Implementasi etika
paradigm
shift ofislam
learning
and its implementation
in MMHA.
pembelajaran
di Madrasah
Muallimin
Hasyimmethod
Asyari
This research
uses descriptive
qualitative
with(MMHA)
case studyPesantren
research
approach. Jombang,
Medium philosophical
qualitative
in useetika
is pembelajaran
phenomenological
Tebuireng
3) Pola pergeseran
paradigma
dan
philosophy
is
an
approach
that
believes
that
the
truth
something
that
can
be
implementasinya di MMHA.
obtainedPenelitian
by capturing
phenomena or metode
symptoms
that emanate
from the
object
ini menggunakan
kualitatif
yang bersifat
deskriptif
under study. With the technique of in-depth interview data collection, observation,
dengan pendekatan penelitian studi kasus. Sedang filosofis kualitatif yang di
documentation and descriptive qualitative data analysis techniques. Based on the
gunakan
filosofis
fenomenologis
yaitu
suatu
pendekatan
yang is
berpendapat
results ofadalah
research
conducted,
researchers
can
conclude
that there
a shift in
bahwa
kebenaran
sesuatu
itu
dapat
diperoleh
dengan
cara
menangkap
fenomena
learning ethics in the period of classical and modern Islamic education on the
atau
gejala of
yang
memancar
dari obyek
yang diteliti.
Dengan
teknik
pengumpulan
placement
student
positions
and teachers
who have
equal
opportunities
not
lowerwawancara
students or mendalam,
vice versa, for
exampledokumentasi
the thought ofdan
al-Ghazal
which only
data
observasi,
teknik ianalisa
data
requires
students
tawadhu
'To
teachers
like
patients
to
their
doctors,
to
moderndeskriptif kualitatif.
day Islamic
education
(KH
hasyim yang
asyari)
a teacherpeneliti
also has
to tawadhu',
more
Berdasarkan
hasil
penelitian
dilakukan,
dapat
menyimpulkan
respect for potential, giving students the opportunity to explore themselves and
bahwa terjadi pergeseran etika pembelajaran dalam periode pendidikan islam
teachers also humble themselves to the pupils. Implementation of learning ethics
klasik
dan pesantren
modern pada
penempatan
posisi murid
dan guru
yang
in MMHA
tebuireng
is implementing
the learning
ethics
thatmempunyai
exist in the
kesempatan
tidak lebih rendah
murid
sebaliknya,
misal pemikiran
book adabulyang
Alimsama
wa al-Muta'alim,
namely
theatau
application
of student
ethics to
al-Ghazal
hanyateacher
mengharuskan
murid
pada guru seperti
pasien
teachers ori yang
vice versa
to students,
buttawadhu’
in the implementation
there
is a
paradigm
shift
that
is
in
terms
of
subject
selection
and
Teachers,
there
is
pada dokternya, pada pendidikan islam periode modern (KH hasyim asyari)
determined
directly
the teacher,
andlebih
students
follow it. potensi, memberikan
seorang
guru
juga by
harus
tawadhu’,
menghormati
The
pattern
of
paradigm
shift
of
learning
in MMHAdiri
is
kesempatan pada murid untuk mengexplore diriethics
dan implemented
guru juga merendah
by way of regulation of the management / ustadz for example ethics in sports
pada murid. Implementasi etika pembelajaran di MMHA pesantren tebuireng
should be sporty, should not salaing reproach and should keep good name alyaitu
mengimplementasikan etika pembelajaran yang ada dalam kitab adabul
mamater.
Alim wa al -Muta’alim, yaitu penerapan etika murid kepada guru atau sebaliknya
etika guru kepada murid, namun dalam pelaksanaannya terdapat pergeseran
paradigma yaitu dalam hal pemilihan mata pelajaran dan guru, disana langsung
ditentukan oleh guru, dan murid mengikutinya.
Pola pergeseran paradigma etika pembelajaran yang diimplementasikan di
MMHA yaitu dengan cara adanya regulasi dari pihak pengurus/ustadz misalnya
etika dalam berolahraga harus sportif, tidak boleh salaing mencela dan harus
menjaga nama baik al-mamater.

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Etika merupakan istilah yang sejak dulu hingga sekarang terus
diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan.
Istilah etika cukup menarik untuk dikaji karena berbicara tentang baik dan
buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan ditinggalkan.1
Etika selalu menghiasi kehidu

pan manusia dalam segala aspek

kehidupannya.2
Etika dalam kenyataanya telah menempatkan dirinya pada posisi yang
paling sering untuk dikaji dan diterapkan dalam kesehariannya. Etika
memberikan kepada manusia orientasi bagaimana menjalankan kehidupannya
agar tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan.3 Etika pada akhirnya
membantu manusia dalam mengambil sebuah tindakan mana dan apa yang
harus dilakukan serta apa yang hendaknya dijauhi.4
Dewasa ini, perkembangan yang amat cepat dalam berbagai aspek
kehidupan, Baik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan,
komuniskasi dan sebagainya yang berdampak kepada pendidikan dan
pembelajaran. Dengan perkembangan tersebut UNESCO menjelaskan bahwa
ada beberapa tantangan kontroversial yang harus dihadapi dengan cara
menyeimbangkan berbagai tekanan, di antaranya tuntutan global dengan lokal,

1

Marzuki, Etika dan Moral dalam Pembejalaran (Jurnal FIS: Universitas Negeri Yogyakarta, ),1.
Ibid,. 1.
3
Abu Ahmad, Nur Uhbiyatti, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), 47.
4
Ibid,. 47.
2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tradisional dengan modern, tuntutan spritual dengan kebutuhan modern, antara
tuntutan spritual dengan kebutuhan material. 5
Suyono mengungkapkan adanya beberapa tantangan kontroversial yang
bersifat universal tersebut harus dihadapi secara universal pula. Untuk
menghadapi perkembangan ilmu-ilmu tersebut, menurut Warli etika semakin
dituntut peranannya terutama penanaman nilai-nilai etika pembelajaran di
sekolah.6
Etika dalam pembelajaran sangat penting untuk dijunjung tinggi dan
diterapkan, karena etika memberikan batasan mana yang baik atau buruk.
boleh atau tidak dilakukan oleh siswa atau guru sebagai pendidik. Dalam
pembelajaran di dalamnya ada siswa sebagai orang yang bertujuan
mendapatkan ilmu dan seorang guru sebagai pentransfer ilmu, jika tidak
menjunjung nilai-nilai etika maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
diperoleh kecuali kalimat-kalimatnya saja. Hal ini seperti yang dikatakan anNawawi bahwa:
“saat kami mempelajari ilmu bukan karena Allah SWT, ilmu itu enggan
menghampiri kami sehingga kami pun tidak dapat meninyingkap
hakekatnya, sebab ilmu sendiri hanya menghampiri seorang yang
mempelajarinya hanya karena Allah SWT. Akibatnya, yang kami
peroleh hanya informasi dan kalimat-kalimatnya saja.”7
Dengan pernyataan tersebut betapa pentingnya etika dalam
pembelajaran misalnya siswa belajar mencari ilmu harus berniat karena Allah,
5

Suyono dan Harianto, Belajar dan Pembelajaran ; Teori dan Konsep Dasar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 29.
6
Warli
Jamhari,
Etika
Pembelajaran
Menurut
Az-Zarnuji;
dalam
http://warlijamhari.blogspot.co.id/2009/01/etika-pembelajaran-menurut-az-zarnuji.html
13
Oktober 2016.
7
An-Nawawi, at-Tibyan fi Adab Hamlat Al-Qur’an (1/23) Adzahabi, syiar alA’lam anNubala(7/152) dalam, Imam AL-Gha@zali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddi@n (Jakarta: SAHARA
Publishers, 2015,), 47.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

sehingga niat tersebut menentukan diperoleh atau tidaknya hakekat tujuan dari
pembelajarannya. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa
dengan guru dan dengan bahan ajar, interaksi pembelajaran yang aktif dan
komunikatif ini harus menjunjung tinggi nilai etika,

8

dengan alasan karena

guru memiliki kedudukan yang istimewa bagi semua orang yang berada dalam
proses pendidikan.9
Guru menjadi figur sentral yang mempengaruhi karakter siswa dalam
melakukan proses pembelajaran yang berkarakter. Bahkan sekolah atau
lembaga pendidikan yang masih terbatas sarana dan prasarananya, guru yang
menjadi ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran. Guru berperan
sebagai sumber ilmu atau sumber belajar bagi siswanya. Siswa akan belajar
dari apa yang diberikan oleh gurunya. Di sinilah guru harus berhati-hati dalam
bertutur kata dan berperilaku, sebab semuanya akan ditiru oleh siswanya.10
Ironisnya guru yang seharusnya memberikan kasih sayang dan teladan
yang baik, dewasa ini terjadi berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut
justru datang dari seorang guru. Seperti yang dijelaskan Edi Haryanto dalam
penelitiannya, bahwa pada tahun 1997 disalah satu SDN Pati, seorang ibu guru
kelas IV menghukum murid-muridnya yang tidak mengerjakan PR dengan
menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan anak didiknya.11 Di Surabaya
seorang guru olahraga menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah

8

Marzuki, Etika dan Moral dalam Pembelajaran (Yokyakarta: Jurnal PKn FIS UNY, 2013), 11.
Ibid., 10.
10
Ibid, 12.
11
Herinsilviana, Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan – Analisis Sosiologi Pendidikan”, dalam
https://herinselvianasite.wordpress.com/2014/05/08/kekerasan-dalam-dunia-pendidikan-analisissosiologi-pendidikan-sosiologi-pendidikan/ (18 April 2017), 1.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dengan menghukum berlari beberapa kali putaran, tetapi karena fisiknya yang
lemah, siswa yang dihukum tersebut akhirnya meninggal. 12 Di Yokyakarta pada
22 April 2002, ketika diadakan peringatan hari Kartini di salah satu SMUN,
seorang siswa karena tidak berbusana kartinian13 ditelanjangi di hadapan rekanrekannya sehingga tinggal memakai celana dalamnya saja.14 Di SDN 4
Sawahan Tanjung Karang Timur guru dipolisikan karena menampar 11
siswanya.15Ada juga kasus guru yang menempeleng anak didiknya, guru
mogok mengajar dan kasus lainnya.
Kasus -kasus semacam itu cendrung terus meningkat dan masih sering
terjadi sampai pertengahan akhir tahun 2016 sekarang ini, misalnya kasus guru
SMPN Raden Rahmat Balong Bendo selasa 28 Juni 2016

disidang ke

pengadilan Negeri Sidoarjo karena mencubit siswanya lantaran tidak mengikuti
sholat Dhuha yang merupakan kegiatan sekolah.16 Jika seorang guru dan murid
memperhatikan etika dalam pembelajaran sebenarnya kejadian-kejadian itu
tidak perlu harus terjadi, apalagi kejadian itu terjadi di lingkungan pendidikan
atau sekolah yang sepatutnya cara penyelesaiannya dengan cara yang

12

Edi Hariyanto, Etika Guru dalam Proses Belajar Agama Islam Menurut KH. Hasyim Asy”Ari
dalam Kitab Adabul Alim Wal Mut’aallm (Skripsi: IAIN Wali Songo Semarang, 2011), 5
13
Baju busana ala ibu kartini ia adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia.
Kartini
dikenal
sebagai
pelopor
kebangkitan
perempuan
pribumi,
dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini, (18 April 2017), 1
14
Abd, Rahman Assegaf, Pendidikan tanpa Kekerasan, Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep
(Yokyakarta: Tiara Wacan, 2004), 2.
15
Hariman Kaimuddin, Main Tampar, Guru Ini Dipolisikan 11 Muridnya,
dalam ,
http://fajar.co.id/2016/10/22/main-tampar-guru-ini-dipolisikan-11-muridnya/( 21 Nopember 2016)
16
Berita Sidoarjo, Cubit Siswa, Guru SMP di Sidoarjo Diadili, Simak Perjalanan Kasusnya, dalam,
http://surabaya.tribunnews.com/2016/06/29/cubit-siswa-guru-smp-di-sidoarjo-diadili-simakperjalanan-kasusnya (29 Juni 2016 19), 56.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

edukatif,17 sehingga tidak ada lagi penyelesaian masalah

siswa atau guru

diselesaikan terkesan secara sangat arogan.
Sebenarnya jika dilihat dan dicermati dari semua kasus yang terjadi ini
adalah karena tidak memahami dan mengimplementasikan etika dalam
menuntut ilmu, mereka lupa bahwa mencari ilmu dan mengajarkan ilmu adalah
pekerjaan suci dan mulia. Lebih-lebih lagi apabila yang diajarkan adalah
tentang ilmu agama. Dalam Islam ilmu adalah cahaya Ilahi sehingga harus
ditempuh dengan jalan yang luhur pula dalam mencapainya, baik jalan itu
adalah yang harus ditempuh oleh anak didik maupun oleh guru. Andai saja
kasus–kasus semacam itu terus ada, tentu ilmu manfaat yang menjadi dambaan
setiap pencari ilmu maupun yang mengajarkannya tidak dapat diperoleh
keduanya, malah sebaliknya menjadi ghoiru nafi@’(tidak memberi menfaat).18
Kedudukan etika dalam pembelajaran dipandang sangat penting, karena
etika merupakan pengamalan dari ilmu. Etika juga dipandang sebagai media
efektif penerimaan nu@r Ilahi@ dan sarana mencapai ilmu manfaat. AlZarnuji menyebutkan bahwa setiap maksiat yang dilakukan menjadi salah satu
penyebab sulitnya ilmu masuk dalam hati seseorang dan dari tercapainya ilmu
manfaat. Karena ilmu pada dasarnya adalah nu@r yang ditancapkan Allah
kedalam hati, sedang maksiat justru memadamkan cahaya itu.19

17

Edi Hariyanto, Etika Guru dalam Proses Belajar Agama Islam Menurut KH. Hasyim Asy”Ari
dalam Kitab Adabul Alim Wal Mut’aallm (Thesis: IAIN Wali Songo Semarang, 2011), 6.
18
Ibid., 7.
19
Syekh Al-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim (Semarang: Pustaka Alawiyah, t.t.), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Etika pembelajaran secara harfiah berarti sumber Etik. 20 Etik artinya tata
susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam
mengerjakan suatu pekerjaan, jadi etika pembelajaran diartikan sebagai aturan
tata susila dalam proses belajar mengajar. 21Dengan pemahaman bahwa
kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan-santun dan ke adaban. Hal ini
selaras dengan pendapat yang mengatakan bahwa etika pembelajaran adalah
kaidah-kaidah moral, norma atau aturan tata susila yang mendasari perilaku
dalam melaksanakan pembelajaran dan

membicarakan kaidah moral

bagaimana teknik dan teknologi yang diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran.22
Etika pembelajaran paling tidak terdapat tiga paradigma menurut
pandangan Islam. Pertama, paradigma Integratif yaitu: antara etika
pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam dijadikan satu kesatuan
yang terintegrasi untuk menanamkan nilai-nilai etika yang terdapat dalam
ajaran Islam. Kedua paradigma simbiotik, yang memandang bahwa etika
pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam berhubungan timbal balik
dan saling memerlukan. Ketiga paradigma instrumental, yaitu bahwa etika
pembelajaran merupakan instrumen atau alat bagi pengembangan pendidikan
Islam dan realisasi nilai-nilai Islam.23

20

Sardiman A.M., Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta, Raja Grafindo Perkasa,
1996), 149.
21
Ibid,. 149.
22
Ibid, 149.
23
M. Din. Syamsudin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Logos
wacana Ilmu, 2002), 44.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Paradigma etika pembelajaran yang mengemuka dalam pendidikan
Islam di Indonesia adalah paradigma etika pembelajaran yang integratif, hal
ini terjadi antara tahun 2002 -2013, sehingga memunculkan kurikulum 2013
yang menegedepankan keintegrasian dalam beberapa materi pemebelajaran. 24
yakni, penekanan nilai keagamaan yang tidak hanya terpaku pada khusus
mata pelajaran PAI, tetapi juga terintegrasi pada seluruh mata pelajaran yang
diajarkan.25
Etika pembelajaran memposisikan diri sebagai sebuah konsep yang
membicarakan tentang tindakan dan perbuatan aktor dalam proses belajar
mengajar, baik objek yakni para murid dan guru sebagai subjek. Pada
dasarnya pengkajian etika pembelajaran telah dilakukan oleh para pemikir
yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, secara teoritis maupun praktis.
Dalam sejarah pendidikan Islam kajian megenai etika pemebelajaran
mendapat perhatian yang serius, keseriusan tersebut ditunjukkan dengan
banyaknya dilahirkan konsep-konsep yang berkaitan dengan etika dalam
pembelajaran. Namun demikian, pengkajian tema etika pembelajaran akan
terus berkembang sebagaimana berkembangnya disiplin keilmuan yang
bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Pada
pembelajaran

periode Islam klasik (650-1250 M), konsep tentang etika
pada

zaman

ini

dipopulerkan

oleh Al-Ghazali

yang

menekankan bahwa dalam pembelajaran seorang murid harus tawadhu’
sepenuhnya kepada guru sebagaimana pasien harus mengikuti apa kata
24

Mohammad Nuh, “Kurikulum 2013”, Kompas (7 Maret 2013), 1.
Ibid., 1.

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dokternya, dan menyerahkan seluruhnya kepada guru dengan menaruh
keyakinan penuh terhadap segala hal yang dihasilkannya. 26Al-Ghazali
menjelaskan bahwa apapun yang disarankan oleh sang guru kepada murid,
murid harus tunduk dengan mengesampingkan pendapat pribadinya, karena
kesalahan gurunya adalah lebih bermanfaat baginya dari pada putusannya
sendiri.27 Hal ini juga diamini oleh Az-Zarnuji, bahwa seorang murid harus
menyerahkan urusannya kepada sang guru, karena guru dianggap lebih tahu
dari pada muridnya.
Az-Zarnuji menjelaskan hendaknya seorang murid tidak memilih
sendiri satu bidang ilmu tetapi menyerahkan urusannya kepada sang guru,
karena guru lebih berpengalaman dari hal ini dan ia lebih mengetahui apa
yang paling tepat untuk setiap murid dan apa yang sesuai dengan tabi’at
murid itu, hal ini Az-Zarnuji menjelaskan karena dalam rangka menghormati
seorang guru yang merupakan syarat mendapat ilmu yang bermenfaat.28
Bahkan ia mengutip perkataan Imam Ali Karromallahu@ Wajhah, bahwa
“aku adalah hamba sahaya bagi orang yang pernah mengajarkan satu hruf
kepadaku, kalau mau ia boleh jual, ia boleh membebaskan atau tetap
memperbudakku.”29
Hal ini menunjukan bahwa pada periode Islam klasik betapa tingginya
penghormatan seorang murid terhadap guru sehingga menjadikan dirinya
26

Abu Muhammad Iqbal, Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Madiun; Jaya Star
Nine, 2013), 91.
27
Amin Abdullah, Al GhazalidanKhant: FilsafatEtika Islam, Penerjemah. Hamzah (Bandung:
Mizan, 2002),82.
28
Imam Burhanul Islam Az-zarnuji, EtikaMenuntut Ilmu terj, Ta’limulMuta’alim (Surabaya: AlMiftah, 2012), 70.
29
Ibid., 70.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

sebagai budak bahkan boleh dijual jika sang guru mau, demikian itu
merupakan implementasi etika seorang murid terhadap gurunya dalam proses
pembelajaran atau mencari ilmu. Hal ini berbeda dengan konsep etika
pembelajaran Syaihk Hasyim Asy’ari (1287 -1366 H) yang termasuk tokoh
pendidikan islam periode modern (1800 M -sekarang), Hasyim Asy’ari
memposisikan seorang murid sama seperti kedudukan sang guru, yaitu murid
juga

harus dihormati

dan ditawadhu’i, sebagaimana ia mengatakan

“meskipun berstatus sebagai guru yang berhak dihormati oleh muridmuridnya, hendaknya ia tetap bersikap tawadhu’(rendah hati) terhadap
mereka,30 sehingga menurut Say’roni hal ini terjadi yang namanya relasi
kesederajatan (equality). Sebagai dampaknya, bukan saja murid yang dituntut
untuk beretika, akan tetapi guru harus mematuhi etika sehingga balancing
antara keduanaya.31
Pada uraian di atas, mengisyaratkan adanya pergeseran paradigma etika
pembelajaran antara periode pendidikan islam klasik yang dikonsep oleh AlGhazali dan Az-zarnuji dan periode pendidikan Islam modern yang
dicetuskan oleh Hasyim Asyari, meskipun dari tiga tokoh tersebut sama-sama
dari tokoh pendidikan Islam. Dengan demikian, menarik sekali untuk
diadakan

penelitian

dengan

judul

“Pergeseran

Paradigma

Etika

Pembelajaran Perspektif Sejarah Pendidikan Islam Periode Klasik (650-

30

KH. Hasyim Asyari, Adabul Alim Wal Muta’allim (Jombang: Maktabah Turats alIslami, 1413 H), 93.
31
Sya’roni, Model ralasi ideal Guru dan Murid, telaah atas pemikiran al-Zarnuji dan KH. Hasyim
Asy’ari (Yogyakarta Teras, 2007), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

1250 m)dan Modern (1800-sekarang) Studi Kasus di Madrasah Muallimin
Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dewasa ini tengah terjadi banyak perubahan paradigma dalam bidang
pendidikan, yaitu suatu cara pandang yang mendasari berbagai komponen
pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, peran dan
fungsi guru, pengelolaan dan berbagai komponen pendidikan lainnya.32
Penelitian ini hanya akan menguraikan bagaimana pergeseran paradigma
pembelajaran dalam perspektif sejarah pendidikan Islam periode klasik (6501250 m) dan Modern (1800-sekarang), dan implementasinya di Madrasah
Muallimin Hasyim Asyari Tebuireng Jombang. Dalam hal ini penulis merujuk
pada pemikiran Al-Ghazali karena ia merupakan tokoh pendidikan Islam
generasi klasik yang paling berpengaruh dalam sejarah intlektualatis dalam
pesantren-pesantren di Indonesia.33 Sedangkan perspektif pendidikan Islam
periode modern penulis merujuk pada pemikiran KH.Hasyim Asy’ari karena ia
adalah tokoh pendidikan Islam generasi modern dan merupakan generasi awal
yang mengembangkan sistem pendidikan pesantren, terutama di Jawa.34 Tempat
penelitian ini berlokasi di Pesantren Tebuireng Jombang, sebuah pesantren
yang mengalami dinamika kelembagaan dari sistem salaf murni dan
perkembangan selanjutnya memadukan sistem salaf dan sistem modern. 35 Di

32

Abudin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat (Jakarta; Rajawali Pers, 2013), 217.
GhoziMubarok,Al-Ghazali: ReputasidanPengaruhnya di Pesantren (Sumenep: Jurnal Of Islamic
Studies, IDIA, Vol 1, No 1, 2016), 1.
34
A. Mujib, Dkk. Entelektualisme Pesantren (Jakarta: PT. Diva Pustaka,2004), 319.
35
KH. Salahuddin, dalam buku Mardiayah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya
Organisasi (Malang: Aditiya Media Publising, 2013), 97.
33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

samping itu, Pesantren ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari 36 yang
merupakan pusat pergerakan untuk memajukan Islam dan Indonesia. 37 Oleh
karena itu, arena Pondok Pesantren Tebuireng memiliki unit pendidikan yang
banyak seperti SMP/SMA A.Wahid Hasyim Ma’had Ali, Madrasah Muallimin
Hasyim Asy’ari, maka penelitian ini hanya akan menfokuskan di Madrasah
Muallimin Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang karena Madrasah ini
merupakan

unit

lembaga

di

lingkungan

Pesantren

Tebuireng

yang

mempertahankan kearifan lokal dan sistem kesalafannya.
C. Rumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang masalah sebagaimana dipaparkan di atas,
maka secara general persoalan penelitian (research program) ini ingin
mengungkap pergeseran paradigma etika pembelajaran yang dikonsep oleh tokoh
pendidikan Islam periode klasik dan modern serta implentasinya di Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang.
Mengingat luasnya masalah yang dikaji dalam penelitian ini, penulis
membatasi permasalahan penelitian (research problems) ini dengan merumuskan
masalah penelitian (research questions) sebagai berikut :
1. Bagaimana pergeseran paradigma etika pembelajaran dari pendidikan Iislam

periode klasik dan modern?
2. Bagaimana implementasi etika pembelajaran di Madrasah Muallimin

Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang?
36

Salahuddin Mayeli, KH. HasyimAsy’ariPembaharuPemikiran Islam Indonesia, dalam,
https://youchenkymayeli.blogspot.co.id/2012/10/kh-hasyim-asyari-intelektual-indonesia.html
(diakses 7 Januari 2017), 1.
37
Sambutan KH. Salahudin Wahid, malam peringatan Haul Gusdur tabggal 7 Januari 2017.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

3. Bagaimana pola pergeseran paradigma dan implementasi etika pembelajaran

di Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng Jombang?
D. Tujuan Penelitian

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

menganalisis,

memahami,

dan

mendiskripsikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pergeseran paradigma etika pembelajaran dalam pendidikan Islam periode

klasik dan modern
2. Implementasi etika pembelajaran di Madrasah Muallimin Hasyim Asy’ari

Pesantren Tebuireng Jombang
3. Pola pergeseran paradigma etika pembelajaran ditinjau dari sejarah

pendidikan Islam periode klasik dan modern serta implementasinya di
Madrasah Muallimin Hasyim Asy”ari Pesantren Tebuireng.
E.

Menfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut ini:
1. Secara teoritis :
a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu

pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya
yang berkenaan dengan etika pembelajaran.
b. Memberikan kontribusi pada peneliti lain yang melakukan penelitian

tentang pergeseran paradigma etika pembelajaran dalam pendidikan
Islam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

2. Secara praktis :
a. Memberikan gambaran tentang etika pembelajaran efektif untuk

menciptakan lulusan yang unggul dan berkarakter sehingga menjadi
acuan dan masukan para penyelenggara dan pengelola pesantren
khususnya dan pendidikan pada umumnya dalam membangun
eksistensi sebuah lembaga.
b. Memberikan masukan bagi semua stekholder yang berkecipung dalam

dunia pendidikan akan pentingnya etika dalam pembelajaran untuk
mencetak generasi yang unggul dan berkarakter.
F. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai etika pembelajaran maupun pergeseran
paradigma pembelajaran telah dilakukan, seperti yang akan dijelaskan di
antaranya:
1. Aisyah,38 telah melakukan penelitian tentang “Etika Guru dengan Murid

menurut Pendidikan Agama Islam.” Ia menyimpulkan bahwa etika pendidik
minimal ada tiga macam yaitu pertama, sifat yang terkait dengan dirinya
sendiri, minimal memiliki dua sifat di antaranya sifat-sifat keagamaan
(diniyah), meliputi patuh dan tunduk terhadap syari’ah Allah dalam bentuk
ucapan dan tindakan, dan sifat-sifat yang mulia (akhlaqiyah), seperti
menghias diri (tahalli) dengan memeliharanya, khusus’, rendah hati,
menerima apa adanya, zuhud, memiliki daya dan hasrat yanga kuat dalam
ilmunya. Kedua sifat terhadap peserta didiknya (pendidik dalam bagian ini
38

Aisyah, Etika Guru dengan Murid Menurut Pendidikan Agama Islam Thesis -: STAIN Zawiyah
Cot Kala Langsa,2014). v.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

paling tidak memiliki tiga sifat, yaitu sifat sopan santun (adabiyah), dan
sifat kebapakan (abawiyah), dan yang terpenting sifat kasih sayang. Ketiga
sifat dalam proses belajar mengajar, pendidikan dalam bagian ini paling
tidak mempunyai dua sifat, yaitu sifat memudahkan, menyenangkan, dan
menyelamatkan (muhniyah); dan sifat seni, yaitu seni mengajar yang
menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa bosan.39
2. Echsanudin, telah melakukan penelitian (tesis) dengan judul “ Etika Guru

menurut Ibn Jama’ah dan Relevansinya dengan kompetensi Guru, ia
menyimpulkan pemikiran ibn Jama’ah lebih dipengaruhi dengan aspek
Naqliayah yang bersumber dari al-Qur’a‌n dan Hadi‌ts; bahwa pertama
seorang guru harus memiliki integritas kepribadian yang dianggap mutlak
perlu bagi orang yang berkecipung dalam dunia ilmiah, harus memiliki
aspek kesiapan psikologis dan spritual pendukung keberhasilan dalma karir
ilmiah. Kedua etika guru dalam kegaiatan pengajaran, bahwa guru harus
mempersiapkan diri sebelum mengajar , bagaimana ia menempatkan diri
saat dikelas, memperlakukan murid-muridnya yang berbeda kemampuan,
segala hal yang berkaitan dengan berlangsungnya kelas mempunyai tuntutan
etika. Ketiga guru dalam berinteraksi dengan murid harus saling
menghormati, menyayangi muridnya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa
panduan interaksi guru dan murid dalam koridor pemebelajaran di dalam
kelas dipersepsi

sebagai bagian dari persyaratan keberhasilan kegiatan

ilmiah. Kemudian ia juga menyimpulkan bahw etika guru menurut ibn
jama’ah yang komprehensip tersebut masih sangat relevan dengan
39

Ibid., V.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

kompetensi guru (UU. No. 14.Th. 2005) yang meliputi: Kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, Kompetensi personal, dan kompetensi
sosial.40
3. Ahmad Nabawi,41melakukan penelitian Thesis berjudul “Etika Hubungan

Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Pendidikan Agama Islam
di

SD

Mummadiyah

Demangan

Yogyakarta”,

berdasarkan

hasil

penelitiannya ia menyimpulkan bahwa andalan untuk menumbuhkan etika
antara guru dan murid yakni 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun)
baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran, baik sesama guru
maupun guru dengan siswa atau seluruh komponin yang ada di sekolah, dan
selanjutnya ia menyatakan bahwa SD Muhammadiyah Demangan
merupakan salah satu sekolah yang berbasis islami yang mempunyai etika
hubungan baik antara guru dan siswa yang bisa diambil pelajarannya. Selain
itu ia juga mengungkapkan bahwa kendala pelaksanaan etika hubungan guru
dan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam bahwa kurikulum
yang ada guru kurang mampu untuk mengajarkan ilmunya kepada siswa
karena lebih pada penjelasan kognitif dan terfokus pada RPP yang bersifat
pengetahuan saja. Sehingga muncul kebosanan pada siswa sehingga
pembeljaran kurang efektif.42

40

Echsanudin, Etika Guru menurut Ibn Jama’ah dan Relevansinya dengan kompetensi Guru (Tesis:
Uin Sultan Syarif Kasim Riau, 2011),
41
Ahmad Nabawi, Etika Hubuungan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Pendidikan
Agama Islam di SD Mummadiyah Demangan Yogyakarta (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015),x.
42

Ibid., x.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Dalam konteks rekam penelitian terdahulu, penuli s menemukan
beberapa penelitian yang telah membahas obyek yang akan dibidik. Penulis
akan mengungkapkan persamaan dan perbedaan terkait fokus penelitian yang
sudah ada dengan penelitian yang akan penulis lakukan, sehingga nantinya
terhindar dari kesimpang-siuran, tidak reliabel, tidak valid dan plagiasi.
Pertama, Aisyah meneliti tentang etika guru dengan murid menurut
pendidikan pendidikan agama islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan
filosofis kualitatif yang mendiskripsikan etika guru dalam pendidikan Islam,
yang menghasilkan konsep bahwa

etika pendidikan terbagi tiga macam,

pertama sifat yang terkait dengan dirinya sendiri. Kedua sifat terhadap peserta
didiknya, ketika sifat dalam proses belajar mengajar, Karya ini, menfokuskan
pada pemikiran satu tokoh saja yaitu KH. Hasyim As’ary sehingga belum
diketahui detail perbedaan dan persamaan konsep etika guru dan murid dalam
pendidikan Islam menurut tokoh pendidikan Islam lainnya.
Kedua, Tesis Echsanudin tentang penelitian “Etika Guru menurut Ibnu
Jama’ah dan Relvansinya dengan Kompetensi Guru.” agak mirip dengan
penelitian Aisyah yaitu fokus pada pemikiran etika dari satu tokoh dan
ditambahi dengan relevansinya dengan kompetensi

guru yang ada di

Indonesia yaitu UU. NO. 14. Th 2005.
Ketiga, Thesis Ahmad Nabawi, menggambarkan sebuah sekolahan
model, yang didalamnya terdapat penanaman nilai-nilai etika guru dan murid
baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. yakni 5 S (Senyum,
Salam, Sapa, Sopan dan Santun).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tentunya memiliki
perbedaan meskipun obyek penelitiannya ada persamaannya, penelitian ini
lebih spesifik mengkaji pergeseran paradigma etika pembelajaran meliputi:
perubahan paradigma terhadap cara pandang terhadap guru, siswa, etika
belajar mengajar, sumber belajar, hasil belajar.
G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan alur pembahasan yang mencakup
logika penyusunan dan koherensi antara bagian yang satu dengan
lainnya.43Agar memperoleh gambaran yang sistematis serta komprehensip
dalam penyusunan tesis, maka penulis merincikan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Pendahuluan meliputi; Latar Belakang, fokus masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, Kerangka Teoritik, penelitian terdahulu,
metode penelitian, sistematika pembahasan,
Bab II: Kajian Pustaka : Berisi tentang, etika pembelajaran:konsep etika
pembelajaran; etika belajar mengajar, belajar dan pembelajaran,
Pengajaran, Landasan dan kondisi ideal Pembelajaran, Perubahan
paradigma terhadap guru, siswa, proses belajar mengajar, sumber
belajar, tujuan dan penilaian hasil belajar.
Bab III: Motodologi Penelitian

43

Pascasarjana UIN Sunan Ampel, Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis dan Disertasi
(Surabaya: PPs UIN Sunan Ampel, 2014), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab IV:Pergeseran paradigma etika pembelajaran dalam perspektif pendidikan
Islam

;

pergeseran

paradigma

etika,

pergeseran

paradigma

pemebalajaran dalam perspektif pendidikan islam, Analisis Pergeseran
Paradigma Etika Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam klasikdan
Modern
BAB V: Penutup
Dalam

bab

ini

terakhir

ini

berisikan

kesimpulan,

saran

danimplikasiteoritik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Etika Pembelajaran
1. Pengertian Paradigma

Secara etimologi paradigma berasal dari bahasa Latin “para” dan
“deigma”. “Para” berarti di sisi, di samping dan “deigma” berarti contoh,
pola, model. Sedangkan “deigma” dalam bentuk kata kerja “deiknynai”
dalam

bahasa

aslinya

yakni

Yunani

berarti

menunjukkan

atau

mempertunjukkan sesuatu.1
Menurut Thomas Kuhn pergeseran paradigma adalah perubahan
asumsi dasar atau paradigma dalam sains. Menurutnya, "paradigma adalah
apa yang diyakini oleh anggota komunitas ilmiah.2 Paradigma tidak terbatas
kepada teori yang ada, tetapi juga semua cara pandang dunia dan
implikasinya.3
2. Pengertian Etika

Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat.4 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika
1

Moh. Khuza’i, Kuhn: Pergeseran Paradigma Dan Revolusi Ilmu (Makalah: Filasafat Ilmu, ISID
Gontor Ponorogo, 2013) 3.,

2

" Thomas Kunt, The Essential Tension ( 1977),

3

Thomas
Kuhn,
The
Structure
of
Scientific
Revolutions
(1962)
https://id.wikipedia.org/wiki/Pergeseran_paradigma, (Diakses 30 Oktober 2016).

4

dalam,

Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika (Jakarta: Rajawali Pers, 1980), 13.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

diartikan ilmu pengetahuan tentang asas akhlak (moral).5 Dari pengertian ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda- beda sesuai dengan sudut pandangannya. Ahmad
Amin misalnya mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.6
Selanjutnya Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat
nilai, kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan
merupakan juga pengetahuan tentang nilai-niala itu sendiri.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlaq),

5

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta Balai Pustaka, 1991), 278.

6

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. KH. Farid Ma’ruf, dari judul asli al-akhlaq (Jakarta:
Bulan Bintang, 1983), 3.

7

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1979), 82.

digilib.uinsby.ac

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24