PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG.

(1)

PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN

KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Perbandingan Agama

Oleh: Lailatul Latifah

E02212005

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

PANDANGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT ISLAM

TERHADAP KEBERADAAN PUNDEN DIDESA

BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN

JOMBANG

Skripsi:

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1)

Studi Agama-agama

Oleh:

LAILATUL LATIFAH NIM. E02212005

PRODI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Lailatul latifah, 2016, “Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan

Punden di Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 2) Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?, 3) Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang?.

Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan adalah1) untuk mengetahui keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 2) untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang, 3) untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kesamben Jombang.

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak yang salah pengertian atau salah persepsi, tentang punden di Desa Blimbing. Oleh karena itu penulis membahas tentang pandangan dan

perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, agar tidak menyimpang dari syari’at

Islam.

Penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif yaitu semua data yang terkumpul baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan penelitian dengan melihat fenomena sosial yang dihubungkan dengan pendekatan teori Mircea Eliade.

Hasil penelitian saya pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, menurut Mircea Eliade yaitu bahan yang aslinya biasa-biasa saja menjadi suci (Saklar) adalah di Desa Blimbing ada sebuah pohon beringin besar ketika orang lain melihat hanya pohon beringin, tetapi masyarakat Blimbing sangatlah istimewa atau sangat dihormati karena dari nenek moyang terdahulu yang sudah membersihkan Desa Blimbing sampai menjadi keramat. Ternyata ada dampaknya perilaku kepada masyarakat secara psikologis, dengan cara perilaku masyarakat berbondong-bondong datang untuk berziarah supaya mendapatkan apa yang diinginkan. Sedangkan secara sosial masyarakat banyak ada konflik dengan keberadaan punden tetapi tidak semuanya masyarakat, misal ketika ada acara dipunden orang tidak setuju mengatakan hal seperti itu musyrik. Secara ekonomi masyarakat Blimbing bisa menambah keuangan yang rendah dengan adanya punden banyak pengunjungnya dan disana banyak orang jualan bisa membuat menambah ekonomi masyarakat. Dari sini yang berhubungan dengan jurusan saya adalah tentang keimanan dan keyakinan kita kepada Allah.

Kata Kunci: Punden dan Masyarakat Islam.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah ... 1

b. Rumusan Masalah ... 4

c. Penegasan Judul ... 4

d. Tujuan Penelitian ... 5

e. Manfaat Penelitian ... 6

f. Kerangka Teori ... 9

g. Metode Penelitian ... 10

h. Sumber Data ... 11

i. Analisis Data ... 12

j. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A.Pengertian Punden ... 14

B.Pandangan Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 16

C.Perilaku Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden ... 22

D.Pengertian Masyarakat Islam ... 29

E. Unsur-unsur Masyarakat ... 32

BAB III PENYAJIAN DATA A.Gambaran Umum Obyek Penelitian... 38

1. Kondisi Geografis dan Demografis ... 39

2. Kondisi Sosial Ekonomi ... 42

3. Kondisi Keagamaan ... 43


(9)

C.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden ... 48

1. Sejarah Punden ... 48

2. Keberadaan Punden ... 49

3. Aktifitas Masyarakat Islam terhadap Keberadan Punden ... 50

BAB IV ANALISA DATA A.Keberadaan Punden Di Desa Blimbing ... 55

B.Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap Punden ... 58

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 64

B.Saran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat-istiadat dan kebudayaan yang berbeda-beda, dikarenakan masyarakat terdiri dari berbagai macam suku bangsa termasuk dalam agama banyak aliran yang berkembang. Suatu tujuan historis sebelum islam masuk di Indonesia masyarakat Indonesia telah menganut berbagai macam paham animisme dan dinamisme.1 Dan setiap agama mempunyai faham dan ajaran yang dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Kebudayaan merupakan hasil cipta dan karya manusia yang di dalamnya mengandung suatu nilai.2 Oleh sebab itu peranan manusia sangat dibutuhkan dalam menumbuh kembangkan suatu kebudayaan.

Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah dalam bertindak dan berfikir, sehubungan dengan pengalaman yang fundamental. Dengan demikian dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan individu atau masyarakat. Dikarenakan dari sinilah kehidupan manusia selaku sebagai makhluk sosial bisa berlangsung.3

1

Koentjaningrat,beberapa pokok antropologi social dan rakyat cet.8, (Jakarta,1992)

2Imam Asy’ari,

pengantar sosiologi, (Surabaya. Usaha nasional, 1983), hal,99

3


(11)

2

Kebudayaan adalah kenyataan yang lahir dengan perbuatan manusia dan lanjutan yang bergantung pada perbuatan manusia itu sendiri. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Anfal ayat 53:

َذ ِل

َك

ِب َا

ن

َها

َل

ْم

َي

ُك

ُم

َغ ّ ي

ًر

ِن ا

ْع َم

ًة

َا ْ ن

َع َم

َه

ا

َع َل

َ ق ى

ْو ٍم

َح ت

ُ ي ى

َغ ّ ي

ُر ْو

َم ا

ِب ا

َا ْ ن

ُف

ِس

ِه

ْم

َو َا

ن

َها

َس

ِم ْي

ٌع

َع ِل

ْي ٌم

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak merubah suatu nikmat yang telah dianugrahkan kepada suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang merubah nikmat yang ada pada dirinya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi maha Penyayang. 4

Seperti halnya dengan kepercayaan terhadap Punden dalam keadaan tersebut individu secara psikologis merasakan adanya ketentraman karena dianggap tidak bertentangan dengan nilai yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Oleh sebab itu setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat menolaknya karena mereka menanggap akan menghapus kebiasan yang telah ada.5

Dengan banyaknya hasil kebudayaan maka sampai kini walaupun Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, akan tetapi tradisi, adat-istiadat serta budaya nenek moyang masih berkembang sampai sekarang, padahal perbuatan semacam itu dalam ajaran Islam dianggap perbuatan yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Walaupun zaman sudah modern seperti ini masih banyak manusia yang mempercayai hal-hal tahayul seperti adanya roh-roh nenek moyang yang ada dalam

4

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta:Mushaf Aminah, 1978), 270.

5


(12)

3

sekeliling tempat tinggal kita. Seperti halnya yang terjadi Desa Blimbing Kesamben Jombang. Kepercayaan seperti itu dilakukan oleh orang yang percaya dengan Punden untuk meminta keselamatan dan syukuran. Dan acara seperti ini dilakukan oleh orang yang punya hajatan, seperti punya nadhar ketika cucu laki-laki akan melakukan tahlilan atau tumpengan di Punden.

Pada dasarnya pandangan masyarakat terhadap Punden ini kalau dipandang

dari kaca mata agama, bahwa kepercayaan seperti ini telah keluar dari syari’at Islam,

sebab di dalamnya terdapat suatu kepercayaan yang menganggap bahwa dengan adanya acara ini bisa mempermudah mendapatkan rizki, dan hal ini termasuk perbuatan syirik. Syirik ada dua macam yaitu syirik Jali dan Khofi. Syirik Jali adalah syirik yang berat (besar) mempersekutukan Allah, mendewakan Tuhan selain Allah. Sedangkan Syirik Khofi adalah sirik yang ringan seperti orang yang beribadah bukan karena Allah tetapi ingin dipuji oleh manusia. Padahal musibah, rizki, jodoh, dan kematian itu semua Allah-lah yang menghendakinya.

Pada masyarakat Jawa yang dikenal dengan berbagai tradisi dan adat istiadat yang diperangi oleh peradabaan Hindu Budha. Pada waktu itu dikenal dengan keramat, dan membuat semua masyarakat takut dengan malapetaka yang akan melimpa mereka. Sehingga mereka kadangkala melakukan upacara persembahan, yang dimana diikuti oleh semua masyarakat yang berada didaerah sekitarnya. Disamping itu ada juga kegiatan di Punden seperti penampilan petunjukan wayang, membawa makanan, dan

berdo’a bersama yang dipimpin oleh tokoh agama supaya desanya aman tentram tidak


(13)

4

Memang kepercayaan terhadap ruh leluhur telah diyakini oleh masyarakat primitif sejak dahulu dan dianggap sebagai kepercayaan yang paling tua, bahkan sampai sekarang masih diyakini oleh beberapa masyarakat yang mempercayainya merupakan suatu hal yang logis.

Dengan latar belakang semacam ini maka penulis perlu meneliti lebih jauh tentang tanggapan masyarakat yang percaya dengan Punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang?

2. Bagaimana pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa Blimbing Kesamben Jombang?

3. Bagaimana perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden didesa Blimbing Kesamben Jombang?

C. Penegasan Judul

Dalam penulisan proposal ini, penulis mengambil judul “Pandangan dan Prilaku Masyarakat Islam terhadap Keberadaan Punden di Desa Blimbing Kesamben


(14)

5

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan mengetahui secara kongrit dalam penulisan ini, maka penulis memandang sangat penting dengan adanya penegasan judul. Kata-kata yang perlu ditegaskan antara lain:

Pandangan : hasil perbuatan atau melihat pengetahuan yang meluas dipandang.

Prilaku : tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Masyarakat Islam : Masyarakat yang menganut Agama Islam, yangberasal dari penduduk asli di Desa Blimbing Kesamben Jombang.

Punden : suatu tempat peninggalan yang digunakan untuk pemujaaan. Dapat diambil kesimpulan bahwa judul ini adalah pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, untuk memahaminya biar tidak keluar

dari syari’at Islam.

D. Alasan Memilih Judul

1. Karena sebagaian masyarakat yang berada di sekitar Punden tersebut banyak yang melakukan pemujaan, agar apa yang terjadi terkabul.

2. Lokasi tempat penelitian tersebut dekat sehingga mudah di jangkau serta efisien.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(15)

6

1. Untuk mengetahui keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

F. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian yang diharapkan penulis yakni agar bermanfaat dan berguna untuk hal-hal berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan kajian demi mengembangkan wawasan mahasiswa, sebagai upaya untuk menambah pengetahuan tentang sejarah Punden.

2. Dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan keilmuan dan memperluas pola pikir secara ilmiah tentang pandangan dan prilaku masyarakat islam terhadap keberadaan punden.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti

4. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh semua masyarakat.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis tentang beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan punden, maka penulis menemukan sebagai berikut:


(16)

7

Skripsi yang ditulis oleh Aditia Sudirman yang berjudul Punden berundak Pasamuan di desa Pasir eurih kecamatan Ciomas Bogor, Skripsi ( Bogor: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008), membahas hasil penelitian ini menunjukkan bahwa punden berundak pasamuan tergolong bangunan magalitik. Punden berundak Pasamuan memiliki irisan berbentuk anak tangga, arah hadapanya membelakangi gunung dan jumlah terasnya ganjil. Masyarakat disekitar Punden berundak Pasamuan memiliki tradisi seperti Seren Taun yang berasal dari kepercayaan

Sunda Kuna.

Skripsi yang ditulis oleh Aditya Nugroho yang berjudul Punden berundak

disitus gunung gentong,kuninagn,jawa barat, Skripri (Depok: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011), membahas tentang bangunan berundak Situs Gunung tergolong sebagai punden berundak yang di dalamnya terdapat temuan berupa gentong (tempayan), batu lumpang, monolith, batu temugelang. Menhir, batu tegak (upright stone), jalan batu, dan anak tangga. Masyarakat disekitar punden berundak Situs Gunung Gentong memiliki tradisi yang bernama Pesta Dadung. Tradisi ini berlokasi pada punden berundak Situs Gunung Gentong yang didalam pelaksanaannya berhubungan dengan bangunan yang diduga sebagai punden berundak tradisi megalitik.

Skripsi yang ditulis oleh Sugeng Kurniawan yang berjudul Kehidupan Keagamaan Masyarakat Nelayan dan Upacara Sembunyu di desa Prigi Watulimo Trenggalek, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2004), membahas tentang kehidupan keagamaan masyarakat nelayan


(17)

8

desa Prigi sangat minim, terutama dalam hal syari’ahnya. Seperti adanya slametan yang

dijadikan ritual utama dalam masyarakat jawa sehingga masyarakat nelayan desa Prigi dalam mengEsakan Tuhan sudah tidak murni lagi, karena sudah tercampur dengan tradisi-tradisi pra-islam. Masyarakat nelayan desa Prigi sebagai besar mempercayai terhadap upacara sembyu yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Syuro/Muharram, islam memandang bahwa upacara tradisi merupakan suatu kebudayaan yang perlu dilestarikan yaitu dengan cara mengislamkan budaya tersebut.

Skripsi yang ditulis oleh Abdul Rakhman yang berjudul Studi Tentang Kepercayaan Masyarakat Islam terhadap Pepunden Mbok Tjanting di desa Kedurus

Kecamatan Karangpilang Kodya Surabaya, Skripsi (Surabaya: FakultasUshuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2005), membahas tentang masyarakat islam disekitarnya meyakini Pepunden Mbok Tjanting yang di puja selama ini, bukan hanya suatu tempat keramat biasa, tetapi terdapat suatu refleksi dari kesaktian Mbok Tjanting. Motivasi para pengunjung dalam pemujaan ke pepunden Mbok Tjanting mempunyai tujuan/niatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Sebagai pengunjung beranggapan bahwa Pepunden Mbok Tjanting yang dipuja selama ini hanya sebatas tempat perantara (media) untuk menguhubungkan do’a antara manusia dengan Tuhannya.

Dengan demikian berdasarkan pengamatan penulis dari skripsi diatas ternyata penulis belum menemukan yang terkait dengan materi yang akan di tulis oleh karena itu penulis, menulis pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap eksistensi punden didesa Blimbing Kesamben Jombang.


(18)

9

H. Kerangka Teori

Seperti yang dipaparkan diatas penulis menggunakan teorinya Mircea Eliade,

yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The Sacred and the Profane (yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang terdahulu kehidupan yang berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang sakral dan bidang profan, yang profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang biasa tidak disengaja dan pada umumnya tidak penting. Sedangkang yang sakral adalah wilayah supernatural, hal-hal yang luar biasa mengesankan dan penting. Sementara profan adalah yang menghilang dan mudah pecah penuh bayang-bayang, yang sering diubah-ubah, maka yang sakral adalah yang abadi, penuh dengan subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan dan dewa.

Istilah yang sakral dan yang profan adalah ciri umum yang terdapat pada setiap agama. Menurut Brian Morris, kita tidak akan menemukan masyarakat yang tidak

mengartikulasikan beberapa gagasan yang sakral, dengan kata lain gagasan tentang sakral ada dalam semua masyarakat, sakral dan profan ini sebetulnya menurut

Durkheim, merupakan karakteristik utama dan universal dari agama.

Menurut Eliade, yang kudus dapat juga dikatakan sebagai sesuatu yang sakral. Manusia menjadi sadar akan keberadaan yang sakral karena sakral memanifestasikan atau menunjukkan dirinya sebagai suatu yang berbeda dari yang profan. Dalam buku tersebut, sakral ditunjukkan dalam kata hierophany yakni tidak menunjukkan sesuatu yang lain. Dari hierophany yang paling besar, misalnya manifestasi sakral dalam


(19)

10

beberapa objek keseharian, sebuah batu atau pohon hingga hierophany yang tertinggi. Dalam kasus ini, kita dihadapkan pada misteri yang secara keseluruhan berbeda tingkatannya, sebuah realitas yang tidak dipunyai dunia kita, dalam obyek yang

merupakan bagian integral dunia “profan” alami kita.6

Hierophany dapat diartikan sebagai suatu perwujudan atau penampakan diri dari yang sakral. Yang sakral, sebagai realitas dari tata tertib yang senantiasa berbeda dari realitas alam nyata ini, selalu menampakkan dirinya.7

Disini penulis memadukan teori Eliade, ketika pohon dan batu disakralkan,

yang terjadi bukanlah pemujaan pohon dan batu sakral tidak disembah sebagai batu atau pohon. Sedangkan di punden didesa Blimbing barang yang disakralkan yaitu pohon dan batu yang unik, yang dikepercayai oleh masyarakat Blimbing, yang aslinya cuma pohon dan batu yang biasa.

I. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan, yaitu terjun ke lapangan langsung keobjek penelitian untuk memperoleh data primer. Yang menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis,

6

Ibid, hlm.3-4.

7


(20)

11

yaitu untuk membuktikan kebenaran yang sesungguhnya sesuai dengan kenyataan yang terjadi.8

2. Sumber Data

Sumber data Adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Menetapkan populasi itu dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu dengan kasusnya.9 Maka sebelum mengadakan penelitian seorang peneliti harus menentukan wilayah penelitian terlebih dahulu untuk memperoleh data. Sumber data ini adalah masyarakat Desa Blimbing kesamben jombang, dari masyarakat yang berjumlah 15 orang menjadi penelitian. Tujuannya untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati sebagaian dari semua masyarakat.10

Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, antara lain:

a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil penemuan penelitian serta hasil wawancara dengan masyarakat di desa Blimbing Kesamben Jombang.

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

3. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dilapangan adalah:

8

Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm.3.

9

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta :Bumi Aksara, 1989),hlm.53.

10


(21)

12

a. Metode Observasi

Yaitu suatu kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang diteliti atau diselidiki dengan menggunakan alat indra yang ada. Tentang prilaku masyarakat islam di desa Blimbing Kesamben Jombang. Metode ini digunakan untuk menggali data tentang sejarah berdirinya Punden di desa Blimbing Kesamben Jombang.

b. Metode Interview/Wawancara

Penulis mengadakan wawancara yang lebih jauh kepada responden secara lisan berdasarkan pedoman interview. Percakapan yang dilakukan oleh dua orang Yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melaluidokumen-dokumen yang ada.11 Sumber dokumentasi mengenai hal-halatau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar,majalah dan notulen, agenda dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian penulis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data-data dari beberapa dokumen seperti buku, surat kabar, majalah dan lain-lain.

4. Analisis Data

Penelitian tersebut menggunakan analisis data dengan metode deskripsi analisis yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau ingin mengetahui suatu

11


(22)

13

fenomena tertentu. Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dalam memaparkan. Sedangkan analisis data secara keseluruhan dari data yang diperoleh dengan menggunakan metote deskripsi analisis yaitu menjelaskan pokok-pokok persoalan dan menganalisis data yang diperoleh secara teliti untuk mendapatkan kesimpulan diakhir skripsi ini.

J. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam menyusun skripsi ini adalah:

Bab Pertama berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sumber data, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua berisi landasan teori yang berisikan pengertian punden dan masyarakat Islam, pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden didesa Blimbing, unsur-unsur masyarakat, dan masyarakat didesa Blimbing.

Bab Ketiga berisi penyajian datayang berisikan gambaran umum obyek penelitian, kondisi geografis demografis, sejarah punden dan aktifitas masyarakat Islam terhadap keberadaan punden.

Bab Keempat berisi penyajian data dan analisis data.

Bab Kelima merupakan bab terakhir yang terdiri dari penutup berisikan dengan kesimpulan, saran-saran, lampiran dan dokumentasi.


(23)


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Punden

1. Pengertian Punden

Asal mula negara Indonesia agamanya Hindu Budha, Sang Hyang Widhi disebut juga sebagai Acintya atau Sang Yang Tunggal, setelah itu Islam masuk ke Indonesia disebut Tuhan yang Maha Esa. Acinttya memiliki arti Dia yang terpikirkan, Dia yang tak dapat dipahami, atau Dia yang tidak dibayangkan. Sang Hyang Widhi memiliki makna yaitu Sang, memiliki arti personalisasi atau identifikasi. Sedangkan Hyang, merupakan sebutan untuk keberadaan spiritual memiliki Supranatural, sebagai matahari didalam mimpi, orang-orang Indonesia umumnya mengenal kata ini sebagai penyebutan (pencipta) atau secara sederhana disebut Tuhan, biasanya ini dikaitkan dengan wujud personal yang bercahaya dan suci. Dan yang terakhir, Widhi memiliki arti pengetahuan, wujud-wujud ini menjadi media bagaimana manusia dan ciptaan di jagat raya ini mengerti dan memahami diri dan lingkungannya. Diantaranya tempat-tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk mengedakan upacara ritual adalah Punden.1

Punden adalah tempat suci dan mengandung hal-hal mistik. Di Desa Blimbing tidak semua warga yang mempercayainya hanya sebagian. Ketika orang yang percaya dengan Punden, saat punya hajat dibawah kepunden untuk meminta

1


(25)

15

keselamatan. Dan disitu ditandai dengan pohon yang sangat besar dan bebatuan yang aneh-aneh. Pertamanya itu tanah biasa ketika ada orang yang meninggal yang dianggap sesepuh di desa tersebut di makamkan disitu dan sampai sekarang ada pohon yang sangat besar sekali dan bebatuan yang unik, dan dikasih sesajen ketika ada acara.

Punden adalah tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa, tempat keramat sesuatu yang sangat dihormati.2 Kata punden berasal dari bahasa jawa, kata punden yang berarti objek-objek pemujaan mirip pengertiannya dengan konsep bebuyutan pada masyarakat sunda.3 Punden secara etimologi, menurut penulis mempunyai dua arti, diantaranya yaitu: pertama, punden

berasal dari kata “ Punden“ yang berarti memuja, menyanjung. Kedua, Punden ialah

peninggalan sejarah orang-orang terdahulu yang mempunyai arti penting.4

Adapun Punden berdasarkan pandangan Mircea Eliade, dalam penelitian

lapangan di Blimbing, yang menjelaskan tentang benda yang biasa menjadi suci. The Sacred and the Profane (yang suci dan yang biasa), dikalangan orang-orang terdahulu kehidupan yang berdasarkan pada dua kehidupan yang berbeda. Bidang sakral dan bidang profan, yang profan adalah wilayah urusan setiap hari hal yang biasa tidak disengaja dan pada umumnya tidak penting. Sedangkan yang sakral adalah wilayah supernatural, hal-hal yang luar biasa mengesankan dan penting. Sementara profan adalah yang menghilang dan mudah pecah penuh bayang-bayang,

2

http://kbbi.web.id/punden “Pengertian Punden” ( Senin, 18 April 2016)

3

http://id.m.wikipedia.org/wiki/punden-berundak “Pengertian Punden” ( senin, 18 April 2016)

4


(26)

16

yang sering diubah-ubah, maka yang sakral adalah yang abadi, penuh dengan subtansi dan realitas, seperti rumah leluhur, pahlawan dan dewa.5

Menurut penulis Punden yang di maksud disini adalah sebagai tempat bersemayan para arwah leluhur Desa Blimbing dan juga diyakini sebagai nama seorang leluhur yang berjasa pembabat alas sebagai cikal bakal berdirinya desa. Dan punden di Desa Blimbing seperti diatas ditandai dengan pohon yang besar dan batu-batu yang unik atau lucu, dan batu-batu tersebut dianggap suci oleh semua masyarakat Blimbing.

2. Pandangan masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden

Sebelum membahas lebih jauh penulis menjelaskan arti pandangan. Sebelum kepandangan pastinya yang buat memandang adalah mata, mata adalah cendela hati, pintu dari sesuatu yang baik dan buruk. Pandangan adalah pandu menuju hati, bagaimana kehidupan yang menjadi pandu kematian.

Pandangan masyarakat Islam menurut warga dan sesepuh di Desa Blimbing, punden di jadikan pusat dimana orang mencari keslamatan, atau untuk mengingat leluhur, agar desanya tetap terjaga bukan malah menyalah gunakan untuk memohon

do’a atau mencari rizky sebagaimana di dalam agama Islam disebut Musrik.

Tokoh Masyarakat dan para kyai di Desa Blimbing yang mengerti masjid itu rumah Allah, tapi kita sebagai warga hanya mengikuti adat istiadat sebagaimana mungkin yang kita lakukan terhadap punden menurut nenek moyang kita yaitu

mendo’akan orang yang berjasa pada desanya. Penulis bisa menarik sebuah alasan

5


(27)

17

tentang pandangan masyarakat Islam terhadap punden menurut semua warga, masyarakat, tokoh-tokoh, kyai dan sesepuh di Desa Blimbing punden disini dibuat tempat yang suci, keramat dan tempat untuk meminta pertolongan yang dikenal dengan meminta di punden permintaannya mustajabah atau di kabulkan.

Jadi acara seperti itu dijadikan kebudayaan oleh masyarakat Blimbing, Maka dari itu saya menjelaskan arti kebudayaan. Kebudayaan adalah berasal dari kata sansekerta, budhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti buddhi atau akal.

Demikianlah kebudayaan diartikan dengan “ hal-hal yang bersangkutan dengan akal

“. Dalam kata antropologi budaya, tidak diadakan perbedaan arti antara budaya dan

kebudayaan. Disini kata budaya hanya dibuat singkatan saja. Adapun kata culture

(berasal Inggris) yang artinya sama dengan kebudayaan, yang berasal dari kata Latin

colere yang berarti mengelolah, mengerjakan, mengelolah tanah atau bertani. Adapun ahli antropologi memberikan definisi tentang kebudayaan antara lain: 6

a. E.B.Tylor (Inggris)

Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

E.B. Tylor berpendapat, bahwa dalam perjalanan waktu kemudian muncul (3) sitem pemikiran yaitu:

6

Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadits (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada:1997),hlm.25.


(28)

18

a. Sistem Animisme (mitos)

Mitos yang diyakini oleh masyarakat primitif, yaitu adanya ruh leluhur yang menguasai binatang, tumbuhan atau tempat-tempat yang digunakan untuk sebuah kerajaan bago lelembut.

b. Sistem Agama (norma)

Menurut Radcliffe Brown, salah seorang ahli Antropologi menjelaskan, bahwa agama merupakan suatu ekspresi atau ungkapan ketergantungan pada suatu kekuatan di luar pemikiran manusia (Spirit). Agama merupaka aspek sentral dan mendasar dalam kebudayaan, karena agama sebagai unsur inti yang dapat membantu di dalam meringkas signifikasi (arti penting) agama itu sendiri.

c. Sistem Ilmiah (fenomena alam)

Segala gejala (kejadian) alam yang terjadi, bukanlah dikarenakan oleh ruh-ruh halus atau leluhur yang mengusai suatu tempat, melainkan diakibatkan oleh adanya benturan-benturan atai gesekan-gesekan dari reaksi yang dimunculkan oleh alam itu sendiri.7

b. R.Linton

Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya diteruskan oleh anggota dari masyarakat.

7


(29)

19

c. J.P.H. Duyvendak

Kebudayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai aneka ragam, berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.

Disini penulis menjelaskan, tentang kepercayaan Menurut Islam agar semua masyarakat tidak menyalah gunakan. Adapun kepercayaan dalam Islam. Menurut

Sayid Sabiq dalam bukunya yang berjudul “ Aqidah Islam”, disana dijelaskan

sebagai berikut:

a. Ma’rifat Kepada Allah

Yang mana dalam hal ini, manusia dituntut supaya mengetahui nama-namaNya dan sifat-sifat yang dimiliki olehNya dalam semesta ini.

Seperti dalam Al-Qur’an surat At-Taghabun ayat:11 berbunyi:

اِا ٍةَبْيِصم ْنِم َباَصَا َام

ا ِبِْمْؤ ي ْنَمَو ِها ِنْذِاِب

ٌمْيِلَع ٍءْيَش ّلُكِب ُهاَو ُهَبْلَ قِدهَي ِه

Tidak ada suatu mjusibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.8

b. Ma’rifat Dengan Alam

Dalam hal ini, manusia dituntut supaya meneliti apa sebenernya yang dapat dibalik rahasia semesta ini, yakni dengan adanya alam yang tidak terlihat (ghaib). Dituntut pula untuk menembus adanya kekuatan-kekuatan kabaikan yang tersembunyi di dalamnya, yakni ada yang berwujud malaikat serta kekuatan-kekuatan jahat. Seperti iblis, roh dan jin.

8


(30)

20

c. Ma’rifat Kepada Kitab-kitab Allah

Dalam hal ini, manusia dituntut untuk mengetahui segala bentuk hal yang hak (baik) dan yang bathil (buruk). Untuk yang baik lebih cenderung menuntun pada suatu kemuliaan dan kebahagiaan, sedangkan yang buruk lebih cenderung menuntun pada suatu kenistaan (dosa) dan penderitaan.

d. Ma’rifat Kepada Nabi-nabi

Dalam hal ini, manusia dituntut agar mengetahui siapa sebenarnya yang membimbing dan menuntun manusia untuk menuju kepada jalan kebenaran yang

sesuai dengan keridho’an Allah.

e. Ma’rifat Kepada Hari Akhir

Yang mana semua manusia dituntut agar mengetahui peristiwa/kejadian yang nanti terjadi pada masa akhir kehidupannya. Seperti kebangkitan alam kubur, pembalasan amal perbuatan, dan mengenal balasan Surga/Neraka.

Jadi pada hari akhir adalah percaya dengan yakin bahwa seluruh alam semesta dan segala isinya suatu saat akan mengalami kehancuran dan setelah kehidupan di dunia akan ada kehidupan yang kekal abadi. Seperti dalam surat Ar-Rohman ayat:26 yaitu:

ٍناَف اَهْ يَلَع ْنَم ُلُك


(31)

21

f. Ma’rifat Kepada Takdir ( Qodho dan Qodar )

Dalam hal ini, ma’rifat kepada takdir dijadikan sebagai dasar utama dalam

berjalannya segala peraturan-peraturan yang terdapat di alam semesta ini. Baik itu berupa penciptaan atau cara mengatur semesta.9

Untuk mencapai tujuan hidup yang diridhoi Tuhan, al-Qur’an mengingatkan kepada manusia. Sedangkankan hakikat Allah menciptakan manusia di dunia adalah untuk menyembah kepada Tuhan.10

Sudah dijelaskan QS adz-Dzariyat,51:56

ِنْوُدُبعَيِل آِا َسْنِْااَو نِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya

mereka menyembah kepada-Ku.

Menurut penulis pandangan masyarakat Islam terhadap Punden disini adalah barang yang berada di punden sperti pohon dan batu-batu yang unik menjadi suci, yang awalnya cuma barang yang biasa karena masyarakat mempercayai dengan adanya pembabat alas desa Blimbing dan di tandai dengan pohon dan batu-batu maka batu tersebut menjadi suci. Dan adat istiadat yang ada di Desa Blimbing juga masih kental sekali. Penulis juga menjelaskan kepercayaan masyarakat Islam dengan tujuan masyarakat Islam di Desa Blimbing tidak salah pehaman tentang hal-hal yang seperti itu.

3. Perilaku masyarakat Islam terhadap Punden

9

Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Bandung: CV.Diponorogo,2001), hlm.12.

10


(32)

22

Sebelum menjelaskan lebih lanjut, penulis menjelaskan arti dari perilaku. Perilaku adalah suatu kegiatan manusia atau aktifitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.

Menurut Soekidjo perilaku adalah suatu aktifitas manusia itu sendiri. Menurut Notoatmodjo, perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan bisa dipelajari. Secara umum menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, perilaku adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya untuk memanifestasi.

Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makhluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, dan tiap individu adalah unik. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:11

a. Kepekaan Sosial

Kepekaan sosial adalah bisa dilakukan semenjak kecil pada anak-anak, agar ketika dewasa peka terhadap lingkungan. Adapun yang berhak menumbuhkan kepekaan sosial pada anak adalah orang tua. Namun semata orang tua bukan penentunnya, karena lingkungan juga ikut andil. Ada beragam kepekaan sosial yang penting ditanamkan semenjak dini, diantaranya berbagi kepada orang lain, berani meminta maaf bila melakukan kesalahan, bersedia membantu orang lain, kepekaan terhadap fisik agar tidak melakukan tindakan yang menyakitkan, berani tanggung jawab dan lain-lain.

11


(33)

23

Kepekaan sosial adalah kemampuan manusia yang dapat menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerjasama dengan orang lain. Perilaku manusia adalah situasional, adalah perilaku manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.

Contohnya, ketika kita ta’ziyah (melayat), perilaku kita seperti orang mau

pesta dan tidak ada sopan santu kepada para tamu.

b. Kelangsungan perilaku

Kelangsungan perilaku adalah bahwa perilaku terjadi secara berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi perilaku manusia tidak pernah berhenti disuatu saat. Perilaku masa lalu merupakan persiapan untuk perilaku kemudian dan perilaku kemudian kelanjutan dari perilaku sebelumnya.

Fase perkembangan manusia bukanlah suatu fase perkembangan yang berdiri sendiri atau terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia. Contohnya, kita kuliah S1 lulus bekerja, nikah, mendapatkan keturunan, punya usaha dan seterunya.

Kelangsungan perilaku adalah kebiasaan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya. Contohnya ketika mahasiswa sekolah dan belajar tapi ketika ujian mahasiswa itu mencontek temannya dan tidak ketahuan oleh gurunya kemudian hasil ujiannya bagus dan bangga, dan sifat tersebut pun bagus dan mudah yang akan dilakukan terus menerus oleh mahasiswa tersebut, perilaku seperti itu sangatlah buruk jika tidak dirubah paradigmanya dalam berfikir.


(34)

24

c. Orientasi pada tugas

Orientasi pada tugas adalah setiap perilaku manusia memiliki orientasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin menuntut ilmu, berorientasi untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan tertentu. Demikian pula individu yang bekerja, mereka berorientasi untuk menghasilkan sesuatu. Misal, kita mahasiswa rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah agar bisa menguasai pelajaran yang diajarkan.

Contoh, ketika kita sedang bekerja dan malam hari harus tidur orientasinya, biar besok paginya bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

Seorang karyawan yang berkeja seharian penuh memerlukan waktu untuk istirahat, makanan bergizi, dan berekreasi. Perilaku itu sebenarnya berorientasi pada tugas dan harus dipenuhi agar individu dapat menghimpun tenaga dan energy kembali sehingga dapat bekerja dengan semangat.

d. Usaha dan perjuangan

Usaha dan perjuangan manusia dapat ditentukan sendiri, serta tidak memperjuangkan suatu yang tidak diinginkan. Jadi manusia itu punya inspirasi yang ingin diperjuangkan, sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan yang ada di alam saja.

Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, setiap manusia harus kerja keras demi kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha dan perjuangan. Misalnya, orang pengen kaya saja harus bekerja keras punya usaha dan berjuang.


(35)

25

e. Tiap individu manusia adalah unik

Unik disini adalah manusia dengan yang satu dan yang lain sangat beda, dan tidak ada dua manusia yang sama di dunia ini, walaupun dilahirkan kembar. Pasti watak, sifat, dan kepribadiannya pun beda.

Penulis menyimpulkan Perilaku Masyarakat Islam terhadap punden di desa Blimbing Kebersamaan atau kerukunan sangat tinggi terbukti dengan adanya rambuk desa setiap satu bulan sekali, pengajian rutin dan pada bulan syuro masyarakat mengadakan ruwat desa, dengan mengadakan hajatan dan acara seperti itu dilakukan di dua tempat yang pertama, masyarakat mengadakan dimasjid. Yang kedua, di punden yaitu tempat keramat peninggalan leluhur. Sebelum ada acara seperti itu ada lagi acara makan-makan bersama di punden, dan malam harinya baru mengadakan acara karawitan atau wayang kulit.

Masyarakat setempat percaya bahwa Punden tersebut dapat membawa keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat setempat. Oleh sebab itu masyarakat setempat setiap tahun pada bulan suro melakukan ritual bersih desa dengan mengarak sejumlah tumpeng menuju ke Punden. Masyarakat setempat percaya bahwa jika tidak melakukan ritual-ritual tersebut akan membawa bencana atau malapetaka.12

Perilaku seperti ini hanyalah sebuah kehormatan, bukan termasuk musyrik, seperti dalam Q.S Ar-Rumm ayat:31 yaitu:

ِبْيُِم

َةوَل صلااوُمْيِقَاَو ُ ْوُق تاَو ِهْيَلِا َنْي

َنيِكِرْشُمْلا َنِم اوُنوُكَت َاَو

12


(36)

26

Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertaqwala kepada-Nya serta laksanakan sholat, Dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang musyrik.

Setiap ada acara ruwat desa pasti ada acara karawitan atau wayang kulit, karena wayang kulit ada fungsinya dalam penyebaran agama Islam, wayang kulit sangat digemari oleh seluruh masyarakat karena memiliki daya tarik yang tinggi atau nilai seninya tersendiri didalam masyarakat. Dari lingkup kraton dahulu di daerah pedesaan sehingga sangat aktif, sunan kalijaga salah satunya wali yang berperan menyabarkan agama Islam dengan media wayang kulit. Wayang kulit termasuk seni tradisional yang identik dengan zaman dahulu, leluhur desa Blimbing pasti sudah mengenalnya dan acara seperti ini sudah turun menurun dari nenek moyang.

Masyarakat hanya meneruskan, menjaga dan mengembangkan adat istiadat kepercayaan nenek moyang desa Blimbing. Dimana punden adalah tempat peninggalan yang harus dirawat dan dijaga sebagai ucapan terima kasih kepada orang yang membabat alas dan sekarang sebagai tempat tinggal masyarakat Blimbing.13

Tempat-tempat yang mustajabah yang di anggap bisa mengabulkan permintaan pengunjung, sehingga benda atau makhluk hidup dimuliakan dan diagungkan seperti halnya Tuhan. Menurut Syamsul Arifin dalam bukunya yang

berjudul “ Fenomenologi Agama “, di sana dijelaskan ada beberapa macam tempat

pemujaan, antara lain:

a. Punden

13


(37)

27

Punden menurut kamus besar indonesia adalah tempat yang dianggap sebagai cikal bakal tempat masyarakat desa tempat keramat sesuatu yang dihormati oleh masyarakat desa. Punden tidak harus dengan pohon tetapi banyak juga bentuknya seperti punden berundak berbentuk ruangan dengan adanya barang-barang seperti batu, kuburan dan benda-benda lainnya.

Punden adalah suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat tertentu untuk melakukan pemujaan terhadap leluhurnya. Tempat-tempat seperti ini biasannya dikenal sebagai tempat yang sangat mempunyai nilai sejarah, namun tempat tersebut terkadang diabadikan pada suatu tempat tertentu, agar dapat terpelihara dan dikenang oleh generasi selanjutnya dimasa akan datang.14 Seperti halnya yang ada di Desa Blimbing, yakni adanya pandangan Masyarakat Islam yang masih melakukan ritual di punden yang dianggap oleh masyarakat bisa mengabulkan permintannya.

b. Makam

Suatu tempat yang digunakan oleh kaum Muslimin berkunjung dengan tujuan untuk mengingat kematian. Namun tempat-tempat seperti itu disalah gunakan oleh masyarakat tertentu yang digunakan untuk memohon atau meminta pertolongan agar dikabulkan, bahkan ada yang meminta langsung pada roh-roh orang yang sudah meninggal.15

Pengertian makam menurut kamjus besar indonesia adalah lubang dalam tanah tempat penyimpanan mayat atau tempat penyimpanan jenazah. Contohnya,

14

Syamsul Arifin, Fenomenologi Agama( Jakarta:PT.GBI Pasuruan, 1996), hlm.26.

15


(38)

28

ketika ada pahlawan yang meninggal itu dmakamkan atau dikuburkan ditanah atau kuburan.

c. Lautan

Suatu tempat yang sering digunakan oleh masyarakat tertentu untuk melakukan persembahan-persembahan. Seperti masyarakat yang tinggal dipesisiran laut. Terkadang mereka menyiapkan beberapa persembahan. Seperti meletakkan kepada kerbau diletakkan ditempayan, yang ditenggelamkan bersama gelombang air laut.16

Menurut penulis perilaku masyarakat Islam terhadap punden disini adalah tidak jauh dari yang ditas yang sudah dicantumkan oleh penulis, acara seperti itu memang masih ada di Desa Blimbing dan begitupun di Desa-desa lainnya namun tidak sekental yang di Desa Blimbing, seperti ada acara pernikahan pun harus melakukan ritual yang dengan adat harus membawa sesajen ke punden sebelum melakukan prosesi pernikahan dengan tujuan agar keluarganya tidak kena musibah atau malapetaka.

B. MASYARAKAT ISLAM

1. Pengertian Masyarakat Islam

16


(39)

29

Sebelum penulis lebih lanjut membahas tentang masyarakat Islam, disini mau

menjelaskan pengertian dalam kata “ Masyarakat Islam “ secara umum yang

mempunyai dua unsur, yaitu: masyarakat dan Islam. Masyarakat adalah suatu kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, telah hidup cukup lama, dan tertata oleh aturan-aturan yang mengikatnya serta mempunyai tujuan yang sama dalam mengatur pola kehidupannya.17 Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem dimana sebagian besar adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang tergantung dengan satu sama lain. Masyarakat adalah Inovasi. Inovasi adalah sebuah proses pembaharuan dalam unsur kebudayaan masyarakat. Ada juga masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dengan satu tempat.

Islam adalah yang Rahmatan lil’alamin, Islam mengakui banyak agama dan menghargai perbedaan agama, Islam memahami betul tentang perbedaan suku, bangsa dan budaya.18 Islam adalah sumber kekuatan politik. Dan ini dibuktikan dengan kenyataan sejarah, bahwa Islam digunakan sebagai dasar dan sumber kekuataan di kerajaan Islam.

Adapun pilihan Islam sebagai dasar agama negara, karena Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Jika Islam dijadikan minoritas, maka tidak ada alasan dijadikan sebagai dasar negara.19

17

Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.36.

18

Alivermana Wiguna, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (CV.BudiUtama: Yogyakarta,2014),hlm226.

19

Herry Muhammad, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh pada Abad 20 (Jakarta:Gema Insani,2002),hlm51.


(40)

30

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Sedangkan Islam berasal dari kata Aslama, Yuslimu, Salamah, yang berarti berserah diri. Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk dan bersih.20 pengertian Islam menurut Bahasa berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Ditinjau dari segi bahasa yang dikaitkan dengan asal kata Islam memeiliki beberapa pengertian adalah Pertama berasal dari Salm yang berarti damai, merupakan satu makna dan ciri dari Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Kedua berasal dari kata Aslama yang berarti menyerah, hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT, menyerahkan diri seperti kita melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Ketiga berasal dari kata Istaslama-Mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah, makna yang ini sebagai penguat makna yang kedua karena sebagai seorang muslim semuanya benar-benar diminta untuk menyerahkan seluruh jiwa raga serta harta apapun yang kita miliki hanya kepada Allah. Keempat

berasal dari kata Saliim yang berarti bersih dan suci, hal ini bisa ditunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkan kepada kabahagian di dunia dan akhirat. Kelima berasal dari Salama yang berarti selamat dan sejahtera, bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa

20


(41)

31

umat manusia pada keslamatan dan kesejahteraan. Menurut Istilah Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu ilahi yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul khususnya Muhammad SAW guna sebagai pedoman hidup dan juga sebagai aturan yang dapat membimbing umat manusia kejalan yang lurus menuju ke bahagian dunia dan akhirat.

Islam adalah Dien yang Universal dan langgeng yang telah diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Islam memiliki aturan-aturan yang mengatur hubungan antar manusia, hubungan dengan RabbNya diatur dalam aqidah dan ibadah sedangkan hubungan dengan manusia sendiri diatur oleh hukum-hukum akhlaq, serta hubungan manusia lain diatur dengan hukum-hukum muamalat.21

Masyarakat Islam adalah terwujudnya hubungan persaudaraan antar ummat Islam yang di dasarkan cinta kasih dan ketulusan. Tetapi, perlu disadari bahwa hubungan seperti itu dibangun didalam masjid. Betapa tidak, umat Islam tidak pernah berjumpa satu sama lain didalam rumah Allah, tentu semua perbedaan kedudukan, kekayaan, dan status sosial akan menghalangi terjalinnya hubungan persaudaraan yang tulus diantara mereka.

Terpenting harus ada di dalam sistem masyarakat Islam adalah menyebarnya semangat kesetaraan dan keadilan didalam tubuh umat Islam sendiri, walaupun mereka berasal dari strata sosial yang berbeda-beda.22

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam menurut penulis adalah kumpulan dari manusia yang hidup dalam komunitas, yang telah hidup cukup lama

21

Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam (Jakarta:Gema Insani Press,1990),hlm11.

22


(42)

32

dan tertata oleh aturan-aturan, serta mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk berserah diri kepada-Nya. Masyarakat Islam disini adalah ukhuwah yang terjalin antara indvidu-individu yang terhimpun didalam masyarakat itu sendiri secara meneyeluruh.

Ciri Masyarakat Islam adalah bahwa masyarakat terdiri dari fondasi aqidah yang mampu menghimpun individu-individunya sehingga menjadi salah satu ikatan kokoh bagi kaum muslimin dengan hati yang bersatu padu diantara sesama mereka. Seperti diatas Islam yang Rahmatan lil’alamin yaitu kasih sayang kepada seluruh alam, termasuk menyayangi kepada siapa saja. Meskipun berbeda agama dan Nabi Muhammadan kita itu di didik untuk memahami bahwa Allah memeberikan kasih sayang di dunia ini kepada siapa saja. Islam agama yang Universal yaitu yang mengungkap seluruh aspek kehidupan mengatur manusia di ciptakan menyatu dalam tubuh dan diatur dengan cara mendetail.

2. Unsur-unsur Masyarakat

Sebelum membahas unsur-unsur masyarakat disini penulis akan menjelaskan tentang masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah saling berinteraksi. Masyarakat istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut satu kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari itu dinamakan masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah

society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri dari kata Arab syaraka yang berarti ikut serta berpartisipasi.


(43)

33

Adanya macam-macam wujud kesatuan manusia menyebabkan bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan kesatuan manusia.23 Kecuali istilah yang Lazim, yaitu masyarakat, ada istilah khusus yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu:

a. Stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial adalah suatu masyarakat, yang mana di situ terdapat orang lain hidup secara bersama-sama dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tujuan yang sama. Sedangkan kelompok atau masyarakat satu dengan yang lain berbeda, mereka mempunyai ciri khusus yang melekat pada masyarakat, yang mana ciri tersebut tidak dapat dimiliki oleh masyarakat lainnya.

Dengan adanya ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masyarakat, adalah suatu usaha untuk membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Dari ciri-ciri itulah yang membedakan dari masyarakat lainnya, dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengenalan.

b. Golongan sosial

Katagori sosial dan golongan sosial terkadang keduanya dianggap dengan istilah yang sama, namun keduanya mempunyai makna yang berbeda. Golongan sosial adalah suatu kesatuan manusia yang mempunyai tanda (simbol) tersendiri sebagai suatu makhluk yang berciri khusus. Merupakan suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan sering kali ciri itu juga dikenakan kepada mereka oleh pihak luar kalangan mereka sendiri. Golongan sosial adalah

23


(44)

34

karena adanya kesamaan identitas yang tumbuh dan berkembang pada lingkungan tersebut. Ciri lainnya kemungkinan besar terkait oleh kesamaan nilai, sistem norma dan adan adat.

Dalam istilah lain disebut “ Golongan Tua “, disebabkan adanya kesamaan

identitas sebagai petani, pedagang dan usahawan. Selain identitas, juga ada suatu ikatan norma, nilai dan adat istiadat yang telah berlaku disekitar mereka, dengan adanya kesamaan tersebut, kemudian menjadi manusia berkumpul dan bersatu.

c. Kelompok dan Perkumpulan

Suatu kelompok atau group, merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengantur interaksi, dengan adanya kontinuitas. Organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu pada masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagi. Pada kelompok tersebut juga mempunyai beberapa ciri tambahan yakni, organisasi dan sistem pimpinan, seperti yang dijelaskan berikut:24

1) Organisasi

Organisasi adalah berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk mengatur, sehingga dapat membentuk setiap kelompok masyarakat yang mungkin bergerak dengan rencana yang diinginkan.

2) Sistem Pimpinan

24


(45)

35

Mengenai sistem pimpinan, semuanya berjalan sesuai dengan kehendak masyarakat, bagaimana bisa menjadikan keadaan atau lingkungan menjadi baik, serta bisa digunakan sebagai tempat berkumpul bersama-sama dengan masyarakat lain yang membicakan hal yang penting untuk membangun dan meningkatkan sarana pengembangan masyarakat.

Unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Yang diartikan sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antara individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya dan tingkah laku individu-individu tersebut. Untuk mendapatkan gambaran yang agak kedalam, keduan tersebut akan dibicarakan dibawah ini:25

a. Kedudukan (Status)

Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Dan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat dengan orang lain. Masyarakat biasanya mengembangkan dua kedudukan diantaranya yaitu:

1) Ascribed Status, adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa

memeperhatikan perbedaan rohani dan kemampuan. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula.

25


(46)

36

2) Ascbieved Status, adalah kedudukan yang dicapai oeleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan yang kedua ini diperoleh atas dasar kelahiran. Misalnya, setiap seseorang pengen jadi hakim asalkan memenuhi syaratnya.

b. Peranan (Role)

Merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan maka dia dijalankan sesuai peran. Perbedaan antara kedudukan dan peranan, peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduannya ini tidak dapat terpisah.

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

a. Beranggotakan minimal dua orang. b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Disini penulis mencantumkan unsur-unsur masyarakat, karena biar semua orang tidak salah dengan arti masyarakat, masyarakat pun ada bedanya seperti, masyarakat golongan, kelompok dan perkumpulan dan sebagainya. Menurut sosiologi ada kedudukan dan peran contoh, ketika ada seorang laki-laki yang bekerja dikantor


(47)

37

menjadi karyawan biasa, ketika kerjanya baik pastinya dia dinaikkan akan dijadikan pimpinan atau buat contoh untuk karyawan lainnya, dan itu sudah dinamakan dia punya kedudukan. Ketika sudah punya kedudukan seperti itu pasti kerjanya berjalan sesuai dengan peran, ini semua yang dinamakan kedudukan dan peran. Keduanya tidak bisa berjalan jika tidak ada dari salah satunya, peran dan kedudukan tidak bisa dipisah.


(48)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Desa Blimbing masih termasuk bagian dari Desa Kesamben, Desa Blimbing yang dipimpin oleh lurah Moh Cholidi dan sistem pemerintahan Desa Blimbing berada di bawah ruangan Desa Kesamben ( Blimbing ). Jumlah RW di Desa Blimbing ada delapan RW, I, II, III, IV, V,VI, VII, dan VIII.

1. Kondisi Geografis

Sebelum terbentuknya Desa Blimbing menurut sesepuh aslinya hutan dan rawa. Desa Blimbing terletak dibagian timur Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang. Desanya di pinggiran sawah dan kali brantas, secara geografis Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang terdiri dari empat (4) Dusun, yaitu Dusun Blimbing, Dusun Kedondong, Dusun Karangri, Dusun Prabon. Desa Blimbing termasuk lumayan tidak padat dengan penduduknya dan sebagian yang lain terdapat persawahan. Untuk mengetahui batas-batas Desa Blimbing bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel I

Desa Blimbing, dengan batas-batas:

NO BATAS DESA DESA/KELURAHAN KECAMATAN

1. Sebelah Utara Sungai Brantas Gedeg


(49)

39

3. Sebelah Selatan Des Jombok Kesamben

4. Sebelah Barat Desa Wuluh Kesamben

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016

Desa Blimbing tidak lagi disebut dengan desa yang sepi melainkan yang ramai. Berdasarkan monografi Desa Blimbing tahun 2014 luas wilayah Blimbing ini secara keseluruhan adalah 319,500 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel II

Gambar Wilayah Desa Blimbing

No Nama Lahan Jumlah

1 Luas Tanah Pertanian 210,430 Ha

2 Luas Tanah Kas Desa 22,000 Ha

3 Luas Pemukiman 57,020 Ha

4 Lain-lain 30,050 Ha

Jumlah 319,5000 Ha

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016

2. Kondisi Sosial Demografis

a. Jumlah Penduduk

Mengenai keadaan demografis Desa Blimbing, masyarakat Blimbing selalu hidup rukun antara antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini bisa dilihat melalui kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari. Adapaun dalam jumlah penduduk Desa Blimbing terbagi menjadi 2 jenis dan untuk mengetahui jumlah penduduk jenisnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(50)

40

Tabel III

Jumlah Penduduk Menurut Jenisnya

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1. Laki-laki 2.538

2. Perempuan 2.609

JUMLAH 5.147

Dokumen Sekretaris Keluran Blimbing, tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa sebagian besar masyarakat Blimbing yang berjenis laki-laki dan perempuan sama rata.

b. Komposisi Penduduk Tingkat Usia

Gambaran mengenai komposisi penduduk menurut usia disajikan pada tabel IV berikut ini:

Tabel IV

Komposisi penduduk menurut Umur Desa Blimbing Kec.Kesamben Kab.Jombang

No. Golongan Umur Jumlah

1 Usia dibawah 5 tahun 412 Orang

2 Usia 5 – 12 tahun 702 Orang

3 Usia 13 – 18 tahun 304 Orang

4 Usia 19 – 50 tahun 2365 Orang

5 Usia diatas 50 tahun 1364 Orang

Jumlah 5147 Orang

Sumber Data : Dokumen Kantor Desa Blimbing tahun 2016

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menjadi indikator kemajuan daerah, karena jika penduduk memiliki kemampuan intelektual lebih tinggi maka akan lebih

menerima kemajuan dan upaya pengembangan daerahnya, untuk mendapatkan gambaran tingkat pendidikan di Desa Blimbing dapat dilihat pada tabel V.


(51)

41

Tabel V

Tingkat pendidikan penduduk Desa Blimbing

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Pra sekolah 250

2 Tamat SD/SMP/MTS 2955

3 Tamat SLTA 1652

4 Perguruan Tinggi 290

Jumlah 5147

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing.

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di Desa Blimbing sudah cukup bagus dengan jumlah 50% lebih pernah berpendidikan tingkat menengah SLTA. Karena terbatasnya sarana pendidikan di Desa Blimbing, maka penduduk ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan sekolah di luar Desa atau luar Kecamatan dan Kabupaten demi mendapatkan ilmu.

Sarana pendidikan yang ada di Desa Blimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel VI

Jumlah Sarana Pendidikan Desa Blimbing

No. Saran Pendidikan Jumlah

1 Paud 1

2 TK/RA 2

3 SD/MI 3

4 TPQ/TPA 9

Jumlah Keseluruhan 15

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah sarana di Desa Blimbing cukup lumayan yang dengan jumlah masyarakat 5.147 orang.


(52)

42

d. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Blimbing

Masyarakat Desa Blimbing termasuk kategori menengah ke bawah. Mereka semua berusaha menggunakan semua sarana yang ada untuk berproduksi guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, da yang bekerja sebagai buruh / swasta, wirausaha, dan pedagang.

Sebagai layaknya suatu Desa Blimbing juga mempunyai organisasi pemerinahan, sedangkan orang-orang yang duduk di dalamnya disebut perangkat Desa, yaitu terdiri dari kepala Desa, sekretariat Desa dan dibantu oleh Kepala urusan Desa, Kepala Desa Rukun Warga Desa dan kepala rukun tetangga.

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Desa Blimbing dapat dilihat di tabel bawah:

Tabel VII

Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Blimbing

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani 150

2 Buruh Tani 282

3 Pedagang 150

4 Wiraswasta 1000

5 Wirausaha 200

6 PNS 50

7 TNI/Polri 10

8 Pensiunan 200

9 Belum Bekerja 3105

Jumlah 5147

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Dari data yang ada mengatakan bahwa Desa Blimbing kebanyakan sudah menjadi kepala keluarga, tetapi didalam kehidupan masih ada juga tinggi rendahnya ekonomi dalam kehidupan.


(53)

43

Bisa dilahat tingkat kesejahteraan masyarakat Blimbing ditabel bawah:

Tabel VIII

Tingkat kesejahteraan

No. Kesejahteraan Jumlah

1 Kepala keluarga 1705

2 Keluarga Prasejahtera 305 3 Keluarga Sejahtera I 356 4 Keluarga Sejahtera II 514 5 Keluarga Sejahtera III 530

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing

Dari tabel tingakat kesejahtera diatas kebanyakan masyarakat yang menjadi kepala keluarga, tetapi ada keluarga prasejahtera maksudnya keluarga yang tidak mampu, keluarga sejahtera I dari keluarga yang sedang tidak kaya dan tidak miskin, keluarga sejahtera II dari keluarga yang mampu tapi semuanya pas-pasan, keluarga sejahtera III dari keluarga yang mampu atau berkecukupan (kaya).

e. Kondisi keagamaan

Dari data yang ada menyebutkan desa Blimbing mayoritas penduduknya beragama Islam. Adapun kegiatan yang ada di Desa Blimbing yaitu : yasinan, yang diadakan oleh bapak dan ibu-ibu desa Blimbing begitupun dengan tahlilan, diba’iyah, dilakukan oleh ibu-ibu yang dilaksanakan pada hari selasa malam rabu, khotmil qur’an, yang dilakukan oleh ibu-ibu yang dilaksanakan pada hari minggu pagi.

Kegiatan keagamaan desa Blimbing dapat dibilang cukup bagus karena disamping kegiatan-kegiatan tersebut ada yang dilakukan oleh masyarakat yaitu berupa pengajian rutin yang dilaksanakan pada minggu akhir bulan yang


(54)

44

mendatangkan kyai dari luar desa. Mengenai sarana / tempat ibadah di desa Blimbing dapat dilihat ditabel berikut:

Tabel IX

Tempat Ibadah di Desa Blimbing

No. Tempat Ibadah Jumlah

1 Mushollah 11 buah

2 Masjid 5 buah

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Tempat Ibadah di Desa Blimbing cukup dengan melihat sejumlah warganya yang jumlahnya 5.147 orang.

Sedangkan bisa dilihat dari agama yang dianut oleh penduduk desa Blimbing dapat dilihat ditabel berikut ini:

Tabel X

Agama Penduduk di Desa Blimbing

No. Agama Jumlah

1 Islam 5064

2 Kristen 83

Jumlah 5147

Sumber data: Dokumen Kantor Kepala Desa Blimbing tahun 2016.

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa Agama Penduduk di Desa Blimbing kebanyakan Islam hampir 80%, dan untuk Kristennya 20%.

3. Pemerintahan Desa

1. Kepala Desa : Moh Cholidi

2. Sekertaris Desa : Sahudi 3. Staf Pemerintahan : Asmanawati

4. Staf Kesra : Umar


(55)

45

6. Staf keuangan : Muliadi

7. Staf Umum :Muhammad Yusuf S.Ag

8. Kepala Dusun Blimbing : Andik Nurdianto 9. Kepala Dusun Kedondong : Abdul Jalil Samsul 10.Kepala Dusun Karangri : Susanto, SE

11.Kepala Dusun Prabon :Sueb

B. Masyarakat Islam di Desa Blimbing Kec.Kesamben Kab.Jombang (Punden)

Awal mula desa Blimbing dahulunya belum menjadi desa tetapi hutan, dan hutan tersebut banyak tumbuh-tumbuhan seperti buah blimbing dan kedondong yang lebih banyak tumbuh dihutan tersebut dan banyak karang-karang. Suatu hari ada seorang bernama Mbah Potro berkunjung kehutan tersebut untuk membabat alas tersebut dan beliau melihat dihutan banya sekali tumbuhan buah blimbing dan kedondong, tetepi kedatangannya beliau kesitu untuk membersihkan hutan tersebut dengan istilah orang jawa membabat alas.

ketika Mbah Potro membebat alas tersebut dan akan dijadikan sebuah Desa

Mbah Potro mempunyai inisiatif untuk memberi nama dan biar bisa ditempati oleh semua orang, dan Mbah Potro memberi nama dengan nama buah-buahan yang ada dihutan tadi yaitu Desa Blimbing, Desa Kedondong, Desa Karangri, dan terakhir Desa Karang Prabon. Ketika sudah menjadi sebuah desa pun masih banyak tumbuhan buah Blimbing dan Kedondong hampir semua warga mempunyai pohonnya. Setelah beliau berjuang untuk memberikan tempat tinggal untuk warga, beliau pergi kerumah saudaranya yang berada di Desa sebelah yaitu Desa Bekucuk, akan tetapi Mbah Potro


(56)

46

yang dengan usianya semakin tua ketika sambang beliau meninggal di rumah saudaranya. Tetapi yang masih ada di Desa Blimbing atau peninggalan Mbah Potro di Desa Blimbing berupa petilasannya saja seperti berbentuk pohon beringin yang sampai saat ini, dan semakin hari semakin tua punden tersebut dan batu-batuan yang unik dan batu tersebut berbentuk kursi meja, dan ada sumur. Dengan masyarakat Blimbing ada yang merawatnya karena sebagai tanda terima kasih untuk Mbah Potro yang sudah memberikan tempat tinggal untuk warga Blimbing Kedondong, Karangi dan Karang Prabon .

Ketika sudah menjadi Desa, Di Desa Blimbing penduduknya ada dua agama yaitu Islam dan Kristen, tetapi kebanyakan masyarakatnya Islam semua, dibandingkan dengan agama Kristennya. Jadi masyarakatnya sangat guyub atau rukun dengan tetangga yang lain meskipun ada yang non muslim, dan masyarakat yang non muslim pun seperti itu jadi tidak ada bedanya antara muslim dan non muslim, sampai ketika hari raya masyarakat yang non muslim pun seperti musim karena mau menerima tamu datang kerumahnya non muslim untuk maaf-maafan, dan masyarakat non muslim disitu juga ikut kegiatannya warga Blimbing yang muslim. Pekerjaanya Masyarakat disana kebanyakan petani sebesar 80% dan yang 20% wiraswasta, PNS, dan Pensiunan. Ketika pagi semua masyarakat berbondong-bondong kesawah untuk merawat, dan saat ini sawah oleh masyarakat Blimbing kebanyakan padi, tetapi tidak harus padi semua ada juga tebu, jagung, cabai kecil besar dan sayur-sayuran.

Desa Blimbing tidak hanya bapak dan ibu tetapi ada Remaja-remaja disana banyak yang bekerja 80% dan 20% sekolah diluar Desa, Kecamatan dan Kabupaten.


(57)

47

Remaja yang bekerja pun tidak ada yang bekerja di Desa sendiri kebanyakan juga di luar Desa sekitar 50% karena Desa Blimbing sedikit lapangan buat bekerja, dan hampir tidak ada. Adapun lapangan pekerja yaitu menjahit sepatu atau buat sepatu, dan menjahit baju. Tetapi sama nanti akhirnya juga dibawah ke kota lainnya karena di Desa Blimbing tidak ada pabrik aslinya (menjahit sepatu). Tetapi untuk remaja masih ada kegiatan seperti karang taruna, remaja masjid. Dan kumpulannya diadakan setiap 2 minggu sekali, dan yang mengikuti pun banyak karena sudah rutin kumpulan, untuk yang bekerja atau sekolah diluar kota pasti ketika ada kumpukan karang taruna atau remaja masjid semua remaja pulang untuk meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan remaja yang ada di kampung halaman. Kegiatan remaja di Desa Blimbing pun hanya begitu meskipun sedikit penduduknya tapi masih semangat untuk memajukan Desanya.

Petani juga kebanyakan dari orang tua yang awalnya tidak punya pekerjaan. Setiap pagi Desa Blimbing sangat sepi sunyi tetapi masih sejuk karena masih banyak tanaman hijau. Ketika sore baru ramai karena warga banyak yang sudah pulang mencari kehidupan buat sehari-hari. Anak-anak yang masih pendidikan tingkat TK/RA/SD pergi mengaji di TPA/TPQ. Untuk ibu-ibu Ketika malam hari mempunyai kegiatan seperti, dihari selasa ibu-ibu dan remaja kegiatan diba’, kamis ada kegiatan yasinan yang di ikuti oleh ibu-ibu dan untuk bapak-bapak pun ada sendiri dan harinya juga sama. Minggu pagi ibu-ibu ada kegiatan seperti khataman qur’an . tetapi ada juga kegiatan setiap bulan dimasjid yang di ikuti oleh semua warga baik kecil remaja maupun orang tua. Mungkin seperti ini keadaaan Desa Blimbing setiap harinya. Ketika ada acara


(58)

48

seperti pernikahan, khitan semua warga bergotong royong untuk membantu. Bisa dilahat dari sini bahwa masyarakat Islam di Desa Blimbing sangat peduli dengan yang lain. Semua masyarakat Islam di desa Blimbing mengikuti acara seperti ini hanya untuk menghormati nenek moyangnya saja yang dahulu sudah berjasa pada desa Blimbing.

C. Pandangan dan Perilaku Masyarakat Islam terhadap keberadaan Punden

1. Sejarah dan Keberadaan Punden

a. Sejarah Punden

Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh mengenai kelebihan yang ada di punden. Di tengah-tengah Desa Blimbing terdapat Punden yang letaknya di sebelah selatan brantas sekitar 50 meter disitu kita akan menemui Punden. Penden disini ada yang menyebutnya “Boyot Potro”, adalah nama dari sesepuh Desa Blimbing yang mempunyai saudara di Desa lain yaitu Desa Segunung, wilayah Desa Blimbing ini terbentuk secara kelompok seperti Desa Blimbing, Desa Kedondong, Desa Karangri, dan Desa Prabon pemberian nama ini berasal dari penyesuaian dengan keadaan yang telah di jumpai oleh mbah potroh.

Di Punden terdapat 4 kursi 1 meja masih nampak dan disampingnya terdapat sumur yang sekarang sudah tidak terlihat karena sudah tertutup dengan akar-akar pohon beringin yang sangat besar, tempat ini sebagai tempat sedekah Bumi. Adat istiadat warga desa yang merupakan sarana untuk menghormati atau mngunjungin yang babat alas Desa dulu, serta mendoakan orang yang sudah meninggal karena sudah berjasa di desa.


(59)

49

Mereka dikenal dengan mbah potroh karena sudah membabat alas Desa Blimbing, dan di suatu saat Mbah Potroh meninggal dunia yang usianya semakin tua. Meninggalnya ketika beliau menjenguk saudaranya yang berada di Desa Segunung tetangga desa dengan desa Blimbing, dan dimakamkan di desa Segunung, meskipun meninggalnya di Desa Segunung, tetapi Mbah Potroh sangat berjasa di Desa Blimbing yang telah mana tadi sudah membabat alas Desa Blimbing yang awalnya cuma hutan, sawah dan sungai brantas. Sampai sekarang yang masih ada di Desa Blimbing yaitu petilasnya Mbah Potroh yang sekarang dinamakan “Punden “.

b. Keberadaan Punden

Sebelum penulis mengenai keberadaab Punden. Menurut sesepuh Desa Blimbing menjelaskan, bahwa saat ini bekas peninggalan Mbah Potroh yang masih terlihat berupa pohon beringin yang saat beras, sumur dan batu bata yang berbentuk sangat unik ada yang berbentuk meja dan kursi. Dan anehnya juga tidak ada orang yang tau siapa yang membuat seperti itu. Namun menurut seorang setempat ada yang bilang muncul dengan sendirinya secara ghaib. Adapun acara ruwah Desa yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitar halaman Punden dengan tujuan untuk mengenang jasa Mbah Potroh, yang dahulu telah membabat alas desa Blimbing.

Ada orang yang peduli dengan punden tersebut ada 2 orang, yang yang terdiri dari sutrami dan kosim (penjaga punden). Mereka selalu mengingatkan masyarakat sekitar untuk menyelenggarakan upacara seperti sedekah bumi yang


(60)

50

harus dilaksanakan. Di sisi lain punden tersebut terdapat keistimewaan sebagai adalah untuk memanggil arwah leluhur biar terjaga desanya dan memanjatkan do’a.

Ada sebagaian warga yang masih mau merawat punden, ada 2 orang (penjaga punden) yang setiap harinya membersihkan punden, dan menjaganya biar tidak rusak semua, seperti bebatuan yang unik biar tidak kotor atau rusak dan pohon besar ketika sudah tumbuh mengganggu tanaman yang lain (sudah rindang), ketika ada orang yang berkunjung tidak merasa terganggu dengan kotornya punden, jadi penjaga disitu membersihkan setiap harinya, supaya tetap bagus dan bersih.

Selain itu juga terdapat keanehan lain yang terkadang muncul secara tiba-tiba. Keanehan ada sebagaian warga tidak suka dengan punden dan beliau berbicara tentang punden atau menggunjingkan tentang punden, dan setelah itu tidak lama kemudia beliau yang membicarakan punden itu mendapatkan musibah atau malapetaka, orang yang membicarakan punden tersebut langsung sakit struk ketika beliau setelah membicarak punden tersebut. Keanehan yang kedua tersebut pada waktu pelaksaan upacara sedekah bumi, yakni ada seekor ular yang besar keluar dari pohon besar yang disebut oleh warga desa Blimbing dengan binatang yang menjaga punden tersebut.

2. Aktifitas Masyarakat Islam terhadap keberadaan punden

Adapun beberapa aktifitas yang harus dilakukan oleh masyarakat Islam dalam menyelenggarakan ritual pemujaan. Sebelum pemujaan para pengunjung yang harus


(61)

51

dipenuhi yaitu membawa kembang telor (seperti bunga mawar, dan bunga kenanga) untuk ditaburkan disekitar pohon-pohon dan benda-benda yang ada di area punden, dan dupa dibakar disekitar punden supaya penghuninya datang atau hadir pada waktu acara pemujaan tersebut.

Sedangkan tujuan para pengunjung membawa atau menyediakan beberapa persyaratan, berikut:

a. Menaburkan kembang di sekitar punden, digunakan untuk perlambangan (simbol) ungkapan dari apa yang di inginkan oleh pengunjung.

b. Membakar dupa sampai keluar asap, digunakan untuk memanggil atau mengundang penghuni (sing mbaureks) dari punden tersebut supaya hadir dan mengabulkan apa yang menjadi keinginan pengunjung.

Setelah menjalankan tata cara pemujaan, para pengunjung, kemudian sambil menunggu atau menanti terhadap keinginannya apa terkabul atau tidak. Jika pengunjung ingin hajatnya terkabul maka pengunjung harus benar-benar yakin dengan kekuatan yang dimiliki punden.

Menurut tanggapan masyarakat Islam setempat. Ketika mendekati ruwah desa masyarakat Blimbing mengadakan acara seperti acara “Tayuban atau ludruk” sampai satu malam, tayuban atau ludruk yang dilihat oleh semua warga desa Blimbing sebagai hiburan juga. Tapi sebelum ada acara seperti itu masyarakat paginya mengadakan tumpengan di Punden.

Kemudian punden (petilasan) yang di sekitarnya terdapat sumur, pohon beringin besar dan batu bara yang unik sekali, benda-benda seperti itu dikeramatkan


(1)

63

yang berziarah kemakam waliyullah boleh saja dengan tujuan sama yaitu untuk berdo’a agar mendapatkan berkah dari Tuhan maka sebaliknya kita berdo’a juga sebagai rasa terima kasih karena beliau-beliau berjasa pada masyarakat atau ulama’ yang menyebarkan agama Islam. Jadi disini masyarakat tetap berpedoman dengan apa yang ada dalam al-qur’an dan hadits Nabi SAW.


(2)

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini merupakan bab yang terakhir laporan hasil penelitian tentang pandangan dan perilaku masyarakat Islam terhadap keberadaan punden di Desa Blimbing Kec Kesamben Kab Jombang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keberadaan punden di desa Blimbing sampai saat ini masih lumayan bagus, karena setiap tahun ada kegiatan yanitu pembersihan Desa dan punden. Punden di Desa Blimbing sangat terjaga karena sebagai ucapan terima kasih kepada leluhur atau nenek moyang kita dahulu yang sudah mencarikan tempat tinggal untuk masyarakat Blimbing.

2. Pandangan masyarakat Islam setempat atau sekitarnya meyakini bahwa punden yang selama ini bukan hanya sekedar suatu tempat yang dikeramatkan, tetapi terdapat kesaktian atau keajaiban dipunden yang menyebabkan para pengunjung mengeramatkan, dengan harap ketika mengunjungi do’anya akan terkabulkan semua atau mustajabah. Bisa diartikan dari semuanya karena masyarakat mengutamakan punden sebagai tempat yang suci, alasannya sama dengan diatas untuk balas budi kita kepada leluhur.


(3)

65

3. Aktifitas masyarakat Islam terhadap keberadaan punden, seperti ruat Desa, prosesi pernikahan dan khitan yang dilaksanakan sebelum acara akad nikah, khitan ketika sebelum kenduren paginya mengadakan tumpengan di punden. Acara seperti itu dari nenek moyang kita dahulu dan masyarakat yang sekarang tinggal melestarikan adat-istiadat seperti itu.

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran penulis agar bisa mengembalikan kepada jalan yang benar, antara lain:

1. Diharapkan agar mereka memberi pengetahuan tentang ajaran agama-agama. Memberi kesempatan kepada mereka supaya bisa dialog (tukar menukar pikiran) tentang agama.

2. Meskipun keberadaan punden di Desa Blimbing tidak memberi pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat sekitar, diharapkan agar masyarakat sekitar tetap berjaga-jaga atas apa yang ada di punden. Misalnya merawat atau menjaga punden tersebut.

3. Menyediakan perpustakaan sejarah punden dari asal mula adanya punden tersebut, buku-buku agama supaya mereka bisa membaca dan mengetahui tentang ajaran agama sebenarnya dan tidak mendengar dari perkataan orang lain, yang belum tentu jelas asal-usulnya. Dan tidak menimbulkan kesalah pahaman jika ada literatur yang bagus mendidik mereka dengan memberikan pengajaran


(4)

65

Al-Qur’an supaya bisa memahami dan mengetahui ajaran agama lebih mendalam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. Fenomenologi Agama. Jakarta: PT. GBI Pasuruan,1996.

Al-Bandry, Abdul, Aziz. Hidup sejahtera dalam anugrah Islam. Jakarta: Gema Insani Islam, 1990.

Al-Buthy, Said, Ramadhan. Fikih Sirah. Jakarta: PT. Mizan Publika,2009.

Asy’ari, Imam. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.

Darajat, Zakiyah. Perbandingan Agama. Jakarta: Bumi Asia,1996.

Hadiwijoyo, Harun. Agama Hindu Budha. Jakarta: Gunung Mulia 2008.

Hakim, Agus. Perbandingan Agama. Bandung: CV.Diponogoro,1996.

Koentjaningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Pioner Jaya, 1996.

Meleong, Lexy, J. Metode Penelitian Kuantitatif. Bnadung: Penerbit Alfabet,1997.

Muhammad, Herry. Tokoh-tokoh Islam yang berpengatuh pada abad 20. Jakarta: Gema Insani,2002.

Mardalis. Metode Penelitian suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksa, 1989.

Prasetyo, Joko, Tri. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Rineka Cipta, 1991.

Primanata, Ario. Tokoh Mayarakat. Wawancara,2016.

Poerwadarminta. Kamus Lengkap Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,1976.


(6)

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2002.

Sugiono. Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabet, 2013.

Suhartono, Irwan. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rendra Karya,1996.

Tylor,E,B. Budaya Masyarakat Primitif. London:Oxford.1891.

Wiguna, Alivermana. Isu-isu kontemporer Pendidikan Islam. Yogyakarta:CV. Budi Utama,2014.

Yunus, Muhammad. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:Hidakarya,1990.