PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN DI DESA NGLEBAK KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG.

(1)

PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP

PENDIDIKAN DI DESA NGLEBAK KECAMATAN BARENG

KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

VAIZATIN AKROMAH

NIM. B05211049

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

#-ilI I

PERSETUJUAI{ PED{BIMBING

Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang ditulis oleh:

Nama

: Vaizatin Akromah

NIM : ts05211049

ftogram Studi : Sosiologi

yang befudul : "Pandangan Para Perem]ruan llesa Terhadap Pendidikan di

Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang", saya berpendapat skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diuiikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Amal Iaufiq. S.Pd" M.Si NIP. I 9700802199702tffit

Surabaya, 28 Juli 2015 Pembimbing

/,v


(3)

PENGESAHAN

Skripsi

oleh

Vaizatin Akromah

NIM

805211049 dengan judul:

"Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang" telah dipertahankan dan dinyatakan iulus di depan Tim Penguji Skripsi Pada tanggal 06 Agustus 2015.

TIM PENGUJI SKRIPSI

Penguji I Penguji II

Dr. H.

M

Shodiq. M.Si NIP. 1 9750 4232005011002

Penguji IV

Moh. Ilyas Rolis. S.Ag. M.Si

NIP. 1 9770 41820t1 0 1 I 007

@ w

-\mal Taufiq. S. Pd. M. Si

NIP. 1 9700802t997 021001

Surabaya, 12 Agustus 2015 Mengesahkan,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Akh. Muzakki. M.Ag. Grad. Dip. SEA" M.Phil. Ph.D

NIP. 1 9740209 t99803 1 002 r982t23 01 101 1007


(4)

PER}TYATAAFI

PERTAI\TGGUNG JAWABA}i PEI\TULISAI\T SKRIPSI B ismi I lahir ahm ani rr ahim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama NIM

Program Studi Judul Skripsi

:YuzatinAkromah

:805211049 : Sosiologi

:Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pe{tdrd*an di Desa Ngl€hak l{s,"m*an- Bare.ng

Kabupaten Jombang Menya*aken deagan sesr*rgguhnya hahna..

1) skripsi

ini tidak pemah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan mana pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.

2)

Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya seciua mandiri dan bukan merupakan plagiasi atau karya orang lain.

3)

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai

hasil plagiasi, saya bersedia menaggung segala konsekuensi hukum yang terjadi.

Surabaya 28 Juli 2015

;;::Ytlg

Menyatakan


(5)

ABSTRAK

Vaizatin Akromah, 2015,Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Perempuan dan Pendidikan.

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perempuan dan pendidikan yang berada di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang, fokus kajian yang diambil dari konsep perubahan sosial tersebut adalah tentang bagaimana cara mengubah mind set atau pola pikir yang para perempuan desa terhadap pendidikan. Agar para perempuan desa juga bisa meraih pendidikan yang tinggi yang ujung-ujungnya tidak hanya didapur saja.

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti menggunakan subyek primer dan subyek skunder. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang Perempuan dan Pendidikan di desa Nglebak ini adalah teori Gender dan Feminisme

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Kondisi pendidikan yang ada didesa Nglebak jika dilihat dari segi gender para perempuanya kurang begitu peduli dengan pendidikan untuk anak-anaknya khususnya untuk anak perempuannya. Karena akses sarana maupun prasana jalan menuju ke sekolah yang lebih tinggi sangatlah jauh dari desa mereka, sehingga mereka menghawatirkan anak-anaknya apabila sekolah terlalu jauh dari pengawasan orang tua. orang tua mereka kurang mendukung anak-anak perempuan mereka tidak mengizinkan anak perempuannya untuk melanjutkan pendidikan formalnya yang saharusnya mereka dapatkan alasan tidak ada biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya dan kurangnya dukungan dari orang tua membuat anak-anak mereka putus sekolah dan tidak menikmati indahnya dunia pendidikan.Pandangan para perempuan desa Nglebak disini rata-rata masih berpandangan negatif masalah pendidikan yang tinggi. Para perempuan desa Nglebak masih berpandangan lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki daripada anak perempuanya karena nantinya ketika laki-laki itu sudah memiliki keluarga atau istri bisa memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya kelak.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI .... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konseptual ... 7

F. Telaah Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian... 22

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 23

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 24

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 25

5. Teknik Pengumpulan Data ... 29

6. Teknik Analisis Data ... 31

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 32

H. Sistematika Pembahasan ... 35

BAB II TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN ... 38

A. Gender dan Kajian tentang Perempuan ... 38

B. Paradigma Fungsionalisme dalam Feminisme ... 42

C. Pendekatan Kebutuhan Gender ... 48

BAB III PANDANGAN PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN ... 53

A. Gambaran Umum Desa Nglebak ... 53

1. Sejarah Desa Nglebak ... 53

2. Letak Geografis dan Luas wilayah desa Nglebak ... 54

3. Kondisi Sosial ... 55


(7)

5. Potensi (Ekonomi, Sumber Daya Alam dan

Sumber Daya Manusia) ... 57

6. Potensi Infrastuktur Pendukung Pedesaan ... 58

7. Orbitrasi : Lama Tempuh ... 60

8. Jumlah Kependudukan Warga ... 60

9. Usia Penduduk ... 61

10. Kondisi Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Pendudukan ... 62

11. Agama dan Etnis ... 65

B. Deskripsi Hasil Penelitian Mengenai Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Desa Nglebak ... 67

1. Kondisi Pendidikan Masyarakat Desa Nglebak ... 67

2. Pandangan Masyarakat Desa Nglebak Terhadap Pendidikan ... 77

C. Tinjauan Teori Gender dan Feminisme Mengenai Perempuan Desa dan Pendidikan ... 90

BAB IV PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian) 4. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan 5. Biodata Peneliti


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini pendidikan amatlah penting bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan sudah merupakan kebutuhan untuk semua orang, tidak terlepas laki-laki atau perempuan. Pendidikan suatu bangsa merupakan faktor penunjang pembangunan bangsa. Pendidikan merupakan sektor kunci pembangunan, terutama pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan dapat dikatakan berhasil, salah satunya dengan meningkatnya aksesibilitas berdasarkan gender, artinya perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.1 Apalagi pendidikan bagi seorang perempuan yang kelak akan menjadi suatu panutan bagi anak-anaknya.

Umat manusia tanpa pendidikan tidak akan jauh berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi kaum perempuan sebagaimana halnya juga sangatlah penting juga bagi kaum laki-laki. Hal ini tidak berarti bahwa metode-metode yang diterapkan kepada kaum perempuan dan kaum laki-laki harus sama dan setara. Dalam penyusunan beberapa rencana pendidikan bagi kaum perempuan dan kaum laki-laki kesetaraan dan

1

Pinky Saptandari dan Diah Retno Sawitri, Perempuan dan Pendidikan, (Jakarta : Konsorsium Swara Perempuan (KSP) dan The Ford Foundation Jakarta, 2005) 123.


(9)

2

ketidak identikan ini harus selalu dijaga sebagai satu pemikiran yang konsisten.2

Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia (dalam hal ini ada pada masyarakat desa) dapat hidup berkembang sejalan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan, dan sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan diri membentuk disiplin hidup.3 Dalam memajukan pendidikan nasional, peranan orang tua sangat menentukan, khususnya pola pikir orang tua terhadap masa depan anaknya. Dalam hal ini diperlukan pendidikan formal yang harus dijalani oleh anak-anak usia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas pendidikan dan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan yang ada. Sebenarnya usia anak dan remaja mempunyai potensi yang sangat positif jika dikembangkan dengan benar, karena masih banyak anak-anak dan remaja yang masih mempertahankan tradisi dan nilai-nilai agama.Namun pendidikan masih merupakan konsep yang belum jelas, bahkan masih terus diperdebatkan di kalangan para orang tua yang sebagian besar ada di kalangan pedesaan yang rata-rata mata pencahariannya sebagai petani. Sebagian besar dari mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan di sekolah belum atau tidak mampu

2

Mahatma Gandhi, Women and Social Injustice , penerjemah Siti Faridah(Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2002) 7

3


(10)

3

menjamin kehidupan yang akan datang. Pendidikan tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk mempertahankan tradisi bertani yang mereka jalani. Serta selalu beranggapan bahwa informasi tentang pendidikan sangat mahal harganya, sehingga masyarakat yang kehidupan sehari-harinya bertani sulit untuk mencapainya.

Dalam realitas yang ada pada masyarakat Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ini makna pendidikan yang diberikan pada orang tua terhadap anak-anaknya begitu sangat acuh terhadap pentingnya pendidikan. Khusus apabila anaknya perempuan, tidak jarang terdapat adat kebiasaan yang tidak mendukung dan bahkan melarang keikutsertaan perempuan dalam pendidikan formal. Bahkan ada nilai yang mengemukakan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya ke dapur juga. Ada pula yang anggapanya seorang gadis harus cepat-cepat menikah agar tidak menjadi perawan tua. Paradigma seperti hal di atas yang menjadikan para perempuan di Desa Nglebak tersebut menjadi terpuruk dan dianggap rendah bagi kaum laki-laki.

Adapun aspek permasalahan yang menonjol dari rendahnya pendidikan di Desa Nglebak tersebut yakni akses dan jarak tempuh menuju tempat belajar atau sekolah sangatlah jauh dari desa tersebut. Di Desa Nglebak hanya terdapat satu sekolah formal saja yaitu hanya SD. Jarak tempuh menuju sekolah lanjutan menengah dan atas sekitar lima kilometer dari desa tersebut. Sehingga di lingkungan Desa Nglebak tersebut yang tergolong masyarakatnya masih tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak perempuanya


(11)

4

ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang terpaksa tinggal di rumah dan membantu pekerjaan orang tuanya saja, rata-rata mata pencaharian Desa Nglebak tersebut adalah sebagai petani dan menjahit dompet ataupun tas.

Berdasarkan masalah tersebut kondisi yang ada di desa Nglebak ini hanya terdapat satu sekolah informal yaitu SDN Nglebak. Dari data yang peneliti dapat jumlah penduduk yang ada didesa Nglebak berjumlah4 1826 jiwa yang terdiri dari 921 laki-laki dan 905 perempuan. Sedangkan jenjang pendidikan yang ada di desa Nglebak tersebut dari data profil desa setempat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang memenuhi wajib belajar 12 tahun bagi kaum perempuannya sangatlah minim.

Berdasarkan dari monografi Desa Nglebak di atas dapat diketahui bahwa dari sekian banyak penduduk yang ada di Desa tersebut namun minim sekali pendidikan yang semakin tinggi jenjang pendidikan yang ada di desa Nglebak semakin sedikit pulalah masyarakat yang mengenyam pendidikan formal tersebut. Maka dari itu peneliti tertarik membahas tentang pandangan para perempuan desa terhadap pendidikan di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ini agar para masyarakat khususnya yang perempuan desa lebih memprioritaskan atau mengubah pola pikirnya agar bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi, bahwa seorang perempuan itu tidak harus bisa didapur saja namun di ranah politik, sosial, hukum mereka

4


(12)

5

mampu mengapresiasikan dirinya dengan fikiran-fikiran kreatif dan inovatif yang mereka miliki.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pada suatu penelitian adalah untuk memudahkan dalam menganalisa dan mengevaluasi masalah serta agar dapat lebih terarah dan jelas. Sehingga diperoleh langkah-langkah pemecahan masalah yang efektif dan efisien. Sebagai pijakan dalam penelitian ini lebih lanjut menghindari kerancuan agar pembahasan tetap berfokus tidak terlalu lebar, maka sangat perlu disusun rumusan masalah penelitian terhadap permasalahan

“Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang”.

Adapun fokus penelitian yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ?

2. Bagaimana Pandangan Para perempuan desa terhadap Pendidikan di desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian di atas adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi pendidikan masyarakat Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.


(13)

6

2. Untuk mengetahui pandangan para perempuan Desa terhadap pedidikan di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pastilah mempunyai manfaat dan kegunaan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Secara Teoritis : Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi kalangan akademik yang membahas mengenai perempuan dalam pendidikan, khususnya pendidikan perempuan didaerah pedesaan.

Serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian untuk ikut serta dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan serta mengembangkan dunia pendidikan pada umumnya, dan pendidikan khusus perempuan terutama di Desa Nglebak Kecamatan Bareng kabupaten Jombang agar terus berkembang, cerdas dalam menghadapi tuntutan zaman yang sangat beragam.

Secara Praktis: Diharapkan penelitian ini juga bermanfaat untuk kalangan masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk memperbaiki ketimpangan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan dimasa yang akan datang.


(14)

7

E. Definisi konseptual

1. Pandangan

Menurut Kamus Besar Indonesia5 yakni memperhatikan, pendapat atau suatu yang tanggapan dari sesuatu serapan, objek maupun subyek. 2. Para Perempuan Desa

Makna perempuan sendiri menurut kamus besar Indonesia6 yaitu orang atau manusia yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. Sedangkan para perempuan yaitu suatu kumpulan dari beberapa orang manusia yang berjenis kelamin perempuan.

Desa memiliki arti kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa)

Dalam definisi para perempuan desa ini suatu kumpulan para wanita yang hidup didesa baik itu yang sudah menikah maupun yang belum menikah dengan pola pikiran yang ada dimasyarakat mereka tentang pendidikan yang mereka tempuh agar bisa mengubah pola pikiran mereka bahwa mengenyam pendidikan bagi masyarakat yang ada didesa itu juga penting, asumsi perempuan desa terdahulu yang rata-rata mengatakan perempuan yang ujung-ujungnya didapur itu tidak benar, pendidikan tinggi itu bisa diraih oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan. Bahwa perempuan juga mampu menjadi pemimpin suatu bangsa.

5

Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Edisi

KeEmpat. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2008) 231

6

Ibid 311


(15)

8

3. Pendidikan

Pendidikan menurut Nasution7 adalah interaksi individu dengan anggota masyarakat, yang berkaitan dengan perubahan dan perkembangan yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan dan keterampilan.

Pendidikan merupakan pembangunan dasar manusia.Pentingnya pendidikan harus dilihat dalam konteks hak asasi manusia, dalam artian bahwa setiap manusia berhak untuk memperoleh pendidikan. Pada sisi lain pendidikan merupakan kebutuhan dasar dari keberhasilan dan kesinambungan pembangunan, karena pembangunan memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu memanfaatkan, mengembangkan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk meningkatkan kualitas manusia.Artinya melalui pendidikan kualitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan kualitas yang meningkat produktivitas individualpun akan meningkat. Selanjutnya jika secara individual produktivitas manusia meningkat, maka secara komunal produktivitas manusia akan meningkat.

F. Telaah Pustaka

Dalam penelitian ini dengan judul, Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten

7


(16)

9

Jombang, penulis menggunakan penelitian terdahulu yang relevan dengan tema tersebut yakni:

1. Fitri Gayatri (2008) dalam skripsi dengan judul Faktor dan Dampak

Ketimpangan Pendidikan Perempuan dalam Kehidupan

Perempuan(Kasus: Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor Jawa Barat)8.

Penelitian ini ditulis oleh Skripsi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, INSTITUT PERTANIAN BOGOR di bawah bimbingan Winati Wigna

Adapun Perbedaan dalam penelitian skripsi tersebut yaitu : Di dalam penelitian yang ditulis oleh Fitri Gayatri tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mengkibatkan terjadinya ketimpangan dalam pendidikan perempuan, dan dampak yang ditimbulkan dari ketimpangan tersebut terhadap kehidupan perempuan. Faktor faktor yang mempengaruhi ketimpangan gender dalam pendidikan adalah persepsi orang tua dan anak terhadap pendidikan perempuan, dan pengambilan keputusan mengenai pendidikan perempuan.

Sedangkan penelitian yang akan saya tulis yakni membahas tentang pandangan para perempuan yang berpendidikan rendah maupun yang tinggi yang mana para perempuan-perempuan yang ada didesa Nglebak tersebut bertekat agar bisa mengupayakan dirinya bisa merubah pola pikir yang tertanam bahwa pendidikan itu penting dan agar bisa menunjang

8

Fitri Gayatri, Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan Dalam

Kehidupan Perempuan (Kasus Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor Jawa Barat), Skripsi Program

Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 2008


(17)

10

kebangkitan bangsa dan negara. Bahwa perempuan itu juga perlu pendidikan agar tidak hanya bisa didapur saja namun di politik, agama, sosial dll mereka mampu untuk berkreasi dengan fikiran dan kecerdasan yang mereka miliki.

Adapun persamaan dari penelitian terdahulu yakni sama-sama membahas tentang teori gender dan feminisme yang mana pandangan para orang tua mengenai pendidikan bagi anak perempuan sama pentingnya dengan pendidikan bagi anak laki karena anak perempuan dan laki-laki harus bisa mampu berdiri di atas kakinya sendiri kelak. Untuk dapat menjadi seseorang yang mandiri, maka seseorang harus bisa mengambil keputusan sendiri. Oleh karena itu, perempuan dan laki-laki harus berpendidikan.

2. Iwantoro (2002) dalam skripsi dengan judul Perbandingan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Tinggi Antara Anak Laki-Laki Dengan

Anak Perempuan Di Desa Menanggal Mojosari Mojokerto.9 Skripsi

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Adapun Perbandingan dari skripsi ini dengan tema penulis yakni skripsi yang ditulis oleh Iwantoro menganalisa tentang berawal dari banyaknya masyarakat yang memandang sebelah mata terhadap kaum perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan, seolah-olah perempuan

9

Iwantoro, Perbandingan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Tinggi Antara Anak

Laki-Laki Dengan Anak Perempuan Didesa Menanggal Mojosari Mojokerto. Skripsi Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2002


(18)

11

itu bukan makhluk yang pantas mengenyam pendidikan yang lebih tinggi atau bagus karena banyaknya kelemahan yang dimiliki. Tidak seperti laki-laki yang selalu dijagokan dan menjadi tumpuan cita-cita dalam keluarga maupun masyarakat sehingga dengan tidak disadari ada anggapan bahwa laki-lakilah yang pantas mengenyam pendidikan tinggi guna mengangkat derajat keluarga maupun masyarakatnya. Adanya pesimistis masyarakat terhadap perempuan karena kenyataan menunjukan bahwa dari sekian banyak perempuan diIndonesia hanya sedikit yang sukses dalam menempuh kariernya.

Adapun persamaan dari penulisan ini yakni sama-sama membahas tentang pandangan sebelah mata tentang pendidikan bagi kaum perempuan, kaum perempuan masih mengandalkan isu-isu tentang anggapan para masyarakat tentang wanita buat apa sekolah tinggi-tinggi toh ujung-ujungnya juga didapur saja. Serta teori yang dibahas yakni mengenai ketimpangan gender.

3. Misran Syaifullah (2010) Dalam skripsi dengan judul Pandangan Keluarga Petani Terhadap Pendidikan Anak Di Desa Sungai Limas

Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara.10 Skripsi

Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur.

10

Misran Syaifullah,Pandangan Keluarga Petani Terhadap Pendidikan Anak Di Desa

Sungai Limas Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara. Skripsi Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur. 2010


(19)

12

Adapun perbedaan dari penulisan ini yaitu persepsi para keluarga petani dalam artian masyarakat desa yaang rata-rata matapencahariannya sebagai buruh tani tersebut peranan dari orang tua mereka kurang memperhatikan terhadap pendidikan yang diberikan kepada anaknya, mereka hanya memberi batasan pendidikan kepada anaknya bahwa sekolah seperlunya saja, Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya alat-alat komunikasi merupakan faktor yang secara tidak langsung ikut mempersulit untuk merubah jalan pikiran ke arah jalan pikiran yang bersifat ekonomis.

Adapun persamaan dari tema yang bersangkutan yaitu pandangan masyarakat desa yang mana mata pencaharian penduduk desa yakni sebagai petani, mereka seolah olah pendidikan didesa kurang begitu diprioritaskan, disini dari penelitian terdahulu ingin mengubah masyarakat desa tersebut agar mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi, bahwa pendidikan itu penting untuk semua kalangan baik itu desa di kota maupun laki-laki dan juga perempuan.

Mengenai pembahasan yang lebih mendetail tentang Judul Skripsi ini, maka ada dua variabel yang akan digodok mengenai tema yakni tentang Perempuan desa dan Pendidikan, berikut pembahasannya :

a. Tinjauan Tentang Perempuan Desa

Kaum perempuan adalah mitra kaum pria yang diciptakan dengan kemampuan-kemampuan mental yang setara. Kaum perempuan memiliki hak penuh untuk berpatisipasi dalam


(20)

13

aktivitas kaum pria, dalam detail yang sekecil-kecilnya. Kaum perempuan juga memiliki hak atas kemerdekaan dan kebebasan yang sama seperti yang dimiliki kaum pria. Kaum perempuan berhak untuk memperoleh tempat tertinggi dalam ruang aktivitas yang mereka lakukan, sebagaimana kaum pria dalam ruang aktivitasnya.11

Perempuan desa adalah sosok perempuan yang berada dikawasan pedesaan baik yang dewasa maupun muda ataupun anak-anak. Desa memiliki arti kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa). Masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama di sektor bercocok tanam, perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu dan yang sistem budaya dan sistem sosialnya mendukung mata pencaharian itu.12

Perempuan desa dari setiap daerah mempunyai masalah yang sama. Secara umum mereka menghadapi masalah yang sama pula. Yaitu tingkat hidup yang rendah dan jumlah keluarga yang relatif besar, tingkat pendidikan dan kesempatan belajar kurang, pengetahuan dan keterampilan yang sangat terbatas dan tertinggal dalam usaha tani, kurangnya sikap positif terhadap kemajuan baik karena adat, agama, maupun kebiasaan hidup. Perempuan dalam proses pembangunan dipedesaan bukanlah berarti hanya sebagai suatu tindakan

11

Mahatma Gandhi, Women and Social Injustice , penerjemah Siti Faridah(Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2002) 7

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Edisi


(21)

14

perikemanusiaan yang adil belaka, tindakan mengajar, mendorong perempuan dipedesaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan merupakan suatu tindakan yang efisien. Ikut sertanya perempuan pada umumnya dalam pembangunan dalam hal pendidikan berarti pula memanfaatkan sumber daya manusia dengan potensi yang tinggi.

Perempuan desa yang sehubungan dengan peranan dan kedudukannya dalam rumah tangga perlu diberikan perhatian khusus yang secara bersama dikaitkan dengan pendidikan. Padahal banyak orang percaya kalau perempuan selayaknya berada di lingkungan rumah tangga dengan tugas-tugas seperti melahirkan dan membesarkan anak, serta mengurus suami, agar keluarga tentram dan sejahtera.

Pandangan seperti itu dapat dibenarkan oleh penganut Teori Nature. Tetapi jika disimak, maka pandangan tersebut lebih memihak dan menguntungkan suami. Suami dengan segala aktifitasnya di luar rumah memungkinkan di hormati dan di hargai. Sementara isteri dengan keperempuannya ditempatkan pada posisi yang terpojok, karena perannya terbatas di dalam rumah (sektor domestik), dan jerih payahnya tidak menghasilkan uang. Perempuan memegang peranan penting sebagai ibu rumah tangga dengan berbagai jenis pekerjaan dari yang berat sampai yang ringan, seperti mengatur rumah tangga, memasak, mencuci, mengasuh dan mendidik anak. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi di sektor pertanian, maka perempuan


(22)

15

yang berprofesi sebagai petani perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari segala jenis sumber daya yang ada di sekitarnya berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

b. Tinjauan Mengenai Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan. Namun pada kenyataannya, bagi masyarakat golongan menengah kebawah, pendidikan bukan merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus di prioritaskan. Terutama bagi anak perempuan, selain masalah kemiskinan, stereo type masyarakat bahwa anak perempuan tidak perlu mengecap pendidikan menyebabkan anak-anak perempuan dari golongan miskin tidak memperoleh kesempatan bersekolah. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran tanpa terkecuali, baik


(23)

16

yang kaya maupun yang miskin dan masyarakat perkotaan maupun pedesaan (terpencil). Kurang meratanya pendidikan di Indonesia terutama akses memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin dan terpencil menjadi suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk menanganinya. Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih paling tinggi di antara negara-negara ASEAN. Posisi Indonesia jauh di bawah negara tetangga Malaysia dan Filipina.Setiap negara dunia ketiga selalu menempatkan prioritas yang tinggi untuk memajukan pendidikan.Asumsi dasar dalam member prioritas yang tinggi pada pendidikan ialah bahwa selain memajukan bangsa, pendidikan diharapkan member ketrampilan pada setiap individu agar bisa menjadi Sumber Daya Manusia yang produktif. Jenis pendidikan yang relevan untuk penduduk dunia ketiga telah banyak dipertanyakan.Apa yang umumnya berlaku saat ini, menurut beberapa kalangan, dilihat dari sudut filsafat pendidikan, merupakan kepentingan untuk menanamkan disiplin dan kepatuhan pada otoritas, bukan kreativitas, kebebasan maupun kepekaan terhadap lingkungannya baik sosial, ekonomi maupun politik.

UU RI Tahun 2003 tentang Sisidiknas BAB IV Pasal 6 ayat (1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Ayat (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan


(24)

17

pendidikan. yang menjelaskan tentang beberapa pengertian. Diantaranya yang penting tentang wajib belajar dan pendidikan dasar. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah, sedangkan Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.13

Program pendidikan formal minimal yang harus diikuti oleh warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah yaitu wajib belajar sembilan tahun. Wajib belajar ini merupakan salah satu program yang gencar di galakkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Program ini mewajibkan setiap warga Negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat. Wajib belajar ini ditujukan kepada setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun. Artinya setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dengan mengikuti program wajib belajar.

13

Soedijarto. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita.( Jakarta: PT Kompas Media Nusantara: 2008), hlm.56


(25)

18

Sementara pemerintah wajib menjamin terselengaranya wajib berajar minimal pada jejeng pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sebab wajib belajar ini merupakan tanggung jawab Negara yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sedangkan yang berusia lebih dari lima belas tahun ini pemerintah tidak mewajibkan untuk mengikuti pendidikan formal pada tingkat SMA (menengah) dan pendidikan tingggi. Walapun demikian tingkat pendidikan formal yang hanya tinggat SMA itu juga termasuk juga pendidikan formal rendah.

Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk meningkatkan kualitas manusia.Artinya melalui pendidikan kualitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan kualitas yang meningkat produktivitas individualpun akan meningkat. Selanjutnya jika secara individual produktivitas manusia meningkat, maka secara komunal produktivitas manusia akan meningkat.14

14


(26)

19

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya bepangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat luas. Bertolak dari hal tersebut terasa betapa pentingnya pendidikan. Wajar kalau pembangunan pendididkan merupakan bagian organik dari pembangunan nasional secara keseluruhan yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya

Tirtarahardja dan La sulo mengemukakan15 bahwa ada beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya:

15


(27)

20

1) Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat di mana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu, larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikendaki oleh masyarakat.

2) Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.

3) Pendidikan sebagai penyiapan Warga Negara. Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik di sini bersifat relatif, tergantung pada tujuan nasional dari masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda.

4) Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari


(28)

21

pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

Umat manusia tanpa pendidikan tidak akan jauh berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi kaum perempuan sebagaimana halnya juga sangatlah penting juga bagi kaum laki-laki. Hal ini tidak berarti bahwa metode-metode yang diterapkan kepada kaum perempuan dan kaum laki-laki harus sama dan setara. Dalam penyusunan beberapa rencana pendidikan bagi kaum perempuan dan kaum laki-laki kesetaraan dan ketidak identikan ini harus selalu dijaga sebagai satu pemikiran yang konsisten.16

Manusia sebagai makhluk sosial, mereka senang hidup bergaul dengan teman-temannya hidup bersama didalam masyarakat. Hidup di masyarakat itu merupakan manifestasi bakat sosial anak. Tetapi apabila tidak dipersiapkan dengan baik-baik maka sesungguhnya berbakat hidup sosial didalam masyarakat, akan mengalami kesulitan juga, apabila kelak harus masuk kedalam kehidupan masyarakat.17

Salah satu dari tujuan pendidikan yang disebutkan oleh ahli pendidikan adalah bahwa mendidik itu bertujuan membimbing anaknya agar kelak dapat hidup serasi dengan masyarakat tempat hidupnya, jadi yang terpenting disini adalah membekali kemampuan kepada anak didik baik laki-laki maupun perempuan agar anak itu

16

Mahatma Gandhi, Women and Social Injustice , penerjemah Siti Faridah (Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2002) 7

17


(29)

22

kelak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan masyarakat tempat hidupnya.

Dalam pandangan sosiologis masyarakat memang terdapat banyak tata kehidupan yang satu sama lain berbeda, ada norma moral, norma tradisional, norma perilaku dll. Anak harus disiapkan agar dapat menerima dengan sukarela ikatan-ikatan dari berbagai norma. Maka dari itu pendidikanlah yang harus mempersiapkan anak untuk hidup secara damai dengan orang lain disekitarnya. Pendidikanlah yang mempunyai tugas untuk mempersiapkan agar anak dapat hidup dengan memperhatikan kepentingan orang lain, sehingga tidak mengganggu kehidupan orang lain.

Dari beberapa pengertian pendidikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

G. Metode Penelitian

Dalam pembahasan ini terdapat beberapa metode atau cara dalam dalam melakukan penelitian terhadap Pandangan para perempuan Desa Terhadap Pendidikan di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang, berikut pembahasannya.


(30)

23

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian tentang Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Alasannya pertama penerapan pendekatan penelitian kualitatif terhadap penelitian ini karena penulis menggali nilai-nilai pengalaman dalam kehidupan masyarakat desa Nglebak tersebut melalui observasi langsung, dokumentasi dan wawancara kepada informan baik secara formal maupun informal dan mendapatkan data dari sudut pandang orang pertama.18Kedua, karena pendekatan ini lebih mampu mendeskripsikan segala aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perempuan-perempuan desa yang tingkat pendidikannya rendah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian tentang Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan ini peneliti melakukan penelitian seperti wawancara dan observasi (pengamatan) lokasinya bertempat di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014 dan selebihnya jika ada halangan ataupun kesulitan, waktu penelitian ini akan terselesaikan pada bulan Februari 2015.

18

Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman


(31)

24

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Setelah ditetapkan fokus penelitian dan rancangan penelitian secara tepat dan sesuai dengan format penelitian, langkah berikutnya adalah menentukan subjek penelitian.

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek data diperoleh apabila peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut informan, yaitu orang-orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan dan apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak dan yang lainya.

Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Sumber data primer yaitu sumber data dimana peneliti memperoleh data secara langsung dan yang menjadi data di sini antara lain: 19

Tabel 1.1

Daftar Nama-Nama Informan

No Nama Umur Jabatan

1. Ibu Tuminah 57 tahun Ibu rumah tangga (belum tamat SD)

2. Ibu Siti 30 tahun Ibu rumah tangga (belum tamat SD)

3. Ibu Susi 22 tahun Ibu rumah tangga ( tamat SD)

4. Ibu Suwanah 40 tahun Ibu rumah tangga (tamat SD)

5. Ibu Tyas 35 tahun Ibu rumah tangga

(tamat SLTA)

6. Evi 15 tahun Pelajar SMP

7. Rista 17 tahun Pelajar SMA

(Sumber data diperoleh dari wawancara peneliti kepada Informan)

19


(32)

25

b. Sumber data sekunder yaitu sumber dimana peneliti memperoleh data secara tidak langsung data diperoleh dari data yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data primer, antara lain berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.20Dalam hal ini peneliti memperoleh data berupa monografi desa, buku data statistik pemerintahan desa Nglebak. Serta Bapak Kepala Desa Bapak Abu Asim dan Bapak Sekeretaris Desa Bapak Supri yang mana wawancara dengan mereka berdua sebagai sumber data pelengkap mengenai penelitian tentang keadaan Desa Nglebak tersebut.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian yang mana juga menggunakan beberapa tahapan atau tingkatan yang sesuai dengan prosedur atau cara penelitian yang benar. Tahapan dalam penelitian itu sendiri meliputi.

a. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang digunakan oleh peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.21 Sebagaimana tahap pra lapangan itu sendiri dapat dilihat sebagai berikut.

20

Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka CIpta, 2002) ,107

21

Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif (Malang: Uin Maliki Press, 2010),281.


(33)

26

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang mana peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat didalam penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti, karena dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti dapat memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3) Mengurus Perijinan

Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang benar sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih dahulu. 4) Penilain Lokasi Penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta konteksnya. Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain atau tidak dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.


(34)

27

5) Memilih Informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.

6) Etika di dalam penelitian

Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan penelitian dilapangan peneliti harus bersikap sopan, dan berpura-pura tidak mengetahui keadaan yang berada dilapangan, peneliti harus menjadi pendengar yang baik, dan tidak bersikap menggurui serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dengan etika seperti ini dapat terjalin pola interaksi yang sangat baik antara peneliti dengan informan sehingga tidak merasa canggung. Sebagaimana didalam latar penelitian ini berada di perkampungan dimana banyak terdapat pendatang yang berada di luar daerah. b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan suatu proses awal yang berkelanjutan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti akan melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi


(35)

28

penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan ini peneliti telah masuk di dalam proses penelitian. Ketika peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam penggalian data.

Kemudian setelah peneliti memahami latar penelitian, dilanjutkan pada proses pegumpulan data. Dengan tahap memperoleh data baik dengan cara primer ataupun sekunder. Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

c. Tahap Analisis Data

Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan mengadakan suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan. Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar valid dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dan dikelompokkan sehinga dapat dideskripsikan untuk dianalisis hasil perolehan data dilapangan. Dan tujuan dari analisis data itu sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang diperoleh


(36)

29

oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Setelah peneliti mendapatkan data atau temuan dari lokasi penelitian dan dianalisis untuk mengetahui kebenarannya, maka peneliti bisa menuliskan serta menyusunya dalam laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian itu sendiri berhubungan dengan hasil dari temuan data yang berada dilapangan yang mana menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Suatu cara yang digunakan untuk mengamati dan mencatat obyek yang akan diteliti.22 Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas keseharian para perempuan yang ada di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Karena dengan observasi dapat kita

22


(37)

30

peroleh gambaran yang lebih jelas yang sukar diperoleh dari metode lain.23 Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan jenis observasi atau pengamatan tanpa partisipasi pengamat, jadi pengamat sebagai non-partisipan.24

b. Interview

Suatu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan.25 Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi.26 Interview atau wawancara adalah langkah pertama sebelum melangkah ke metode observasi.27

Peneliti menggunakan metode interview karena ingin mengetahui dengan jelas secara langsung kepada objek penelitian tentang bagaimana kegiatan yang dilakukan dalam perempuan yang berpendidikan rendah dalam kehidupan sehari-harinya di desa Nglebak kecamatan Bareng Kabupaten jombang.

c. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah

23

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006 ), 106

24

Ibid. 107.

25

Irwan Soehartono, Metodologi Peneiltian Sosial (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000), 98.

26

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006 ), 113.

27

Masri Singarimbun, Sofian Effandi, Metode Penelitian Survai, ( Jakarta:Rajagrafindo Persada, 2003), 25.


(38)

31

berbentuk foto, hasil karya perempuan yang berpendidikan rendah tersebut, dan lain - lain.28

6. Teknik Analisis Data

Dalam hal ini penulis meneliti kembali dari metode yang telah dipergunakan, agar di antara landasan yang tertulis dapat sejajar dengan hipotesa yang akan dipertanggungjawabkan. Metode yang dipergunakan antara lain:

a. Deskriptif

Yaitu tulisan yang diperoleh dari sumber data asli ketika berada di lapangan, seperti hasil wawancara atau informasi yang didapatkan dari informan untuk dipakai dalam penerapan metode kualitatif.29

Deskripsi ini menjelaskan tentang tantangan perempuan berpendidikan rendah dalam kehidupan sehari-hari di Desa Nglebak Kecamatan Bareng kabupaten Jombang.

b. Analisis

Yaitu memadukan fakta yang terdapat di lapangan dan selanjutnya menganalisanya, menjelaskan pokok-pokok persoalan dan mendapatkan kesimpulan akhir dari Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang.

28

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:Penerbit Rake Sarasin, 2000), 23.

29


(39)

32

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian tentang Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. ini kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti.

Selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.30

Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti melakukan usaha-usaha yaitu diteliti kredibilitasnya dengan melakukan teknik-teknik sebagai berikut:

a. Perpanjangan pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data atau menambah (memperpanjang) waktu untuk observasi. Wawancara yang awalnya hanya satu minggu, maka akan ditambah waktu satu minggu lagi. Dan jika dalam penelitian ini, data yang diperoleh tidak sesuai dan belum cocok maka dari itu dilakukan perpanjangan pengamatan untuk mengecek keabsahan data. Bila setelah diteliti kembali ke lapangan

30

Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kualitatif) (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009) , hlm. 228


(40)

33

data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

b. Trianggulasi

Trianggulasi sumber data menguji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data (cek and ricek) dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.31

1) Trianggulasi sumber, adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, maksudnya bahwa apabila data yang diterima dari satu sumber adalah meragukan, maka harus mengecek kembali ke sumber lain, tetapi sumber data tersebut harus setara sederajatnya. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan dimintakan kesempatan dengan sumber-sumber data tersebut.

2) Trianggulasi teknik, adalah untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu yang awalnya menggunakan teknik observasi, maka dilakukan lagi teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara kepada sumber data yang sama dan juga melakukan teknik dokumentasi.

3) Trianggulasi waktu, adalah untuk melakukan pengecekan data dengan wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda. Seperti,

31


(41)

34

yang awalnya melakukan pengumpulan data pada waktu pagi hari dan data didapat, tetapi mungkin saja pada waktu pagi hari tersebut kurang tepat karena mungkin informan dalam keadaan sibuk. Kemudian dilakukan lagi pengumpulan data pada waktu malam hari data pun didapat dan mungkin saja informan sedang istirahat sehingga dapat melengkapi dan mengecek atas kebenaran data. 4) Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara dengan para perempuan desa maupun di beberapa keluarga yang ada di desa Nglebak atau data interaksi masyarakat desa Nglebak. Gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto, alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti kamera, handycam, alat perekam suara sangat diperlukan untuk mendukung kredilitas data yang ditemukan oleh peneliti.

5) Mengadakan member check

Proses member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti, Pendidikan para perempuan desa Nglebak. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai atau tidak dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Data yang telah didapat tersebut akan dipertanyakan


(42)

35

kembali kepada pemberi data dengan menanyakan kembali apakah data yang diperoleh benar adanya maka akan memberikan kenyakinan bahwa data tersebut bukan hasil rekayasa peneliti. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data tersebut valid, sehingga kredibel atau dipercaya. Dari tujuan member check

adalah agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan sumber data atau informan. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data sesuai, setelah mendapat temuan dan kesimpulan.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian tentang Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan Di Desa Nglebak Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang Agar penelitian ini dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan maka akan disusun sistematika. Sistematika penulisannya terdiri dari empat bab, yang masing-masing membicarakan masalah yang berbeda-beda namun saling memiliki keterkaitan. Secara rinci pembahasan masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan


(43)

36

masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data. BAB II KAJIAN TEORI

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

BAB III ANALISIS DATA

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang diperoleh


(44)

37

dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

BAB IV PENUTUP

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari peneliti tentang penelitian yang sudah dilakukan.


(45)

BAB II

TINJAUAN TEORI GENDER MENGENAI PANDANGAN

PARA PEREMPUAN DESA TERHADAP PENDIDIKAN

A. Gender dan Kajian tentang Perempuan

Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Ann Oakley,32 sejak saat itu menurutnya gender lantas dianggap sebagai analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum. Gender merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender juga bisa diartikan sebagai suatu konsep hubungan sosial yang membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Konsep gender yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalkan, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan, sementara laki-laki dianggap sebagai orang yang kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada kala juga laki-laki yang emosional, lemah lembut,

32

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2010) 335


(46)

39

keibuan sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain.

Bagong Suyanto menjelaskan gagasan Engels tentang konsep gender sebagai berikut :

Engels menjelaskan33 perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial, kultural, dan keagamaaan bahkan melalui kekuasaan negara. Oleh karena melalu proses yang begitu panjang itulah maka lama-kelamaan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan menjadi seolah-olah ketentuan Tuhan atau kodrat yang tidak dapat diubah lagi. Demikian pula sebaliknya, sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi pada akhirnya memengaruhi perkembangan fisik dan biologis masing-masing jenis kelamin.

Seperti misalnya, gender laki-laki harus kuat dan agresif, sehingga dengan konstruksi sosial semacam itu menjadikan laki-laki terlatih dan termotivasi mempertahankan sifat tersebut dan pada akhirnya laki-laki menjadi lebih kuat dan lebih besar. Akan tetapi, dengan berpedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifat tersebut dapat dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat dan sama sekali bukan kodrat.

Sejarah perbedaan gender (gender differences)34 antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikontruksi secara sosial atau kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara. Melalui proses

33

Ibid 337

34

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 9.


(47)

40

panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.

Perbedaan gender (gender differences) pada proses berikutnya melahirkan peran gender (gender role) dan dianggap tidak menimbulkan masalah, maka tidak pernah digugat. Jadi kalau secara biologis atau kodrat kaum perempuan dengan organ reproduksinya bisa hamil, melahirkan dan menyusui dan kemudian mempunyai peran gender sebagai perawat, pengasuh dan pendidik anak sesungguhnya tidak ada masalah dan tidak perlu digugat. Akan tetapi yang menjadi masalah dan perlu digugat oleh mereka yang menggunakan analisis gender adalah struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan perbedaan gender tersebut. Dari study yang dilakukan dengan menggunakan analisis gender ini ternyata banyak ditemukan berbagai manifestasi ketidak adilan seperti dalam uraian berikut35 :

Pertama, terjadi marginalisasi. Bentuk ketidak adilan gender yang

berupa proses marginalisasi perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender. Dari aspek sumber misalnya, marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan.

35

Mansour Fakih, Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 99-102.


(48)

41

Revolusi hijau (green revolution) misalnya, secara ekonomkis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaanya dan kehilangan pekerjaan sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadapa perempuan. Banyak kaum perempuan miskin di desa termarginalisasi, sehingga semakin miskin dan tersingkir karena tidak memperoleh pekerjaan disawah contohnya. Hal ini berarti program revolusi hijau direncanakan tanpa mempertimbangkan aspek gender. Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi ditempat kerja, akan tetapi juga terjadi disemua tingkat seperti dalam rumah tangga, masyarakat, atau kultur dan bahkan sampai pada tingkatan negara.

Kedua, masalah subordinasi pandangan gender ternyata tidak saja

berakibat terjadinya marginalisasi, akan tetapi juga mengakibatkan terjadinya subordinasi terhadap perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional, dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin (sebagai pengambil keputusan ) maka akibatnya perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis.

Bentuk subordinasi akibat perbedaan gender ini bermacam-macam, berbeda menurut tempat dan waktu. Pada masyarakat jawa misalnya, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, akhirnya akan ke dapur. Bahkan dalam keluarga yang memiliki keuangan terbatas maka pendidikan akan diprioritaskan pada anak laki-laki.

Sejalan dengan bergulirnya waktu, tampaknya kaum perempuan banyak mengalami perubahan, terlebih di negara-negara demokrasi seperti Indonesia. Dengan di bentuknya kementrian khusus perempuan dan mulai menjamurnya


(49)

42

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan. Makin tampak pula gejala adanya gerakan feminisme yang bertujuan menempatkan posisi perempuan pada posisinya.

B. Paradigma Fungsionalisme dalam Feminisme

Feminisme berasal dari katan latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibanding laki-laki di masyarakat. Akibat persepsi ini, timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut untuk mengeliminasi dan menentukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia.36

Kerangka teori feminis gerakan kaum perempuan pada kenyataannya adalah gerakan transformasi dan bukan sebagai gerakan untuk membalas dendam kepada kaum laki-laki, dengan demikian dapat dikatakan gerakan transformasi perempuan adalah suatu proses gerakan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia (laki-laki dan perempuan) agar lebih baik. Feminisme tumbuh sebagai suatu gerakan sekaligus pendekatan yang berusaha merombak struktur yang ada karena dianggap telah mengakibatkan ketidak adilan terhadap kaum perempuan. Pendekatan feminisme berusaha merombak cara pandang terhadap dunia dan berbagai aspek kehidupannya. Feminisme justru menganggap bahwa pengintegrasian prespektif dan pengalaman

36

Dadand S. Anshori: Engkos Kosasih: dan Farida Sarimaya, Membicangkan Feminisme :


(50)

43

perempuan sebagai salah satu pijakan untuk mengembangkan tingkat kebenaran yang lebih tinggi.

Mereka juga beranggapan bahwa konsep objektivitas yang selama ini di dengung-dengungkan dan dianggap sebagai kebenaran justru amat jauh dari esensi kebenaran sesungguhnya karena konsep itu bibentuk oleh pengalaman dan perspektif kaum laki-laki, berangkat dari pemahaman keadilan gender.

Feminisme tumbuh sebagai suatu gerakan sekaligus pendekatan yang berusaha merombak struktur yang ada karena dianggap telah mengakibatkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Pendekatan feminisme berusaha mengubah pola pikir atau cara pandang kita terhadap dunia dan berbagai aspek kehidupan.

Aliran fungsionalisme struktural atau sering disebut aliran fungsionalisme, adalah aliran arus utama (mainstream) dalam ilmu sosial yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parson. Teori ini secara tidak langsung menyinggung persoalan perempuan. Akan tetapi, penganut aliran ini berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri dari atas bagian yang saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik, sampai keluarga) dan masing-masing bagian selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan (equilibrium) dan keharmonisan, sehingga dapat menjelaskan posisi kaum perempuan. Teori ini berkembang untuk menganalisis tentang struktur sosial masyarakat yang terdiri dari berbagai element yang saling terkait meskipun memiliki fungsi yang berbeda. Perbedaan fungsi tersebut justru diperlukan untuk saling melengkapi sehingga suatu sistem yang


(51)

44

seimbang dapat terwujud. Oleh karena itu, konsep gender, menurut teori struktural fungsional dibentuk menurut pembagian peran dan fungsi masing-masing laki-laki dan perempuan secara dikotomi agar tercipta keharmonisan antara laki-laki dan perempuan.

Kelompok feminis memunculkan beberapa teori yang secara khusus menyoroti kedudukan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Feminis berupaya menggugat kemapanan patriaki dan berbagai bentuk stereotip gender lainnya yang berkembang luas di dalam masyarakat.

Pengaruh fungsionalisme dapat ditemui dalam pemikiran feminisme liberal. Pada umumnya feminisme adalah gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya melawan pranata sosial yang ada, seperti institusi rumah tangga, perkawinan, maupun usaha pemberontakan perempuan untuk mengingkari kodrat. Karena adanya prasangka tersebut, maka feminisme tidak mendapat tempat pada kaum perempuan, bahkan ditolak oleh masyarakat sedangkan menurut kaum feminis, feminisme, seperti halnya aliran pemikiran dan gerakan yang lain, bukan merupakan suatu pemikiran dan gerakan yang berdiri sendiri, akan tetapi meliputi berbagai ideologi,paradigma, serta teori yang dipakainya. Meskipun gerakan feminisme berasal dari analisis dan ideologi yang bebeda, tetapi mempunyai kesamaan tujuan, yaitu kepedulian memperjuangkan nasib perempuan. Sebab gerakan ini berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa perempuan tertindas, dieksploitasi, dan berusaha untuk menghindari penindasan dan eksploitasi.


(52)

45

Dan salah satu pandangan feminis terhadap perbedaan peran gender laki-laki dan perempuan secara umum dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, dan salah satunya adalah feminisme liberal.

Feminisme liberal merupakan aliran pemikiran dari tokoh Margaret Fuller, Harriet Martineu, Anglina Grimke dan Susan Anthony. Dasar pemikiran kelompok ini adalah semua manusia laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi, semestinya tidak ada penindasan satu dengan yang lainnya. Feminisme liberal diinspirasi oleh prinsip-prinsip pencerahan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai kekhususan-kekhususan. Secara ontologis keduanya sama, hak-hak laki-laki dengan sendirinya juga menjadi hak-hak perempuan.37

Meskipun dikatakan feminise liberal, kelompok ini tetap menolak persamaan secara menyeluruh antara laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa hal, terutama yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, aliran ini masih tetap memandang perlu adanya perbedaan (distinction) antara laki – laki dan perempuan. Bagaimana pun juga fungsi reproduksi bagi perempuan membawa konsekuensi logis di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kelompok ini termasuk paling moderat di antara kelompok feminis. Kelompok ini membenarkan perempuan bekerja bersama laki-laki. Mereka menghendaki agar perempuan diintegrasikan secara total di dalam semua peran, termasuk bekerja di luar rumah. Dengan demikian tidak ada lagi suatu kelompok jenis kelamin yang lebih dominan. Kelompok ini beranggapan

37

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender perspektif Al- Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1999), hlm. 64


(53)

46

bahwa tidak selalu dilakukan perubahan struktural secara menyeluruh, tetapi cukup melibatkan perempuan di dalam berbagai peran , seperti dalam peranan sosial, ekonomi, dan politik. Organ reproduksi bukan merupakan penghalang terhadap peran-peran tersebut.38

Gerakan feminisme dilakukan dengan langkah nyata melalui gerakan turun ke jalan maupun ke seminar-seminar. Dalam wadah dan organisasi tertentu perempuan lebih dapat memperjuangkan nasib dan memberdayakan serta meningkatkan partisipasi dalam era reformasi ini. Oleh karena itu dibutuhkan perempuan yang mampu mendobrak, dengan bermodalkan pendidikan yang baik dan memenuhi kapasitas. Sangat sulit mengadakan perubahan jika tidak ada tenaga yang cukup untuk memperjuangkan nasip kaum perempuan.

Salah satu yang harus didobrak adalah pandangan masyarakat, khususnya laki-laki terhadap perempuan. Upaya mengubah pandangan itu adalah yang bersifat radikal (revolusioner) yang secara mendasar bisa melalui sosialisasi atau ada pula yang bersifat evolusioner (evolutif). Perubahan evolutif ditempuh dengan melakukan pelatihan-pelatihan atau forum analisis gender sebagai upaya penyadaran praktis. Penyadaran tadi diharapkan akan mendesak perubahan pada tatanan institusi dan pada level kehidupan bermasyarakat.

Untuk mensosialisasikan kesetaraan gender pada masyarakat memang perlu adanya upaya yang tepat, antara lain:

38


(54)

47

1. Pembekuan istilah gender dengan acuan pada keberadaan segala sesuatu yang ada dimasyarakat secara tradisi, dengan mempertimbangkan berbagai muatan pembangunan pendidikan

2. Pendekatan analisis gender tidak lagi merujuk pada pembeda biologis atau seks (laki-laki dan perempuan) atau sifat perorangan (maskulin-feminim) melainkan mengacu pada prespektif gender menurut dimensi sosial budaya 3. Perempuan pembangunan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan perbedaan peran gender dan ketergantungan laki-laki dan perempuan sebagai suatu hal yang dapat diubah dan akan mengalami perubahan sesuai dengan kondisi sosio-budaya masyarakat yang bersangkutan.

Dalam hal ini faktor pendidikan sangatlah penting, tanpa pendidikan semuanya hanya retorika dan angan-angan yang tidak pernah terwujud. Masalahnya adalah bagaimana perempuan harus berpendidikan sama dengan laki-laki. Ini perlu kerja keras untuk mengubah cara pandang masyarakat yang

berfikir perempuan istilah jawa mengatakan “kanca wingking” yang tugasnya hanya „olah-olah, umbah-umbah, mengkurep melimah lan momong bocah

(cuci piring, cuci pakaian, tengkurap-terlentang dan mengurus anak)

Upaya pemberdayaan perempuan bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan membutuhkan banyak waktu guna mengubah persepsi masyarakat terhadap perempuan dan pemberian motifasi kepada perempuan itu sendiri untuk mau bangkit dari keterpurukannya. Harus terus-menerus di injeksikan semangat juang yang tinggi kepada perempuan untuk memperoleh akses terhadap fasilitas dan pelayanan seperti halnya laki-laki.


(55)

48

Dalam teori feminisme juga terdapat beberapa kelompok yang terdiri dari aliran feminisme radikal. Aliran ini justru muncul sebagai kultur sexism atau diskriminasi sosial berdasarkan jenis kelamin di Barat pada tahun 60-an, yang sangat penting dalam melawan kekerasan seksual dan pornografi. Aliran radikal ini tidak melihat adanya perbedaan antara tujuan personal dan politik, unsur-unsur seksual atau biologis sehingga dalam melakukan analisis tentang penyebab penindasan kaum perempuan oleh laki-laki akar permasalahannya pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriakinya.

Aliran feminis marxis bagi mereka penindasan kaum perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan reproduksi. Persoalan perempuan selalu diletakkan dalam kerangka kritik kapitalisme. Karl Marx sendiri tidak banyak menjelaskan dalam teorinya tentang posisi kaum perempuan dalam perubahan sosiak. Menurut Marx, hubungan suami istri serupa dengan hubungan antara proletar dan borjuis, serta tingkat kemajuan masyarakat dapat diukur dari status perempuannya.

Aliran feminis sosialis menurutnya politik penindasan patriaki, yang mana aliran ini dianggap lebih memiliki harapan, karena analisis yang ditawarkan lebih dapat diterapkan. Bagi feminis sosialis penindasan kaum perempuan terjadi dikelas mana pun, bahkan revolusi sosialis ternyata tidak serta merta menaikkan posisi perempuan.

C. Pendekatan Kebutuhan Gender

Di berbagai negara dunia ketiga, terutama sejak dua dekade terakhir, telah mengembangkan suatu kebijakan, program, dan proyek yang secara


(1)

BAB IV

PENUTUP

Sebagai akhir pembahasan skripsi ini penulis akan kemukakan dua hal yaitu kesimpulan dan sara-saran serta diakhiri pula dengan penutup.

A. Kesimpulan

Pendidikan adalah hak setiap orang, baik itu laki-laki maupun perempuan dengan demikian semestinya tidak ada alasan untuk mendisriminasi ataupun menelantarkan pendidikan formal kaum perempuan yang ada di desa Nglebak ini berarti perempuan bisa belajar di bidang apa saja. seharusnya membuat para orang tua memikirkan nasip pura-putrinya yang harus memiliki pendidikan formal yang tinggi sehingga mereka bisa maju dalam berkarya yang mereka cita-citakan.

1. Kondisi pendidikan yang ada didesa Nglebak jika dilihat dari segi gender para perempuanya kurang begitu peduli dengan pendidikan untuk anak-anaknya khususnya untuk anak perempuannya. Karena akses sarana maupun prasana jalan menuju ke sekolah yang lebih tinggi sangatlah jauh dari desa mereka, sehingga mereka menghawatirkan anak-anaknya apabila sekolah terlalu jauh dari pengawasan orang tua. lembaga pendidikan sebagi tempat anak-anak mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan sehingga mereka pendapatkan pendidikan yang bagus atau yang layak mereka dapatkan. Akan tetapi disamping itu masih ada yang tidak


(2)

97

merasakan pendidikan formal yang seaharusnya mereka dapatkan pada saat itu dikarenakan orang tua mereka kurang mendukung anak-anak perempuan mereka tidak mengizinkan anak perempuannya untuk melanjutkan pendidikan formalnya yang saharusnya mereka dapatkan alasan tidak ada biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya dan kurangnya dukungan dari orang tua membuat anak-anak mereka putus sekolah dan tidak menikmati indahnya dunia pendidikan.

2. Pandangan para perempuan desa Nglebak disini rata-rata masih berpandangan negatif masalah pendidikan yang tinggi. Para perempuan desa Nglebak masih berpandangan lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki daripada anak perempuanya karena nantinya ketika laki-laki itu sudah memiliki keluarga atau istri bisa memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya kelak. Dan dari data penelitian yang didapatkan, bahwa tingkat pendidikan formal sebagian kaum perempuan di desa Nglebak yang memiliki pendidikan formal rendah adalah berjumalah rata-rata mereka hanya tamatan sekolah dasar (SD) 120% namun ada juga yang berpendidikan terakhir SMP 25% dan SMA 15%. Hal yang demikian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatasan ekonomi dan budaya yang masih kental dipegang oleh para orang tua bahwasanya pendidikan formal itu tidak begitu penting bagi anak perempuan, tidak adanya dukungan dari orang tua, mereka lebih memilih menjodohkan anak perempuanya di usia dini daripada menyekolahkannya. Dan Berbagai macam kesibukan yang mereka kerjakan saat ini dengan pendidikan yang


(3)

98

minim atau bahkan sangat minim, diantaranya seperti menjadi karyawan toko, buruh rumah tangga, penjahit dompet, dan bahkan hanya menjalani hari-harinya sebagai ibu rumah tangga, sungguh sangat ironis bukan. Padahal pendidikan formal itu tidak hanya untuk laki-laki dan wanita karir saja, tetapi hak semua orang termasuk perempuan kelas bawah sekalipun yang nantinya juga akan menjalani kehidupan rumahtangga, hal tersebut sebagai bekal bagi seseorang untuk kehidupan di hari berikutnya atau masa depannya.

B. Saran

Dalam penelitian yang berupa karya tulis skripsi yang berjudul

Pandangan Para Perempuan Desa Terhadap Pendidikan” peneliti melihat

bahwa masih terdapat banyak hal yang bisa untuk di perdalami mengenai kondisi sosial yang berada di desa Nglebak tersebut. Oleh karena itu peneliti sangat berharap untuk para pembaca dan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji pendidikan yang ada di desa Nglebak secara lebih mendalam yang mana dalam segi sosial masyarakatnya yang mana bisa dikaji melalui disiplin ilmu sosiologi.

Saran yang bisa peneliti berikan kepada Pemerintahan di Kabupaten Jombang serta para Penjabat Pemerintah yang berada di desa Nglebak, agar segera memperbarui akses jalan yang ada di desa tersebut serta mendirikan pendidikan formal yang lebih dekat lagi dengan desa tersebut sehingga, para anak-anak dengan mudah mencapai akses ilmu pendidikan.


(4)

99

Serta diadakan pula sosialisasi kepada masyarakat desa Nglebak agar mereka bisa mengubah pola pikir mereka masalah pendidikan, lebih-lebih kalau diadakan sekolah untuk perempuan yang gratis pula.

Dan yang terakhir Saran yang bisa peneliti berikan untuk masyarakat di desa Nglebak agar mereka saling bekerjasama untuk menjaga dan menggingatkan kepada yang belum mengerti dengan pendidikan agar bisa menciptakan desa yang lebih maju lagi dan bisa dibanggakan oleh semua khalayak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi,Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2007.

Anshori, Dadand S., Engkos Kosasih, Farida Sarimaya, Membicangkan

Feminisme:Refleksi Muslimah Atas Peran Sosial Kaum Wanita, Bandung:

Pustaka Hidayah, 1997.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Edisi KeEmpat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

---. Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Gandhi, Mahatma. Women and Social Injustice, penerjemah Siti Faridah Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002.

Gayatri, Fitri. Faktor dan Dampak Ketimpangan Pendidikan Perempuan Dalam Kehidupan Perempuan (Kasus Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor Jawa

Barat), Skripsi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 2008. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research II . Yogyakarta: Andi Offset, 2009.

Iskandar. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitaif dan kulitatif)

Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.

Iwantoro, Perbandingan Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Tinggi Antara Anak Laki-Laki Dengan Anak Perempuan Didesa Menanggal Mojosari Mojokerto. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2002.

Kuswarno, Metode Penelitian Komunikasi Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian, Bandung: Widya Padjajaran. 2009.

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2001.


(6)

Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin, 2000.

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan

Jakarta: Kencana, 2010.

Nasution, Sosiologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara, 2010. ---, Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

---, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Sinar Pustaka, 1994.

Saptandari, Pinky. dan Diah Retno Sawitri, Perempuan dan Pendidikan, Jakarta : Konsorsium Swara Perempuan (KSP) dan The Ford Foundation Jakarta, 2005.

Singarimbun, Masri. Sofian Effandi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003.

Soehartono, Irwan. Metodologi Peneiltian Sosial. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000.

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Praktek. Jakarta; Rineka Cipta. 2004. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: IKAPI , 2010.

Syaifullah, Misran. Pandangan Keluarga Petani Terhadap Pendidikan Anak Di Desa Sungai Limas Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur. 2010.

Titarahardja dan La Sulo,. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Renika Cipta, 2008. Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender perspektif Al- Qur’an, Jakarta: