JAS Vol 10 No 2 Menjelajah Gagasan tentang Rakyat Pekerja 10-Upaya Memadukan

RUANG METODOLOGI

UPAYA MEMADUKAN PENELITIAN
DAN PRAKSIS PERUBAHAN
SEBUAH REFLEKSI ANTARA INTELEKTUAL DAN AKTIVISME
Ika Wahyu 1

Abstract
The description is trying to integrate the researchers' and the activists' interests.
Such integration also means the effort of creating the convergence spot
between the organic intellectual and the mechanic intellectual basics of thinking,
between the theoretical and practical interests, and between the academic and
public interests.

Peran intelektual dalam perancangan

proses perubahan sosial. Biarlah para

dan perubahan sosial telah lama

politisi, teknolog, dan ekonom saja


menjadi bahan perdebatan, baik di

yang terlibat dalam perancangan dan

Indonesia maupun di mancanegara.

perubahan sosial. Namun, sebagian

Secara ringkas, bisa digambarkan

lainnya berpendapat bahwa intelek-

bahwa sebagian berpendapat bahwa

tual seharusnya “turun ke bumi,”

intelektual seharusnya “berumah di

berpar-tisipasi langsung dalam pro-


atas angin.” Artinya, tugas utamanya

ses

adalah bergelut dengan teori dalam

sosial. Perdebatan yang kelihatan

bidang yang dipelajarinya di univer-

terlalu “hitam-putih” itu tampaknya

sitas atau lembaga-lembaga peneli-

kini sudah mulai dilupakan. Bukan

tian, karena peran seperti itulah yang

saja karena keduanya sama-sama


memang harus dimainkannya dalam

benar sekaligus sama-sama salah,

perancangan

dan

perubahan

1 Peneliti pada Yayasan AKATIGA

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

99

UPAYA MEMADUKAN PENELITIAN DAN PRAKSIS PERUBAHAN

atau karena masing-masing punya


tanya titik konvergensi antara basis

kelemahan epistemologis sekaligus

pemikiran kalangan intelektual orga-

saling melengkapi, tetapi juga karena

nis dan intelektual mekanis, antara

terlalu

terlalu

kepentingan teori dan praksis dan

“steril”, sementara kondisi-kondisi so-

kepentingan akademis dan publik.


sial dan politik yang menjadi latar

Dalam tesisnya yang kesebelas ten-

belakangnya terus berubah.

tang Feuerbach, Marx menyatakan,

“hitam-putih”

dan

"sampai saat ini para filsuf baru meSekadar contoh, perdebatan itu akan

nafsirkan dunia, soalnya adalah ba-

sulit menjelaskan banyaknya aktivis

gaimana mengubah dunia." Ini tentu-


organisasi non pemerintah (ornop) di

nya bukan sekadar seruan untuk akti-

luar universitas yang melibatkan diri

visme membabi-buta. Dari tulisan-

dalam penelitian-penelitian akade-

tulisannya yang lain jelas dia akan

mis, dan juga sebaliknya, makin ba-

setuju dengan tesis berikutnya: jika

nyaknya intelektual universitas yang

kita ingin mengubah dunia, kita harus


melibatkan diri dalam proses pember-

mempelajarinya secara menyeluruh,

dayaan yang dilakukan oleh ornop-or-

hati-hati, dan teliti.

nop, perancangan sosial, dan pengambilan kebijakan. Memang ini bisa

Hal yang selalu dikritik kalangan akti-

saja menjadi soal pilihan. Namun,

vis terhadap para peneliti atau ka-

jelas jauh lebih kompleks dari sekadar

langan akademisi sosial ialah pemi-


pilihan “berumah di atas angin” atau

sahan antara teori dengan kepen-

“turun ke bumi,” karena melibatkan

tingan. Padahal, menurut Habermas,

perubahan-perubahan dalam struktur

upaya untuk membersihkan kepen-

dan formasi kultural, sosial, ekonomi,

tingan itu sendiri pada dasarnya ada-

dan politik, baik di tingkat global mau-

lah sebuah kepentingan, yakni kepen-


pun di tingkat lokal, sehingga bukan

tingan untuk membersihkan kepen-

saja akan menentukan peran intelek-

tingan dari ilmu-ilmu sosial. Kepen-

tual dalam perancangan dan peru-

tingan pembersihan itu adalah untuk

bahan sosial, tetapi juga menentukan

membangun

arah dan bentuk keberpihakan inte-

mengukuhkan eksistensi ilmu sosial


lektual.

yang setara dengan ilmu alam. Upaya

obyektivitas

guna

ini sama sekali tidak dirancang untuk
Meminjam istilah Gramsci, memadu-

memperoleh kebenaran tentatif yang

kan antara kepentingan peneliti dan

proses pengupayaannya tidak akan

aktivis adalah mengupayakan tercip-


pernah mengenal kata akhir dalam

100

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

RUANG METODOLOGI

sejarah kehidupan manusia, melain-

masyarakat akademik sering kali juga

kan merupakan sebuah pencarian le-

buruh itu sendiri. Mereka adalah bu-

gitimasi politik dalam ruang relasi

ruh terdidik yang benar-benar mema-

kekuasaan — negara/pemodal vis a

hami

vis rakyat (lihat Ignas Kleden, 1987;

tahuan. Oleh karena itu, banyak di an-

dan Wallerstein, 1996).

tara mereka yang menjadi tokoh,

Dalam sebuah makalah yang berjudul

gantung pada inisiatif lapisan yang

Kontestasi antara Massa dan Negara:

lainnya. Di Indonesia, banyak lapisan

Massa Tanpa Pemimpin, antropolog

akademik yang berupaya mengon-

dari Universitas Gadjah Mada, Aris

disikan lapisan buruh untuk memiliki

Arif Mundayat menyatakan, dominasi

kesadaran ideologis yang kuat, tetapi

kapitalisme telah melahirkan sebuah

dalam praktiknya hal itu lebih mem-

proses pemisahan yang kuat antara

buat lapisan buruh itu justru tergan-

lapisan akademik dan buruh. Dalam

tung pada mereka sehingga tidak

hal ini lapisan akademik memiliki ke-

melahirkan pemimpin dari kalangan

hidupannya sendiri yang sama sekali

mereka sendiri.

perkembangan

ilmu

penge-

ketimbang menjadi lapisan yang ber-

berbeda dengan masyarakat tingkat
grass root (baca: buruh). Secara so-

Seperti juga gerakan sosial yang

siologis, kata Mundayat, mereka hi-

mengangankan revolusi, hampir se-

dup dalam dunia mereka sendiri-

mua ilmu sosial juga mengandung

sendiri secara encapsulated. Benar

unsur utopianisme tertentu. Hal ini

bahwa mereka hidup di dalam alam

jarang disadari oleh peneliti maupun

dan bahasa yang sama, namun ma-

kalangan

sing-masing mengembangkan dunia-

anggap kaum aktivis sebagai pemim-

nya sendiri-sendiri yang hampir tak

pin. Bagaimanapun, setiap ilmuwan

pernah bersentuhan. Memang, ada

sosial

upaya sentuhan lapisan akademik,

bangkan

baik itu yang berbentuk LSM, maha-

“masyarakat yang lebih baik” dan

siswa, akademisi, dan lainnya, ke

terus berpikir tentang bagaimana

tingkat grass root, namun sesung-

mencapai bentuk semacam itu. Salah

guhnya mereka tidak pernah menjadi

satu perdebatan terbesar dalam ilmu

bagian dari grass root itu sendiri.

sosial

Situasi

intelektual

yang

sesungguhnya
gagasan

adalah

mengem-

ideal

mengenai

meng-

tentang

manusia

membedakan

sebagai agen dan struktur sosial.

Indonesia dengan negara-negara late

Manusia jelas memiliki kemampuan

capitalism. Di banyak negara itu,

untuk mengubah aturan, mengubah

inilah

yang

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

101

UPAYA MEMADUKAN PENELITIAN DAN PRAKSIS PERUBAHAN

struktur masyarakat mereka, atau

alamannya, aktivis akan selalu berha-

dengan kata lain memiliki kemam-

dapan dengan tirani kekuasaan (mi-

puan sebagai agen yang melakukan

liter). Contohnya, aktivis buruh per-

perubahan. Revolusi sosial adalah

caya bahwa buruh akan bisa menang

perwujudan

ketika sudah menguasai alat pro-

nyata

dari

kekuatan

kreativitas manusia dan kehendak-

duksi.

kuasa mengubah struktur sosial. Namun, kita juga harus mengakui bahwa

Lalu bagaimana dengan pekerja or-

manusia memiliki keterbatasan dalam

nop, apakah mereka berperan seba-

hal apa yang dapat diubah dan se-

gai aktivis atau intelektual sosial?

berapa jauh mereka mampu mengu-

Ornop menghadapi krisis mendasar

bahnya. Setiap gerakan sosial, disa-

karena menyangkut persoalan ideo-

dari atau tidak, berangkat dari analisis

logis, sehingga jika tidak teratasi

tertentu terhadap problem-problem

akan berpengaruh besar terhadap

sosial yang ada dan metode-metode

masa depan mereka. Namun, seba-

yang

menga-

gian besar ornop justru tidak menya-

tasinya. Masalahnya, masih banyak

dari bahwa mereka pada saat ini

aktivis yang percaya bahwa sebagian

berada di persimpangan jalan: antara

besar,

persoalan

pilihan mengidentifikasikan diri seba-

sosial bisa diselesaikan melalui mobi-

gai civil society atau masyarakat sipil

lisasi massa militan, tanpa punya

dalam konteks "demokratisasi" mela-

kesabaran menganalisis maksud dan

lui sistem relasi politik dan ekonomi

tujuan mobilisasi itu sendiri dengan

model neoliberalisme, atau memilih

tajam. Hal inilah yang selalu menjadi

jalan sebagai bagian dari "gerakan

perdebatan di antara kalangan inte-

sosial" dalam rangka transformasi so-

lektual dan aktivis gerakan. Aktivis

sial menuju masyarakat demokrasi

percaya bahwa suatu perubahan so-

kerakyatan, yaitu suatu tatanan relasi

sial

melalui

sosial ekonomi dan politik yang ber-

revolusi dengan penggulingan kekua-

sendikan keadilan sosial dan kedau-

saan. Kepercayaan ini jelas bukan

latan rakyat.

dibutuhkan

bahkan

hanya

untuk

semua,

bisa

dicapai

tanpa dasar/asumsi tertentu. Kepercayaan ini berakar dari pengetahuan

Selama ini ornop diperebutkan untuk

akan

sosial

menjadi pendukung kebijakan neoli-

yang pernah terjadi dalam sejarah

beralisme, keinginan serta cita-cita

dan

untuk tetap menjadi pembela kaum

perubahan-perubahan
pengalaman

mereka

dalam

mengorganisasi rakyat. Dalam peng-

102

marginal,

dan

kedaulatan

rakyat.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

RUANG METODOLOGI

Saat ini kita menyaksikan bangkitnya

Aktivis

gerakan perlawanan rakyat di mana-

menyebar, tidak terorganisasi, dan

demokrasi

terpecah-pecah,

mana atau awal kebangkitan gerakan

hampir-hampir tidak memiliki keter-

sosial secara global, tetapi pada saat

kaitan dengan rakyat. Mereka mirip

yang sama kita juga menyaksikan

demokrat-demokrat yang mengam-

menguatnya paham masyarakat libe-

bang.

ral

yang

dipromosikan

melalui

penguatan masyarakat sipil yang ba-

Kalangan aktivis selalu berharap pe-

nyak melibatkan ornop. Akibatnya,

nelitian dapat menghasilkan suatu

tak pelak lagi, ornop berada di per-

formula

simpangan jalan.

pengorganisasian atau pun gerakan

ampuh

untuk

melakukan

massa. Kepentingan inilah yang kerap
Di sisi lain, ada tendensi di kalangan

kali

aktivis demokrasi, mereka cenderung

tingan penelitian yang bertujuan eks-

mengikuti rekomendasi solusi main-

planatoris atau pun yang hanya ber-

stream agar mereka meninggalkan

sifat

politik, menyerahkan urusan politik

peneliti maupun kalangan akademisi

pada elite, dan kembali melakukan

dari waktu ke waktu berusaha men-

kegiatan

sipil.

cari strategi melakukan penelitian

Harapannya, dengan melakukan itu

atau yang lebih dikenal sebagai meto-

akan ada sebuah perubahan. Solusi

dologi. Penggunaan metode kualitatif

seperti itu, terbukti tidak banyak

dari waktu ke waktu semakin me-

membuahkan hasil. Gagasan main-

nguat akibat sangat lemahnya me-

stream dalam dunia internasional ten-

tode

tang demokrasi menekankan pada

persoalan-persoalan subjektif infor-

pembangunan institusi-institusi pada

man. Dalam metode kuantitatif, pe-

tingkat atas, menyerahkan urusan

neliti diajak untuk dengan cepat

politik pada elite, dan prodemokrasi

membuat generalisasi segala feno-

bergerak kembali pada civil society.

mena yang muncul. Dengan metode

Dengan

kualitatif, banyaknya fenomena atau

dalam

masyarakat

melakukan

itu,

gerakan

bertentangan

deskriptif.

kuantitatif

dengan

kepen-

Berdasarkan

untuk

itu,

menjawab

ada.

pun menariknya satu fenomena ka-

Mereka harus diakui melakukan ba-

dang mengajak peneliti tercebur dan

nyak hal yang bagus. Konsekuensi

hanyut dalam hal yang ditelitinya.

pilihan itu membuat kalangan aktivis

Keduanya memang mempunyai kele-

sendiri merefleksikan sistem massa

mahannya masing-masing, namun di

mengambang

sisi lain, kedua metode tersebut juga

prodemokrasi

masih

zaman

tetap

Soeharto.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

103

UPAYA MEMADUKAN PENELITIAN DAN PRAKSIS PERUBAHAN

sendiri

menghimpun data tentang kelompok

dalam mengungkap fenomena dan

orang-orang yang dikaji, tetapi untuk

realitas sosial. Permasalahan meto-

menanamkan pengertian yang lebih

dologi kerap kali menjadi hal yang

baik pada mereka serta memelihara

membedakan

solidaritas

mempunyai

kelebihannya

antara

peneliti

dan

terhadap

mereka.

Ini

aktivis. Bila aktivis masuk dalam

berarti bahwa pada analisis terakhir

masyarakat

dari

tujuan PAR tidaklah hanya pada me-

masyarakat tersebut, maka peneliti

luasnya lembaga pengetahuan, tetapi

dengan konsep akademisnya beru-

pada mendorong aksi bagi perubahan

saha menjadi 'outsider' dari sebuah

sosial. Keempat, mengingat tujuan-

masyarakat.

tujuan khusus PAR tersebut, maka

sebagai

bagian

penguasaan

metodologi

belumlah

cukup,

penelitian

Pada awal 1980-an sekelompok akti-

saja

vis ornop dan mahasiswa yang sering

harus dilengkapi dengan suatu komit-

melainkan

terlibat dalam aksi-aksi sosial lokal

men sosial yang jelas. Beberapa wak-

mendirikan API (Asosiasi Peneliti In-

tu terakhir ini, muncul juga metode

donesia) dan memperkenalkan apa

baru yang diharapkan dapat memper-

yang disebut Participatory Action-

lihatkan kehidupan sehari-hari ma-

oriented Research, PAR (Penelitian

syarakat yang kita teliti, metode itu

Berhaluan Aksi Partisipatif). Sosiolog

dikenal dengan life story dan metode

Ignas Kleden (1997) menyebutkan

oral history yang mengajak informan

bahwa PAR memiliki empat kriteria.

yang kita teliti untuk menceritakan

Pertama, jika dalam penelitian em-

kembali sejarah versi mereka dengan

piris orang-orang yang menjadi sasa-

pengalaman dan pengetahuan yang

ran kajian tidak tahu-menahu dengan

mereka miliki.

hasil-hasil temuan riset, maka dalam
PAR orang-orang itulah justru yang

Yang menjadi persoalan sekarang:

pertama-tama harus tahu dan meng-

bagaimana peneliti di Indonesia seha-

gunakan hasil-hasil temuan tersebut.

rusnya memposisikan diri dalam me-

Kedua, orang-orang yang menjadi

nyikapi ketidakadilan? Apakah peneli-

sasaran penelitian sosial harus tidak

tian jalan terus dengan mengedarkan

diperlakukan sebagai sasaran obser-

kuesioner yang terangkai indah tanpa

vasi

harus

kepekaan sosial pada perjuangan ke-

dilibatkan secara aktif dalam pene-

seharian mereka yang tersisihkan?

litian tentang mereka sendiri. Ketiga,

Menurut salah seorang dokter huma-

tujuan PAR bukanlah hanya untuk

nis, yang juga aktivis dan antropolog,

104

ilmiah

semata,

tetapi

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

RUANG METODOLOGI

Paul Farmer, yang dipertaruhkan oleh
peneliti bukan hanya perdebatan akademis dengan adu kecanggihan teori,

kepada dinamika masyarakat
sendiri, dan dapat hidup dari kekuatan sendiri dan bukan dipaksakan dari atas.

tetapi sebuah sikap keberpihakan terhadap korban struktural sebuah "patologi kekuasaan". Dialektika antara
diri seseorang (the self) dengan dunia
sosio-kultural itu melalui tiga momen
dialektika. Triad dialektika itu adalah
eksternalisasi, objektivisasi, dan internalisasi; ketiga momen dialektik ini
saling

beroperasi

secara

simultan

(Berger dan Luckmann, 1990:xx dan
6). Menurut Bourdieu, kekuasaan bekerja bukan hanya lewat kelas dalam
arti hubungan yang tidak adil dengan
means of production di dunia ekonomi, tetapi lewat produksi dan reproduksi "modal simbolis". Di Indonesia,
wacana kebudayaan dipakai untuk
meminggirkan

penciptaan

Menurut Soedjatmoko juga,
...perlunya para peneliti mulai
mawas diri dan mencoba mengungkapkan dalam dirinya sendiri class bias-nya yang secara
tidak sadar mempengaruhi sikap penghadapan dirinya sebagai peneliti dan desain penelitiannya. Class bias ini juga
nampak pada sangat kurangnya
penelitian-penelitian tentang
elite Indonesia sendiri, misalnya
tentang perubahan-perubahan
di dalam susunan dan dinamika
internal golongan elite, prosesproses pengambilan keputusan,
struktur kekuasaan, serta hambatan-hambatan yang berakar
padanya yang menghalangi pelaksanaan yang efektif program-program pembangunan.

budaya

kaum lemah dan melihat perjuangan

Dalam pandangan aktivis maupun

sehari-hari mereka sebagai sesuatu

kalangan awam ilmu sosial terdapat

yang tidak punya nilai, sebagai cermin

stigma bahwa ilmu sosial pada dasar-

peradaban.

nya tidak jelas. Walau hasil dari sebuah penelitian sosial eksplanato-

Soedjatmoko, satu-satunya orang In-

ris/deskriptif mungkin tidak meya-

donesia yang pernah menjadi Rektor

kinkan kalangan aktivis atau pun

Universitas

organisasi

Bangsa,

Perserikatan

(1984:12)

Bangsa-

menggarisba-

wahi:
...pelaksanaan program-program pemerintah pusat makin
lama makin memerlukan penglihatan permasalahan dari dalam dan dari bawah, agar program-program itu dapat berakar

yang

berkepentingan,

sebagai peneliti kita tetap harus
melakukan penelitian. Bahwa ada
sekelompok orang yang menolak
temuan kita, tidak berarti bahwa
semua

orang

akan

menolaknya,

karena mungkin juga ada banyak
orang yang terdorong oleh informasi

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

105

UPAYA MEMADUKAN PENELITIAN DAN PRAKSIS PERUBAHAN

dan temuan kita yang akan berjuang

dalam pandangan mereka bukanlah

untuk mengubah kebijakan tertentu.

seperti pasien yang gejala-gejala

Adalah wajar bahwa ilmu sosial dido-

penyakitnya perlu didiagnosa dan

rong oleh keinginan untuk memper-

disembuhkan, melainkan lebih se-

baiki masyarakat. Kebanyakan orang

perti permainan. Tugas ilmuwan ada-

akan menganggapnya percuma jika

lah memahami aturan mainnya se-

tidak mampu menjawab persoalan-

hingga kita semua dapat bermain

persoalan sosial. Namun demikian,

lebih baik.

kita harus tahu bahwa niat baik ternyata tidak cukup untuk mengha-

Bahkan saat mempelajari masya-

silkan ilmu yang baik pula. Untuk

rakat lain, kita mau tidak mau meng-

menghasilkan ilmu yang baik kita ha-

ambil masyarakat sendiri sebagai

rus berpikir serius dan kreatif dalam

perbandingan. Margaret Mead, an-

mengidentifikasi masalah, membuat

tropolog Amerika yang tersohor, per-

pengamatan kritis terhadap asumsi-

nah mengatakan bahwa tujuannya

asumsi yang ada, bekerja keras

mempelajari masyarakat lain untuk

untuk mengumpulkan data yang da-

tahu bagaimana mengubah masya-

pat diandalkan, serta berpikir terbu-

rakatnya sendiri. Penelitiannya ten-

ka serta berani mengambil kesim-

tang seksualitas remaja di Samoa

pulan yang bertentangan dengan ke-

memperlihatkan

yakinannya.

bukanlah fase traumatik dalam kehi-

bahwa

pubertas

dupan seperti halnya di masyarakat
Ada juga ilmuwan sosial yang tidak

Barat. Apa yang selama ini dianggap

berusaha

penjelasan

alamiah atau tak terhindarkan ter-

terhadap masalah sosial tertentu dan

nyata bersifat kultural dan terbuka

tidak percaya bahwa ilmu sosial

bagi perubahan. Namun, walaupun

seharusnya dirancang untuk mem-

kesimpulannya

bawa perubahan sosial. Mereka me-

penelitiannya juga memperlihatkan

rancang penelitian untuk menaf-

bahaya dari niat baik. Seperti ditun-

sirkan perilaku manusia, bukan un-

jukkan sejumlah antropolog lain,

tuk menjelaskan apa yang menye-

lingkup informasinya tentang Samoa

babkan

Mereka

sangat terbatas dan ia juga keliru

juga cukup terbuka untuk mengakui

menafsirkan banyak hal dalam kebu-

bahwa ada sekian banyak penafsiran

dayaan setempat.

memberikan

orang

bertindak.

mungkin

benar,

berbeda yang sama sahnya terhadap
apa yang mereka teliti. Masyarakat

106

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

RUANG METODOLOGI

Pengalaman yang didapat seorang

nyataan sosial yang kompleks dan

peneliti sosial dari bergumul dengan

melihat perbedaan sebagai kete-

mereka yang 'termarginalkan' bisa

gangan yang perlu ditangani ketim-

menghasilkan karier, tetapi juga bisa

bang diabaikan. Dengan kata lain,

menghasilkan senjata untuk menye-

diskusi yang sungguh-sungguh me-

rang mereka, yang artinya peneliti

ngenai

berhutang besar pada kaum yang

mukan bentuk-bentuk perjuangan

'tersisihkan.'

hubungan

yang ada, dengan berbagai kapasitas

antara peneliti dan aktivis gerakan

lembaga/keorganisasian maupun in-

sosial seharusnya mencoba - memin-

dividu, jauh lebih bermanfaat ketim-

jam istilah Gramsci - ‘memberi ke-

bang menonjolkan perbedaan dan

rangka kembali' (reframe) pada ke-

mempertentangkannya.

Akhirnya,

kemungkinan

memperte-

Daftar Pustaka
Dickinson, Torry dkk. 2001. Fast Forward: Work, Gender and Protest in A
Changing World. Lanham: Rowman and Littlefield Publishers.
Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta:
Insist Press.
Hardiyanto, Barid. 2005. Pendidikan Rakyat Petani: Perjuangan Perlawanan
Menuntut Hak Atas Tanah. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Hutchinson, Jane dkk. 2001. Organising Labor in Globalising Asia. London:
Routledge.
Kompas. 2001. 'Aksi-aksi Politis Para Buruh', 22 Juni.
Indra Jaya Piliang. 2002. 'Banten: Jawara dan Pustaka', Suara Pembaruan.30
Mei.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

107