JAS Vol 10 No 2 Menjelajah Gagasan tentang Rakyat Pekerja 11-Resensi Buku

RESENSI BUKU

FAST FORWARD:
Work, Gender and Protest in
a Changing World
Ika Wahyu 1
Judul Buku

:

Fast Forward: Work, Gender and
Protest in A Changing World

Penulis

:

Torry D. Dickinson

Penerbit


:

Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Tahun

:

2001

Tebal

:

301 halaman (termasuk bibliografi
dan indeks)

Persoalan buruh dalam dunia yang

yang kita rasakan saat ini. Persoalan


terus berubah menjadi tema utama

perempuan

yang dibahas dalam buku ini. Buku ini

menjadi permasalahan yang selalu

mengulas mulai soal makna kerja,

muncul dalam setiap fase perubahan.

dan

kerja

perempuan

kerja-kerja rumah tangga, hingga

protes yang dilakukan buruh dalam

Untuk

k a i t a n n ya

memahami

gerakan

sosial,

perubahan

sangatlah penting untuk memahami

teknologi industri yang makin pesat.

perubahan kerja dan konteks kultural


Sejak awal terbentuk, kapitalisme

tempat gerakan sosial itu terjadi.

tumbuh dengan basis feodalisme,

Dengan mengkombinasikan analisis

oleh karenanya nilai-nilai feodal pun

feminis

masih belum lepas dari dunia kapitalis

(Wallerstein), buku ini melihat secara

dengan

dan


dan

sistem

dunia

1 Peneliti pada Yayasan AKATIGA

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

109

FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD

global dengan cara yang berbeda.

kerja yang mendukung kerja produksi

Metodologi


namun tidak diupah.

sistem

dunia

berbeda

dengan pendekatan penelitian lainnya
karena studi ini juga mempelajari isu

Buku

ini

mengeksplorasi

konsep

perubahan dalam dunia modern yang


rakyat pekerja (working people) di

terus berlanjut dan juga yang telah

mana terminologi buruh hanya dipakai

terhenti. Penelitian ini juga dilakukan

bila

dengan

yakni

gerakan buruh. Pada bagian penda-

dengan melibatkan aktivis gerakan

huluan penulis menyajikan analisis


sosial yang membantu kita untuk

holistik atas buruh yang dibayar dan

menganalisis sebuah protes sosial

kerja yang tidak diupah baik kerja

dengan cara baru. Teori sistem dunia

yang dilakukan laki-laki maupun kerja

dan metodologinya digunakan untuk

yang dilakukan perempuan. Dalam

melihat bagaimana dunia modern ini

sistem kapitalisme yang berlangsung


cara

partisipatoris

mengacu

pada

terminologi

telah berubah dan dipengaruhi oleh

secara global, ruling class dan working

perubahan, sekaligus juga melihat

class

siapa saja yang telah berjuang untuk


secara global. Bila kita melihat kapi-

perubahan. Kerangka teoretis ini juga

talisme sebagai sistem global, maka

memberikan kontribusi pada identi-

kita juga harus melihat buruh sebagai

fikasi sebuah proses sejarah. Unit

kelas buruh global. Dalam hal ini

analisis

buruh secara global juga memasuk-

yang


digunakan

adalah

dunia; tempat tinggal yang telah

terbentuk

kan seluruh

dan

bereproduksi

kelas rakyat pekerja di

terintegrasi secara sistematis oleh

dunia (the world's working class,

sistem ekonomi dunia. Mempelajari

hal.17). Dalam definisi kerja-kerja

perubahan

membutuhkan

rumah tangga, kerja informal dan

pencarian data dan analisis yang

segala jenis pekerjaan yang menyum-

cukup

bang

global

rumit.

Penulis

mengakui,

selama lima tahun, mungkin hanya

pada

merupakan

produktivitas
bagian

dari

kapital

kelompok

kerja,

rakyat pekerja. Global labor merupa-

gender, dan protes yang bisa terekam

kan kelas yang komposisinya multige-

dalam buku ini. Dengan pendekatan

nerasi seperti juga kapital global.

sistem dunia, dijelaskan mengapa

Konsep global labor mengacu pada

dalam

siapa saja dan tidak mendasarkan diri

sebagian

perubahan

masyarakat

dari

dunia

ketiga

terdapat berbagai hubungan produksi

pada

sekaligus, di mana terdapat buruh

penanda posisinya sebagai bagian dari

upahan namun juga terdapat tenaga

kelompok buruh. Pada konsep tradi-

110

keberadaan

upah

sebagai

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

RESENSI BUKU

sional

antara

Orang bekerja dengan harapan dapat

budak dan buruh adalah keberadaan

yang

membedakan

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja

upah. Namun, perkembangan industri

adalah

dan meluasnya makna kerja telah

demikian dinyatakan oleh para ahli

memperluas makna upah itu sendiri.

ekonomi-politik. Inilah, di sam-ping

sumber

segala

kekaya-an,

alam, yang membekalinya dengan
Saat

ini

banyak

anggota

rumah

material, yang diubahnya menjadi

(terutama

dengan

penda-

kekayaan. Namun, kerja secara tidak-

patan minim) berperan juga sebagai

terhingga juga lebih daripada ini. Ia

buruh upahan untuk waktu yang tidak

adalah kondisi dasar utama bagi

tentu dalam hidupnya. Ketika konsep

semua

kerja muncul yang selalu dibayangkan

hingga batas sedemikian rupa, dalam

adalah

tangga

bayaran.

laki-laki
Penulis

keberadaan

dengan

upah/

arti

dengan

tegas

berkata:

tertentu,

manusia,

mengharuskan

kerja

itu

sendiri

dan
kita
yang

menyatakan bahwa ini merupakan

menciptakan manusia. Konsep kerja

konsepsi sempit dari kerja. Faktanya

tidak dapat dipahami tanpa melihat

saat ini dari keseluruhan jumlah orang

gender

sebagai

hal

yang bekerja tidak hanya melulu laki-

dengan

relasi

sosial.

laki, dan mereka mengerjakan peker-

rumah tangga maupun kerja-kerja

jaan yang berbeda-beda. Perempuan

reproduksi yang dilakukan perempuan

melakukan banyak kerja di rumah

merupakan sumbangan yang tidak

tangga maupun kerja-kerja rumahan

kecil demi berlangsungnya sistem

yang merupakan bagian dari proses

kapital. Dalam pemahaman ekonomi,

produksi formal dan banyak di antara-

kerja semacam ini disebut sebagai

nya tidak dibayar. Kerja yang dilaku-

kerja informal untuk membe-dakan

kan perempuan di rumah atau pun

dengan pola kerja yang diupah.I

kerja rumah tangga dianggap sebagai

Dalam literatur lain (Moore dalam

bagian dari kerja subsisten, di mana

Saptari, 1997:14) dikatakan bahwa

reward atau upah yang diberikan

definisi tentang kerja sering kali tidak

tidak dalam bentuk formal.

h a n ya

yang

terkait

Kerja-kerja

2

m e n ya n g k u t

dilakukan

seseorang,

apa

ya n g

tetapi

juga

menyangkut kondisi yang melatarbe-

2 Hernando de Soto, seorang ahli ekonomi dari Amerika Latin, menyatakan bahwa orang yang terjebak di sektor informal

adalah karena tiadanya pilihan yang bisa diambilnya untuk bekerja di sektor formal. Dia menyatakan bahwa 'jika dalam
suatu negara tidak ada kerja informal, maka yang dipunyai adalah kerusuhan di jalan-jalan'.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

111

FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD

lakangi kerja tersebut, serta penilaian

daan makna kerja sangat dipengaruhi

sosial yang diberikan terhadap peker-

oleh relasi sosial dalam masyarakat,

jaan tersebut. Kerja upahan dianggap

namun dalam sistem dominan yang

sebagai kerja yang produktif; penda-

sedang berlangsung, makna sosial

pat ini didasarkan adanya pandangan

kerja ditentukan juga oleh pemilik alat

bahwa uang merupakan ukuran atas

produksi yang mengabaikan kerja

bernilai/berarti

reproduksi yang dilakukan perempuan

tidaknya

suatu

kegiatan. Dalam masyarakat yang

dalam rumah tangga.

berpendapat seperti ini, kerja perempuan

sering

kali

tidak

Bervariasinya jenis kerja dan makna

tampak, karena keterlibatan perem-

kerja secara sosial juga memisahkan

puan

dalam

objek-objek pelaku kerja tersebut.

pekerjaan yang tidak membawa upah

Buruh, misalnya, sebagai tenaga pro-

sebagai hasil kerjanya.

duksi ia juga merupakan konsumen

sering

kali

dianggap
berada

dari beberapa barang hasil produksi.
Meskipun memiliki waktu kerja dan

Artinya

buruh

beban kerja yang sama, kerja perem-

sebagai

satu

puan dan kerja laki-laki mempunyai

semata. Ketika buruh mempunyai

makna sosial yang berbeda. Makna

kepentingan jamak sebagai buruh

kerja tersebut dipertajam oleh tiga

maupun konsumen, aktivitas mereka

pertanyaan

sebagai

seperti,

siapa

yang

tidak

bisa

kesatuan

konsumen

dilihat

identitas

kemungkinan

mengorganisasikan kerja, siapa yang

membunuh status mereka sebagai

melakukannya, dan bagaimana kerja

pekerja bayaran. Hal ini juga dapat

tersebut dihargai. Selain pertanyaan-

menjadi

pertanyaan tersebut, makna sosial

memperlemah solidaritas di antara

dari kerja juga dipertajam lagi oleh

buruh upahan. Terpisahnya faktor

konteks gender, etnisitas, dan usia

kepentingan dan identitas membuat

kerja. Kerja yang dilakukan oleh anak

rakyat pekerja sulit untuk mem-

berbeda maknanya dengan kerja yang

bangun satu identitas untuk meres-

dilakukan oleh orang dewasa. Selain

pons masalah seperti upah. Dalam

itu, persoalan kerja juga dipengaruhi

situasi seperti ini amatlah tidak bera-

oleh

itu

lasan untuk mengharapkan (seperti

dilakukan. Di Afganistan, misalnya,

harapan Marx) bahwa buruh akan

pemerintah

mengadopsi

konteks

di

lebih

mana

kerja

memperbolehkan

salah

satu

identitas

hal

kelas

yang

yang

anak laki-laki bekerja dan melarang

tunggal.

perempuan dewasa bekerja. Perbe-

buruh dan konsumen, buruh dalam

112

Selain

identitas

sebagai

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

RESENSI BUKU

komuniti juga menghadapi berbagai

upah menjadi konsep yang perlu

masalah

menciptakan

dipertanyakan. Bagaimana menjawab

identitas lagi bagi dirinya sebagai

masalah-masalah kerja rumah tangga

strategi

yang tidak diupah? Untuk itu, gerakan

hidup

yang

bertahan

(Resmi

Setia,

2005). Artinya, selain terdiferensiasi

buruh

antara kerja laki-laki dan perempuan,

kerjanya untuk tidak lagi berhadapan

buruh upahan sebagai buruh formal

dengan perusahaan sebagai pemberi

juga mengalami perpecahan identitas

upah, namun juga menuntut negara

dalam dirinya sendiri. Beragamnya

untuk mengeluarkan kebijakan yang

identitas dan kepentingan bersama di

dapat melindungi dan mensejahtera-

kalangan kaum buruh menjadi perta-

kan

nyaan,

bisa

Dari sinilah sebuah transisi gerakan

mengorganisasi diri untuk merespons

sosial yang tadinya hanya didominasi

masalah yang merupakan kepenting-

buruh mulai berubah.

“Bagaimana

buruh

pun

memperluas

pekerja-pekerja

arena

non-upahan.

an bersama?”
Selama ini studi tentang formasi kelas
Untuk mengerti bagaimana buruh

dan transisi sosial selalu dipelajari

merespons masalah-masalah bersa-

dalam tataran yang bersifat umum

ma, kita perlu menganalisis perubah-

tanpa melihat pada rumah tangga dan

an secara keseluruhan sehingga dapat

sektor informal. Kerja rumah tangga

melihat kerja dalam skala yang lebih

mempunyai

luas. Persoalan kerja dan upah sudah

memiliki

menjadi persoalan yang krusial diba-

kerja upahan. Laki-laki, misalnya, bisa

has dalam gerakan buruh. Hal ini

dengan leluasa menjadi buruh upahan

mengingat

dan mempunyai produktivitas tinggi

dengan

isu-isu

upah

yang

hampir

berkaitan

selalu

kaitan

yang

ketergantungan

saling
dengan

bisa

ketika ditopang oleh kerja rumah

menyatukan kepentingan di antara

tangga yang dilakukan oleh perem-

buruh upahan. Namun sayangnya, isu

puan, baik itu istri atau pun ibu.

ini tidak bisa menarik buruh non-

Rumah tangga menjadi hal yang

upahan untuk menyatukan diri. Salah

menghubungkan relasi formal dan

satu jenis kerja yang juga dibahas

informal, antara global dan lokal,

secara khusus dalam bab-bab akhir

antara dominan dan subordinat, dan

oleh penulis ialah persoalan kerja

antara

rumah tangga yang dilakukan oleh

pekerja. Kenyataannya saat ini adalah

perempuan. Bila melihat konsep kerja

banyak perempuan yang sudah keluar

dalam skala yang lebih luas, makna

dari rumah tangga dan bekerja seba-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

laki-laki

dan

perempuan

113

FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD

gai buruh upahan. Oleh karenanya,

berbeda.

gerakan buruh saat ini juga banyak

negara seharusnya mampu menge-

melibatkan perempuan sebagai aktor.

luarkan kebijakan yang dapat menga-

Banyaknya angkatan kerja perem-

tur

puan yang diserap industri membuat

buruh. Kelompok revolusioner beru-

jumlah buruh perempuan saat ini,

saha menggulingkan negara dengan

terurtama di dunia ketiga, lebih besar

cara kekerasan sementara kelompok

dari angkatan kerja laki-laki, teruta-

reformis

ma di sektor-sektor industri tertentu.

nangkan kekuasaan melalui proses

Meskipun kerja upahan saat ini telah

elektoral. Memiliki kekuasaan baik

banyak dilakukan perempuan, stigma

dengan

akan tanggung jawab kerja rumah

damai masih merupakan tujuan politik

tangga yang harus diemban perem-

dari banyak gerakan buruh. Namun,

puan belumlah hilang sepenuhnya.

dalam praktik yang berlangsung saat
ini,

Mereka

relasi

melihat

antara

pengusaha

berusaha

untuk

kekerasan

banyak

bahwa

meme-

maupun

gerakan

dan

buruh

cara

tidak

makna

berusaha untuk menguasai negara,

kerja, dan relasi gender, gerakan so-

namun lebih mendorong negara untuk

sial baru membawa isu mengenai

membuat

adanya upah untuk semua jenis kerja.

merupakan

Gerakan sosial ini meminta negara

kapitalis

untuk menyusun kebijakan untuk

mempunyai

mendukung

untuk mempromosikan kesetaraan,

Dengan

perubahan

kerja,

keluarga.

Setelah

kebijakan

adil.

Negara

dari

sistem

institusi
dunia,

maka

banyak

negara

keterbatasan

melahirkan gerakan baru yang selama

meredistribusi

ini bertumpu pada gerakan buruh

menjaga keadilan. Negara, baik di

upahan, gerakan ini juga telah meluas

wilayah industri inti, periferi, maupun

menjadi

semi-periferi, tidak hanya memotong

gerakan

perempuan

dan

sumber

mengurangi

daya,

gerakan-gerakan lain yang berjuang

dan

untuk mencapai kesejahteraan. Pada

buruh, namun juga memindahkan

saat ini kita dapat melihat bahwa

kekuasaan dari pemerintahan pusat

gerakan protes telah melibatkan tidak

ke

hanya buruh upahan namun juga

lainnya

buruh non-upahan dengan isu gender

pemerintahan tingkat lokal dan NGO

sebagai pengikatnya.

menjadi salah satu agen formal dari

institusi
di

keuntungan

dan

formal

dari

dan

informal

masyarakat.

Otoritas

negara. Kecenderungan lain saat ini
Buruh dan rakyat pekerja umumnya

adalah

melihat negara dengan cara yang

memindahkan konflik yang seharus-

114

pemerintahan

pusat

juga

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

RESENSI BUKU

nya terjadi antara negara dengan

subsisten yang dilakukan di rumah,

rakyat menjadi konflik horisontal.3 Di

dan berbagi kerja dengan yang lain

negara-negara

semi-

membuat buruh tetap bertahan seba-

periferi, otoritas negara lebih berku-

periferi

dan

gai sebuah kelompok. Sumbangan

rang lagi. Banyak pemerintahan di

mereka

negara-negara ini telah memindahkan

ekonomi dan ruang politik di mana

kekuasaannya pada NGO, organisasi

buruh bisa mengorganisasikan diri

bantuan internasional, agen PBB, dan

secara

organisasi

pejaga

pedamaian.

Di

sebagai

dalam

membuka

independen
diversifying

ruang

digambarkan
movements.

beberapa negara seperti Somalia yang

Partisipasi dalam aksi gerakan bukan

kondisi

negaranya

sangat

hanya mengkonstruksi teori tetapi

lemah,

NGO

peran

juga merupakan cara belajar yang

negara sebagai institusi. Kalau kita

terbaik untuk membangun masyara-

melihat Indonesia, terutama Aceh

kat yang lebih adil di masa depan.

pasca-Tsunami, kondisi ini tidak jauh

Saat ini gerakan buruh telah bergerak

berbeda. Saat ini di Aceh peran negara

jauh

sangat

sudah

menggantikan

sedikit,

kalau

tidak

dengan

isu-isu

yang

tidak

bisa

terbatas mengacu pada perbaikan

dikatakan tidak terlihat; yang banyak

upah. Gerakannya telah melibatkan

melakukan perbaikan di sana adalah

isu-isu

kalangan NGO dan donor interna-

kelompok lain seperti, kondisi kerja

sional.

rumahan, kesetaraan gender, etnis
dan

yang

usia,

dihadapi

jaminan

kelompok-

kesehatan,

Pada akhirnya, sesuai dengan kondisi

kesehatan

lingkungan,

dunia yang berubah, buruh dengan

pendidikan

yang

cepat mengorganisasi kebutuhannya

demokrasi dan politik, dan partisipasi

untuk bertahan. Meluasnya gerakan

demokratis dalam badan pemerin-

buruh menjadi gerakan perempuan,

tahan. Oleh karena itu, sudah saatnya

gerakan

juga gerakan buruh keluar dari konsep

mencari

keadilan,

dan

baik,

kualitas
keamanan

gerakan demokrasi telah membuka

perjuangan

ruang protes yang luas dan melibat-

melibatkan buruh dan bersama-sama

kan banyak institusi lain di luar serikat

dengan gerakan lainnya membangun

buruh. Kerja non-upahan yang dilaku-

kekuatan bersama untuk membangun

kan di rumah dan di jalanan, kerja

masyarakat di masa depan.

sektoral

yang

hanya

3 Di Indonesia misalnya, kebijakan Bantuan Langsung Tunai sebagai kompensasi kenaikan BBM secara nyata telah

memindahkan konflik dari negara vs rakyat menjadi konflik horisontal di antara anggota masyarakat sendiri. (Kompas, 21
Oktober 2005)

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005

115

FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD

Buku

lugas

pemegang otoritas atas rakyatnya,

mengenai konsep dan makna kerja,

ini

bertutur

kian hari kian melemah, terlindas oleh

persoalan gender, dan protes sosial

kepentingan sistem dominan yang

yang telah berkembang sedemikian

berlangsung. Negara menjadi 'impo-

rupa

sejalan

secara

perubahan

ten' di tengah kepentingan dunia in-

dunia. Dari sini kita dapat melihat

dengan

ternasional terhadap pasar dan tena-

bahwa perkembangan gerakan sosial

ga kerja Indonesia. Sebagai bagian

tidaklah lepas dari relasi gender yang

dan agen dari kepentingan kapitalis

terjadi. Meluasnya agenda dan isu dari

internasional, pemerintah hanya ber-

gerakan sosial sangatlah dipengaruhi

tindak menjadi pengatur berjalannya

oleh masuknya isu perempuan dalam

sebuah sistem kapital. Pemerintah

gerakan sosial. Gerakan sosial tradi-

tidak lagi menjadi simbol penguasa,

sional yang tadinya hanya melibatkan

karenanya masalah-masalah yang ha-

buruh upahan sebagai aktor gerakan

rusnya menghadapkan rakyat dengan

telah

negara seperti kasus pencabutan sub-

meluas

elemen

dengan

masyarakat

melibatkan
lain

ketika

melihat makna kerja secara lebih luas.

sidi BBM telah dipindahkan konfliknya
menjadi rakyat vis a vis otoritas lokal,
di mana pemerintah menghindari kon-

Buku yang ditulis berdasarkan pene-

flik masif dengan rakyat.

litian dan pengamatan selama lima tahun di negara-negara inti, semi-peri-

Dalam konteks ini, gerakan buruh

feri, dan periferi ini telah menggam-

masih berada dalam posisi yang lemah

barkan bahwa sebuah proses sosial

karena

yang berlangsung di negara inti akan

masih sangat sedikit dan kurang

mempengaruhi

relasi

dan

buruh

yang

terorgani-sasi

formasi

menggalang kekuatan. Bila tercerai-

sosial di negara-negara semi periferi

berainya gerakan buruh dalam buku

dan periferi. Meskipun mungkin pro-

ini

sesnya berjalan berbeda atau konteks

paradigma

sosial negara tersebut berbeda, hu-

negara

atau

bungan saling mempengaruhi di anta-

konteks

Indonesia,

ranya tetap ada.

lebih kompleks. Bermacam-macam

lebih

didasarkan
mereka

perbedaan

dalam

melihat

kekuasaan,

dalam

perdebatannya

kepentingan dan eksistensi kelompok
Dalam konteks Indonesia, membaca

buruh

buku ini membuat kita bisa melihat

bersatunya

lagi peran negara dan kondisi pekerja

merespons

informal kita. Peran negara sebagai

permasalahan bersama.

116

menjadi

faktor

serikat
hal-hal

tidak

buruh
yang

bisa
untuk

menjadi

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005