JAS Vol 10 No 2 Menjelajah Gagasan tentang Rakyat Pekerja 11-Resensi Buku
RESENSI BUKU
FAST FORWARD:
Work, Gender and Protest in
a Changing World
Ika Wahyu 1
Judul Buku
:
Fast Forward: Work, Gender and
Protest in A Changing World
Penulis
:
Torry D. Dickinson
Penerbit
:
Rowman & Littlefield Publishers, Inc.
Tahun
:
2001
Tebal
:
301 halaman (termasuk bibliografi
dan indeks)
Persoalan buruh dalam dunia yang
yang kita rasakan saat ini. Persoalan
terus berubah menjadi tema utama
perempuan
yang dibahas dalam buku ini. Buku ini
menjadi permasalahan yang selalu
mengulas mulai soal makna kerja,
muncul dalam setiap fase perubahan.
dan
kerja
perempuan
kerja-kerja rumah tangga, hingga
protes yang dilakukan buruh dalam
Untuk
k a i t a n n ya
memahami
gerakan
sosial,
perubahan
sangatlah penting untuk memahami
teknologi industri yang makin pesat.
perubahan kerja dan konteks kultural
Sejak awal terbentuk, kapitalisme
tempat gerakan sosial itu terjadi.
tumbuh dengan basis feodalisme,
Dengan mengkombinasikan analisis
oleh karenanya nilai-nilai feodal pun
feminis
masih belum lepas dari dunia kapitalis
(Wallerstein), buku ini melihat secara
dengan
dan
dan
sistem
dunia
1 Peneliti pada Yayasan AKATIGA
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
109
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
global dengan cara yang berbeda.
kerja yang mendukung kerja produksi
Metodologi
namun tidak diupah.
sistem
dunia
berbeda
dengan pendekatan penelitian lainnya
karena studi ini juga mempelajari isu
Buku
ini
mengeksplorasi
konsep
perubahan dalam dunia modern yang
rakyat pekerja (working people) di
terus berlanjut dan juga yang telah
mana terminologi buruh hanya dipakai
terhenti. Penelitian ini juga dilakukan
bila
dengan
yakni
gerakan buruh. Pada bagian penda-
dengan melibatkan aktivis gerakan
huluan penulis menyajikan analisis
sosial yang membantu kita untuk
holistik atas buruh yang dibayar dan
menganalisis sebuah protes sosial
kerja yang tidak diupah baik kerja
dengan cara baru. Teori sistem dunia
yang dilakukan laki-laki maupun kerja
dan metodologinya digunakan untuk
yang dilakukan perempuan. Dalam
melihat bagaimana dunia modern ini
sistem kapitalisme yang berlangsung
cara
partisipatoris
mengacu
pada
terminologi
telah berubah dan dipengaruhi oleh
secara global, ruling class dan working
perubahan, sekaligus juga melihat
class
siapa saja yang telah berjuang untuk
secara global. Bila kita melihat kapi-
perubahan. Kerangka teoretis ini juga
talisme sebagai sistem global, maka
memberikan kontribusi pada identi-
kita juga harus melihat buruh sebagai
fikasi sebuah proses sejarah. Unit
kelas buruh global. Dalam hal ini
analisis
buruh secara global juga memasuk-
yang
digunakan
adalah
dunia; tempat tinggal yang telah
terbentuk
kan seluruh
dan
bereproduksi
kelas rakyat pekerja di
terintegrasi secara sistematis oleh
dunia (the world's working class,
sistem ekonomi dunia. Mempelajari
hal.17). Dalam definisi kerja-kerja
perubahan
membutuhkan
rumah tangga, kerja informal dan
pencarian data dan analisis yang
segala jenis pekerjaan yang menyum-
cukup
bang
global
rumit.
Penulis
mengakui,
selama lima tahun, mungkin hanya
pada
merupakan
produktivitas
bagian
dari
kapital
kelompok
kerja,
rakyat pekerja. Global labor merupa-
gender, dan protes yang bisa terekam
kan kelas yang komposisinya multige-
dalam buku ini. Dengan pendekatan
nerasi seperti juga kapital global.
sistem dunia, dijelaskan mengapa
Konsep global labor mengacu pada
dalam
siapa saja dan tidak mendasarkan diri
sebagian
perubahan
masyarakat
dari
dunia
ketiga
terdapat berbagai hubungan produksi
pada
sekaligus, di mana terdapat buruh
penanda posisinya sebagai bagian dari
upahan namun juga terdapat tenaga
kelompok buruh. Pada konsep tradi-
110
keberadaan
upah
sebagai
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
sional
antara
Orang bekerja dengan harapan dapat
budak dan buruh adalah keberadaan
yang
membedakan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja
upah. Namun, perkembangan industri
adalah
dan meluasnya makna kerja telah
demikian dinyatakan oleh para ahli
memperluas makna upah itu sendiri.
ekonomi-politik. Inilah, di sam-ping
sumber
segala
kekaya-an,
alam, yang membekalinya dengan
Saat
ini
banyak
anggota
rumah
material, yang diubahnya menjadi
(terutama
dengan
penda-
kekayaan. Namun, kerja secara tidak-
patan minim) berperan juga sebagai
terhingga juga lebih daripada ini. Ia
buruh upahan untuk waktu yang tidak
adalah kondisi dasar utama bagi
tentu dalam hidupnya. Ketika konsep
semua
kerja muncul yang selalu dibayangkan
hingga batas sedemikian rupa, dalam
adalah
tangga
bayaran.
laki-laki
Penulis
keberadaan
dengan
upah/
arti
dengan
tegas
berkata:
tertentu,
manusia,
mengharuskan
kerja
itu
sendiri
dan
kita
yang
menyatakan bahwa ini merupakan
menciptakan manusia. Konsep kerja
konsepsi sempit dari kerja. Faktanya
tidak dapat dipahami tanpa melihat
saat ini dari keseluruhan jumlah orang
gender
sebagai
hal
yang bekerja tidak hanya melulu laki-
dengan
relasi
sosial.
laki, dan mereka mengerjakan peker-
rumah tangga maupun kerja-kerja
jaan yang berbeda-beda. Perempuan
reproduksi yang dilakukan perempuan
melakukan banyak kerja di rumah
merupakan sumbangan yang tidak
tangga maupun kerja-kerja rumahan
kecil demi berlangsungnya sistem
yang merupakan bagian dari proses
kapital. Dalam pemahaman ekonomi,
produksi formal dan banyak di antara-
kerja semacam ini disebut sebagai
nya tidak dibayar. Kerja yang dilaku-
kerja informal untuk membe-dakan
kan perempuan di rumah atau pun
dengan pola kerja yang diupah.I
kerja rumah tangga dianggap sebagai
Dalam literatur lain (Moore dalam
bagian dari kerja subsisten, di mana
Saptari, 1997:14) dikatakan bahwa
reward atau upah yang diberikan
definisi tentang kerja sering kali tidak
tidak dalam bentuk formal.
h a n ya
yang
terkait
Kerja-kerja
2
m e n ya n g k u t
dilakukan
seseorang,
apa
ya n g
tetapi
juga
menyangkut kondisi yang melatarbe-
2 Hernando de Soto, seorang ahli ekonomi dari Amerika Latin, menyatakan bahwa orang yang terjebak di sektor informal
adalah karena tiadanya pilihan yang bisa diambilnya untuk bekerja di sektor formal. Dia menyatakan bahwa 'jika dalam
suatu negara tidak ada kerja informal, maka yang dipunyai adalah kerusuhan di jalan-jalan'.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
111
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
lakangi kerja tersebut, serta penilaian
daan makna kerja sangat dipengaruhi
sosial yang diberikan terhadap peker-
oleh relasi sosial dalam masyarakat,
jaan tersebut. Kerja upahan dianggap
namun dalam sistem dominan yang
sebagai kerja yang produktif; penda-
sedang berlangsung, makna sosial
pat ini didasarkan adanya pandangan
kerja ditentukan juga oleh pemilik alat
bahwa uang merupakan ukuran atas
produksi yang mengabaikan kerja
bernilai/berarti
reproduksi yang dilakukan perempuan
tidaknya
suatu
kegiatan. Dalam masyarakat yang
dalam rumah tangga.
berpendapat seperti ini, kerja perempuan
sering
kali
tidak
Bervariasinya jenis kerja dan makna
tampak, karena keterlibatan perem-
kerja secara sosial juga memisahkan
puan
dalam
objek-objek pelaku kerja tersebut.
pekerjaan yang tidak membawa upah
Buruh, misalnya, sebagai tenaga pro-
sebagai hasil kerjanya.
duksi ia juga merupakan konsumen
sering
kali
dianggap
berada
dari beberapa barang hasil produksi.
Meskipun memiliki waktu kerja dan
Artinya
buruh
beban kerja yang sama, kerja perem-
sebagai
satu
puan dan kerja laki-laki mempunyai
semata. Ketika buruh mempunyai
makna sosial yang berbeda. Makna
kepentingan jamak sebagai buruh
kerja tersebut dipertajam oleh tiga
maupun konsumen, aktivitas mereka
pertanyaan
sebagai
seperti,
siapa
yang
tidak
bisa
kesatuan
konsumen
dilihat
identitas
kemungkinan
mengorganisasikan kerja, siapa yang
membunuh status mereka sebagai
melakukannya, dan bagaimana kerja
pekerja bayaran. Hal ini juga dapat
tersebut dihargai. Selain pertanyaan-
menjadi
pertanyaan tersebut, makna sosial
memperlemah solidaritas di antara
dari kerja juga dipertajam lagi oleh
buruh upahan. Terpisahnya faktor
konteks gender, etnisitas, dan usia
kepentingan dan identitas membuat
kerja. Kerja yang dilakukan oleh anak
rakyat pekerja sulit untuk mem-
berbeda maknanya dengan kerja yang
bangun satu identitas untuk meres-
dilakukan oleh orang dewasa. Selain
pons masalah seperti upah. Dalam
itu, persoalan kerja juga dipengaruhi
situasi seperti ini amatlah tidak bera-
oleh
itu
lasan untuk mengharapkan (seperti
dilakukan. Di Afganistan, misalnya,
harapan Marx) bahwa buruh akan
pemerintah
mengadopsi
konteks
di
lebih
mana
kerja
memperbolehkan
salah
satu
identitas
hal
kelas
yang
yang
anak laki-laki bekerja dan melarang
tunggal.
perempuan dewasa bekerja. Perbe-
buruh dan konsumen, buruh dalam
112
Selain
identitas
sebagai
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
komuniti juga menghadapi berbagai
upah menjadi konsep yang perlu
masalah
menciptakan
dipertanyakan. Bagaimana menjawab
identitas lagi bagi dirinya sebagai
masalah-masalah kerja rumah tangga
strategi
yang tidak diupah? Untuk itu, gerakan
hidup
yang
bertahan
(Resmi
Setia,
2005). Artinya, selain terdiferensiasi
buruh
antara kerja laki-laki dan perempuan,
kerjanya untuk tidak lagi berhadapan
buruh upahan sebagai buruh formal
dengan perusahaan sebagai pemberi
juga mengalami perpecahan identitas
upah, namun juga menuntut negara
dalam dirinya sendiri. Beragamnya
untuk mengeluarkan kebijakan yang
identitas dan kepentingan bersama di
dapat melindungi dan mensejahtera-
kalangan kaum buruh menjadi perta-
kan
nyaan,
bisa
Dari sinilah sebuah transisi gerakan
mengorganisasi diri untuk merespons
sosial yang tadinya hanya didominasi
masalah yang merupakan kepenting-
buruh mulai berubah.
“Bagaimana
buruh
pun
memperluas
pekerja-pekerja
arena
non-upahan.
an bersama?”
Selama ini studi tentang formasi kelas
Untuk mengerti bagaimana buruh
dan transisi sosial selalu dipelajari
merespons masalah-masalah bersa-
dalam tataran yang bersifat umum
ma, kita perlu menganalisis perubah-
tanpa melihat pada rumah tangga dan
an secara keseluruhan sehingga dapat
sektor informal. Kerja rumah tangga
melihat kerja dalam skala yang lebih
mempunyai
luas. Persoalan kerja dan upah sudah
memiliki
menjadi persoalan yang krusial diba-
kerja upahan. Laki-laki, misalnya, bisa
has dalam gerakan buruh. Hal ini
dengan leluasa menjadi buruh upahan
mengingat
dan mempunyai produktivitas tinggi
dengan
isu-isu
upah
yang
hampir
berkaitan
selalu
kaitan
yang
ketergantungan
saling
dengan
bisa
ketika ditopang oleh kerja rumah
menyatukan kepentingan di antara
tangga yang dilakukan oleh perem-
buruh upahan. Namun sayangnya, isu
puan, baik itu istri atau pun ibu.
ini tidak bisa menarik buruh non-
Rumah tangga menjadi hal yang
upahan untuk menyatukan diri. Salah
menghubungkan relasi formal dan
satu jenis kerja yang juga dibahas
informal, antara global dan lokal,
secara khusus dalam bab-bab akhir
antara dominan dan subordinat, dan
oleh penulis ialah persoalan kerja
antara
rumah tangga yang dilakukan oleh
pekerja. Kenyataannya saat ini adalah
perempuan. Bila melihat konsep kerja
banyak perempuan yang sudah keluar
dalam skala yang lebih luas, makna
dari rumah tangga dan bekerja seba-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
laki-laki
dan
perempuan
113
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
gai buruh upahan. Oleh karenanya,
berbeda.
gerakan buruh saat ini juga banyak
negara seharusnya mampu menge-
melibatkan perempuan sebagai aktor.
luarkan kebijakan yang dapat menga-
Banyaknya angkatan kerja perem-
tur
puan yang diserap industri membuat
buruh. Kelompok revolusioner beru-
jumlah buruh perempuan saat ini,
saha menggulingkan negara dengan
terurtama di dunia ketiga, lebih besar
cara kekerasan sementara kelompok
dari angkatan kerja laki-laki, teruta-
reformis
ma di sektor-sektor industri tertentu.
nangkan kekuasaan melalui proses
Meskipun kerja upahan saat ini telah
elektoral. Memiliki kekuasaan baik
banyak dilakukan perempuan, stigma
dengan
akan tanggung jawab kerja rumah
damai masih merupakan tujuan politik
tangga yang harus diemban perem-
dari banyak gerakan buruh. Namun,
puan belumlah hilang sepenuhnya.
dalam praktik yang berlangsung saat
ini,
Mereka
relasi
melihat
antara
pengusaha
berusaha
untuk
kekerasan
banyak
bahwa
meme-
maupun
gerakan
dan
buruh
cara
tidak
makna
berusaha untuk menguasai negara,
kerja, dan relasi gender, gerakan so-
namun lebih mendorong negara untuk
sial baru membawa isu mengenai
membuat
adanya upah untuk semua jenis kerja.
merupakan
Gerakan sosial ini meminta negara
kapitalis
untuk menyusun kebijakan untuk
mempunyai
mendukung
untuk mempromosikan kesetaraan,
Dengan
perubahan
kerja,
keluarga.
Setelah
kebijakan
adil.
Negara
dari
sistem
institusi
dunia,
maka
banyak
negara
keterbatasan
melahirkan gerakan baru yang selama
meredistribusi
ini bertumpu pada gerakan buruh
menjaga keadilan. Negara, baik di
upahan, gerakan ini juga telah meluas
wilayah industri inti, periferi, maupun
menjadi
semi-periferi, tidak hanya memotong
gerakan
perempuan
dan
sumber
mengurangi
daya,
gerakan-gerakan lain yang berjuang
dan
untuk mencapai kesejahteraan. Pada
buruh, namun juga memindahkan
saat ini kita dapat melihat bahwa
kekuasaan dari pemerintahan pusat
gerakan protes telah melibatkan tidak
ke
hanya buruh upahan namun juga
lainnya
buruh non-upahan dengan isu gender
pemerintahan tingkat lokal dan NGO
sebagai pengikatnya.
menjadi salah satu agen formal dari
institusi
di
keuntungan
dan
formal
dari
dan
informal
masyarakat.
Otoritas
negara. Kecenderungan lain saat ini
Buruh dan rakyat pekerja umumnya
adalah
melihat negara dengan cara yang
memindahkan konflik yang seharus-
114
pemerintahan
pusat
juga
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
nya terjadi antara negara dengan
subsisten yang dilakukan di rumah,
rakyat menjadi konflik horisontal.3 Di
dan berbagi kerja dengan yang lain
negara-negara
semi-
membuat buruh tetap bertahan seba-
periferi, otoritas negara lebih berku-
periferi
dan
gai sebuah kelompok. Sumbangan
rang lagi. Banyak pemerintahan di
mereka
negara-negara ini telah memindahkan
ekonomi dan ruang politik di mana
kekuasaannya pada NGO, organisasi
buruh bisa mengorganisasikan diri
bantuan internasional, agen PBB, dan
secara
organisasi
pejaga
pedamaian.
Di
sebagai
dalam
membuka
independen
diversifying
ruang
digambarkan
movements.
beberapa negara seperti Somalia yang
Partisipasi dalam aksi gerakan bukan
kondisi
negaranya
sangat
hanya mengkonstruksi teori tetapi
lemah,
NGO
peran
juga merupakan cara belajar yang
negara sebagai institusi. Kalau kita
terbaik untuk membangun masyara-
melihat Indonesia, terutama Aceh
kat yang lebih adil di masa depan.
pasca-Tsunami, kondisi ini tidak jauh
Saat ini gerakan buruh telah bergerak
berbeda. Saat ini di Aceh peran negara
jauh
sangat
sudah
menggantikan
sedikit,
kalau
tidak
dengan
isu-isu
yang
tidak
bisa
terbatas mengacu pada perbaikan
dikatakan tidak terlihat; yang banyak
upah. Gerakannya telah melibatkan
melakukan perbaikan di sana adalah
isu-isu
kalangan NGO dan donor interna-
kelompok lain seperti, kondisi kerja
sional.
rumahan, kesetaraan gender, etnis
dan
yang
usia,
dihadapi
jaminan
kelompok-
kesehatan,
Pada akhirnya, sesuai dengan kondisi
kesehatan
lingkungan,
dunia yang berubah, buruh dengan
pendidikan
yang
cepat mengorganisasi kebutuhannya
demokrasi dan politik, dan partisipasi
untuk bertahan. Meluasnya gerakan
demokratis dalam badan pemerin-
buruh menjadi gerakan perempuan,
tahan. Oleh karena itu, sudah saatnya
gerakan
juga gerakan buruh keluar dari konsep
mencari
keadilan,
dan
baik,
kualitas
keamanan
gerakan demokrasi telah membuka
perjuangan
ruang protes yang luas dan melibat-
melibatkan buruh dan bersama-sama
kan banyak institusi lain di luar serikat
dengan gerakan lainnya membangun
buruh. Kerja non-upahan yang dilaku-
kekuatan bersama untuk membangun
kan di rumah dan di jalanan, kerja
masyarakat di masa depan.
sektoral
yang
hanya
3 Di Indonesia misalnya, kebijakan Bantuan Langsung Tunai sebagai kompensasi kenaikan BBM secara nyata telah
memindahkan konflik dari negara vs rakyat menjadi konflik horisontal di antara anggota masyarakat sendiri. (Kompas, 21
Oktober 2005)
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
115
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
Buku
lugas
pemegang otoritas atas rakyatnya,
mengenai konsep dan makna kerja,
ini
bertutur
kian hari kian melemah, terlindas oleh
persoalan gender, dan protes sosial
kepentingan sistem dominan yang
yang telah berkembang sedemikian
berlangsung. Negara menjadi 'impo-
rupa
sejalan
secara
perubahan
ten' di tengah kepentingan dunia in-
dunia. Dari sini kita dapat melihat
dengan
ternasional terhadap pasar dan tena-
bahwa perkembangan gerakan sosial
ga kerja Indonesia. Sebagai bagian
tidaklah lepas dari relasi gender yang
dan agen dari kepentingan kapitalis
terjadi. Meluasnya agenda dan isu dari
internasional, pemerintah hanya ber-
gerakan sosial sangatlah dipengaruhi
tindak menjadi pengatur berjalannya
oleh masuknya isu perempuan dalam
sebuah sistem kapital. Pemerintah
gerakan sosial. Gerakan sosial tradi-
tidak lagi menjadi simbol penguasa,
sional yang tadinya hanya melibatkan
karenanya masalah-masalah yang ha-
buruh upahan sebagai aktor gerakan
rusnya menghadapkan rakyat dengan
telah
negara seperti kasus pencabutan sub-
meluas
elemen
dengan
masyarakat
melibatkan
lain
ketika
melihat makna kerja secara lebih luas.
sidi BBM telah dipindahkan konfliknya
menjadi rakyat vis a vis otoritas lokal,
di mana pemerintah menghindari kon-
Buku yang ditulis berdasarkan pene-
flik masif dengan rakyat.
litian dan pengamatan selama lima tahun di negara-negara inti, semi-peri-
Dalam konteks ini, gerakan buruh
feri, dan periferi ini telah menggam-
masih berada dalam posisi yang lemah
barkan bahwa sebuah proses sosial
karena
yang berlangsung di negara inti akan
masih sangat sedikit dan kurang
mempengaruhi
relasi
dan
buruh
yang
terorgani-sasi
formasi
menggalang kekuatan. Bila tercerai-
sosial di negara-negara semi periferi
berainya gerakan buruh dalam buku
dan periferi. Meskipun mungkin pro-
ini
sesnya berjalan berbeda atau konteks
paradigma
sosial negara tersebut berbeda, hu-
negara
atau
bungan saling mempengaruhi di anta-
konteks
Indonesia,
ranya tetap ada.
lebih kompleks. Bermacam-macam
lebih
didasarkan
mereka
perbedaan
dalam
melihat
kekuasaan,
dalam
perdebatannya
kepentingan dan eksistensi kelompok
Dalam konteks Indonesia, membaca
buruh
buku ini membuat kita bisa melihat
bersatunya
lagi peran negara dan kondisi pekerja
merespons
informal kita. Peran negara sebagai
permasalahan bersama.
116
menjadi
faktor
serikat
hal-hal
tidak
buruh
yang
bisa
untuk
menjadi
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
FAST FORWARD:
Work, Gender and Protest in
a Changing World
Ika Wahyu 1
Judul Buku
:
Fast Forward: Work, Gender and
Protest in A Changing World
Penulis
:
Torry D. Dickinson
Penerbit
:
Rowman & Littlefield Publishers, Inc.
Tahun
:
2001
Tebal
:
301 halaman (termasuk bibliografi
dan indeks)
Persoalan buruh dalam dunia yang
yang kita rasakan saat ini. Persoalan
terus berubah menjadi tema utama
perempuan
yang dibahas dalam buku ini. Buku ini
menjadi permasalahan yang selalu
mengulas mulai soal makna kerja,
muncul dalam setiap fase perubahan.
dan
kerja
perempuan
kerja-kerja rumah tangga, hingga
protes yang dilakukan buruh dalam
Untuk
k a i t a n n ya
memahami
gerakan
sosial,
perubahan
sangatlah penting untuk memahami
teknologi industri yang makin pesat.
perubahan kerja dan konteks kultural
Sejak awal terbentuk, kapitalisme
tempat gerakan sosial itu terjadi.
tumbuh dengan basis feodalisme,
Dengan mengkombinasikan analisis
oleh karenanya nilai-nilai feodal pun
feminis
masih belum lepas dari dunia kapitalis
(Wallerstein), buku ini melihat secara
dengan
dan
dan
sistem
dunia
1 Peneliti pada Yayasan AKATIGA
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
109
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
global dengan cara yang berbeda.
kerja yang mendukung kerja produksi
Metodologi
namun tidak diupah.
sistem
dunia
berbeda
dengan pendekatan penelitian lainnya
karena studi ini juga mempelajari isu
Buku
ini
mengeksplorasi
konsep
perubahan dalam dunia modern yang
rakyat pekerja (working people) di
terus berlanjut dan juga yang telah
mana terminologi buruh hanya dipakai
terhenti. Penelitian ini juga dilakukan
bila
dengan
yakni
gerakan buruh. Pada bagian penda-
dengan melibatkan aktivis gerakan
huluan penulis menyajikan analisis
sosial yang membantu kita untuk
holistik atas buruh yang dibayar dan
menganalisis sebuah protes sosial
kerja yang tidak diupah baik kerja
dengan cara baru. Teori sistem dunia
yang dilakukan laki-laki maupun kerja
dan metodologinya digunakan untuk
yang dilakukan perempuan. Dalam
melihat bagaimana dunia modern ini
sistem kapitalisme yang berlangsung
cara
partisipatoris
mengacu
pada
terminologi
telah berubah dan dipengaruhi oleh
secara global, ruling class dan working
perubahan, sekaligus juga melihat
class
siapa saja yang telah berjuang untuk
secara global. Bila kita melihat kapi-
perubahan. Kerangka teoretis ini juga
talisme sebagai sistem global, maka
memberikan kontribusi pada identi-
kita juga harus melihat buruh sebagai
fikasi sebuah proses sejarah. Unit
kelas buruh global. Dalam hal ini
analisis
buruh secara global juga memasuk-
yang
digunakan
adalah
dunia; tempat tinggal yang telah
terbentuk
kan seluruh
dan
bereproduksi
kelas rakyat pekerja di
terintegrasi secara sistematis oleh
dunia (the world's working class,
sistem ekonomi dunia. Mempelajari
hal.17). Dalam definisi kerja-kerja
perubahan
membutuhkan
rumah tangga, kerja informal dan
pencarian data dan analisis yang
segala jenis pekerjaan yang menyum-
cukup
bang
global
rumit.
Penulis
mengakui,
selama lima tahun, mungkin hanya
pada
merupakan
produktivitas
bagian
dari
kapital
kelompok
kerja,
rakyat pekerja. Global labor merupa-
gender, dan protes yang bisa terekam
kan kelas yang komposisinya multige-
dalam buku ini. Dengan pendekatan
nerasi seperti juga kapital global.
sistem dunia, dijelaskan mengapa
Konsep global labor mengacu pada
dalam
siapa saja dan tidak mendasarkan diri
sebagian
perubahan
masyarakat
dari
dunia
ketiga
terdapat berbagai hubungan produksi
pada
sekaligus, di mana terdapat buruh
penanda posisinya sebagai bagian dari
upahan namun juga terdapat tenaga
kelompok buruh. Pada konsep tradi-
110
keberadaan
upah
sebagai
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
sional
antara
Orang bekerja dengan harapan dapat
budak dan buruh adalah keberadaan
yang
membedakan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja
upah. Namun, perkembangan industri
adalah
dan meluasnya makna kerja telah
demikian dinyatakan oleh para ahli
memperluas makna upah itu sendiri.
ekonomi-politik. Inilah, di sam-ping
sumber
segala
kekaya-an,
alam, yang membekalinya dengan
Saat
ini
banyak
anggota
rumah
material, yang diubahnya menjadi
(terutama
dengan
penda-
kekayaan. Namun, kerja secara tidak-
patan minim) berperan juga sebagai
terhingga juga lebih daripada ini. Ia
buruh upahan untuk waktu yang tidak
adalah kondisi dasar utama bagi
tentu dalam hidupnya. Ketika konsep
semua
kerja muncul yang selalu dibayangkan
hingga batas sedemikian rupa, dalam
adalah
tangga
bayaran.
laki-laki
Penulis
keberadaan
dengan
upah/
arti
dengan
tegas
berkata:
tertentu,
manusia,
mengharuskan
kerja
itu
sendiri
dan
kita
yang
menyatakan bahwa ini merupakan
menciptakan manusia. Konsep kerja
konsepsi sempit dari kerja. Faktanya
tidak dapat dipahami tanpa melihat
saat ini dari keseluruhan jumlah orang
gender
sebagai
hal
yang bekerja tidak hanya melulu laki-
dengan
relasi
sosial.
laki, dan mereka mengerjakan peker-
rumah tangga maupun kerja-kerja
jaan yang berbeda-beda. Perempuan
reproduksi yang dilakukan perempuan
melakukan banyak kerja di rumah
merupakan sumbangan yang tidak
tangga maupun kerja-kerja rumahan
kecil demi berlangsungnya sistem
yang merupakan bagian dari proses
kapital. Dalam pemahaman ekonomi,
produksi formal dan banyak di antara-
kerja semacam ini disebut sebagai
nya tidak dibayar. Kerja yang dilaku-
kerja informal untuk membe-dakan
kan perempuan di rumah atau pun
dengan pola kerja yang diupah.I
kerja rumah tangga dianggap sebagai
Dalam literatur lain (Moore dalam
bagian dari kerja subsisten, di mana
Saptari, 1997:14) dikatakan bahwa
reward atau upah yang diberikan
definisi tentang kerja sering kali tidak
tidak dalam bentuk formal.
h a n ya
yang
terkait
Kerja-kerja
2
m e n ya n g k u t
dilakukan
seseorang,
apa
ya n g
tetapi
juga
menyangkut kondisi yang melatarbe-
2 Hernando de Soto, seorang ahli ekonomi dari Amerika Latin, menyatakan bahwa orang yang terjebak di sektor informal
adalah karena tiadanya pilihan yang bisa diambilnya untuk bekerja di sektor formal. Dia menyatakan bahwa 'jika dalam
suatu negara tidak ada kerja informal, maka yang dipunyai adalah kerusuhan di jalan-jalan'.
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
111
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
lakangi kerja tersebut, serta penilaian
daan makna kerja sangat dipengaruhi
sosial yang diberikan terhadap peker-
oleh relasi sosial dalam masyarakat,
jaan tersebut. Kerja upahan dianggap
namun dalam sistem dominan yang
sebagai kerja yang produktif; penda-
sedang berlangsung, makna sosial
pat ini didasarkan adanya pandangan
kerja ditentukan juga oleh pemilik alat
bahwa uang merupakan ukuran atas
produksi yang mengabaikan kerja
bernilai/berarti
reproduksi yang dilakukan perempuan
tidaknya
suatu
kegiatan. Dalam masyarakat yang
dalam rumah tangga.
berpendapat seperti ini, kerja perempuan
sering
kali
tidak
Bervariasinya jenis kerja dan makna
tampak, karena keterlibatan perem-
kerja secara sosial juga memisahkan
puan
dalam
objek-objek pelaku kerja tersebut.
pekerjaan yang tidak membawa upah
Buruh, misalnya, sebagai tenaga pro-
sebagai hasil kerjanya.
duksi ia juga merupakan konsumen
sering
kali
dianggap
berada
dari beberapa barang hasil produksi.
Meskipun memiliki waktu kerja dan
Artinya
buruh
beban kerja yang sama, kerja perem-
sebagai
satu
puan dan kerja laki-laki mempunyai
semata. Ketika buruh mempunyai
makna sosial yang berbeda. Makna
kepentingan jamak sebagai buruh
kerja tersebut dipertajam oleh tiga
maupun konsumen, aktivitas mereka
pertanyaan
sebagai
seperti,
siapa
yang
tidak
bisa
kesatuan
konsumen
dilihat
identitas
kemungkinan
mengorganisasikan kerja, siapa yang
membunuh status mereka sebagai
melakukannya, dan bagaimana kerja
pekerja bayaran. Hal ini juga dapat
tersebut dihargai. Selain pertanyaan-
menjadi
pertanyaan tersebut, makna sosial
memperlemah solidaritas di antara
dari kerja juga dipertajam lagi oleh
buruh upahan. Terpisahnya faktor
konteks gender, etnisitas, dan usia
kepentingan dan identitas membuat
kerja. Kerja yang dilakukan oleh anak
rakyat pekerja sulit untuk mem-
berbeda maknanya dengan kerja yang
bangun satu identitas untuk meres-
dilakukan oleh orang dewasa. Selain
pons masalah seperti upah. Dalam
itu, persoalan kerja juga dipengaruhi
situasi seperti ini amatlah tidak bera-
oleh
itu
lasan untuk mengharapkan (seperti
dilakukan. Di Afganistan, misalnya,
harapan Marx) bahwa buruh akan
pemerintah
mengadopsi
konteks
di
lebih
mana
kerja
memperbolehkan
salah
satu
identitas
hal
kelas
yang
yang
anak laki-laki bekerja dan melarang
tunggal.
perempuan dewasa bekerja. Perbe-
buruh dan konsumen, buruh dalam
112
Selain
identitas
sebagai
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
komuniti juga menghadapi berbagai
upah menjadi konsep yang perlu
masalah
menciptakan
dipertanyakan. Bagaimana menjawab
identitas lagi bagi dirinya sebagai
masalah-masalah kerja rumah tangga
strategi
yang tidak diupah? Untuk itu, gerakan
hidup
yang
bertahan
(Resmi
Setia,
2005). Artinya, selain terdiferensiasi
buruh
antara kerja laki-laki dan perempuan,
kerjanya untuk tidak lagi berhadapan
buruh upahan sebagai buruh formal
dengan perusahaan sebagai pemberi
juga mengalami perpecahan identitas
upah, namun juga menuntut negara
dalam dirinya sendiri. Beragamnya
untuk mengeluarkan kebijakan yang
identitas dan kepentingan bersama di
dapat melindungi dan mensejahtera-
kalangan kaum buruh menjadi perta-
kan
nyaan,
bisa
Dari sinilah sebuah transisi gerakan
mengorganisasi diri untuk merespons
sosial yang tadinya hanya didominasi
masalah yang merupakan kepenting-
buruh mulai berubah.
“Bagaimana
buruh
pun
memperluas
pekerja-pekerja
arena
non-upahan.
an bersama?”
Selama ini studi tentang formasi kelas
Untuk mengerti bagaimana buruh
dan transisi sosial selalu dipelajari
merespons masalah-masalah bersa-
dalam tataran yang bersifat umum
ma, kita perlu menganalisis perubah-
tanpa melihat pada rumah tangga dan
an secara keseluruhan sehingga dapat
sektor informal. Kerja rumah tangga
melihat kerja dalam skala yang lebih
mempunyai
luas. Persoalan kerja dan upah sudah
memiliki
menjadi persoalan yang krusial diba-
kerja upahan. Laki-laki, misalnya, bisa
has dalam gerakan buruh. Hal ini
dengan leluasa menjadi buruh upahan
mengingat
dan mempunyai produktivitas tinggi
dengan
isu-isu
upah
yang
hampir
berkaitan
selalu
kaitan
yang
ketergantungan
saling
dengan
bisa
ketika ditopang oleh kerja rumah
menyatukan kepentingan di antara
tangga yang dilakukan oleh perem-
buruh upahan. Namun sayangnya, isu
puan, baik itu istri atau pun ibu.
ini tidak bisa menarik buruh non-
Rumah tangga menjadi hal yang
upahan untuk menyatukan diri. Salah
menghubungkan relasi formal dan
satu jenis kerja yang juga dibahas
informal, antara global dan lokal,
secara khusus dalam bab-bab akhir
antara dominan dan subordinat, dan
oleh penulis ialah persoalan kerja
antara
rumah tangga yang dilakukan oleh
pekerja. Kenyataannya saat ini adalah
perempuan. Bila melihat konsep kerja
banyak perempuan yang sudah keluar
dalam skala yang lebih luas, makna
dari rumah tangga dan bekerja seba-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
laki-laki
dan
perempuan
113
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
gai buruh upahan. Oleh karenanya,
berbeda.
gerakan buruh saat ini juga banyak
negara seharusnya mampu menge-
melibatkan perempuan sebagai aktor.
luarkan kebijakan yang dapat menga-
Banyaknya angkatan kerja perem-
tur
puan yang diserap industri membuat
buruh. Kelompok revolusioner beru-
jumlah buruh perempuan saat ini,
saha menggulingkan negara dengan
terurtama di dunia ketiga, lebih besar
cara kekerasan sementara kelompok
dari angkatan kerja laki-laki, teruta-
reformis
ma di sektor-sektor industri tertentu.
nangkan kekuasaan melalui proses
Meskipun kerja upahan saat ini telah
elektoral. Memiliki kekuasaan baik
banyak dilakukan perempuan, stigma
dengan
akan tanggung jawab kerja rumah
damai masih merupakan tujuan politik
tangga yang harus diemban perem-
dari banyak gerakan buruh. Namun,
puan belumlah hilang sepenuhnya.
dalam praktik yang berlangsung saat
ini,
Mereka
relasi
melihat
antara
pengusaha
berusaha
untuk
kekerasan
banyak
bahwa
meme-
maupun
gerakan
dan
buruh
cara
tidak
makna
berusaha untuk menguasai negara,
kerja, dan relasi gender, gerakan so-
namun lebih mendorong negara untuk
sial baru membawa isu mengenai
membuat
adanya upah untuk semua jenis kerja.
merupakan
Gerakan sosial ini meminta negara
kapitalis
untuk menyusun kebijakan untuk
mempunyai
mendukung
untuk mempromosikan kesetaraan,
Dengan
perubahan
kerja,
keluarga.
Setelah
kebijakan
adil.
Negara
dari
sistem
institusi
dunia,
maka
banyak
negara
keterbatasan
melahirkan gerakan baru yang selama
meredistribusi
ini bertumpu pada gerakan buruh
menjaga keadilan. Negara, baik di
upahan, gerakan ini juga telah meluas
wilayah industri inti, periferi, maupun
menjadi
semi-periferi, tidak hanya memotong
gerakan
perempuan
dan
sumber
mengurangi
daya,
gerakan-gerakan lain yang berjuang
dan
untuk mencapai kesejahteraan. Pada
buruh, namun juga memindahkan
saat ini kita dapat melihat bahwa
kekuasaan dari pemerintahan pusat
gerakan protes telah melibatkan tidak
ke
hanya buruh upahan namun juga
lainnya
buruh non-upahan dengan isu gender
pemerintahan tingkat lokal dan NGO
sebagai pengikatnya.
menjadi salah satu agen formal dari
institusi
di
keuntungan
dan
formal
dari
dan
informal
masyarakat.
Otoritas
negara. Kecenderungan lain saat ini
Buruh dan rakyat pekerja umumnya
adalah
melihat negara dengan cara yang
memindahkan konflik yang seharus-
114
pemerintahan
pusat
juga
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
RESENSI BUKU
nya terjadi antara negara dengan
subsisten yang dilakukan di rumah,
rakyat menjadi konflik horisontal.3 Di
dan berbagi kerja dengan yang lain
negara-negara
semi-
membuat buruh tetap bertahan seba-
periferi, otoritas negara lebih berku-
periferi
dan
gai sebuah kelompok. Sumbangan
rang lagi. Banyak pemerintahan di
mereka
negara-negara ini telah memindahkan
ekonomi dan ruang politik di mana
kekuasaannya pada NGO, organisasi
buruh bisa mengorganisasikan diri
bantuan internasional, agen PBB, dan
secara
organisasi
pejaga
pedamaian.
Di
sebagai
dalam
membuka
independen
diversifying
ruang
digambarkan
movements.
beberapa negara seperti Somalia yang
Partisipasi dalam aksi gerakan bukan
kondisi
negaranya
sangat
hanya mengkonstruksi teori tetapi
lemah,
NGO
peran
juga merupakan cara belajar yang
negara sebagai institusi. Kalau kita
terbaik untuk membangun masyara-
melihat Indonesia, terutama Aceh
kat yang lebih adil di masa depan.
pasca-Tsunami, kondisi ini tidak jauh
Saat ini gerakan buruh telah bergerak
berbeda. Saat ini di Aceh peran negara
jauh
sangat
sudah
menggantikan
sedikit,
kalau
tidak
dengan
isu-isu
yang
tidak
bisa
terbatas mengacu pada perbaikan
dikatakan tidak terlihat; yang banyak
upah. Gerakannya telah melibatkan
melakukan perbaikan di sana adalah
isu-isu
kalangan NGO dan donor interna-
kelompok lain seperti, kondisi kerja
sional.
rumahan, kesetaraan gender, etnis
dan
yang
usia,
dihadapi
jaminan
kelompok-
kesehatan,
Pada akhirnya, sesuai dengan kondisi
kesehatan
lingkungan,
dunia yang berubah, buruh dengan
pendidikan
yang
cepat mengorganisasi kebutuhannya
demokrasi dan politik, dan partisipasi
untuk bertahan. Meluasnya gerakan
demokratis dalam badan pemerin-
buruh menjadi gerakan perempuan,
tahan. Oleh karena itu, sudah saatnya
gerakan
juga gerakan buruh keluar dari konsep
mencari
keadilan,
dan
baik,
kualitas
keamanan
gerakan demokrasi telah membuka
perjuangan
ruang protes yang luas dan melibat-
melibatkan buruh dan bersama-sama
kan banyak institusi lain di luar serikat
dengan gerakan lainnya membangun
buruh. Kerja non-upahan yang dilaku-
kekuatan bersama untuk membangun
kan di rumah dan di jalanan, kerja
masyarakat di masa depan.
sektoral
yang
hanya
3 Di Indonesia misalnya, kebijakan Bantuan Langsung Tunai sebagai kompensasi kenaikan BBM secara nyata telah
memindahkan konflik dari negara vs rakyat menjadi konflik horisontal di antara anggota masyarakat sendiri. (Kompas, 21
Oktober 2005)
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005
115
FAST FORWARD: WORK, GENDER AND PROTEST IN A CHANGING WORLD
Buku
lugas
pemegang otoritas atas rakyatnya,
mengenai konsep dan makna kerja,
ini
bertutur
kian hari kian melemah, terlindas oleh
persoalan gender, dan protes sosial
kepentingan sistem dominan yang
yang telah berkembang sedemikian
berlangsung. Negara menjadi 'impo-
rupa
sejalan
secara
perubahan
ten' di tengah kepentingan dunia in-
dunia. Dari sini kita dapat melihat
dengan
ternasional terhadap pasar dan tena-
bahwa perkembangan gerakan sosial
ga kerja Indonesia. Sebagai bagian
tidaklah lepas dari relasi gender yang
dan agen dari kepentingan kapitalis
terjadi. Meluasnya agenda dan isu dari
internasional, pemerintah hanya ber-
gerakan sosial sangatlah dipengaruhi
tindak menjadi pengatur berjalannya
oleh masuknya isu perempuan dalam
sebuah sistem kapital. Pemerintah
gerakan sosial. Gerakan sosial tradi-
tidak lagi menjadi simbol penguasa,
sional yang tadinya hanya melibatkan
karenanya masalah-masalah yang ha-
buruh upahan sebagai aktor gerakan
rusnya menghadapkan rakyat dengan
telah
negara seperti kasus pencabutan sub-
meluas
elemen
dengan
masyarakat
melibatkan
lain
ketika
melihat makna kerja secara lebih luas.
sidi BBM telah dipindahkan konfliknya
menjadi rakyat vis a vis otoritas lokal,
di mana pemerintah menghindari kon-
Buku yang ditulis berdasarkan pene-
flik masif dengan rakyat.
litian dan pengamatan selama lima tahun di negara-negara inti, semi-peri-
Dalam konteks ini, gerakan buruh
feri, dan periferi ini telah menggam-
masih berada dalam posisi yang lemah
barkan bahwa sebuah proses sosial
karena
yang berlangsung di negara inti akan
masih sangat sedikit dan kurang
mempengaruhi
relasi
dan
buruh
yang
terorgani-sasi
formasi
menggalang kekuatan. Bila tercerai-
sosial di negara-negara semi periferi
berainya gerakan buruh dalam buku
dan periferi. Meskipun mungkin pro-
ini
sesnya berjalan berbeda atau konteks
paradigma
sosial negara tersebut berbeda, hu-
negara
atau
bungan saling mempengaruhi di anta-
konteks
Indonesia,
ranya tetap ada.
lebih kompleks. Bermacam-macam
lebih
didasarkan
mereka
perbedaan
dalam
melihat
kekuasaan,
dalam
perdebatannya
kepentingan dan eksistensi kelompok
Dalam konteks Indonesia, membaca
buruh
buku ini membuat kita bisa melihat
bersatunya
lagi peran negara dan kondisi pekerja
merespons
informal kita. Peran negara sebagai
permasalahan bersama.
116
menjadi
faktor
serikat
hal-hal
tidak
buruh
yang
bisa
untuk
menjadi
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL 10 No. 2 OKTOBER 2005