MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 8:14:14 2017 / +0000 GMT

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI
LINK DOWNLOAD [74.50 KB]
MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI
Oleh : Sugeng Pamudji
Abstrak :
Guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di Indonesia. Oleh sebab itu guru dituntut bekerja secara profesional.
Untuk menjadikan guru profesional maka salah satu upaya adalah dengan melakukan supervisi, baik yang dilakukan oleh kepala
sekolah maupun pengawas. Dalam melakukan supervisi diharapkan supervisor (kepala sekolah dan pengawas) tidak bertindak
sebagai inspektur yang hanya mencari kesalahan guru dalam melaksanakan tugasnya. Namun sebaliknya supervisor harus bisa
memberi bantuan layanan untuk mengatasi permasalah yang dihadapi oleh guru. Oleh sebab supervisor harus paham bbetul tujuan,
fungsi, prinsip-prinsip, metode serta teknik supervisi agar memperoleh manfaat yang optimal berupa guru yang profesional.
Kata kunci : guru profesional, supervisi,
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Bila mutu pendidikan tidak baik maka guru yang menjadi sasaran pertama.
Bagaimana gurunya? Ini menunjukkan bahwa masyarakat menyerahkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan generasi muda kepada
guru. Walaupun sebenarnya tidak hanya guru yang menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan. Dengan beban seperti itu maka
peranan guru dalam dunia pendidikan menjadi sangat penting. Guru sebagai sumber daya manusia dalam dunia pendidikan dituntut
selalu memperbaharui kinerjanya. Dengan kata lain guru dituntut meningkatkan kualitasnya.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina

dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun
program dalam jabatan. Pembentukan profesi dalam jabatan dilaksanakan diantaranya melalui supervisi.
Supervisi sebagai salah satu langkah membentuk guru yang profesional perlu disadari oleh guru. Namun anehnya sampai saat ini
masih terdapat guru yang belum menyadari pentingnya supervisi. Masih ada guru yang takut bila disupervisi. Bila di lembaganya
didatangi pengawas untuk melakukan supervisi maka guru tersebut bersembunyi. Lebih baik tidak masuk kerja dari pada disupervisi.
Ini adalah ironis. Maka dari itu sangat penting merubah paradigma guru dalam memandang supervisi ini.
Oleh sebab itu dengan adanya tulisan ini penulis berharap paradigma guru bisa berubah dalam memandang supervisi. Guru menjadi
sadar akan pentingnya supervisi dalam meningkatkan profesionalismenya. Tidak ada lagi guru yang takut disupervisi namun
sebaliknya guru menjadi senang disupervisi. Bukan supervisor yang memaksa guru agar mau disupervisi namun guru yang meminta
supervisor agar dirinya disupervisi.
Sebenarnya banyak hal yang bisa diungkap berkaitan dengan supervisi, namun karena keterbatasan penulis, baik keterbatasan waktu
maupun pengetahuan dan pengalaman maka yang penulis bahas dalam tulisan ini hanya berkisar tentang pentingnya supervisi untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
KONSEP PROFESIONALISME GURU
Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret 1933 menurunkan laporan mengenai tuntutan guru
professional. Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yakni:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada
kepentingan siswanya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal
ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku
siswa sampai tes hasil belajar.
d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu
untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia
harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi
lainnya (Supriadi, 1999:98)
PENGERTIAN SUPERVISI
Telah banyak pendapat mengenai pengertian supervisi. Pada tulisan ini tidak semuanya penulis sampaikan. Namun penulis berharap
yang tidak banyak ini bisa memberi gambaran mengenai pengertian supervisi tersebut
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : ?Supervision is assistance in the devolepment of

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 8:14:14 2017 / +0000 GMT

a better teaching learning situation?. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan

ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method,
teacher, student, an envirovment). Jelas sekali bahwa situasi dalam pembelajaran yang harus diperbaiki melalui supervisi. Sangat
luas caakupan supervisi pembelajaran, semua aspek dalam pembelajaran menjadi sasaran supervisi, termasuk di dalamnya adalah
guru (teacher). Dalam pelaksanaanya supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan
dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis, hal sangat berbeda dengan inspeksi yang lebih
menekankan pada kekuasaan dan otoriter.
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang
terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1) Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris ? Supervision? artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor.
2) Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat,
tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang
disupervisinya.
3) Semantik .
Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan.
Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik.
Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : ? Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka

dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik ?. Dengan demikian, supervisi
ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya
untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi
kualitas guru (Sahertian, 2000:19).
Ross L (1980), mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan
pengajaran, pembelajaran dan kurikulum.
Purwanto (1987), supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah
dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
Sahertian (2000:19), tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas
yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga
mengembangkan potensi kualitas guru.
Drs. N. A. Ametembun (2009) menyatakan bahwa tujuan supervisi dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
sebagai berikut.
1. Tujuan umum
? Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
? Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan dewasa yang berpancasila.
? Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
2. Tujuan khusus

? Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
? Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
? Memperbesar kesnggupan guru mendidik murid untuk terjun ke msyarakat
? Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif
? Membesar ambisi guru untuk berkembang
? Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
? Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah
? Melindungi guru daru tuntutan tak wajar dari masyarakat
? Mengembangkan professional guru

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 8:14:14 2017 / +0000 GMT

Dari beberapa pendapat di atas dapat diismpulkan bahwa tujuan supervisi secara prinsip mengandung unsur memberi pelayanan
berupa bantuan serta pembinaan dalam rangka memperbaiki kinerja.
FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Fungsi Meningkatkan Mutu PembelajaranRuang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi
di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.
2. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan PembelajaranLebih dikenal dengan nama Supervisi Administrasi
3. Fungsi Membina dan Memimpin
PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Prinsip-prinsip fundamental
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor
haruslah seorang pancasilais sejati.
2. Prinsip-prinsip praktis
a. Negatif
? Tidak otoriter
? Tidak berasas kekuasaan
? Tidak lepas dari tujuan pendidikan
? Bukan mencari kesalahan
? Tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil
b. Positif
? Konstruktif dan kreatif
? Sumber secara kolektif bukan supervisor sendiri
? Propessional
? Sanggup mengembangkan potensi guru dkk

? Memperhatikan kesejahteraanguru dkk
? Progresif
? Memperhitungkan kesanggupan supervisid
? Sederhana dan informal
? Obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri
Prinsip-prinsip Supervisi
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah
dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan
tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak
lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang
dimiliki oleh supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan
yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan
mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan
singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.
JENIS-JENIS SUPERVISI PENDIDIKAN BERDASARKAN PROSESNYA

1. Korektif : lebih mencari kesalahan
2. Preventif : mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
3. Konstruktif : membangun (dapat memperbiki jika terjadi kesalahan)
4. Kreatif : menekankan inisiatif dan kebebasan berfikir
Tipe-tipe Supervisi
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/4 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 8:14:14 2017 / +0000 GMT

kesalahan orang lain, bertindak sebagai ?Inspektur? yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama
untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang
diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laisses Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah

atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya:
guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu
yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru
sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara
tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan
demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang
pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan
karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan
hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah
sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
1. Teknik kelompok : cara pelaksanaan supervisi terhadap sekelompok orang yang disupervisi
2. Teknik perorangan : dilakukan terhadap individu yang memiliki masalah khusus.

METODE SUPERVISI
1. Metode langsung : alat yang digunakan mengenai sasaran supervisi
2. Metode tak langsung : mempergunakan berbagai alat perantara (media)
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka membentuk guru yang profesional diperlukan supervisi. Dengan
supervisi maka kesulitan yang dialami guru akan bisa teratasi. Supervisor yang memiliki tugas memberi bantuan menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh guru. Yang bertindak sebagai supervisi terhadap guru bisa kepala sekolah maupun pengawas. Oleh
sebab itu maka supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun pengawas hendaknya bisa membantu guru mencari solusi atas
masalah yang dihadapi , bukan mencari kesdalahan dari guru semata.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas. 2001. Data Standardisasi Kompetensi Guru.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta: Depdiknas.
http://s1pgsd.blogspot.com/2009/02/supervisi-pendidikan-1.html
http://www.depdiknas.go.id.html
http://www.olam.asu.edu/epaa/v1n2.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/pentingnya-supervisi-pendidikan
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta: Kompas (16 Agustus 2002).
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah Seminar Nasional. Semarang: Universitas

Negeri Semarang.
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor
Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/4 |