136367642 Makalah Pendidikan Anak Tunalaras

(1)

PENANGGULANGAN TINGKAH LAKU ANAK HIPERAKTIF

Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Syamsi, M.Pd.

oleh :

Rahmat Sulistiyo K.

PLB-B / 12103244018

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PENANGGULANGAN TINGKAH LAKU ANAK HIPERAKTIF

RAHMAT SULISTIYO K. NIM : 12103244018

Email: wawan.kurniawan21@yahoo.com

ABSTRAK

Mencegah lebih baik daripada mengobati, sama saja dengan menanggulangi lebih baik daripada mengatasi. Hal tersebut berlaku dalam banyak bidang, terutama dalam bidang ketunalarasan. Penanggulangan tingkah laku anak hiperaktif menjadi sebuah keharusan yang dilakukan oleh para orang tua, guru dan masyarakat diseluruh dunia terutama di Indonesia. Banyak teknik atau cara yang digunakan untuk menanggulangi tingkah laku anak hiperaktif tergantung dari teori apa yang dipakai oleh seseorang atau sekolah tertentu. Walaupun teknik atau cara yang dipergunakan untuk menanggulangi anak hiperaktif berbeda-beda namun tujuannya sama, yaitu membantu anak hiperaktif merubah tingkah laku yang tidak sesuai menjadi bertingkah laku sesuai, sehingga mereka dapat diterima oleh lingkungannya. Karena mau tidak mau apabila sudah waktunya, seorang anak yang mengalami hiperaktif akan kembali ke masyarakat atau lingkungannya seperti dulu lagi. Diharapkan setelah mendapat pendidikan di sekolah, asrama atau panti rehabilitasi perilaku atau tingkah laku hiperaktifnya menghilang atau setidaknya berkurang drastis. Orang tua harus berperan utama dalam penanggulangan tingkah laku anak hiperaktif, karena orang tualah yang menjadi guru pertama kali seorang anak, apabila orang tua mencontohkan perilaku atau tingkah laku yang buruk kepada anak, maka kemungkinan besar seorang anak yang ikut menirukan tingkah laku buruk orang tuannya dan akan bertambah parah seiring dengan bertambahnya usia anak. Dan dapat pula dipengaruhi oleh pergaulan anak disekolah atau lingkungan bermain anak.


(3)

PENDAHULUAN

Tunalaras sangat identik dengan tingkah laku yang menyimpang, tidak sesuai, nakal, kriminal, menyalahi aturan, melanggar norma, dan masih banyak banyak lainnya. Dengan kata lain tunalaras adalah suatu keadaan dimana seorang anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya yang berakibat pada tingkah laku yang melanggar norma aturan, menyimpang dari yang seharusnya dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Menurut Hallahan & Kauffman (Dalam Mohammad Efendi,2006: 142) Sebutan anak berkelainan perilaku (Tunalaras) didasarkan pada realitanya bahwa penderita kelainan perilaku mengalami gangguan intrapersonal dan atau interpersonal secara ekstrem. Dan menurut T.Sutjihati Somantri, (2007: 139) “Anak tunalaras sering juga disebut anak tunasosial karena tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma

sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan menyakiti orang lain.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan perilaku yang ekstrem, melanggar norma aturan dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dengan munculnya perilaku tunalaras maka muncul pula cara penanggulangan anak tunalaras yang dapat dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat. Sebaiknya antara orang tua, sekolah dan masyarakat bisa saling membantu agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan dapat menghilangkan perilaku menyimpang anak tunalaras. Dengan kerjasama juga dapat meringankan beban orang tua anak dalam menanggulangi tingkah laku tunalaras.


(4)

PEMBAHASAN

PENGERTIAN ANAK HIPERAKTIF

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya

“Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. Dengan adanya perilaku hiperaktif maka perlu juga ada penanggulangan untuk anak hiperaktif, banyak cara yang dapat dilakukan untuk itu, beberapa cara tersebut, antara lain:

a. Intervensi Biofisik

Hiperaktif dapat disebabkan karena dari tidak normalnya turunan (genetik), faktor organik (sistem saraf pusat ) yang rusak, tak berfungsinya otak secara maksimal atau faktor lingkungan (toksin, infeksi, penyakit, dll). Pandangan biofisik ini menghasilkan rancangan penyembuhan/penanggulangan tingkah laku hiperaktif menggunakan obat dan diet.

1) Terapi Menggunakan Obat

Menurut Barkley (1981), Safer & Krager (1984,1988) yang dikutip oleh Rosenberg et al., (1992) menyatakan bahwa diatas 600.000 anak-anak populasi anak sekolah (1-2 %) menggunakan obat untuk menangani perilaku hiperaktif. Jenis obat yang sering digunakan antara lain pemolina,

dekstroamfetamina, dan metilfenidat. Walaupun banyak argumentasi

(Gadow, 1986) yang dikutip Rosenberg, et al, (1992) tentang pemakaian obat tersebut diatas, tetapi ketiga obat itu telah mendapatkan respon positif. Fish (1975) yang dikutip Rosenberg, et al., (1992) melaporkan bahwa obat tersebut bekerja membantu sel-sel saraf dalam otak mengirimkan pesan-pesan ke sel


(5)

lain. Pemakaian obat ini dapat menenangkan perilaku anak hiperaktif, memungkinkan anak untuk berkonsentrasi lebih lama, dan dapat lebih mampu mengontrol dan mengendalikan diri. Jadi, penanggulangan anak hiperaktif dengan menggunakan obat stimulan ini sangat efektif pada situasi yang membutuhkan perhatian pada tugas dan pengendalian tingkah laku. Namun demikian, obat ini tidak dapat mempertinggi prestasi akademik anak hiperaktif, mungkin karena obat ini sering terlambat diberikan sebagai terapi. Efek samping dari obat-obatan ini antara lain:

- Menganggu selera makan anak dan turunnya berat badan - Anak selalu terlihat bersedih dan mudah merajuk

- Menyebabkan anak susah tidur dan cepat marah

Karena itu Rosenberg, et al, (1992) menganjurkan penanggulangan dengan cara lain bagi anak daripada menggunakan obat-obatan.

2) Terapi Melakukan Diet

Diet yang dimaksudkan adalah menambah unsur-unsur yang tidak ada didalam makanan, misalnya beberapa vitamin, terutama piridoksin (vitamin B6), dan beberapa mineral misalnya seng (Taylor, 1985). Para orang tua dianjurkan agar lebih hati-hati untuk menerapkan pemakaian diet ini, karena: Pertama, belum ada hasil penelitian yang sungguh-sungguh dapat dipercaya mengenai hasil dan efek diet yang jitu untuk menanggulangi tingkah laku anak hiperaktif. Kedua, banyak hal yang perlu diperhitungkan untuk memulai diet. Misalnya efek psikologis dari tekanan harapan-harapan yang diterapakan akan muncul dari diet tersebut, mempengaruhi para orang tua dan anak. Sehingga banyak orang tua yang merasakan pengaruh diet yang berlebihan dan tidak sesuai dengan pengaruh semestinya. Taylor (1985) memberikan beberapa strategi yang dapat menjadi pedoman, yaitu: Pertama, melakukan pengamatan terhadap makanan yang menyebabkan anak terganggu lalu menghindarinya. Kedua, menghindari makanan tertentu dari anak, hanya berdasarkan makanan tersebut menyebabkan alergi pada anak-anak lain. Ketiga, menghindarkan anak dari sejumlah besar makanan, untuk mengubah tingkah laku anak hiperaktif.


(6)

Metode diet juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: anak-anak tidak suka disuruh diet, karena banyak jenis makanan yang enak dan manis tak boleh mereka makan. Dan orang tua lama-lama akan merasa bosan dan kecewa apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

b. Intervensi Behavioral

Intervensi Behavioral ini menitikberatkan penanggulangan perilaku hiperaktif pada tingkah laku individu yang dapat diobservasi. Menurut model behavior ini, bahwa masa depan individu sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian lingkungan yang merupakan pengalaman baginya. Jadi menurut model ini anak menjadi hiperaktif karena tingkah laku yang dipelajarinya dari lingkungan. Beberapa teknik yang dapat dipergunakan dalam model ini, antara lain:

1) Meningkatkan Tingkah Laku Positif.

Setiap anak walaupun ia seorang hiperaktif tetap memiliki tingkah laku yang positif bahkan anak yang paling parah tingkatan hiperaktifnya masih bisa asyik dengan mainannya, menonton televisi, walaupun dalam tempo yang relatif singkat (Taylor, 1985). Beberapa strategi untuk meningkatkan tingkah laku positif, yaitu:

a) Membuat daftar kelakuan baik.

Daftar tingkah laku baik ini dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang positif, dapat diobservasi dan dapat diberi penguatan. Misalnya orang tua atau guru segera mencatat sifat-sifat atau tingkah laku anak yang dianggap positif oleh orang tua atau guru itu sendiri.


(7)

Contoh Daftar Kelakuan Baik.

Sumber: Dr. Eric Taylor, 1985. Alih bahasa, Alex Tri Kancono W. 1988. Anak Yang Hiperaktif, hal 89.

b) Memberi Imbalan

Tujuan memberikan imbalan adalah untuk memperkuat tingkah lakunya yang sudah positif. Setiap kali anak melakukan perbuatan terpuji atau tingkah laku positif, orang tua atau guru hendaklah sesegera mungkin memberikan imbalan kepada anak, karena dengan demikian akan lebih besar pengaruhnya kepada penguatan tingkah laku anak tersebut. Menurut Morris (1985), ada 6 jenis imbalan yang berbeda-beda yang dapat menyenangkan anak-anak, yaitu:

(1) Yang merupakan objek, misalnya berbagai jenis makanan, pensil dan kertas gambar, buku komik, suling, stiker, dan sebagainya. (2) Sebagai aktifitas, misalnya berlatih renang, bermain

layang-layang, dan sebagainya.

(3) Merupakan hadiah sosial, misalnya ucapan “Bagus sekali”, “Oh,

menajubkan”, “Hebat”, dan sebagainya.

(4) Hadiah tanpa kata, misalnya senyuman, ciuman, meraba sambil menglus-elus punggung anak, dan sebagainya.

(5) Makanan kecil, misalnya permen, es krim, dan sebagainya.

(6) Minuman ringan, misalnya lemon juice, softdrink, dan sebagainya. Daftar Kelakuan Baik

1. Ia sangat ramah waktu bertemu seseorang.

2. Ia sering melompat-lompat dengan bahagia sewaktu pulang sekolah dan bermain dengan manisnya brsama kakaknya dan kucingnya selama 5 menit.

3. Ia sangat berani dan tak menangis jika terluka atau diganggu. 4. Ia tak pernah dendam jika punya masalah paling lama 10


(8)

c) Membuat Perjanjian (kontrak) Secara Tertulis.

Kontrak adalah persetujuan tertulis yang menetapkan hubungan antara tingkah laku anak yang sesuai dengan konsekwensi positif tertentu. Isi kontrak itu haruslah merupakan negoisasi antara anak dan orang tua atau guru. Anak hanya tahu pasti tingkah laku yang bagaimana yang diharapakan mereka tunjukan. Dalam sebuah kontrak tertera:

(1) Tanggal kontrak dimulai, kontrak berakhir dan yang disepakati. (2) Tingkah laku yang ditargetkan secara spesifik untuk diberikan

penguatan (reinforcement).

(3) Konsekwensi (hadiah yang akan diterima) bila tingkah laku yang ditargetkan telah dilakukan dengan baik. Sistem ini diberlakukan bagi anak yang sudah bisa membaca dan menulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif.

Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi frekwensi tingkah laku yang negatif, antara lain:

a) Pembasmian (extinction).

Yaitu cara untuk membasmi tingkah laku yang negatif dengan menangguhkan hadiah untuk tingkah laku yang sudah ditargetkan sebelumnya. Misalnya anak menyerahkan pekerjaan rumah yang selesai setiap pagi pada guru, maka ia akan mendapatkan hadiah. Tetapi bila tugas dan pekerjaan rumah tersebut tidak diserahkan maka hadiahnyapun akan ditunda pemberiannya sampai tugas tersebut diserahkan. Dalam melaksanakan prosedur extinction ini pelaksanaan modifikasi tingkah laku hendaknya, Pertama, mengetahui melakukan hal-hal apa yang mendorong anak melakukan tingkah laku negatif tersebut. Kedua, menetapkan atau memastikan bahwa hal-hal tersebut selalu akan diikuti oleh tingkah laku anak yang negatif. Ketiga, mengontrol kejadian yang disebabkan dorongan atau penguatan tersebut. Keempat, konsisten dalam memakai prosedur pada setiap tingkah laku terjadi.


(9)

b) Hukuman.

Merupakan salah satu cara untuk menurunkan tingkah laku yang negatif. Namun sangat sedikit ahli yang menganjurkan menggunakan hukuman untuk mengurangi tingkah laku anak hiperaktif karena hukuman fisik dapat mengakibatkan efek samping. Menurut Morris, (1985) efek samping yang timbul akibat hukuman antara lain: Pertama, tidak dapat menghilangkan tingkah laku anak yang negatif, hanya menekannya saja. Kedua, disamping tingkah laku negatif yang akan dihilangkan dapat ditekan, tetapi tingkh laku negatif yang lain dapat muncul. Ketiga, hukuman dapat menimbulkan respon menarik diri dan rasa takut pada anak. Keempat, bila pelaksanaan pengubah tingkah laku menggunakan hukuman, dapat juga mengakibatkan anak menjadi agresif dan bermusuhan, baik dengan teman sekelasnya maupun dengan pelaksana penggubah tingkah laku. Kelima, anak pada umumnya menghindari berbagai kegiatan. Dan dapat pula hukuman itu ditiru untuk menghukum orang lain. Ada 3 jenis tindakan yang dapat dilakukan sebagai hukuman kepada anak:

(1) Teguran, dipakai untuk mengurangi perbuatan anak yang negatif. (2) Denda, adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan tingkah laku yang tidak sesuai atau melanggar. (3) Disisihkan, yaitu menyisihkan anak yang melakukan perbuatan

negatif dari kegiatan kelas, menempatkannya disuatu tempat tertentu yang disebut daerah penyisihan (time-out), tetapi anak tersebut masih bisa melihat dan mendengar kegiatan dikelasnya, walaupun ia tidak boleh ikut dalam kegiatan kelas itu, selama ia menjalani waktu penyisihan.

c. Terapi Lainnya.

1) Progessive Relaxation Awal (Biofeedback)

Adalah suatu terapi untuk menaggulangi tingkah laku anak hiperaktif dengan memberi obat perangsang. Tujuan dari obat ini agar dapat membantu anak mengontrol perilakunya yang berhubungan dengan irama gerakan sensoris anak.


(10)

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pengertian Anak Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).

2. Penanggulangan anak hiperaktif dapat dilakukan dengan cara: a. Intervensi Biofisik, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Terapi dengan menggunakan obat, dan 2) Terapi melakukan diet.

b. Intervensi Behavioral, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Meningkatkan tingkah laku yang positif. Cara untuk meningkatkan tingkah laku positif, antara lain:

a) Membuat daftar kelakuan baik, b) Memberi imbalan, dan

c) Membuat perjanjian (kontrak) secara tertulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif. Beberapa alternatif untuk mengurangi tingkah laku negatif, antara lain:

a) Pembasmian, dan b) Hukuman.

c. Terapi lainnya, yaitu:


(11)

DAFTAR PUSTAKA

http://arif-plb2011.blogspot.com/2011/11/pengertian-tunalaras.html http://gitta-raka.blogspot.com/2012/04/definisi-anak-hiperaktif_02.html

Ibrahim N, & Aldy R. 1996. Etiologi dan Terapi Anak Tunalaras. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(1)

Metode diet juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: anak-anak tidak suka disuruh diet, karena banyak jenis makanan yang enak dan manis tak boleh mereka makan. Dan orang tua lama-lama akan merasa bosan dan kecewa apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

b. Intervensi Behavioral

Intervensi Behavioral ini menitikberatkan penanggulangan perilaku hiperaktif pada tingkah laku individu yang dapat diobservasi. Menurut model behavior ini, bahwa masa depan individu sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian lingkungan yang merupakan pengalaman baginya. Jadi menurut model ini anak menjadi hiperaktif karena tingkah laku yang dipelajarinya dari lingkungan. Beberapa teknik yang dapat dipergunakan dalam model ini, antara lain:

1) Meningkatkan Tingkah Laku Positif.

Setiap anak walaupun ia seorang hiperaktif tetap memiliki tingkah laku yang positif bahkan anak yang paling parah tingkatan hiperaktifnya masih bisa asyik dengan mainannya, menonton televisi, walaupun dalam tempo yang relatif singkat (Taylor, 1985). Beberapa strategi untuk meningkatkan tingkah laku positif, yaitu:

a) Membuat daftar kelakuan baik.

Daftar tingkah laku baik ini dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang positif, dapat diobservasi dan dapat diberi penguatan. Misalnya orang tua atau guru segera mencatat sifat-sifat atau tingkah laku anak yang dianggap positif oleh orang tua atau guru itu sendiri.


(2)

Contoh Daftar Kelakuan Baik.

Sumber: Dr. Eric Taylor, 1985. Alih bahasa, Alex Tri Kancono W. 1988. Anak Yang Hiperaktif, hal 89.

b) Memberi Imbalan

Tujuan memberikan imbalan adalah untuk memperkuat tingkah lakunya yang sudah positif. Setiap kali anak melakukan perbuatan terpuji atau tingkah laku positif, orang tua atau guru hendaklah sesegera mungkin memberikan imbalan kepada anak, karena dengan demikian akan lebih besar pengaruhnya kepada penguatan tingkah laku anak tersebut. Menurut Morris (1985), ada 6 jenis imbalan yang berbeda-beda yang dapat menyenangkan anak-anak, yaitu:

(1) Yang merupakan objek, misalnya berbagai jenis makanan, pensil dan kertas gambar, buku komik, suling, stiker, dan sebagainya. (2) Sebagai aktifitas, misalnya berlatih renang, bermain

layang-layang, dan sebagainya.

(3) Merupakan hadiah sosial, misalnya ucapan “Bagus sekali”, “Oh, menajubkan”, “Hebat”, dan sebagainya.

(4) Hadiah tanpa kata, misalnya senyuman, ciuman, meraba sambil menglus-elus punggung anak, dan sebagainya.

(5) Makanan kecil, misalnya permen, es krim, dan sebagainya.

(6) Minuman ringan, misalnya lemon juice, softdrink, dan sebagainya. Daftar Kelakuan Baik

1. Ia sangat ramah waktu bertemu seseorang.

2. Ia sering melompat-lompat dengan bahagia sewaktu pulang sekolah dan bermain dengan manisnya brsama kakaknya dan kucingnya selama 5 menit.

3. Ia sangat berani dan tak menangis jika terluka atau diganggu. 4. Ia tak pernah dendam jika punya masalah paling lama 10


(3)

c) Membuat Perjanjian (kontrak) Secara Tertulis.

Kontrak adalah persetujuan tertulis yang menetapkan hubungan antara tingkah laku anak yang sesuai dengan konsekwensi positif tertentu. Isi kontrak itu haruslah merupakan negoisasi antara anak dan orang tua atau guru. Anak hanya tahu pasti tingkah laku yang bagaimana yang diharapakan mereka tunjukan. Dalam sebuah kontrak tertera:

(1) Tanggal kontrak dimulai, kontrak berakhir dan yang disepakati. (2) Tingkah laku yang ditargetkan secara spesifik untuk diberikan

penguatan (reinforcement).

(3) Konsekwensi (hadiah yang akan diterima) bila tingkah laku yang ditargetkan telah dilakukan dengan baik. Sistem ini diberlakukan bagi anak yang sudah bisa membaca dan menulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif.

Beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi frekwensi tingkah laku yang negatif, antara lain:

a) Pembasmian (extinction).

Yaitu cara untuk membasmi tingkah laku yang negatif dengan menangguhkan hadiah untuk tingkah laku yang sudah ditargetkan sebelumnya. Misalnya anak menyerahkan pekerjaan rumah yang selesai setiap pagi pada guru, maka ia akan mendapatkan hadiah. Tetapi bila tugas dan pekerjaan rumah tersebut tidak diserahkan maka hadiahnyapun akan ditunda pemberiannya sampai tugas tersebut diserahkan. Dalam melaksanakan prosedur extinction ini pelaksanaan modifikasi tingkah laku hendaknya, Pertama, mengetahui melakukan hal-hal apa yang mendorong anak melakukan tingkah laku negatif tersebut. Kedua, menetapkan atau memastikan bahwa hal-hal tersebut selalu akan diikuti oleh tingkah laku anak yang negatif. Ketiga, mengontrol kejadian yang disebabkan dorongan atau penguatan tersebut. Keempat, konsisten dalam memakai prosedur pada setiap tingkah laku terjadi.


(4)

b) Hukuman.

Merupakan salah satu cara untuk menurunkan tingkah laku yang negatif. Namun sangat sedikit ahli yang menganjurkan menggunakan hukuman untuk mengurangi tingkah laku anak hiperaktif karena hukuman fisik dapat mengakibatkan efek samping. Menurut Morris, (1985) efek samping yang timbul akibat hukuman antara lain: Pertama, tidak dapat menghilangkan tingkah laku anak yang negatif, hanya menekannya saja. Kedua, disamping tingkah laku negatif yang akan dihilangkan dapat ditekan, tetapi tingkh laku negatif yang lain dapat muncul. Ketiga, hukuman dapat menimbulkan respon menarik diri dan rasa takut pada anak. Keempat, bila pelaksanaan pengubah tingkah laku menggunakan hukuman, dapat juga mengakibatkan anak menjadi agresif dan bermusuhan, baik dengan teman sekelasnya maupun dengan pelaksana penggubah tingkah laku. Kelima, anak pada umumnya menghindari berbagai kegiatan. Dan dapat pula hukuman itu ditiru untuk menghukum orang lain. Ada 3 jenis tindakan yang dapat dilakukan sebagai hukuman kepada anak:

(1) Teguran, dipakai untuk mengurangi perbuatan anak yang negatif. (2) Denda, adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan tingkah laku yang tidak sesuai atau melanggar. (3) Disisihkan, yaitu menyisihkan anak yang melakukan perbuatan

negatif dari kegiatan kelas, menempatkannya disuatu tempat tertentu yang disebut daerah penyisihan (time-out), tetapi anak tersebut masih bisa melihat dan mendengar kegiatan dikelasnya, walaupun ia tidak boleh ikut dalam kegiatan kelas itu, selama ia menjalani waktu penyisihan.

c. Terapi Lainnya.

1) Progessive Relaxation Awal (Biofeedback)

Adalah suatu terapi untuk menaggulangi tingkah laku anak hiperaktif dengan memberi obat perangsang. Tujuan dari obat ini agar dapat membantu anak mengontrol perilakunya yang berhubungan dengan irama gerakan sensoris anak.


(5)

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pengertian Anak Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD).

2. Penanggulangan anak hiperaktif dapat dilakukan dengan cara: a. Intervensi Biofisik, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Terapi dengan menggunakan obat, dan 2) Terapi melakukan diet.

b. Intervensi Behavioral, terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

1) Meningkatkan tingkah laku yang positif. Cara untuk meningkatkan tingkah laku positif, antara lain:

a) Membuat daftar kelakuan baik, b) Memberi imbalan, dan

c) Membuat perjanjian (kontrak) secara tertulis.

2) Mengurangi Tingak Laku Negatif. Beberapa alternatif untuk mengurangi tingkah laku negatif, antara lain:

a) Pembasmian, dan b) Hukuman.

c. Terapi lainnya, yaitu:


(6)

DAFTAR PUSTAKA

http://arif-plb2011.blogspot.com/2011/11/pengertian-tunalaras.html http://gitta-raka.blogspot.com/2012/04/definisi-anak-hiperaktif_02.html

Ibrahim N, & Aldy R. 1996. Etiologi dan Terapi Anak Tunalaras. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.