MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER ANAK MENUJU

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER ANAK MENUJU
GENERASI PANCASILAIS

DI SUSUSN OLEH:
VINY ANDINI

17081127

LAILA NURMALA SARI

17081536

M. AULIA RAHMAN

17081526

LUSIANA SETYAWATI

17081634

ASTUTI


17081672

DEA PRANATA KUSUMA

17081703

ACHMAD NUROCHIM

17081732

ANITA CHRISTO

17081841

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2018

KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang ,
kami panjatkan puji syukur kehadiratnya, yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat
danhidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan
karakter anak menuju generasipancasilais”.
Kami sangat beharaap agar makalah kami dapat berguna bagi pembacanya, baik
sebagaijawaban dari keresahan keresan permasalahan bangsa ini atau bahkan dapat
menggugah pemikiran kitabersama tentanga Arti penting pendidikan karakter yang
beridiologikan pancasila. Tidak lupa kami ucapkanterimakasih pada pihak pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini baik Itu dari Orang Tua, Dosen mata kuliah PPkn,
teman teman kelompok PPkn yang sudahberkontribusi dalam penyelesaian makalah ini, baik
dari segi pikiran, waktu dan tenaga.Akhir kata kami ucapkan wasallamualaikum
warrohmatullahiwabarokatu.

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Profesionalitas merupakan hal yang terpenting dalam pelajaran yang diterapkan di
sekolah akhir akhir ini, hal ini tidak asing dan tidak lagi menjadi rahasia lagi semenjak
revolusi industry yang pertama perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, budaya dan politik
menjadi begitu laju. Efeknya benar benar terasa,baik pada ekonomi, politik, dan budaya

terlebih mengingat isu dunia akhir akhir ini tentang revolusi industry yang benar benar
menuntut profesionalitas calon calon pekerja, hal ini benar benar berdampak pada pola
pengajaran, tatanan budaya dan pembentukan karakter bangsa yang mulai terkikis. Tak hanya
itu sifat individualis, prilaku prilaku amoral, dan pengesampingan budaya bangsa dan budaya

daerah memang benar benar sering terjadi akhir akhir ini, permasalahan permasalahan sosial,
politik dan budaya juga akhir akhir ini menjadi tontonan wajib, namun sayangnya sebagian
besar dari kita lebih memilih tutup mata pada permasalahan ini, contoh sederhana saja, dari
pada harus belajar bahasa Indonesia sebagian besar dari kita mulai lebih memilih bahasa
asing, baik itu korea, jepang atau bahkan inggris, jelas dengan berbagai alas an baik itu
karena mengidolakan atau karena profesionalitas, tuntutan zaman dan populeritas.
Kita tidak dapat sertamerta menyalahkan pihak pihak tersebut mereka memiliki hak
dalam menentukan apapun yang mereka anggap perlu mengingat Negara kita adalah Negara
demokrasi karena di dalam Negara demokrasi 1 kepala memilki harga satu suara (Beetham
David & Boyle Kevin)begitu juga dengan aktualisasi diri, menurut maslow kebutuhan
tertinggi dari individu adalah kebutuhan aktualisasi diri (walgito,bimo,
pengantarpsikologiumum) jadi tidak heran jika pihak pihak tersebut berbicara masalah
eksistensi, kebebasan atau aktualisasi diri. Namun hal tersebut juga harusnya di selaraskan
dengan adanya filter budaya dan agama karena tanpa adanya budaya dan agama maka akan
ada banyak sekali perubahan, kemudian peubhan perubahan tersebut kemungkinan akan

banyak sekali mengubah tatanan budaya yang ada.
Jika mengingat idiologi bangsa kita yaitu pancasila yang di susun oleh berbagai
aspek, maka yang perlu diperhatikan adalah keadilan dari beberapa sudut pandang, baik itu
agama, pendidikan, kemajuan ekonomi, politik dan budaya, tidak hanya satu sudut pandang
saja tetap ijuga berbagai sudut pandang agar tidak ada nya perpecahan karena ada nya pihak
pihak yang merasa dirugikan.Hal ini tidak akan terjadi apabila kita masih memegang idiologi
pancasila. Menarik nya akhir akhir ini banyak sekali permasalahan di negeri ini yang
mengatas namakan keadilan dan kebebasan individu. Sebagai contoh kecil adalah: pergaulan
bebas, ujaran kebencian ,tawuran pelajar, budaya westernisasi yang berlebihan,obat obatan
terlarang, kecanduan video porno dan gadged, kurang nya interaksi sosial, kurangnya
nasionalisme, serta budaya hedonism. Dengan ini peran pendidikan moral anak yang
bersbasiskan budaya dan pancasila sangatlah di perlukan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah peran penting pendidikan dan budaya bagi pembentukan pribadi?
2.Apakah peran pendidikan karakter berbasis pancasila bagi keutuhan bangsa?

C. TujuandanManfaat
1.mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan danbudaya padapembentukan karakter
2.mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan karakter anak yang berbasis pancasila

terhadap penyelesaian permasalahan sosiokultural saat ini dan masa yang akan datang?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranpendiddikandanbudayapadakarakteranak
Manusia merupakan produk budaya , begitu pun sebalik nya karena ketika
masyarakat berkumpul maka mereka akan membuat suatu aturan, dan lama kelamaan
aturan tersebut menjadi kebiasaan atau bahkan menjadi budaya lalu budaya tersebut
membentuk orang orang baru (Soerjono Soekamto, sosiologi suatu pengantar). kita
juga di bentuk oleh norma norma sebagai mana salah satu struktur kepribadian
manusia menurut Sigmund freud adalah super ego yang merupakan struktur
kepribadian yang berisi norma norma dan dorongan kesempurnaan (Sigmund
freud,teori teori psikologi sosial) akibat ada nya interaksi dengan dunia luar, begitu
juga dengan jhon lokce meyakini manusia lahir seperti kertas putih, pengalaman
pendiddikan dan lingkungan lah yang akan menggoreskan tinta pada kertas tersebut,
dengan demikian kita dapat berkesimpulan sebagian besar ahli psikologi setuju
tentang kontribusi belajar sosial dalam pembentukan pribadi.
Melihat permasalahan akhir akhir ini jelas melahirkan pertanyaan apa yang pada
negeri ini ?. Terlalu banyak yang berubah pada negeri ini, mulai dari budaya gotong

royong, musyawarah, toleransi,serta hilang nya peran idiologi kita di banyak sektor.
Beberapa diantara nya seperti:
1. kurang nya interaksi sosial
Berbicara masalah kurang nya interaksi sosial sebenar nya banyak aspek yang
menyebabkan hal ini terjadi namun yang menjadi fokus pembahasan kita adalah pengaruh
metode pendidikan . hal ini wajar saja mengingat akhir akhir ini pendiddikan benar benar
telah menyebabkan kurang n ya interaksi sosial pemuda pada masyarakat, kita bias melihat

contoh kurikulum K13 atau bahkan fullday school dimana memang siswa benar benar di
sibukan oleh tugas dan sekolah, sehingga jarang nya interaksi antara pemuda dan lingkungan
sosial, hal ini juga akan berdampak pada pembukan sifat individualis pada pemuda.
Tidak hanya itu kita juga hanya di tuntut menjadi agen professional sebaik mungkin
tanpa berpikir dampak pada sector sector lain, contoh nyata nya adalah kita belajar tentang
kemajuan ekonomi tanpa harus tau keadilan sosial, kita belajar politik tanpa harus tau efek
pada Negara dan agama, kita berbicara HAM tanpa harus peduli bahwa Negara kita bukan
Negara dengan model demokrasi barat tetapi demikrasi yang berasaskan pancasila, kita hanya
diajarkan sebagai praktisi,kompetisi tanpa harus tau dunia sekitar, interaksi sosial rasa nya
benar beanr asing bagi pemuda saat ini, bagaimana tidak?,kita tidak diajarkan tentang
dampak perkembangan iptek bagi masyarakat luas, kita hanya diajarkan satu kata utama
“profesionalitas”, tidak ada kata kata keluarga yang ada hanya saingan. Sehingga wajar saja

jika generasi muda asing dengan kata interaksi sosial.
2.budaya asing yang berlebihan
Pertukaran budaya memang sulit untuk di hindari terlebih mengingat kemudahan
dalam mengakses informasi pada era globalisasi ini, internet dan televisi menjadi portal
utama dalam mengenal budaya luar, atau bahkan mengadopsi nya. Hal ini jelas menjadi
permaslahan, seperti yang kita tau banyak sekali pengaruh budaya asing yang masuk akhir
akhir ini dan memang hal tersebut berdampak sangat besar terhadap tatanan sosial dan
budaya saat ini, mulai dari cara berpakaian,cara berpikir, cara kita menanggapi suatu
permaslahan,atau bahkan hilang nya nasionalisme kita sebagai generasi penerus mimpi para
pendiri negeri ini.contoh konkrit masalah nya seperti lebih bangga dengan bahasa asing,
produk produk asing dan menganggap budaya asing adalah budaya yang peradaban nya lebih
tinggi. kita bertanya kenapa hal tersebut bisa terjadi?, jawaban nya masih sama pendididkan,
dan pembelajaran sosial, sebagaimana yang telah kita paparkan di atas kita adalah produk
budaya begitu juga sebalik nya, budaya juga adalah produk manusia. Ketika kita tidak
diajarkan kenapa kita harus cinta pada pancasila maka apapun yang kita pelajari hanya akan
masuk tanpa ada nya filter, salah satu nya adalah budaya asing yang masuk , kita tidak tau
apa lebih nya idiologi kita, kita tidak tau kenapa harus cinta pada idiologi kita, kita tidak tau
kenapa kita harus membela keadilan sosial, kita bingung akan semua tuntutan dimana kita
harus bicara keadilan sosial, tetapi ilmu yang kita pelajari hanya mengajarkan profesionalitas
dan kompetisi serta persaingan. Hal ini akhir nya menyebabkan banyak dari kita yang


bingung dan bertanya Tanya tentang keadilan sosial yang digagas pada pancasila. Masih kah
hal tersebut relevan?. Maka wajar saja jika generasi muda saat ini lebih memilih belajar
budaya asing dari pada budaya bangsa karna di nilai lebih di kenal dan lebih menguntungkan,
sebagaimna Thibaut dan Kelleey menyatakan “interaksi sosial akan di ulangi jika peserta
peserta dalam interaksi tersebut mendapat ganjaran sebagai hasil dari kesertaan nya .”
(sarwono sarlito wirawan, teori teori psikologi sosial) , tak hanya sampai di situ peran orang
tua, guru dan orang dewasa juga menjadi salah satu factor yang berpengaruh dalam
penanaman pola berpikir anak jika dulu kita belajar dengan, nyata nya sekarang banyak
orang dewasa yang merasa mempelajari budaya asing khusus nya bahasa inggri jauh lebih
penting dari pada mempelajari budaya bangsa ini. Sehingga memang di perlukan nya
perhatian khusus di bidang pendidikan moral,dan budaya yang berbasiskan pancasila agar
tidak terjadi nya pengikisan kecintaaan terhadap idiologi bangsa.

B. Pengaruh pendidikan karakter anak yang berbasis pancasila terhadap
penyelesaian permasalahan sosial budaya saat ini dan masa yang akan
datang
1.kurang nya interaksi sosial
Seperti yang sudah kita bahas diatas pengaruh pola pendidikan juga berpengaruh
pada pembentukan individu, pola pikir individu, cara menyelesaikan dan menanggapi

masalah lalu kemudian perubahan yang berdampak pada individu tersebut akan
mempengaruhi perubahan budaya yang ada. jelas perubahan perubahan tatanan budaya yang
tidak langsung serta merta langsung berubah, dari pendidikan ke pembentukan kesadaran,
dari kesadaran ke kecintaan, dari kecintaan ke cara berpikir dari cara berpikir ke cara
bertindak ,dan tindakan yang berulang ulang oleh suatu masyarakat akan membentuk budaya
baru, lalu kemudian seperti yang telah dipaparkan diatas budaya akan membentuk
masyarakat yang baru. Berangkat dari asumsi asumsi tersebut kita seharusnya sadar akan
penting nya pendididkan budaya dan karakter yang berbasis pancasila.
Ketika pendiddikankrakter dan budaya berbasis pancasila benar benar di prioritaskan
maka pengikisan rasa cinta akan budaya bangsa akan berkurang. Bagaimana bias?, sebenar
nya sama seperti pengikisan rasa cinta terhadap pancasila itu sendiri, kita harus mulai
mengajarkan arti penting pancasila, nilai nilai kebersamaan, indah nya budaya negeri kita,

bangga akan budaya, semua harus dimulai dari tahapan sekolah dasar bahkan sampai tingkat
SMA atau bahkan universitas, sehingga diharapkan kita akan lebih mengenal dan dapat
memupuk kecintaan terhadapa idiologi bangsa ini. Setelah terpupuk nya rasa cinta terhadap
idiologi bangsa maka kita akan mulai membiasakan diri pada budaya budaya tersebut
sehingga sekurang kurang nya kita memiliki filter dalam menganggapi permasalahan yang
ada. Walaupun kita tau bahwa perubahan budaya tidak mungkin bias terjadi secepat mungkin.
Ketika kita sudah mualia sadar akan nilai nilai dan semua na sudah melekat, kita mulai dapat

mempertanyakan apakah suatu pola pendididkan efektif atau tidak?, apakah pola pengajaran
tepat sasaran atau tidak?, contoh nya kurikulum K13 yang mengatasnamakan pendidikan
karakter justru malah membuat kita cenderung jauh lebih individualis, bagaimana tidak,
dengan melihat jam sekolah nya yang padat, tugas tugas nya yang padat. Sehingga ada nya
sekat sekat antara masyarakat dan kaum kaum terpelajar, kita memang kritis dlam berpikir,
tapi apakah kita sempat berkontribusi?, bagaimana kita dapat berkontribusi bergaul dengan
masyarakat saja mungkin sudah jarang padahal setelah pembahasan diatas kita tau salah satu
pembentukan pribadi banyak dipengaruhi oleh pembelajaran sosial seperti struktur
kepribadian super ego yang merupakan produk interaksi dengan realita (Sigmund freud).
Karena itu kami berasusmsi penananman nilai nilai karakter pancasila pada pendidikan
merupakan hal yang sangatlah penting.

2. budaya asing yang berlebihan
“Setiap respon yang diikuti oleh reward ini bekerja sebagai reinforcement stimuliakan cenderung diikuti” ( Burrhus Frederick Skinner), begitu pula dengan fenomena yang
ada saat ini wajar saja jika generasi bangsa saat ini lebih bangga dengan budya asing, mereka
berpikir tentang manfaat yang bias di dapatkan dari budaya asing,. Kebebasan,
pengetahuan,perkembangan perkembangan industry, dan gaya hidup. Wajar saja hal ini b isa
terjadi, mari kita lihat pendidikan kita, kita di didik dengan budaya barat, kita di didik dengan
satu kata kunci “profesinal” hanya itu yang kita tau, jika pun memang ada pelajaran pkn kita
hanya membahas pasal, birokrasi, tugas lembaga lembaga Negara yang disebut sebut sebagai

wakil rakyat, kita tidak belajar tentang kelebihan bangsa kita, system Negara kita, idiologi
bnagsa kita. Bagaiman mungkin kita bisa jatuh cinta pada budaya dan idiologi bangsa
sedangkan pendidikan kita jauh lebih mengarah dan mengajarkan pada budaya asing, lalu kita
bertanya apakah kita sudah mempelajari budaya kita atau sedang belajar budaya asing?,

sebagaiman potongan puisi rendra “ kita ini dididik untuk memihak yang mana?”, dan
“apakah akan menjadi alat pembebasan ataukah alat penindasan ?“ ya, yang ada hanya
kebingungan bagi beberapa orang, kita hanya diajarkan tentang kemajuan zaman,
profesionalitas, break Even point, laba/rugi atau menghitung bunga investasi. Kita tidak tau
isi kepala para pengagas idiologi bangsa ini?, kemajuan ekonomi yang seperti apa?, kita tidak
tau, kita tidak tau, keadilan sosial yang seperti apa?, kita tidak tau , kemanusian dan HAM
yang seperti apa?, kita tidak tau, keTuhanan yang maha esa seperti apa ?, Mungkin kita lupa.
Jawaban nya adalah pengubahan system pendidikan yang prioritaskan karakter dan budaya
berbasiskan pancasila.

BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkanmengenaimateri yang menjadi topic
pembahasankitadalammakalahini, kami
sangatmeyakinitentunyamateridalammakalahinimasihjauhdari kata
sempurnadanmasihbanyakkelemahan, baikdarisegikajian, pembahsansertareferensireferensi
yang di gunakan.Sedariitu kami sangatberharapkepadapembaca yang
budimanuntukdapatmemberikankritikdan saran kepada kami demi
sempurnanyamakalahini.Dan
semogamakalahinidapatbermanfaatsebagaimanamestinyabaikbagipembacajugauntuk penulis.

DAFTAR PUSTAKA
Walgito,Bimo ,1980, pengantar psikologi umum.
Sarwono,sarlito wiraawan,1970, teori teori psikologi sosial.
Beetham,david & boyle Kevin,1995, Demokrasi.
Soekamto,soerjono,sosiologi suatu pengantar.1982