ANALISIS HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO NOMOR : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.).

ANALISIS HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA
ISLAM TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM
RUMAH TANGGA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI SIDOARJO NOMOR : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.)
SKRIPSI

Oleh:
Oldy Firman Maolandha
C33211067

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
PRODI SIYASAH JINAYAH
SURABAYA
2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan terhadap anak adalah salah satu kasus paling dominan dan
banyak dijumpai kapanpun, dimanapun, hampir disetiap tempat diseluruh
provinsi negeri ini.1 Hal ini menjadi sangat ironis mengingat anak yang
notabennya sebagai penerus bangsa seharusnya mendapatkan hak-hak agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan dekriminasi.2 Justru mengalami yang sebaliknya mungkin inilah
yang menjadi salah satu faktor mengapa rentetan problematika bangsa diatas
terus terulang kembali dan seakan tidak berpenghujung. Karena anak
merupakan tumpuan harapan serta penerus cita-cita orang tua sekaligus
generasi bangsa masih banyak mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang

salah. Generasi-generasi salah asuh inilah yang kemudian hari diperparah
dengan salah pergaulan. Akan serba salah menjalani hidupnya, karena tidak
memiliki landasan kepribadian, moral, serta spirit yang kuat.
Contoh kasus penganiayaan terhadap anak yang terungkap di
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Firman Andhika Frastya
mengaku dipukuli ibu kandung dan ayah tirinya sendiri. Ibu kandung korban
1

Romli Almasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju. 1995),165.
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

yang bernama Hernaningsih menuduh korban mencuri uang. Hernaningsih
memukuli badan dan wajah korban bertubi-tubi menggunakan sarung golok
yang terbuat dari kayu dan gagang sapu hingga patah. Melihat kemarahan

istrinya, bukannya menolong, H Sulaeman malah menyudutkan rokok kearah
leher korban sebanyak tiga kali. Kapolsek megamendung, Iptu Drs. M.
Suprayogi tetap memproses. Suami istri tersebut diancam pasal 80 No. 23
Tahun 2002 Undang-Undang Perlindungan Anak. ‘’Ancaman hukumannya 15
tahun penjara atau ganti rugi Rp 100 juta,’’ tutur Suprayogi.3
Contoh kasus berikutnya dialami bocah berinisial DA (10). Bocah ini
harus mengalami luka bakar di pipi akibat disetrika oleh ibu tirinya berinisial
S (33). Tidak terima dengan kejadian ini UK (42) ayah kandung korban pun
meradang dan memilih melaporkan kasus tersebut ke Polres Jakarta Timur.
UK menceritakan, peritiwa ini terjadi pada 22 maret sekitar pukul 14:30 wib
di rumahnya di kawasan Duren Sawit, Jakarta timur. Hingga kini S masih
menjalani pemeriksaan oleh unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA)
Polres Jakarta Timur.4
Kekerasan terhadap anak dalam bukanlah kasus yang jarang terjadi di
masyarakat. Berdasarkan data Komnas perlindungan anak menyebutkan
tercatat 21.689.797 pelanggaran hak anak yang tesebar di 34 provinsi, dan 179
kabupaten kota. 42-58% dari pelanggaran hak anak tersebut merupakan
kejahatan seksual, selebihnya adalah kasus kekerasan fisik, penelantaran,
3


Nostalgia. Tabloid nova.com/articles.asp?id=9578, diakses pada 8 april 2015
Metro.sindonews,com/read/980242/170/Bocah-10-tahun-ini-disetrika-ibu-tiri-di-duren-sawit1427100sis, diakses pada 8 april 2015
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

penculikan, eksploitasi ekonomi, perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi
seksual komersial serta kasus-kasus perebutan anak.5 Keluarga atau orang
terdekat dengan anaklah justru merupakan pelaku kekerasan paling dominan
terhadap anak. Kasus kekerasan kekerasan yang dilakukan keluarga dan
banyak tergolong dalam kategori berat dan berakibat fatal terhadap anak,
seperti pembunuhan, penyiksaan, hingga menyebabkan cacat seumur hidup
atau bahkan meninggal dunia. Sementara kasus-kasus kekerasan seperti
memukul, menendang, mencambak, mencubit, dan lain sebagainya mungkin
setiap hari terjadi dan sudah dianggap hal biasa.6
Dalam keluarga kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anakanak mereka sebaik-baiknya. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua
, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan.
Kewajiban dan tanggung jawab orang tua telah tertuang pada Undang-Undang

perlindungan anak yang berbunyi :7
1. Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minatnya;

5

http://www.gotongroyongfund.com/project/campaign-stop-child-abuse/, diakses pada 8 april
2015.
6
Sulaiman Zuhdi Manik, penanganan kasus kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga .2007.
http://www.kabar indonesia.com/berita.php?pil=14&dn=200709112123, diakses 8 april 2015
7
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4


c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak; dan
d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti pada anak.
Anak juga berhak hidup, tumbuh dan berkembang. Islam juga melarang
orang tua untuk melakukan kekerasan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Perlindungan untuk hidup, tumbuh dan berkembang tersebut diberikan Islam
sejak masa dalam kandungan, sebagaimana terdapat dalam surat al-Isra ayat
31 :
              

Artinya :
‚Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kami-lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar’’.8
               

     


Artinya :
8

Departemen Agama RI,543.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

‘’Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena
kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah
telah rizkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap
Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk’’.9
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 menyebutkan ketentuan
pidana pada pasal 80 pada ayat (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Kemudian jika anak
mengalami luka berat ketentuan pidananya diatur dalam ayat 2 yang berbunyi

dalam hal Anak sebagaimana dimaskud pada ayat 1 luka berat, maka pelaku
dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Lalu dalam ayat 3 dijelaskan dalam
hal Anak sebagimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3000.000.000,00 (tiga milyar rupiah). Jika orang tua yang melakukan
kekerasan maka diatur dalam ayat 4 yang berbunyi pidana ditambah sepertiga
dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.10

9

Departemen Agama RI
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 80.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


6

Banyaknya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah
satu faktor pendorong dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga disingkat UU
PKDRT. Kelahiran Undang-Undang ini memang tidak bisa dilepaskan dari
semangat zaman yang bersifat menglobal tentang tuntutan perlunya
penghapusan kekerasan terhadap anak. Anak adalah bagian dari keluarga yang
rentan dan beresiko terhadap kekerasan dalam rumah tangga.
Kekerasan yang dimaksud oleh Undang-Undang ini dibatasi dalam lingkup
rumah tangga. Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Setiap perbuatan
terhadap

seseorang

terutama

perempuan,


yang

berakibat

timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.
Sementara itu bentuk-bentuk kekerasan yang ada dalam lingkungan rumah
tangga sebagimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 pasal
5 menyebutkan :
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap
orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara :11

11

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 pasal 5 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

a. Kekerasan fisik
b. Kekerasan psikis
c. Kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Ketentuan pidana dalam rumah tangga sudah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
pasal 80 yang berbunyi ayat 1 Setiap orang yang melakukan perbuatan fisik
dalam lingkup rumah tangga sebagimana yang dimaksud dalam pasal 5 huruf a
dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Lalu ayat 2 dalam hal perbuatan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan korban mendapat jatuh
sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
Kemudian dalam ayat 3 dijelaskan dalam hal perbuatan yang dimaksud pada
ayat 2 mengakibatkan matinya korban, dipidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima
juta rupiah). Dan ayat terakhir dijelaskan dalam hal perbuatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh suami terhadap istri atau sebaliknya
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
perkerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).12
Menurut Hukum Pidana Islam kasus kekerasan terhadap anak di
golongkan kepada perbuatan kejahatan terhadap nyawa atau badan orang lain,
perbuatan itu merupakan bentuk pidana penganiayaan atas selain jiwa atau
dapat juga dikatakan sebagai pelukaan (al-jarh).13 Namun dalam kasus
kekerasan dalam rumah tangga dihukum berupa hukuman ta’zir, karena belum
ada ketentuan yang jelas dalam al-Quran dan Hadis, mengenai bentuk
ukurannya diserahkan keputusannya kepada ijtihad hakim atau imam yang
berwenang. Macam hukuman ta’zir dapat berupa hukuman mati, penjara,
pengucilan, penyalipan, dera, pengasingan, dan ancaman. Dalam pidana Islam
untuk kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga berupa hukuman ta’zir
termasuk jarimah.
Jarimah ta’zir adalah semua jenis tindakan pidana yang tidak secara tegas
diatur oleh al-Quran atau Hadis. Aturan teknis, jenis, dan pelaksaannya
ditentukan oleh penguasa setempat. Bentuk jarimah ini sangat banyak dan
tidak terbatas, sesuai dengan kejahatan yang dilakukan akibat godaan setan
dalam diri manusia.14 Hukuman dalam jarimah ta’zir tidak di tentukan
ukurannya atau kadarnya, artinya untuk menentukan batas terendah dan
tertingginya diserahkan

sepenuhnya kepada hakim (penguasa). Dengan

12

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 pasal 44 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
13
Abdurahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam(Shari’ah the Islamic Law), Wadi Masturi,
Basri Iba Asghary, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992),2.
14
Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah wa Al-Uqubah fi Fiqh Al-Islami, Al-Jarimah,89.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

demikian syari’ mendelegasikan kepada hakim untuk menentukan bentukbentuk dan hukuman kepada pelaku jarimah.15
Hukum pidana Islam membincangkan berbagai hal seputar pelanggaran
dan tindak pidana. Dalam hubungan itu, diatur tidak saja prosedur
penghukuman dan materi hukuman, tetapi juga diatur kemungkinan terjadi
pengecualian, pengurangan dan penghapusan hukuman. Yang dilihat dari
perspektif pelaku tindak pidana.16
Dari permasalahan diatas, maka penulis ingin meneliti Putusan Hakim
Pengadilan Negeri Sidoarjo sehingga permasalahan ini menarik untuk
dijadikan sebuah tulisan dengan mengambil tema dan judul skripsi sebagai
berikut :

‘’Analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam Tentang Kekerasan
Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Sidoarjo Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.)’’
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah
dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Pengertian tindak pidana kekerasan anak dalam rumah tangga.
15

Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Logung Pustaka,2004),
13.
16
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat Dalam Wacana dan
Agenda, (Jakarta : Gema Insani Press,2003),7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Orang tua yang melakukan kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga.
3. Kewajiban orang tua terhadap anak dalam rumah tangga.
4. Sanksi pidana kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga.
5. Tindak pidana kekerasan anak dalam rumah tangga dalam pandangan
islam.
6. Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap kekerasan
anak dalam rumah tangga.
7. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap kekerasan terhadap anak dalam
rumah tangga dalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor :
771/PID.Sus/2014/PN.Sda.
8. Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan
Hakim dalam putusan Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda. tentang
kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga.
Masalah kekerasan anak dalam rumah tangga masih memuat suatu
masalah yang bersifat umum dan global, sehingga diperlukan suatu pembatasan
masalah dalam pembahasannya. Dalam hal ini pembatasan masalahnya adalah :
1. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap kekerasan terhadap anak dalam
rumah tangga dalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor :
771/PID.Sus/2014/PN.Sda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap
pertimbangan

Hakim

dalam

putusan

Nomor

:

771/PID.Sus/2014/PN.Sda. Tentang Kekerasan Terhadap Anak Dalam
Rumah Tangga.
C. Rumusan Masalah
Dari apa yang diuraikan dalam latar belakang diatas, maka permasalahan
yang diambil dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim terhadap kekerasan terhadap
anak dalam rumah tangga dalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo
Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda ?
2. Bagaimana Analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam
terhadap

pertimbangan

Hakim

dalam

putusan

Nomor

:

771/PID.Sus/2014/PN.Sda. tentang kekerasan terhadap anak dalam
rumah tangga ?
D. Kajian Pustaka
Permasalahan kekerasan anak dalam lingkup rumah tangga sebenarnya
sudah pernah dikaji oleh para penulis, diantaranya :
1. Abd. Roziq yang berjudul ‘’perspektif hukum Islam dan UndangUndang No. 23 Tahun 2002 tentang kekerasan anak dalam rumah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tangga’’.17 Skripsi ini membahas tentang kriteria dan sanksi tentang
kekerasan anak dalam rumah tangga dalam tinjauan perspektif hukum
islam dan menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002.
2. Noer Chasanah yang berjudul ‘’pengaruh kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) terhadap kesulitan belajar anak di kelurahan Magersari
kecamatan Sidoarjo kabupaten Sidoarjo’’.18 Skripsi ini membahas
dampak psikis anak terhadap kekerasan dalam rumah tangga.
3. Anis Sayyidatus Sholihah yang berjudul ‘’Analisis Hukum Islam
terhadap kekerasan anak dalam rumah tangga : studi terhadap kasus
yang ditangani oleh LSM KPPD Samitra Abhaya Surabaya’’.19 Inti
pembahasan skrispsi ini untuk mengetahui kasus yang ditangani LSM
KPPD Samitra Abhaya Surabaya dan dianalisis secara hukum
Islamnya.
Sedangkan skripsi yang akan dibahas berjudul ‘’Analisis Hukum Pidana

Positif dan Hukum Pidana Islam Tentang Kekerasan Terhadap Anak Dalam
Rumah Tangga (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor :
771/PID.Sus/2014/PN.Sda.)’’ Dalam penelusuran diatas, penulis tidak

17

Abd. Roziq,’’perspektif hukum islam dan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang
kekerasan anak dalam rumah tangga’’ (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya,2009).
18
Noer Chasanah,’’Pengaruh kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap kesulitan belajar
anak di kelurahan Magersari kecamatan Sidoarjo kabupaten Sidoarjo’’ (Skripsi—UIN Sunan
Ampel,Surabaya,2007).
19
Anis sayyidatus sholihah,’’Analisis Hukum Islam terhadap kekerasan anak dalam rumah tangga
: studi terhadap kasus yang ditangani LSM KPPD Samitra Abhaya Surabaya’’ (Skripsi—UIN
Sunan Ampel,Surabaya,2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

menemukan penelitian yang sama, sehingga tidak ada pengulangan skripsi
terhadap penelitian yang dibahas penulis.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka peneliti
mempunyai tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Ingin mengetahui pertimbangan Hukum Hakim terhadap kekerasan
terhadap anak dalam rumah tangga dalam putusan Pengadilan Negeri
Sidoarjo Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.
2. Ingin menganalisis pertimbangan Hakim menurut Hukum Pidana
Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap putusan Nomor :
771/PID.Sus/2014/PN.Sda. tentang Kekerasan Terhadap Anak Dalam
Rumah Tangga.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan bermanfaat dan berguna untuk :
1. Teoritis
Hasil penelitian diharapkan berguna bagi perkembangan kerangka
berfikir para ilmuan dalam disiplin ilmu pengetahuan agar bisa lebih
maju lagi.
2. Praktis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan atau
pertimbangan bagi penerapan ilmu di lingkungan masyarakat, terutama
yang berkaitan dengan kasus kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini perlu adanya definisi
operasional dan untuk menghindari kesalahpahaman sehubungan dengan
judul yang diangkat penulis. Yaitu :
1. Hukum Pidana Positif : Bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk
menentukan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana (kepada
barangsiapa yang melanggar larangan tersebut)20. Dalam ini adalah
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UndangUndang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga.
2. Hukum Pidana Islam : Syariat Allah yang mengandung kemaslahatan bagi
kehidupan manusia, terutama syariat Allah yang mengatur tindakantindakan kejahatan yang mengganggu ketertiban umum, serta mengatur

20

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, hlm.2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

tindakan melawan perarturan-peraturan yang bersumber dari al-Quran dan
Hadis, Serta pemikiran 4 Madzhab.
3. Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda. :
dalam putusan ini terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan
kekerasan fisik terhadap anak dalam lingkup rumah tangga. Kemudian
Hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa yang merupakan orang tua
kandung korban dengan pidana penjara 2 ( dua ) bulan dan 15 ( lima belas
) hari.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya21. Agar dalam penyusunan skripsi ini
mencapai hasil yang maksimal, metode dalam penulisannya yaitu :
1. Data yang di kumpulkan
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, maka pengumpulan data
digunakan untuk menjawabnya, dalam penelitian ini data-data tersebut
antara lain :
a. Data Tentang Pertimbangan Hukum Hakim terhadap kekerasan terhadap
anak dalam rumah tangga dalam putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo
Nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.

21

Suharsini Arikunnto, Prosedur Penelitian SuatuPndekatan Praktis. Cet 13 (Jakarta : PT.Rineka
Cipta,2006), 160

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Data Tentang Analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam
terhadap

putusan

Nomor

:

771/PID.Sus/2014/PN.Sda.

tentang

Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga.
2. Sumber Data
Data adalah catatan atas kumpulan fakta22. Data yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Sumber Primer
Sumber yang diperoleh secara langsung. Sehingga dimungkinkan
memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian ini,
diantaranya berasal dari :
1) Ketua pengadilan, majelis Hakim dan Panitera di Pengadilan Negeri
Sidoarjo
2) Salinan putusan Hakim atau berkas perkara kekerasan terhadap anak
dalam rumah tangga.
b. Sumber Sekunder
Sumber yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada23. Dalam hal
ini data yang digunakan peneliti antara lain :
1) Romli Almasasmita, Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju

22
23

http/id.Wikipedia.org/wiki/data, diakses pada 8 april 2015
ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2) Abdurahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam (Shari’ah the Islamic

Law)
3) Muhammad Abu Zahrah, Al-Jarimah wa Al-Uqubah fi Fiqh Al-Islami,

Al-Jarimah.
4) Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam
5) Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat

Dalam Wacana dan Agenda
6) Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
penulis mengadakan wawancara dan tanya jawab secara langsung
dengan hakim dan panitera di Pengadilan Negeri Sidoarjo yang
menangani kasus ini untuk mendapatkan informasi yang di perlukan
dalam mengumpulkan data terkait dengan putusan Pengadilan Negeri
Sidoarjo tentang kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga.
b. Telaah Dokumen
penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal dari catatan atau
arsip-arsip yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga penulis dapat
memahami, mencermati dan menganalisa berdasarkan data yang di
peroleh tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

c. Telaah Pustaka
penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal dari buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga penulis dapat memahami,
mencermati dan menganalisa berdasarkan data yang di peroleh tersebut.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna,
keselarasan dan kesesuaian antara data primer dan sekunder tentang
analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam tentang
kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga (studi kasus putusan
pengadilan negeri sidoarjo nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.)
b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data yang telah
diperoleh tentang analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana
Islam tentang kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga (studi kasus
putusan pengadilan negeri sidoarjo nomor : 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.)
c. Analysing, yaitu memberikan analisis dari data-data mengenai unsurunsur yang terdapat dalam kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga, dan unsur-unsur hukuman yang dikenakan kepada pelaku.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain.24
Sesuai dengan arah studi yang telah dipilih oleh penulis, teknik analisis data
yang digunakan berupa metode deskriptif analisis yaitu mendeskrisikan data
yang berhasil dihimpun sehingga tergambar obyek masalah secara terperinci
dan menghasilkan pemahaman yang kongkrit dan jelas. Sedangkan pola pikir
yang dipakai disini adalah pola pikir deduktif yang berangkat dari faktor
yang umum, yaitu kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga terhadap
putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo, kemudian ditarik kedalam hal yang
sifatnya lebih khusus
I. Sistematika Pembahasan
Untuk memberi pemahaman tentang skripsi ini, penulisan akan
menguraikan pembahasannya. Adapun sistematika pembahsan skripsi ini
terdiri dari lima bab dengan pembahasan sebagai berikut :
Bab pertama, adalah uraian pendahuluan yang menjelaskan langkahlangkah-langkah yang dilakukan dalam pembahasan skripsi ini meliputi :
latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan

24

Noeng Muhjair, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Sarasin, 1996),104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sub bab terakhir adalah
sistematika pembahasan.
Bab kedua, bab ini secara umum membahas kekerasan terhadap anak
dalam rumah tangga menurut hukum positif dan hukum pidana islam.
Untuk mendapatkan data yang utuh terlebih dulu diuraikan pengertian
kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga, bentuk-bentuk kekerasan
yang terjadi terhadap anak, serta gambaran menurut Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Serta
Hukum Pidana Islam terkait kasus kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga.
Bab ketiga, bab ini berisi data tentang data-data yang diperoleh dari
penelitian

pada

putusan

771/PID.Sus/2014/PN.Sda.

Pengadilan
yang

meliputi

Negeri
duduk

Sidoarjo
perkara,

Nomor
dasar

pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim di Pengadilan Negeri
Sidoarjo dalam memutus perkara kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga dan amar putusannya.
Bab keempat, bab ini menguraikan tentang analisis Hukum Pidana
Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri
Sidoarjo Nomor 771/PID.Sus/2014/PN.Sda.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Bab kelima, berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan
rangkuman yang terdapat pada bagian akhir dari penelitian skrispsi ini.
Dalam bab akhir ini dijelaskan rumusan masalah kesimpulan dari
keseluruhan bahasan sebagai jawaban yang ada pada rumusan masalah,
dengan disertai saran yang membangun agar menjadi masukan bagi
peneliti.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

BAB II
KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT
HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM
A. Kekerasan Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Pidana
Positif.
1. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga
Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang
berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sudah barang tentu dalam
proses belajar ini anak cenderung melakukan kesalahan. Bertolak dari
kesalahan yang dilakukan, anak akan lebih mengetahui tindakan-tindakan
yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, patut dan tidak patut. Namun orang
tua menyikapi proses belajar yang salah ini dengan kekerasan. Bagi orang
tua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum.
Mewujudkan keutuhan dalam rumah tangga adalah dambaan setiap orang.
Hal itu sangat tergantung pada setiap orang dalam lingkup rumah tangga
tersebut untuk memahami perannya, terutama kadar kualitas perilaku dan
pengendalian diri setiap orang dalam lingkup rumah tangga tersebut.
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu jika kualitas dan
pengendalian diri tidak dapat dikontrol yang pada akhirnya dapat terjadi
kekerasan dalam rumah tangga sehingga timbul rasa tidak aman,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

ketidakadilan, maupun ketidaknyamanan terhadap orang yang berada dalam
lingkup rumah tangga.25
Kekerasan terhadap anak adalah satu kasus paling dominan dan banyak
dijumpai kapanpun, dimanapun, hampir setiap tempat diseluruh provinsi
negeri ini.26 Hal ini menjadi sangat ironis mengingat anak yang notabennya
sebagai penerus bangsa seharusnya mendapatkan hak-hak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.27 Justru mengalami yang sebaliknya mungkin inilah yang
menjadi salah satu faktor mengapa rentetan problematika bangsa terus
terulang kembali dan tidak berpenghujung. Karena anak merupakan tumpuan
harapan serta penerus cita-cita orang tua sekaligus generasi bangsa masih
banyak mendapatkan perlakuan dan pendidikan yang salah. Generasigenerasi salah asuh inilah yang dikemudian hari diperparah dengan salah
pergaulan. Akan serba salah menjalani hidupnya, karena tidak memiliki
landasan kepribadian, moral, serta spirit yang kuat.
Banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hak yang
wajar.

Mereka

beranggapan

bahwa

kekerasan

adalah

bagian

dari

mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orang tua adalah orang yang paling
bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan,
25

Wahyu Kuncoro, Solusi Cerdas Menghadapi Kasus Keluarga, (Jakarta: Raih Asa
Sukses.2010),218.
26
Romli Almasasmita, Peradilan Anak Di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju.1995),165.
27
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 2

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anaknya.28
Kekerasan terhadap anak dalam arti kekerasan dan penelantaran
adalah semua bentuk perlakuan yang menyakitkan secara fisik maupun
emosional, pelecehan seksual, penelantaran, eksploitasi komersial atu
eksploitasi lain yang mengakibatkan cidera atau kerugian nyata ataupun
potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh
kembang anak atau martabat anak yang dilakukan dalam konteks hubungan
tanggung jawab, kepercayaan, atau kekuasaan. Sementara pengertian
menurut Undang-Undang perlindungan anak yang dimaksud kekerasan
terhadap anak adalah dikriminasi, eksploitasi baik fisik maupun seksual,
penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan, dan
perlakuan salah lainnya.29
Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan
terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak. Jika kekerasan terhadap
anak di dalam rumah tangga dilakukan oleh orang tua, maka hal tersebut
dapat disebut kekerasan dalam rumah tangga. Tindak kekerasan rumah
tangga yang termasuk di dalam tindakan kekerasan rumah tangga adalah
memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental diluar batas-batas
tertentu terhadap orang lain yang berada di dalam satu rumah, seperti
28

Kadnet, Pengertian Kekerasan Terhadap Anak, 2009.
http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&view=categoru&layout=blog&id
=41&itemid=69, diakses pada 13 mei 2015
29
Iin Sri Herlina, Definisi Kekerasan Terhadap Anak, 2010. http://iingreen.web.id/2010/05/08/definisi-kekerasan-terhadap-anak/, diakses pada 13 mei 2015

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

terhadap pasangan hidup, anak, atau orang tua dan tindak kekerasan tersebut
dilakukan didalam rumah.30
Kekerasan terhadap anak merujuk pada perbuatan terhadap anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis,
seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum.31 Istilah kekerasan juga berkonotasi kecendurungan agresif untuk
perilaku yang merusak dan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti
orang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap
anak adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik maupun secara psikis
yang berakibat penderitaan terhadap anak. Pelanggaran terhadap hak anak
dewasa ini semakin tak terkendali dan mengkhawatirkan kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Tantangan dan penderitaan yang dialami anakanak masih belum berakhir. Kekerasan terhadap anak, baik secara fisik,
psikis, dan seksual, masih menjadi fakta dan tidak tersembunyikan lagi.
Karenanya, tidak tepat jika kekerasan terhadap anak dianggap urusan
domestik atau masalah internal keluarga yang tidak boleh diintervensi oleh
masyarakat umum.

30

Kadnet, Pengertian Kekerasan Terhadap Anak, 2009.
http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&view=categoru&layout=blog&id
=41&itemid=69, diakses pada 13 mei 2015
31
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 1 ayat 16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

2. Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga
Bentuk kekerasan terhadap anak atau pelanggaran terhadap anak yang ada
dalam lingkungan rumah tangga sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga pasal 5 menyebutkan bentuk kekerasan. Pertama kekerasan fisik,
kedua kekerasan psikis, ketiga kekerasaan seksual, dan keempat penelantaran
rumah tangga.32
Pertama, tindak kekerasan fisik. Bentuk ini paling mudah dikenali.
Kategori dari kekerasan ini adalah menampar, menendang, memukul,
menggigit, mendorong, membenturkan, atau mengancam dengan benda
tajam dan lain sebagainya. Korban kekerasan jenis ini biasanya tampak
secara langsung pada fisik korban seperti luka memar, berdarah, patah
tulang, pingsan dan bentuk lainnya yang kondisinya lebih berat.33
Kedua, kekerasan psikis. Kekerasan ini tidak mudah dikenali karena
kekerasan ini tidak membekas secara fisik, melainkan kekerasan ini
memberikan dampak yang tersembunyi dan yang termanifestasikan dalam
beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina
persahabatan, perilaku merusak seperti membakar barang dan melakukan
kekerasan terhadap hewan dengan kejam, beberapa melakukan agresi,

32

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga pasal 5.
33
Bagong Suyanto dan Sri Sanituri Ariadi, Krisis Dan Child Abuse, (Surabaya : Airlangga
University, 2002),115.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta kecenderungan
untuk mengakhiri hidup atau melakukan bunuh diri.34
Ketiga, yaitu kekerasan seksual. Termasuk dalam kategori ini adalah
segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk
melakukan hubungan seksual, melakukan penyiksaan atau bertindak sadis
serta meninggalkan seseorang, termasuk mereka yang tergolong masih
berusia anak-anak setelah melakukan hubungan seksual. Segala perilaku
yang mengarah kepada tindakan pelecehan seksual terhadap anak-anak baik
disekolah, didalam keluarga, maupun dilingkungan sekitar tempat tinggal
anak juga termasuk dalam kategori kekerasan atau pelanggaran terhadap hak
anak jenis ini. Kasus pemerkosaan anak, pencabulan yang dilakukan oleh
guru, orang lain bahkan orang tua kandung ataupun orang tua tiri yang sering
terekspos dalam pemberitaan media massa adalah contoh kongkrit dari
kekerasan bentuk ini.35 Dampak buruk dari kekerasan seksual sangatlah
banyak contohnya seperti pada anak yang masih kecil dari yang biasanya
tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola
tidur, kecemasan yang tak beralasan, bahkan terjadi luka pada alat kelamin
sehingga korban merasa nyeri. Pada jangka panjang korban pelecehan
seksual cenderung mengasingkan diri dari lingkungan sekitar, lalu korban
juga mempunyai hasrat untuk balas dendam kepada anak-anak kecil sehingga

34
35

Bagong Suyanto dan Sri Sanituri Ariadi..,115
Bagong Suyanto dan Sri Sanituri Ariadi..,115

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

banyak korban pelecehan seksual yang dikemudian hari justru menjadi
predator pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Keempat, penelantaran rumah tangga yaitu setiap orang dilarang
melakukan penelantaran rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada rumah tangganya. Dalam
kasus penelantaran rumah tangga justru banyak yang menjadi korban adalah
istri dan anak, masyoritas pelaku adalah kepala rumah tangga. Kepala rumah
tangga melakukan penelantaran rata-rata dikarenakan adanya wanita idaman
lain, sehingga keluarga yang sebelumnya dibangun ditinggalkan begitu saja
sehingga istri dan anak menjadi terlantar dan tidak terurus.36
Sementara itu menurut Suharto mengelompokan kekerasan terhadap anak
menjadi : kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan
secara seksual dan terakhir yaitu kekerasan secara sosial, bentuk dari
keempat kekerasan terhadap anak ini dijelaskan sebagai berikut :37
a. Kekerasan

anak

secara

fisik,

adalah

penyiksaan,

pemukulan,

dan

penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda
tertentu. Yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak.
Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang, atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat
36
37

Bagong Suyanto dan Sri Sanituri Ariadi..,116
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak, (Jakarta: Nuansa, Emmy. 2006),39.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan dibagian paha,
lengan, jari-jari telapak tangan, mulut, pipi, dada, perut, punggung, atau
daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak yang tidak disukai orang
tuanya, seperti anaknya nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang
air dan muntah disembarang tempat, atau memecahkan barang berharga.
b. Kekerasan anak secara psikis, meliputi penghardikan, penyampaian katakata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, atau film pornografi
kepada anak.
c. Kekerasan anak secara seksual, dapat berupa perlakuan prakontak seksual
antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar
visual), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak
dengan orang dewasa (insect, perkosaan dan eksploitasi seksual).
d. Kekerasan anak secara sosial, dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua
yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap tumbuh kembang
anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
diberikan pendidikan dan perwatan yang layak terhadap anak. Eksploitasi
anak merujuk pada tindakan diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang
terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Sebagai contoh,
memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial
atau poltik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan
perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis, dan status sosialnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Misalnya anak dipaksa bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan
(tambang, sektor alas kaki, atau industri sepatu) dengan upah rendah dan
tanpa peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat senjata, atau
dipaksa untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang melampaui batas
kemampuannya.
3. Faktor-Faktor Kekerasan Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang
dibuat anak mempengaruhi keluarganya, begitu pula sebaliknya. Kelurag
memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan
kepada anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pula
pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat. Disamping
keluarga sebagai tempat awal bagi proses sosialisasi anak, keluarga juga
merupakan tempat sang anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan
kebutuhan. Kebutuhan akan kepuasan emosional karena telah dimiliki bayi
yang baru lahir. Peranan dan tanggung jawab yang harus dimainkan orang
tua dalam membina anak adalah besar. Namun, kenyataannya dalam
melakukan peranan tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar, orang tua
dapat membangkitkan rasa ketidakpastian dan rasa bersalah pada anak. Sejak
bayi masih dalam kandungan telah terjadi hubungan yang harmonis antara
suami dan istri menjadi faktor yang sangat penting, bila suami kurang
memberi dukungan kasih dan sayang selama kehamilan, sadar atau tidak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

sadar sang ibu akan merasa bersalah atau membenci anaknya yang belum
lahir. Anak yang tidak dicintai oleh orang tua biasanya cenderung menjadi
orang dewasa yang membenci dirinya sendiri dan merasa tidak layak untuk
dicintai, serta dihinggapi rasa cemas. Perhatian dan kesetiaan anak dapat
terbagi karena tingkah laku orang tuanya. Timbul rasa takut yang mendalam
pada anak-anak di bawah usia enam tahun jika perhatian dan kasih sayang
orang tuanya berkurang, anak merasa cemas terhadap segala hal yang bisa
membahayakan hubungan kasih sayang antara ia dan orang tuanya.38
Faktor pendorong atau penyebab terjadinya kekerasan atau pelanggaran
dalam keluarga yang dilakukan terhadap anak-anak , yaitu :39
a. Faktor ekonomi. Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga sering
membawa keluarga tersebut pada situasi kekecewaan yang pada gilirannya
menimbulkan kekerasan. Hal ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga
dengan anggota dengan anggota yang sangat besar. Problematika finansial
keluarga yang memprihatinkan atau kondisi keterbatasan ekonomi dapat
menciptakan berbagai masalah baik dalam hal pemenuhan kebutuhan seharihari, pendidikan, kesehatan, pembelian pakaian, pembayaran sewa rumah
yang kesemuanya secara relatif dapat mempengaruhi jiwa dan tekanan yang
seringkali dilampiaskan terhadap anak-anak.

38

Lianny Solihin, Tindakan Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga, (Jurnal Pendidikan Penabur
No.3, 2004),133.
39
Bagong Suyanto dan Sri Sanituri Ariadi, Krisis Dan Child Abuse, (Surabaya : Airlangga
University, 2002),117.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

b. Masalah keluarga. Hal ini lebih mengacu pada situasi keluarga khususnya
hubungan orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup
melakukan

kekerasan

terhadap

anak-anaknya

semata-mata

sebagai

pelampiasan atau upaya untuk pelepasan rasa jengkel dan amarahnya
terhadap isteri. Sikap orang tua yang tidak menyukai anak-anak , pemarah
dan tidak mampu mengendalikan emosi juga dapat menyebabkan terjadinya
kekerasan pada anak-anak. Bagi orang tua yang memiliki anak-anak yang
bermasalah seperti cacat fisik atau mental (idiot) acapkali kurang dapat
mengendalikan kesabarannya waktu menjaga atau mengasuh anak-anak
mereka, sehingga mereka juga merasa terbebani atas kehadiran anak-anak
tersebut dan tidak jarang orang tua menjadi kecewa dan merasa frustasi.
c. Faktor

perceraian.

Perceraian

dapat

menimbulakn

problematika

kerumahtanggaan seperti hak pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang,
pemberian nafkah dan sebagainya. Akibat perceraian juga akan dirasakan
oleh anak-anak terutama ketika orang tua mereka menikah lagi dan anak
harus dirawat oleh ayah atau ibu tiri. Dalam banyak kasus tidak jarang
kekerasan terhadap anak tersebut dilakukan oleh ayah atau ibu tiri tersebut.
d. Kelahiran anak di luar nikah. Tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran
di luar nikah menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. Belum
lagi jika melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya anak
akan menerima perlakuan yang tidak menguntungkan seperti : anak merasa
disingkirkan, harus menerima perilaku diskriminatif, tersisih atau disisihkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

oleh keluarga atau bahkan harus menerima perilaku yang tidak adil dan
perilaku kekerasan lainnya.
e. Menyangkut masalah jiwa atau psikologis. Dalam berbagai kajian psikologis
menyebutkan bahwa orang tua yang melakukan kekerasan atau penganiayaan
terhadap anak-anak adalah mereka yang memiliki problem psikologis.
Mereka senantiasa berada dalam situasi kecemasan dan tertekan akibat
mengalami depresi atau setres. Secara tipologis ciri-ciri psikologis yang
menandai situasi tersebut adalah : adanya perasaan rendah diri, harapan
terhadap anak yang tidak realistis, harapan yang bertolak belakang dengan
kondisinya dan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara mengasuh
anak yang baik.
f. Faktor terjadinya kekerasan terhadap anak yang lain adalah tidak dimilikinya
pendidikan dan ilmu pengetuan agama atau religi yang tidak memadai.
Sesungguhnya panjang sekali daftar kekerasan terhadap anak, tidak jarang
mereka yang berdiam di kota-kota besar, tapi juga pelosok-pelosok
kampung. Tidak hanya terhadap anak miskin atau anak jelata, tapi juga anak
dari kaum elit atau mampu. Dilakukan oleh orang tua, masyarakat, dan
lingkungan sekitar yang nyaris tidak memperdulikan anak sebagai pemilik
masa depan.
4. Dampak Tindak Kekerasan Terhadap Anak Dalam Rumah Tangga
Dampak kekerasan terhadap anak mungkin saja diingat dalam waktu
jangka panjang oleh anak hingga beranjak dewasa. Dan ini tidak menutup

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digil