Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru | Wahyudin | GeoTadulako 5840 19374 1 PB

3

HUBUNGAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN
MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS
TERPADU DI KELAS VIII SMPN 7 BIROMARU

WAHDA WAHYUDIN

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2014
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

4
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


Judul

: Hubungan Pengelolaan

Kelas

dengan

Motivasi

Belajar Siswa

Pembelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru
Penulis

:

Wahda Wahyudin

Stambuk


:

A 351 09 032
Telah direvisi dan disetujui untuk diterbitkan

Palu, Juli 2014

Pembimbing I

Dra.Hj Euis Karningsih, M.S
NIP. 19490918 197903 2 001

Pembimbing II

Amiruddin, S.Pd.,M.Pd
NIP. 19820907 2006 041001

Mengetahui


Ketua Jurusan P.IPS FKIP

Koordinator Program Studi

Universitas Tadulako

Pendidikan Geografi

Drs. Abduh H. Harun, M.Si
Nip.19510828 198503 1 001

Widyastuti, S.Si, M.Si
Nip. 19760505 2008 012 039

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

dalam

5


ABSTRAK

Wahda Wahyudin, 2014. Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi Belajar dalam
Pembelajaran IPS Terpadu Di Kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial FKIP Universitas Tadulako.
Pembimbing (I) Hj Euis Karningsih, (II) Amiruddin
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengelolaan kelas yang dilakukan dalam
pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru, (2) motivasi belajar siswa
pada pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru, (3) adakah hubungan
pengelolaan kelas dengan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII
SMP Negeri 7 Biromaru. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik penentuan
sampel yaitu sampling jenuh berjumlah 24 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner. Data diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik
Inferensial. Analisis deskriptif menggunakan rumus persentase P = X 100 %. Sedangkan
analisis Inferensial menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian
menunjukan bahwa (1) Mpengelolaan kelas = 64, (2) nilai M motivasi belajar = 60, (3) pada uji statistik
Inferensial diperoleh nilai rxy = 0,990. Pada taraf signifikansi 1% hasil menunjukan bahwa r
hitung > r tabel, yaitu 0,990 > 0,515 artinya H1 diterima dan H0 ditolak.

Kata Kunci: Pengelolaan Kelas, Motivasi Belajar

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

6

ABSTRACT

Wahda Wahyudin, 2014.The Relationship between Class Management and Learning
Motivation in The Social Science Subject ofTheEighth Grade Students of SMPN 7 Biromaru.
Skripsi,GeographyEducation Study Program, Social Education Departement, Teacher Training
And Education Faculty, Tadulako University. Supervisors (I) Euis Karningsih,(II) Amiruddin
This research aimed to know that; (1) Class managementis done in the social science
subject of the eighth grade students of SMPN 7 Biromaru. (2) The students’ learning
motivation inthe instructional study of social science subject of the eighth grade students of
SMPN 7 Biromaru. (3) Relationship between class management and the students’ learning
motivation in the instructional study of social science subject of the eighth grade students of
SMPN 7 Biromaru. The type of the research is qualitative research. In collecting the data, the
researcher used observation, interview, questionnaire and documentation. In taking the

sample, the researcher used total sampling that consists of 24 students. The research
instrument that is used in conducting the study was questionnaire. The data that was gained
was analyzed using statistical descriptive and statistical inference. Descriptive analysis used
percentage formula;P =
X 100 %. Meanwhile, the inferential analysis used correlation
Pearson Product Moment formula. The result of the research showed that (1) Score ofMclass
management = 64, (2) Score ofMlearning motivation = 60, (3) On the statistical inference, it was gained
score of rxy = 0,990. Furthermore, on the 1% standard of significance, the result showed that r
count> r table, which is 0,990 > 0,515. That is,H1is accepted and H0is rejected.
Keywords: Class Management, Learning Motivation

PENDAHULUAN
Salah satu indikator bahwa seorang guru dikatakan profesional adalah memiliki
kemampuan dalam mengelola kelas yaitu usaha guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar mengajar yang optimal serta mengembalikannya ketika terjadi gangguan agar tujuan
pembelajaran tercapai.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD


7
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik agar senantiasa
menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan
sosial di dalam kelas.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu diciptakan suasana kelas yang mendukung proses
belajar mengajar yang dapat membantu efektivitas proses belajar mengajar yaitu: pertama,
perlu diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar; kedua, dikenal masalah-masalah yang
diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak suasana belajar mengajar; ketiga,
dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.
Pengelolaan kelas yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku dimana pengelolaan kelas dilakukan
sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam kelas dari yang kurang baik menjadi
baik, pendekatan sosio-emosional yaitu sebuah kelas dapat dikelola secara efisien selama guru
mampu membina hubungan yang baik dengan siswa-siswinya, pendekatan pengajaran yaitu
kemampuan guru dalam membuat perencanaan pengajaran sekaligus mengimplementasikannya
dalam kelas, pendekatan kerja kelompok dimana pendekatan ini membutuhkan kemampuan
guru dalam menciptakan momentum yang dapat mendorong kelompok-kelompok di dalam
kelas menjadi kelompok yang produktif. Disamping itu, pendekatan ini juga mengharuskan

guru untuk mampu menjaga kondisi hubungan antarkelompok agar dapat selalu berjalan
dengan baik. Dengan adanya beberapa pendekatan tersebut diharapkan guru dapat mengatasi
berbagai masalah yang ada dalam pengelolaan kelas. Seorang guru juga harus dapat
meyakinkan dirinya bahwa pendekatan yang digunakan itu merupakan alternatif yang terbaik
dan sesuai dengan hakikat masalah yang dihadapinya.
Peran guru memotivasi siswa merupakan langkah awal yang harus dilakukan guru
dalam mengajar. Situasi dan kondisi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses belajar
maupun tingkah laku siswa. Oleh karena pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang
diperlukan agar peserta didik merasa aman, nyaman dan senang berada di sekolah tentunya
diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 13
November 2013 di SMPN 7 Biromaru terlihat bahwa pada saat proses pembelajaran guru
cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung lebih pasif dan menjadi
malas belajar karena merasa bosan dengan pola mengajar yang diterapkan guru, guru juga
terkadang membiarkan siswa melakukan perilaku-perilaku yang dapat mengganggu siswa lain
belajar, guru cenderung menggunakan buku sebagai sumber belajar, buku catatan pembelajaran
IPS siswa tidak lengkap, masih ada siswa yang kesulitan membaca dan menulis, terkadang ada
siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, siswa ribut di dalam kelas meskipun
guru sudah menegur, dan media pembelajaran yang digunakan tidak bervariasi. Selain itu, dari
segi kondisi fisik ruangan kelas terlihat bahwa tidak terdapat hiasan-hiasan seperti gambargambar yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan lain-lain yang membuat suasana kelas

menjadi terlihat rapi, bersih dan indah. Peneliti berpikir dan bertanya bahwa bagaimana
pelaksanaan pengelolaan kelas yang dilakukan pada pembelajaran IPS Terpadu jika masih
ditemukan masalah-masalah tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan pengelolaan
kelas yang dilakukan belum optimal.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

8
Fakta-fakta yang telah diungkapkan sebelumnya akhirnya menjadi sumber inspirasi
penulis untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi
belajar siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru.
Penelitian ini bertujuan untuk (a) Untuk mengetahui pengelolaan kelas yang dilakukan
dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru, (b) Untuk mengetahui
motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru,
(c) Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara pengelolaan kelas dengan
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menekankan pada
korelasional antar variabel. Pada penelitian ini ada dua variabel penelitian yang digunakan

yaitu satu variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen adalah
pengelolaan kelas yang diberi simbol X, sedangkan variabel dependen adalah motivasi belajar
yang diberi simbol Y. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 7 Biromaru di jalan
Padat Karya, tepatnya di desa Loru Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Waktu
penelitian berlangsung dari bulan November 2013 - Maret 2014. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Biromaru merupakan responden utama penelitian.
Menurut Sugiyono (2012:80) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Biromaru. Menurut Sugiyono (2012:81) “sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik
penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh. “Sampling Jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel” (Sugiyono,
2012:85). Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Jumlah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Biromaru sebanyak 24 orang. Oleh karena
itu, maka semua siswa dijadikan sampel penelitian. Penelitian ini jenis data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Menurut Sudijono (2003:17), “data primer adalah data
statistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama (first hand data), dan data sekunder
adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua (second hand data). Data
primer bersumber dari hasil observasi, wawancara guru IPS Terpadu di SMP Negeri 7

Biromaru dan kuesioner dari siswa kelas VIII. Data sekunder bersumber dari sekolah SMPN 7
Biromaru yang berupa profil sekolah, dan keadaan siswa. Sumber data dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII dan guru IPS SMPN Negeri 7 Biromaru. Teknik pengumpulan data
yaitu observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif menggunakan rumus persentase sebagai
berikut :
P = X 100 %
(Sudijono, 2003:40 dalam Niluh Widiyarni, 2012)
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

9
N = Jumlah Responden
Untuk mengetahui pengkategorian frekuensi yang tergolong dalam klasifikasi
pengelolaan kelas dan motivasi belajar siswa, maka dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Skor Untuk Pengelolaan Kelas dan Motivasi Belajar
Interval
81-100
61-80
41-60
21-40
0-20

Tingkat Hubungan
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

(Sudijono, 2003:40)
Sedangkan analisis Inferensial menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment
dengan rumus sebagai berikut :

(Sugiyono, 2012:183)
Keterangan :
r xy = Koefisien korelasi product momen (pengaruh X terhadap Y)
= Skor total rata-rata pengelolaan kelas yang diperoleh dari seluruh item penilaian
pengelolaan kelas
= Skor total rata-rata motivasi belajar yang diperoleh dari seluruh item penilaian
motivasi belajar
∑ xy = Skor total rata-rata pengelolaan kelas dan motivasi belajar
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 - 0,199
0,20 - 0,399
0,40 - 0,599
0,60 - 0,799
0,80 - 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

(Sugiyono, 2012:184)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dibagi menjadi dua sub variabel yaitu dari
aspek fisik dan akademik dengan masing-masing indikator sebagai berikut:

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

10
a) Sub Variabel fisik
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengelolaan kelas diperoleh bahwa 50% siswa
mengatakan cukup baik guru sering mengatur kondisi kelas, 100% siswa mengatakan tidak
baik guru hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran, 100% siswa mengatakan
tidak baik guru hampir tidak pernah menerapkan metode pembelajaran, 83,3% siswa
mengatakan cukup baik guru kadang-kadang merencanakan tugas-tugas, dan 87,5% siswa
mengatakan baik guru sering mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.
b) Sub Variabel Akademik
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengelolaan kelas diperoleh bahwa 50% siswa
mengatakan cukup baik guru selalu menunjukkan sikap tanggap, 95,8% siswa mengatakan
sangat baik guru sering memberikan penguatan kepada siswa, 79,1% siswa mengatakan baik
guru sering memberikan perhatian, 62,5% siswa mengatakan baik guru sering melakukan
penghentian, 83,3% siswa mengatakan cukup baik guru kadang-kadang menanamkan sikap
disiplin diri, 41,6% siswa mengatakan cukup baik kadang-kadang guru antusias, 50% siswa
mengatakan tidak baik guru hampir tidak pernah mengelola interaksi perilaku di dalam kelas,
dan 100% siswa mengatakan tidak baik guru hampir tidak pernah melakukan pengelolaan
kelompok.
Mengacu pada data hasil pengelolaan kelas dengan menggunakan rumus persentase
= 1.548. Untuk mengetahui pengklasifikasian pengelolaan kelas, maka terlebih
diperoleh
dahulu harus diketahui nilai rata-rata pengelolaan kelas. Rumus yang digunakan sebagai
berikut:
=
Keterangn :
M
: Nilai Rata-rata
: Skor Total Pengelolaan Kelas
N
: Jumlah Responden
Jadi, diperoleh nilai rata-rata pengelolaan kelas sebesar 64. Menurut Sudijono (2003:40)
klasifikasi skor untuk pengelolaan kelas tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru di SMPN 7 Biromaru tergolong tinggi. Namun, masih ada beberapa masalah yang menjadi
penghambat pengelolaan kelas. Menurut Bapak As’ad bahwa pengelolaan kelas bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah, terlebih lagi belum adanya satupun pendekatan belajar yang dikatakan
paling baik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas. Beberapa masalah yang
menjadi penghambat diantaranya siswa tidak begitu memperhatikan pelajaran, terkadang pada
saat pembelajaran siswa pasif di dalam kelas. Hal tersebut tidak dapat diketahui apakah sifat
diam tersebut karena sudah mengerti dengan materi yang dijelaskan atau bahkan sebaliknya.
Untuk mengetahui hal tersebut, guru memberikan tugas dan ada sebagian siswa yang tidak
mengerjakan bahkan siswa tersebut keluar dari kelas. Selain itu, sikap hormat siswa terhadap
guru juga kurang terkadang mereka tidak mempedulikan teguran, siswa jarang mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang materi yang belum dipahami, jika guru bertanya mereka diam.
Terkait dengan media dan metode pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi
yang diberikan, namun guru lebih banyak menggunakan papan tulis sebagai media dan lebih

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

11
menerapkan metode ceramah. Setelah materi selesai diberikan siswa disuruh menyimpulkan
materi, terkadang guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi.
Ada sebuah ungkapan bahwa pendidik adalah pihak yang aktif, sedangkan anak didik
adalah pihak yang pasif, hal ini apabila dilihat lebih jauh ada benarnya dan karena itu pula
keduanya harus dipadukan guna tercapainya suatu keseimbangan. Pada lain hal, guru yang
kurang berinteraksi dengan anak didik, menyebabkan proses belajar-mengajar kurang lancar.
Selain itu anak didik yang kurang dekat dengan guru, maka akan merasa dan takut untuk
berpartisipasi secara aktif.
Untuk membangun kondisi kelas yang kondusif dan mantap sebenarnya tidak terlalu
sulit jika guru dapat mengkondisikannya dengan baik, sebaliknya pengelolaan kelas akan sulit
jika guru kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Untuk itu pengelolaan kelas sebagai bentuk
dari kondisi belajar di sekolah diharapkan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Menurut Rusydie (2011:49) “sebuah kelas dapat dikatakan terkelola dengan baik apabila
tercipta keharmonisan hubungan antara guru dengan siswa, tingginya kerjasama diantara siswa,
serta terjaganya antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajarannya. Ini semua dapat
terwujud manakala guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan baik dan tepat”.
Agar guru dapat melakukan tugas mengelola kelas dengan baik, tentu saja dibutuhkan
langkah-langkah pendekatan yang tepat. Tanpa pendekatan yang tepat, maka pengelolaan kelas
tak mugkin dapat dicapai. Oleh sebab itu para guru perlu memahami pendekatan-pendekatan
yang harus dilakukan pada saat hendak mengelola kelas.
2) Motivasi Belajar
Motivasi belajar siswa dibagi menjadi dua sub variabel yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik dengan masing-masing indikator sebagai berikut:
a) Motivasi Intrinsik
Berdasarkan hasil penelitian motivasi belajar diperoleh bahwa 46% siswa setuju
terdorong untuk terlibak aktif dalam kegiatan pembelajaran, 58,3% siswa tidak setuju terdorong
untuk mencari tahu hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran, dan 50% siswa tidak setuju
terdorong untuk belajar secara mandiri menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok.
b) Motivasi ekstrinsik
Berdasarkan hasil penelitian motivasi belajar diperoleh bahwa 58,3% siswa setuju
terdorong untuk menghindari hukuman guru, 50% siswa setuju terdorong untuk mendapatkan
pujian dari guru, 62% siswa setuju terdorong untuk menyenangi hati orang tua, 87,5% siswa
setuju terdorong untuk mendapatkan nilai yang bagus, dan 87,5% siswa setuju terdorong untuk
mendapatkan pengakuan dari teman-teman.
Mengacu pada data hasil motivasi belajar dengan menggunakan rumus persentase
= 1.454 (terlampir pada lampiran 6). Untuk mengetahui pengklasifikasian
diperoleh
pengelolaan kelas, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai rata-rata motivasi belajar. Rumus
yang digunakan sebagai berikut:
=
Keterangn :
M
: Nilai Rata-rata

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

12

N

: Skor Total Motivasi Belajar
: Jumlah Responden

Jadi, diperoleh nilai rata-rata motivasi belajar sebesar 60. Menurut Sudijono (2003: 40)
klasifikasi skor untuk motivasi belajar tergolong sedang.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa motivasi belajar siswa di SMPN 7
Biromaru tergolong sedang. Winkel dalam Muhaimin (2010:28) menjelaskan bahwa “motivasi
belajar terbagi atas dua bentuk yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya terkadang aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar. Motivasi intrinsik merupakan bentuk motivasi yang di dalamnya mengandung aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar”.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan suatu pertanda, bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh
kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang
tertentu selama sesuatu itu tidak bergayut dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang
seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu
mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Woolfolk dalam Muhaimin (2010:29) “bahwa kegiatan belajar di sekolah memerlukan
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Beberapa aktivitas belajar memang dapat menarik
minat siswa. Guru dapat membangkitkan motivasi intrinsik siswa dengan memacu kuriositas
dan membuatnya merasa memerlukan apa yang dipelajari. Akan tetapi motivasi intrinsik tidak
dapat diharapkan sepenuhnya mendukung kegiatan belajar. Terdapat situasi dimana hadiah dan
dorongan eksternal lainnya diperlukan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru
harus mendorong dan memelihara motivasi intrinsik sambil menyiapkan motivasi ekstrinsik
dengan tepat”.
Berdasarkan hasil wawancara, Bapak As’ad mengatakan bahwa ada beberapa upaya
yang dilakukan untuk memotivasi siswa yaitu sering memberikan pujian secara lisan kepada
siswa yang aktif di kelas dengan tujuan agar siswa menjadi lebih semangat belajar, memberi
tugas agar siswa dapat mengukur kemampuannya sehingga mereka sadar untuk lebih giat
belajar, memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan di dalam kelas dengan
tujuan agar siswa lain termotivasi untuk tidak melakukan pelanggaran.
Menurut Bapak As’ad bahwa pemahaman siswa terhapap mata pelajaran IPS masih
kurang. Oleh karena itu guru lebih mendominasi dengan menerapkan metode ceramah. Guru
memperhatikan bahwa pada awal pelajaran siswa masih memperhatikan, ditengah-tengah dan
akhir pelajaran siswa tidak lagi memperhatikan dengan baik, bahkan ada siswa yang kadang
keluar kelas. Hal ini bertanda bahwa motivasi dalam diri siswa untuk mengikuti pelajaran
memang masih kurang.
Berdasarkan pendapat Bapak As’ad diatas bahwa motivasi belajar perlu diusahakan
terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik), bukan berarti motivasi ekstrinsik
tidak penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis dalam proses belajar
mengajar. Ketiadaan atau kekurangan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik menyebabkan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

13
kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan pembelajaran sehingga guru harus mampu
membangkitkan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik.
3) Pengujian Hipotesis
Hipotesis ini akan diuji dengan analisis korelasi pearson product moment. Data yang
dipergunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah skor hasil kuesioner pengelolaan
kelas dan motivasi belajar. Sebelum sampai pada perhitungan r Product Moment terlebih
dahulu nilai ∑ x, ∑ y, ∑ x2, ∑ y2 dan ∑ xy diperoleh dari hasil analisis dengan menggunakan
rumus angka kasar.
Nilai ∑ x= 1.548, ∑ y=1.454, ∑ x2=99.946, ∑ y2=89.842 dan ∑ xy=93.871 yang diperoleh
dari hasil analisis dengan menggunakan rumus angka kasar, selanjutnya dicari korelasi antara
pengelolaan kelas dengan motivasi belajar dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson
Product Moment sebagai berikut:

Mengacu pada hasil analisis dengan menggunakan statistik analisis Korelasi Perason
Product Moment tersebut, dari frekuensi pengelolaan kelas dengan motivasi belajar diperoleh
rxy = 0,990. Dengan berkonsultasi pada tabel nilai-nilai r Product Moment dimana nilai rtabel
dengan N 24 pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,515, maka pada taraf signifikansi 1 % hasil
menunjukan bahwa r hitung > r tabel, yaitu 0,990 > 0,515 artinya H1 diterima dan H0 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengelolaan
kelas dengan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII SMP
Negeri 7 Biromaru.
Hasil perhitungan koefisien korelasi (rxy) yaitu sebesar 0,990 atau hubungan antara
variabel X dan variabel Y yakni sebesar 98,1%. Apabila mengacu pada pedoman interprestasi
koefisien korelasi menurut Sugiyono, maka dapat disimpulkan hubungan antara pengelolaan
kelas dengan motivasi belajar dikategorikan sangat kuat.
Peran guru memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan
guru dalam mengajar. Situasi dan kondisi kelas yang termotivasi dapat mempengaruhi proses
belajar maupun tingkah laku siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa dalam Muiz
(2010:28) bahwa guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan agar
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dan penentu keberhasilan peserta
didik. Di dalam kelas guru bertanggung jawab sebagai pengajar dan pengelola kelas. Sebagai
pengajar guru harus dapat bertanggung jawab kepada siswa untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang diterima siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Begitupun

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

14
sebagai pengelola kelas, guru harus dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
untuk siswanya sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar dan pada akhirnya dapat
meningkatkan motivasi belajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
1) Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Pengelolaan kelas yang dilakukan guru pada pembelajaran IPS Terpadu tergolong tinggi.
Namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam mengelola kelas terutama
yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelompok, interaksi guru dengan siswa,
penanaman disiplin guru, sebaiknya menggunakan media dan metode yang bervariasi.
b) Motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS Terpadu tergolong sedang. Siswa lebih
termotivasi dengan adanya rangsangan dari luar daripada dalam diri siswa itu sendiri. Hal
itu terlihat dari sebagian besar siswa lebih banyak tidak setuju bahwa mereka belajar
sendiri untuk meningkatkan pengetahuan, rasa senang dan aktif mengikuti pelajaran IPS.
c) Hasil menunjukan bahwa r hitung (0,990) > r tabel (0,515). Jadi H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini menunujukkan bahwa pengelolaan kelas dengan motivasi belajar memiliki
hubungan yang signifikan. Dengan demikian dapat dilihat koefisien korelasi sebesar 0,990
dikategorikan sangat kuat.
2) Saran
a) Bagi kepala sekolah hendaknya secara intensif memberikan bimbingan kepada guru-guru
untuk selalu lebih meningkatkan pengelolaan kelas.
b) Bagi guru disarankan agar lebih meningkatkan keterampilan mengelola kelas yang selama
ini sudah dilaksanakan agar siswa dapat termotivasi baik secara intrinsik maupun
ekstrinsik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
c) Bagi siswa diharapkan berusaha meningkatkan motivasi intrinsiknya sehingga siswa
dapat meningkatkan pengetahuaannya, merasa senang dan aktif mengikuti pelajaran IPS.
Dengan demikian tujuan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai.
d) Penulis berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut guna memperluas penelitian ini
terutama yang berkaitan dengan pengelolaan kelas dan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

15
Muiz, A (2010). Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Al-Kautsar Depok. [Online]. Tersedia:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2520/1/ABDUL%20MUIZFITK.pdf [2 Januari 2014].
Muhaimin, A (2010). Upaya Guru IPS dalam Memotivasi Belajar siswa Pada Mata Pelajaran
IPS Di SMP Fatahillah Pondok-Pinang. [Online]. Tesedia:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4152/1/ABDUL%20MUHAIM
IN-FITK.pdf [ 2 Januari 2014]
Widiyarni, N. (2012). Hubungan Antara Fasilitas Belajar Di Sekolah dengan Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 1 Marawola. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP
Universitas Tadulako.
Rusydie, S (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Sudijono, A. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD
Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 BATANGAN Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Batangan Kelas VII Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Etnografi di SMP Negeri 1

0 3 14

PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 BATANGAN Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Kurikulum 2013 Di SMP Negeri 1 Batangan Kelas VII Tahun Ajaran 2015/2016 (Studi Etnografi di SMP Negeri 1

0 3 15

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 2 MIRI SRAGEN Pengelolaan Pembelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 2 Miri Sragen.

0 2 17

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS TERPADU DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Ips Terpadu Dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VIII E Smp Negeri 1 Sambi Tahun Pelajaran

0 1 13

HUBUNGAN PENGELOLAAN KELAS DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SMP NEGERI 37 MEDAN T.A. 2011/2012.

0 1 15

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPS TERPADU (Studi Kasus Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kebakkramat dan SMP Negeri 3 Kebakkramat Tahun 2013).

0 0 18

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA LCD DALAM MENUNJANG AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII/J PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 15 PALU | Nizar | GeoTadulako 3261 10116 1 PB

0 0 15

Studi Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Pada Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPS Terpadu Di SMP Negeri 15 Palu | Erliani | GeoTadulako 5841 19379 1 PB

0 0 16

Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 5 Palu | Adnyana | GeoTadulako 5827 19311 1 PB

0 0 16

HUBUNGAN PROGRAM BUDAYA BACA DENGAN MOTIVASI BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 MAKASSAR

0 1 190